• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan keperawatan pada pasien GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

Dalam dokumen Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis (Halaman 41-52)

1. KONSEP DASAR 1.1. Pengertian

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut (IPD Jilid II, 2001).

1.2. Etiologi

Glomerul nefritis, nefropati analgestik, nefropati ferluks, ginjal poli kristik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, gout, dan tidak diketahui (Kapita Selekta Kedokteran 2001)

1.3. Patofisiologi • Pre Renal

• Renal

1.4. Pemeriksaan Penunjang

Kreatinin plasma akan meningkat seiring dengan laju filterasi glomerolus. Dimulai bila laju kurang dari 60 ml/m. Pada gagal gijal terminal, konsentrasi kreatinn dibawah 1 m mol/ lt. Konsentrasi ureum plama kurang dapat di percaya

karena dapat menurun pada diet rendah protein dan meningkatkan diet tinggi protein, kekurangan garam dan keadaan katabolik. Biasanya konsenterasi ureum pada gagal ginjal terminal adalah 20 – 60 mmol/lt. Terdapat penurunan bikarbonat plasma (15-25 mmol/l), penurunan pH, dan peningkatan anion Gap. Konsenterasi natrium biasanya normal, namun dapat meningkatan atau menurunkan akibat masukan cairan inadekuat atau kelebihan. Hiperkalemia adalah tanda gagal ginjal yang berat, kecuali terdapat masukan berlebihan, asidosis tubular ginjal, atau hiperaldo steronisme.

Terdapat peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan peningkatan kalsium plasma, kemudian fosfatase alkali meningkat. Dapat ditemukan peningkatan parathormon pada hiperparatiroidisme.

1.5. Manifestasi Klinis

1. Umum : fatig malaise, gagal tubuh, debil. 2. Kulit : pucat, mudah lecet, rapuh, leukonikia.

3. Kepala dan leher : fektor uremik, lidah kering dan berselaput. 4. Mata : fundus hipertensif, mata merah.

5. Kardiovaskuler : hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis uremik, penyakit vaskuler. 6. Pernafasan : hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura.

7. Gastrointestinal : anoreksia, nousea, giastritis, ulkus peptikum, kolitis uremik, diare yang disebabkan oleh antibiotik.

8. Kemih : nokturia, poliuria, haus, proteinuria, penyakit ginjal yang mendasarinya. 9. Reproduksi : penurunan libido, impotensi, amenore, galaktase.

10. Saraf : letargi, malaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, kejang, koma. 11. Tulang : hiperparatiroidisme, difisiensi vit. D.

12. Sendi : Gout, klasifikasi ekstra tulang.

13. Hematologi : anemia, difisiensi imun, mudah mengalami pendarahan. 14. Endokrin : multipel.

15. Farmakologi : obat-obatan yang diekskresi oleh ginjal. 1.6. Diagnosis

Berdasarkan Anamnesa dapat ditentukan kecenderungan diagnosis, misalnya bila didapatkan riwayat nokturia, poliuria dan haus, disertai hipertensi dan riwayat penyakit ginjal, lebih mungkin dipikirkan kearah gagal ginjal kronik. Tanda-tanda uremia klasik dengan kulit pucat atrofi, dengan bekas garukan, dan leukonikia tidak terjadi seketika dan jarang ditemukan gagal ginjal akut. Namun pada banyak kasus, gambaran ini tidak ditemukan sehingga lenih banyak menganggap semua pasien adotemia menderita gagal ginjal akut sampai dapat dibuktikan sepenuhnya.

1.7. Penatalaksanaan

 Diet TKRPRG

Diet Rendah Protein (20-40 gr/hr), dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksoa dan neusea dari unemia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan yang berlebihan dari K dan garam.

 Untuk mencegah hiperkalemi : drunetik hemat kalium, penghambat ACE dan obat anti inflamasi non steroid.

 Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal.

Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang meningkat fosfat seperti aluminium (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000 mg).

 Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal

Banyak obat-obat yang harus diturunkan dosisnya karena metabolik tosik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misal : digoksin, aminoglikosoid, analgesik, opiat, amfosterisin, dan alapurinol.

 Persiapan dralisis dan program transplantasi.

2. ASUHAN KEPERAWATAN 2.1. Pengkajian.

a. Identitas klien.

Pada kasus GGK dapat terjadi pada segala usia dan semua jenis kelamin (tidak ada perbandingan aantara pria dan wanita).

b. Keluhan utama. Biasanya klien mengeluh. c. Riwayat kesehatan.

- Riwayat kesehatan sekarang.

Pada kasus GGK faktor yang mempengaruhi dan memperberat hingga klien MRS adalah falig, malaise, gagal tumbuh, pucat dan mudah lecet, rapuh, leukonika, lidah kering, berselaput, fundus hipertensif, mata merah, gagal jantung, anoreksia, edema paru, efusi pleura, penurunan libido, anemia defisiensi imun, mudah mengalami pendarahan.

- Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya klien sebelum di diagnosa GGK klien pernah sakit seperti : glomerolus nefritis, netropati analgesik, ginjal polikistik, penyebab lain seperti : HT, obstruksi GOUT.

- Riwayat penyakit keluarga.

Gambaran mengenai kesehatan dan adakah penyakit keturunan atau menular. d. Pola-pola fungsi kesehatan.

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. 2. Pola nutrisi dan metabolisme.

Pada klien GGK akan terjadi anoerksia, nourea dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus.

Klien akan menunjukkan perubahan warna urine, abdomen kembung, diare, konstipasi. 4. Pola istirahat tidur

Biasanya klien dengan GGK mengeluh sulit tidur karena keresahan atau mengigau. 5. Pola aktifitas.

Pada penderita GGK akan terjadi kelelahan ekstrim, kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan gerak rentang. 6. Pola persepsi dan konsep diri.

Klien tidak bisa menjalankan tugasnya sehari-hari yang disebabkan oleh perawatan yang lama 7. Pola sensori dan kognitif.

Perubahan sttus kesehatan dan gaya hidup data mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat dii sendiri.

8. Pola reproduksi dan seksual.

Akan terjadi penurunan libido, impotensi, amenore, galaktose. 9. Pola hubungan peran.

Kesulitan menentukan kondisi contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga. 10. Pola penanggulangan stress

Biasanya penderita GGK mengalami fraktrus stress contoh finansial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak da harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan.

Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.

e. Pemeriksaan fisik. 1. Status kesehatan umum. 2. Sistem respirasi.

Nafas pendek, batuk denga atau tanpa sputum kental dan banyak, tekipnea batuk produktif dengan sputum merah darah encer (edema paru).

3. Kulit, rambut, kuku.

Pada klien GGK ditemukan dalam pemeriksaan pada kulit yaitu kulit kuning, perubahan turgor kulit (kering), bintik-bintik perdarahan kecil dan lebih besar dikulit. Penyebaran proses pengapuran di kulit, pada kuku tipis dan rapuh serta pada rambut tipis.

4. Kepala, leher.

Pada klien GGK mengeluh sakit kepala, muka pucat memerah, tidak adanya pembesaran tiroid. 5. Mata.

6. Telingga, hidung, mulut, tenggorokan.

Pada GGK telinga hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan pada mulut ditemukan adanya perdarahan pada gusi dan lidah.

7. Pada thorax dan abdomen.

Pada pemeriksaan abdomen dan thorak ditemukan adanya nyeri pada dada dan abdomen ditemukan disternsi perut (asietas atau penumpukan cairan, pembesaran heper pada stadium akhir).

8. Sistem kardiovaskuler.

GGK berlanjut menjadi tekanan darah tinggi, detak jantung menjadi irreguler ( termasuk detak jantung yang mengancam kehidupan atau terjadi fibrilasi), pembengkakan, gagal ginjal kongestif.

9. Sistem genitourinaria.

Karena ginjal kehilangan kesanggupan mengekskresi natrium, penderita mengalami retensi natrium dan kelebihan natrium sehingga penderita mengalami iritasi dan menjadi lemah. Pengeluaran urine mengalami penurunan serta mempengaruhi komposisi kimianya, berkurangnya frekwensi kencing, urine sedikit, urine tidak ada pada gagal ginjal, perut mengembung, diare atau justru sulit BAB, perubahan warna urine misalnya :

Kuning, coklat, merah, gelap, urin sedikit dan beda negatif. 10. Sistem gastrointestinal.

Pada saluran pencernaan terjadi peradangan ulserasi pada sebagaian besar alat pencernaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut, nafas bau amonia, nafsu makan menurun, mual muntah, perut mengembung, diare atau justru sulit BAB.

11. Sistem muskuloskeletal

Pada GGK adanya kelemahan otot atau kekuatan otot hilang. Kurangnya respon-respon otot dan tulang.

Ketidakseimbangan mineral dan hormon, tulang terasa sakit , kehilangan tulang, mudah patah, defisit kalsium dalam otak, mata, gusi, persendian, jantung, bagian dalam dan pembuluh darah. Fraktur atau otak tulang, penumpukan CaPO4 pada jaringan lunak , sendi pembatasan gerak sendi.

12. Sistem endokrin.

Pada GGK memberikan pertumbuhan lambat pada anak-anak. Kurang subur serta nafsu sex menurun pada kedua jenis kelamin. Menstruasi berkurang bahkan dapat berhenti sama sekali. Impotensi dan produksi sperma menurun serta peningkatan kadar gula darah seperti pada diabetes.

13. Sistem persyarafan.

Pada klien GGK sindroma tungkai bergerak-gerak salah satu pertanda kerusakan saraf, rasa sakit seperti terbakar, gatal pada kaki dan tungkai, juga dijumpai otot menjadi kram dan bergerak-gerak, daya ingat berkurang, mengantuk, iritabilitas, bingung, koma dan kejang. (Merlyn E. Doenges, 1990)

2.2. Diagnosa

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan urine dan menahan natrium ditandai dengan perit kembung, sulit kencing, kencing sedikit, perubahan warna urine, urin tidak

ada pada gagal ginjal, edema (+).

2. perubahan nutrisi kurang berhubungan dengan anorexia mual muntah, kehilangan selera makan kehilangan bau, stomatitis dan diet tak enak.

3. ketidak berdayaan berhubungan dengan kehilangan perasaan terhadap kontrol dan pembatasan gaya hidup. 4. resiko tinggi terhadap infeksi penatalaksanaan regimen terapiutik berhubungan dengan insufisiensi pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pencatatan setiap hari, terapo farmakologi tanda / gejal komplikasi, kunjungan evaluasi dan sumber komunitas ( lynda Juall Carpenitto, 1999).

2.3. Perencanaan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal mengeluarkan air dan menahan natrium.

Tujuan : Cairan seimbang.

Kriteria hasil : - Masukan dan pengeluaran seimbang. - BB stabil.

- Bunyi nafas jantung normal. - Elektrolit dalam batas normal. Rencana tindakan :

1. Pantau dan dokumentasikan masukan dan keluaran tiap jam secara akurat 2. Timbang berat badan mklien tiap hari

3. Pantau peningkatan tekanan darah

4. Kaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan sesak nafas

5. Batasi cairan sesuai program pemberian obat-obatan dengan makanan jika mungkin bagi cairan selama sehari. Rasional :

1. Klien ryang menunjukkan bukti kelebihan cairan memerlukan pembatasan berdasarkan pengeluaran urine. 2. Klien dengan gagal ginjal kronis cenderung mengalami fluktuasi BB sering membutuhkan evaluasi ulang yang sering terhadang keseimbangan cairan optimal. Perubahan BB interdialik yang diterima adalah 1-2 atau lebih/24jam. 3. Volume sirkulasi harus dipantau pada gagal ginjal kronis untuk mencegah hipervolemia berat.

4. Dengan mengkaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan sessak nafas dapat mengetahui terjadinya gagal jantung kongestif.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia mual muntah, kehilangan selera makan, nafsu makan bau stomatitis dan diet tidak enak..

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil : Klien akan menghubungkan pentingnya masukan nutrisi adekuat dan mentaati program diet yang di programkan

Rencana tindakan :

1. Lakukan pendekatan dengan klien dan keluarga.

2. Siapkan dan berikan dorongan oral hyegien yang baik sebelum dan sesudah makan. 3. Berikan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan dan bantu sesuai kebutuhan.

4. Periksa baik makanan untuk mengetahui isinya dan dorong klien untuk makan. 5. Dokumentasikan semua masukan cairan dan makanan.

Rasional :

1. Mudah dalam pemberian HE tentang nutrisi.

2. Hyegine oral yang tepat mengurangi mikroorganisme dan membantu stomatitis. 3. Nafsu makan dirangsang pada waktu yang rileks dan menyenangkan.

4. Umpan balik positif untuk ketaatan diet dalam meningkatkan kepatuhan. 5. Dokumentasi akurat penting untuk pengkajian status nutrisi.

2.4. Penatalaksanaan.

Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan. Dalam fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan validasi (penyerahan) rencana keperawatan, menulis dan mendokumentasikan rencana keperawatan, memberi asuhan keperawatan dan pengumpulan data (H. Lismidar : 1990)

2.5. Evaluasi.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang (H. Lismidar, 1990).

DAFTAR PUSTAKA

- Arief Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua Penerbit Media Aesculapius FK UI Jakarta, 2001. - H. M. Syarfuliah Noer dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Balai Penerbit FK UI Jakarta, 1996.

- Marlyn E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Tiga Buku Kedokteran EGC Jakarta : 2000. - Syaifudin. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta : 1997.

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).

Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650

ribu.Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008).

Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data 2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi, usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta memadai (Djoko, 2008).

Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian, sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru dari US NCHS 2007

menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga kesehatan ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal. Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai obat antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi

minum jamu-jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5 liter). (Djoko, 2008).

B.Tujuan penulisan 1.Tujuan umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan GGK 2.Tujuan khusus

a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien GGK

b.Mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien GGK c.Mampu menyusun rencana rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan GGK

d.Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam tindakan nyata yang sesuai dengan masalah yang diprioritaskan

e.Mampu melakukan evaluasi keperawatan

BAB II

Dalam dokumen Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis (Halaman 41-52)

Dokumen terkait