• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal

Kronis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam

mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan

tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi

selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel

dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi

glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.

Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai

25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada

pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.

Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)

terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah

menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat

utama.

Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat

membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang

lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah

perifer.

Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti

yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai

komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna,

kelainan di tulang dan otot serta anemia.

Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan

pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik

(2)

serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan

bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau

dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan

adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini

dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.

1.2Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini kami bedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk tujuan umum dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal kronis, dan untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal kronis. Sedangkan tujuan khususnya yaitu:

1. Mengetahui mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medis yang terjadi pada penyakit gagal ginjal kronis.

2. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, mengetahui cara menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, dapat mengetahui cara membuat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis, dan dapat mengetahui intervensi keperawatan dan mengevaluasi pasien dengan gangguan sistem

perkemihan akibat gagal ginjal kronis.

1.3

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut:

1.

Manfaat pengetahuan

Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan umumnya, khususnya adalah

keperawatan medical bedah.

2.

Manfaat pendidikan

Memberikan referensi mengenai pembahasan yang menyeluruh meliputi berbagai hal yang

berkaitan dengan gangguan pada system perkemihan yang dibahas.

(3)

a.

Bagi profesi

Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi keperawatan

khususnya keperawatan medical bedah tentang penyakit gagal ginjal kronis.

b.

Bagi peneliti

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pembahasan dan proses keperawatan yang

dilakukan pada klien dengan gangguan system perkemihan.

1.4

Metodologi Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan

menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik itu

buku maupun dari berbagai media elektronik.

1.5

Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

1.2

Tujuan penulisan

1.3 Manfaat penulisan

1.4

Metodologi penulisan

1.5 Sistematika penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

BAB III

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara

bertahap (Doenges, 1999; 626)

Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan

lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada

kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat

lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi

renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan

lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme

serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan

manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin,2011;

166)

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan

fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi

apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427)

2.2 Etiologi

Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan

tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif.

Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal

sendiri dan dari luar ginjal.

(5)

1.

Penyakit dari ginjal

a.

penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis

b.

infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis

c.

batu ginjal : nefrolitiasis

d.

kista di ginjal : polcystis kidney

e.

trauma langsung pada ginjal

f. keganasan pada ginjal

g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur

2.

Penyakit umum di luar ginjal

a.

penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi

b.

dyslipidemia

c.

infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis

d.

preeklamsi

e.

obat-obatan

f.

kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )

2.3 Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)

diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh

hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam

keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi

sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada

yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.

Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai

retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan

muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.

Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit

atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan

ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.

(6)

Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala

uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan

penderita asimtomatik.

Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya

25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar

kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan

poliuri.

Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia).

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari

normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar

blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

2.4 Manifestasi Klinis

Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,

maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala

bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia

pasien.

Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi (akibat retensi

cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif,

dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan

pericardial oleh toksin uremik).

Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis). Butiran

uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan

agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan

mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup

perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.

(7)

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,

mudah tersinggung, depresi

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak

nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak

ada tapi mungkin juga sangat parah.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi

cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung

kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada

lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,

kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a.

Sistem kardiovaskuler

•Hipertensi

• Pitting edema

• Edema periorbital

• Pembesaran vena leher

• Friction sub pericardial

b.

Sistem Pulmoner

• Krekel

• Nafas dangkal

• Kusmaull

• Sputum kental dan liat

c.

Sistem gastrointestinal

• Anoreksia, mual dan muntah

• Perdarahan saluran GI

• Ulserasi dan pardarahan mulut

• Nafas berbau ammonia

d. Sistem musculoskeletal

• Kram otot

• Kehilangan kekuatan otot

• Fraktur tulang

(8)

e.

Sistem Integumen

• Warna kulit abu-abu mengkilat

• Pruritis

• Kulit kering bersisik

• Ekimosis

• Kuku tipis dan rapuh

• Rambut tipis dan kasar

f. Sistem Reproduksi

• Amenore

• Atrofi testis

Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi.

Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan sebagai penyebabnya.

2.5 Pemeriksaan Diagnostic

1. Laboratorium :

a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan

hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.

b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin

kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar

luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum

lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.

c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada

gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis

d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada

GGK.

e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim

fosfatase lindi tulang.

f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan metabolisme

dan diet rendah protein.

g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal (

resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).

(9)

h.Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone

insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.

i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE yang

menurun, HCO

3

yang menurun, PCO

2

yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam

organic pada gagal ginjal.

2. Radiology

Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya

suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh

sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.

3.

IIntra Vena Pielografi (IVP)

Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.

4.

USG

Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal,

anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.

5.

EKG

Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan

elektrolit (hiperkalemia)

2.6

Penatalaksanaan Medis

Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi

ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya gagal

ginjal kronik dicari dan diatasi.

Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan

diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,

mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi

komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal

dialysis) transplantasi ginjal.

Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan

mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :

(10)

1.

Dialisis

Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti

hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia,

menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan

kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.

2.

Koreksi hiperkalemi

Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian

mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain

dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila

terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian

Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.

3.

Koreksi anemia

Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya

dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.

4.

Koreksi asidosis.

Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat

diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi

asidosis

5.

Pengendalian hipertensi

Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake

garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai

retensi natrium.

6.

Transplantasi ginjal

Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh

ginjal yang baru.

(11)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)

3.1

Pengumpulan data

Anamnesa

Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview.

Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.

Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,

riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan

lingkungan dan tempat tinggal.

1.

Identitas

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,

tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan klien, dan alamat.

2.

Keluhan utama

Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau

berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.

(12)

Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak

dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah,

mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,

provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.

Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran,

perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia,

dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan

untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa.

4.

Riwayat Penyakit Dahulu

Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan

obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit

batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan

penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk

dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap

jenis obat kemudian dokumentasikan.

5.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bagaimana

pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system

perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada

keluarga.

6.

Riwayat Psikososial

Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan

penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya

perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (

gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.

(13)

7.

Lingkungan dan tempat tinggal

Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area

lingkungan rumah, dll.

Pemeriksaan Fisik

1.Keadaan umum dan TTV

Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat

Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat

TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat

2.Sistem Pernafasan

Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi

3.Sistem Hematologi

Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.

Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan

(14)

4.System Neuromuskular

Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.

5.Sistem Kardiovaskuler

Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi

pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.

6.Sistem Endokrin

Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi

sampaiamenorea.

Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D.

7.Sistem Perkemihan

Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat

8.Sistem pencernaan

Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

9.Sistem Muskuloskeletal

Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ),

(15)

petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.

Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

3.2

Diagnosa Keperawatan

1.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan

retensi cairan dan natrium

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,

muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.

3.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic, sirkulasi,sensasi,

penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit.

4.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan

prosedur

5.

Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh,

tindakan dialysis, koping maladaptif

6.

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.3

Perencanaan Keperawatan

1.

Diagnosa Keperawatan :

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran

urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium

Tujuan :

Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

Kriteria Hasil :

Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),

produksi urine > 600ml/hr

(16)

Intervensi

Rasional

Kaji status cairan :

a.

Timbang berat badan harian

b.

Keseimbangan masukan dan

pengeluaran

c.

Turgor kulit dan adanya edema

d.

Distensi vena leher

e.

Tekanan darah, denyut dan irama

nadi

Batasi masukan cairan

Identifikasi sumber potensial

cairan :

a. Medikasi dan cairan yang

digunakan untuk pengobatan :

oral dan intravena

b. Makanan

Jelaskan pada pasien dan

keluarga rasional pembatasan

Bantu pasien dalam menghadapi

ketidak nyamanan dalam

pembatasan cairan

Tingkatkan dan dorong hygiene

Pengkajian merupakan dasar dan data dasar

berkelanjutan untuk memantau perubahan

dan mengevaluasi intervensi

Pembatasan cairan akan menentukan berat

tubuh ideal, keluaran urine, dan respon

terhadap terapi

Sumber kelebihan cairan yang tidak

diketahui dapat diidentifikasi

Pemahaman meningkatkan kerjasama

pasien dan keluarga dalam pembatasan

cairan

Kenyamanan pasien meningkatkan

kepatuhan terhadap pembatasan diet.

(17)

oral dengan sering

Kolaborasi :

Berikan diuretic, contoh :

furosemide, spironolakton,

hidronolakton

Adenokortikosteroid, golongan

prednisone

Lakukan dialisis



Higiene oral mengurangi kekeringan

membrane mukosa mulut

Diuretic bertujuan untuk menurunkan

volume plasma dan menurunkan retensi

cairan di jaringan sehingga menurunkan

resikoterjadinya edema paru



Adenokortikosteroid, golongan predison

digunakan untuk menurunkan proteinuri

Dialysis akan menurunkan volume cairan

yang berlebih.

2.

Diagnosa Keperawatan :

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.

Tujuan :

Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Kriteria Hasil :

Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh

situasi individu, bebas edema.

Intervensi

Rasional

Kaji status nutrisi :

a.

Perubahan berat badan

b.

Pengukuran antopometrik

c.

Nilai laboratorium (elektrolit

seru, BUN, kreatinin,

protein,transferin, dan kadar

besi)

Menyediakan data dasar untuk

memantau perubahan dan

mengevaluasi intervensi

(18)

Kaji pola diet nutrisi pasien :

a.

Riwayat diet

b. Makanan kesukaan

c. Hitung kalori

Kaji faktor yang berperan dalam

merubah masukan nutrisi :

a.

Anoreksia, mual, atau muntah

b.

Diet yang tidak menyenangkan

bagi pasien

c.

Depresi

d.

Kuran memahami pembatasan

diet

e.

Stomatitis

Menyediakan makanan kesukaan

pasien dalam batas-batas diet

Tingkatkan masukan protein

yang mengandung nilai biologis

tinggi seperti : telur, produk

susu, dan daging

Anjurkan camilan tinggi kalori,

rendah protein, rendah natrium,

diantara waktu makan

Ciptakan lingkungan yang

Pola diet dahulu dan sekarang dapat

dipertimbangkan dalam menyusun

menu

Menyediakan informasi mengenai

faktor lain yang dapat diubah atau

dihilangkan untuk meningkatkan

masukan diet

Mendorong peningkatan masukan diet

Protein lengkap diberikan untuk

mencapai keseimbangan nitrogen

yang diperlukan untuk pertumbuhan

dan penyembuhan

Mengurangi makanan dan protein yang

dibatasi dan menyediakan kalori untuk

energy, membagi protein untuk

(19)

menyenangkan selama waktu

makan

Timbang berat badan harian

Kaji bukti adanya masukan

protein yang tidak adekuat

a.

Pembentukan edema

b.

Penyembuhan yang lambat

c.

Penurunan kadar albumin serum

pertumbuhan dan pertumbuhan

jaringan

Faktor yang tidak menyenangkan yang

berperan menimbulkan anoreksia

dihilangkan.

Untuk memantau status cairan dan nutris

Masukan protein yang tidak adekuat

dapat menyebabkan penurunan

albumin dan protein lain,

pembentukan edema, dan perlambatan

penyembuhan

3.

Diagnosa Keperawatan :

. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam

kulit.

Tujuan :

Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Kriteria Hasil :

Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang

Intervensi

Rasional

Kaji terhadap kekeringan kulit,

pruritis, ekskoriasi, dan infeksi

Kaji terhadap adanya petekie

dan purpura

Monitor lipatan kulit dan area

Perubahan mungkin disebabkan oleh

penurunan aktivitas kelenjar keringat

atau pengumpulan kalsium dan posfat

pada lapisan kutaneus.

Perdarahan yang abnormal sering

dihubungkan dengan penurunan

jumlah dan fungsi platelet akibat

uremia

(20)

yang edema

Gunting kuku dan pertahankan

kuku terpotong pendek dan

bersih

Kolaborasi :

Berikan pengobatan antipruritis

sesuai pesanan.

injuri

Penurunan curah jantung

mengakibatkan gangguan perfusi

ginjal, retensi natrium / air, dan

penurunan urine output.

Mengurangi stimulus gatal pada kulit

4.

Diagnosa Keperawatan :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi

produk sampah dan prosedur dialysis.

Tujuan :

Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

Kriteria Hasil :

Meningkatkan rasa sejahtera, dan dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan

mandiri yang dipilih

Intervensi

Rasional

Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan :

a. Anemia

b. Ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit

c.

Retensi produk sampah

d.

Depresi

Tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika

Menyediakan informasi tentang

indikasi tingkat keletihan

Meningkatkan aktivitas ringan/sedang

dan memperbaiki harga diri

(21)

keletihan terjadi

Anjurkan aktivitas alternative

sambil istirahat

Anjurkan untuk beristirahat

setelah dialisis

Mendorong latihan dan aktivitas dalam

batas-batas yang dapat ditoleransi dan

istirahat yang adekuat

Istirahat yang adekuat dianjurkan

setelah dialysis yang bagi banyak

pasien sangat melelahkan.

5.

Diagnosa Keperawatan :

. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan

penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif

Tujuan :

Pasien mampu mengembangkan koping yang positif

Kriteria Hasil :

-Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan,

-

Mampu menyatakan atau mengomunikaasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan

yang sedang terjadi

- Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi

-

Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa

harga diri yang negatif

Intervensi

Rasional

Kaji perubahan dari gangguan

persepsi dan hubungan dengan

derajat ketidak mampuan

Identifikasi arti dari kehilangan

atau disfungsi pada pasi

Menentukan bantuan individual dalam

menyusun rencana perawatan atau

pemilihan intervensi

Mekanisme koping pada beberapa

pasien dapat menerima dan mengatur

perubahan fungsi secara efektif

dengan sedikit penyesuaian diri,

sedangkan yang lain mengalami

(22)

Anjurkan klien untuk

mengekspresikan perasaan

Bantu dan anjurkan perawatan

yang baik dan memperbaiki

kebiasaan

Anjurkan orang yang terdekat

untuk mengijinkan pasien

melakukan

sebanyak-banyaknya hal-hal untuk

dirinya

Dukung perilaku atau usaha

seperti peningkatan minat atau

partisipasi dalam aktivitas

rehabilitasi

koping maladaptive dan mempunyai

kesulitan dalam membandingkan,

mengenal, dan mengatur, kekurangan

yang terdapat pada dirinya

Menunjukan penerimaan, dan

membantu pasien untuk mengenal dan

mulai menyesuaikan dengan perasaan

tersebut

Membantu meningkatkan perasaan

harga diri dan mengontrol lebih dari

satu area kehidupan

Menghidupkan kembali perasaan

kemandirian dan membantu

erkembangan harga diri, serta

memengaruhi proses rehabilitasi

Pasien dapat beradaptasi terhadap

perubahan dan pengertian tentang

peran individu masa mendatang

6.

Diagnosa Keperawatan :

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan :

Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

Kriteria Hasil :

Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya.

(23)

Kaji pemahaman mengenai

penyebab gagal ginjal,

konsekuensinya dan

penanganannya :

a.

Penyebab gagal ginjal pasien

b.

Pengertian gagal ginjal

c.

Pemahaman mengenai fungsi

renal

d.

Hubungan antara cairan,

pembatasan diet dengan gagal

ginjal

e.

Rasional penanganan

(hemodialisis, dialysis

peritoneal, transplantasi)

Jelaskan fungsi renal dan

konsekuensi gagal ginjal sesuai

dengan tingkat pemahaman dan

kesiapan pasien untuk belajar

Bantu pasien untuk

mengidentifikasi cara-cara

untuk memahami berbagai

perubahan akibat penyakit dan

penanganan yang

mempengaruhi hidupnya

Sediakan informasi baik tertulis

maupun secara oral dengan

tepat tentang :

a.

Fungsi dan kegagalan renal

Merupakan instruksi dasar untuk

penjelasan dan penyuluhan lebih

lanjut

Pasien dapat belajar tentang gagal

ginjal dan penanganan setelah mereka

siap untuk memahami dan menerima

diagnosis dan konsekuensinya

Pasien dapat melihat bahwa

kehidupannya tidak harus berubah

akibat penyakit

Pasien memiliki informasi yang dapat

digunakan untuk klarifikasi

(24)

b.

Pembatasan cairan dan diet

c.

Medikasi

d.

Melaporkan masalah, tanda dan

gejala

e.

Jadwal tindak lanjut

f.

Sumber di komunitas

g.

Pilihan terapi

BAB IV

PENUTUP

4.1

Kesimpulan

Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

Penyebab

• Infeksi misalnya pielonefritis kronik

• Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis

• Penyakit vaskuler hipertensif

(25)

• Gangguan kongenital dan herediter

• Penyakit metabolic

• Nefropati toksik

• Nefropati obstruktif

Tanda dan gejala

• Gangguan pernafasan • Udema • Hipertensi • Anoreksia • Ulserasi usus • Stomatitis • Proteinuria • Hematuria

• Letargi, apatis, penurunan konsentrasi

• Anemi

• Perdarahan

• Turgor kulit jelek

• Gatal-gatal pada kulit

• Distrofi renal

• Hiperkalemia

• Asidosis metabolic

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik, akan tetapi mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor, biaya mahal, efek samping

(26)

obat-obatan imunosupresi dan rejeksi kronik yang belum bisa diatasi. Keuntungan transplantasi ginjal ialah menghasilkan rehabilitas paling baik dibandingkan dialysis.

4.2Saran

Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit gagal ginjal kronis menjadi bekalkan dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.

Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses

Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

(27)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GAGAL GINJAL

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

(28)

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002 )

Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996).

Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448) Gagal ginjal kronis ini merupakan penyakit ginjal tahap akhir

B.TUJUAN PENULISAN

1.Tujuan Umum

Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada anak dengan gagal ginjal. 2.Tujuan Khusus.

Dengan pembuatan makalah mahasiswa mampu : Mengerti dan memahami konsep dasar gagal ginjal. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gagal ginjal.

Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnosa prioritas gagal ginjal. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal

BAB II

(29)

A.KONSEP DASAR

1.Defenisi

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002 )

Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996).

Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.

2.Etiologi

Glomerulonefritis kronis Pielonefritis

Diabetes mellitus

Hipertensi yang tidak terkontrol Obstruksi saluran kemih

Penyakit ginjal polikistik Gangguan vaskuler Lesi herediter

Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)

3.Patofisiologi

Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.

Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan

(30)

pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia

4.Manifestasi klinis

Kardiovaskuler

Hipertensi

Pembesaran vena leher Pitting edema

Edema periorbital Friction rub pericardial

Pulmoner

oNafas dangka

oKrekels

oKusmaul

oSputum kental dan liat

Gastrointestinal

oKonstipasi / diare

oAnoreksia, mual dan muntah

oNafas berbau amonia

oPerdarahan saluran GI

oUlserasi dan perdarahan pada mulut

Muskuloskel

oKehilangan kekuatan otot

oKram otot

oFraktur tulang

Integumen

(31)

oWarna kulit abu-abu mengkilat

oKuku tipis dan rapuh

oRambut tipis dan kasar

oPruritu oEkimosis Reproduksi oAtrofi testis oAmenore 5.Pemeriksaan diagnostik a)Urin

oWarna: secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen. Warna urine kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin

oVolume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada urine (anuria)

oBerat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat

oOsmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1

oProtein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada

oKlirens kreatinin: mungkin agak menurun

oNatrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium

b)Darah

Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir SDM: menurun, defisiensi eritropoitin

GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7, Protein (albumin) : menurun

Natrium serum : rendah Kalium: meningkat Magnesium: meningkat Kalsium ; menurun

c)Osmolalitas serum:

Lebih dari 285 mOsm/kg

d)Pelogram Retrograd:

Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

e)Ultrasonografi Ginjal :

Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas

(32)

Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif

g)Arteriogram Ginjal:

Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa h)EKG:

Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

6.Penatalaksanaan

Stabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit Dukung fungsi kardiovaskuler

Cegah infeksi

Tingkatkan status nutrisi

Kendalikan perdarahan dan anemia Lakukan dialisis

Transplantasi ginjal

7.Komplikasi

Hipertensi Hiperkalemia

Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung Anemia

Penyakit tulang

B.ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL

1.

Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien:

a)Aktifitas /istirahat

(33)

- Kelemahan malaise - Kelelahan ekstrem,

- Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen) Tanda:

- Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak

b)Sirkulasi

Gejala:

- Riwayat hipertensi lama atau berat - Palpitasi, nyeri dada (angina) Tanda:

- Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan - Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik

- Disritmia jantung - Pucat pada kulit - Friction rub perikardial - Kecenderungan perdarahan

c)Integritas ego

Gejala:

- Faktor stress, misalnya masalah finansial, hubungan dengan orang lain - Perasaan tak berdaya, tak ada harapan

Tanda:

(34)

d)Eliminasi

Gejala:

- Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut) - Diare, Konstipasi, abdomen kembung,

Tanda:

- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat, kemerahan, berawan - Oliguria, dapat menjadi anuria

e)Makanan/cairan

Gejala:

- Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)

- Anoreksia, mual/muntah, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia) Tanda:

- Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir) - Edema (umum, tergantung)

- Perubahan turgor kulit/kelembaban - Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah

- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga

f)Neurosensori

Gejala:

- Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada Sakit kepala, penglihatan kabur - telapak kaki

- Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer) Tanda:

(35)

- Gangguan status mental, contohnya ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, penurunan lapang perhatian, stupor, koma

- Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang - Rambut tipis, kuku tipis dan rapuh

g)Nyeri/kenyamanan

Gejala:, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki, nyei panggul Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

h)Pernapasan

Gejala:

- Dispnea, nafas pendek, nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum Tanda:

- Dispnea, takipnea pernapasan kusmaul

- Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)

i)Keamanan

Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi Tanda:

- Pruritus

- Demam (sepsis, dehidrasi)

j)Seksualitas

(36)

k)Interaksi sosial

Gejala:

- Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga

l)Penyuluhan

- Riwayat diabetes mellitus pada keluarga (resti GGK), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria

- Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan - Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1)Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan

natrium

2)Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah

3)Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat

4)Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema

5)Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia

3.RENCANA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium

Hasil yang diharapkan:

- Masukan dan haluaran seimbang - Elektrolit dalam batas normal - Bunyi nafas dan jantung normal

(37)

- Berat badan stabil

Intervensi:

Pantau balance cairan/24 jam Batasi masukan cairan

Pantau peningkatan tekanan darah Monitor elektrolit darah

Kaji edema perifer dan distensi vena leher Timbang BB harian

2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah Hasil yang diharapkan:

- Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat yang dibuktikan dengan BB dalam batas normal, albumin dalam batas normal

Intervensi:

Kaji pola diet nutrisi Kaji status nutrisi

Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi Menyediakan makanan kesukaan klien dalam batas-batas diet

Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan

Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat Timbang berat badan harian

3. Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat Hasil yang diharapkan;

(38)

- Klien mendemonstrasikan peningkatan aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan tentang berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu melakukan kembali aktivitas sehari-hari yang memungkinkan

Intervensi:

Kaji faktor yang menimbulkan keletihan

Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat

Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis

Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap yang dapat ditoleransi Kaji respon klien untuk peningkatan aktivitas

4. Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema Hasil yang diharapkan:

- Kulit hangat, kering dan utuh, turgor baik - Klien mengatakan tak ada pruritus

Intervensi:

Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu Jaga kulit tetap kering dan bersih

Beri perawatan kulit dengan lotion untuk menghindari kekeringan Bantu klien untuk mengubah posisi tiap 2 jam jika klien tirah baring Beri pelindung pada tumit dan siku

Tangani area edema dengan hati-hati Pertahankan linen bebas dari lipatan

5. Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia Hasil yang diharapkan:

- Klien tetap terbebas dari infeksi lokal maupun sistemik dibuktikan dengan tidak ada panas/demam atau leukositosis, kultur urin, tidak ada inflamasi

(39)

Pantau dan laporkan tanda-tanda infeksi seperti demam, leukositosis, urin keruh, kemerahan, bengkak Pantau TTV

Gunakan tehnik cuci tangan yang baik dan ajarkan pada klien

Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan memberiakan perawatan kulit yang baik dan higiene oral Jangan anjurkan kontak dengan orang yang terinfeksi

Pertahankan nutrisi yang adekuat

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002 )

Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996).

Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448) Gagal ginjal kronis ini merupakan penyakit ginjal tahap akhir

B.

Saran

(40)

Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.

Diharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA ( REFERENSI )

Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

(41)

Asuhan keperawatan pada pasien GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

1. KONSEP DASAR

1.1. Pengertian

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut (IPD Jilid II, 2001).

1.2. Etiologi

Glomerul nefritis, nefropati analgestik, nefropati ferluks, ginjal poli kristik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, gout, dan tidak diketahui (Kapita Selekta Kedokteran 2001)

1.3. Patofisiologi • Pre Renal

(42)

• Renal

(43)

1.4. Pemeriksaan Penunjang

Kreatinin plasma akan meningkat seiring dengan laju filterasi glomerolus. Dimulai bila laju kurang dari 60 ml/m. Pada gagal gijal terminal, konsentrasi kreatinn dibawah 1 m mol/ lt. Konsentrasi ureum plama kurang dapat di percaya

(44)

karena dapat menurun pada diet rendah protein dan meningkatkan diet tinggi protein, kekurangan garam dan keadaan katabolik. Biasanya konsenterasi ureum pada gagal ginjal terminal adalah 20 – 60 mmol/lt. Terdapat penurunan bikarbonat plasma (15-25 mmol/l), penurunan pH, dan peningkatan anion Gap. Konsenterasi natrium biasanya normal, namun dapat meningkatan atau menurunkan akibat masukan cairan inadekuat atau kelebihan. Hiperkalemia adalah tanda gagal ginjal yang berat, kecuali terdapat masukan berlebihan, asidosis tubular ginjal, atau hiperaldo steronisme.

Terdapat peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan peningkatan kalsium plasma, kemudian fosfatase alkali meningkat. Dapat ditemukan peningkatan parathormon pada hiperparatiroidisme.

1.5. Manifestasi Klinis

1. Umum : fatig malaise, gagal tubuh, debil. 2. Kulit : pucat, mudah lecet, rapuh, leukonikia.

3. Kepala dan leher : fektor uremik, lidah kering dan berselaput. 4. Mata : fundus hipertensif, mata merah.

5. Kardiovaskuler : hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis uremik, penyakit vaskuler. 6. Pernafasan : hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura.

7. Gastrointestinal : anoreksia, nousea, giastritis, ulkus peptikum, kolitis uremik, diare yang disebabkan oleh antibiotik.

8. Kemih : nokturia, poliuria, haus, proteinuria, penyakit ginjal yang mendasarinya. 9. Reproduksi : penurunan libido, impotensi, amenore, galaktase.

10. Saraf : letargi, malaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, kejang, koma. 11. Tulang : hiperparatiroidisme, difisiensi vit. D.

12. Sendi : Gout, klasifikasi ekstra tulang.

13. Hematologi : anemia, difisiensi imun, mudah mengalami pendarahan. 14. Endokrin : multipel.

15. Farmakologi : obat-obatan yang diekskresi oleh ginjal. 1.6. Diagnosis

Berdasarkan Anamnesa dapat ditentukan kecenderungan diagnosis, misalnya bila didapatkan riwayat nokturia, poliuria dan haus, disertai hipertensi dan riwayat penyakit ginjal, lebih mungkin dipikirkan kearah gagal ginjal kronik. Tanda-tanda uremia klasik dengan kulit pucat atrofi, dengan bekas garukan, dan leukonikia tidak terjadi seketika dan jarang ditemukan gagal ginjal akut. Namun pada banyak kasus, gambaran ini tidak ditemukan sehingga lenih banyak menganggap semua pasien adotemia menderita gagal ginjal akut sampai dapat dibuktikan sepenuhnya.

1.7. Penatalaksanaan

 Diet TKRPRG

Diet Rendah Protein (20-40 gr/hr), dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksoa dan neusea dari unemia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan yang berlebihan dari K dan garam.

(45)

 Untuk mencegah hiperkalemi : drunetik hemat kalium, penghambat ACE dan obat anti inflamasi non steroid.

 Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal.

Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang meningkat fosfat seperti aluminium (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000 mg).

 Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal

Banyak obat-obat yang harus diturunkan dosisnya karena metabolik tosik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misal : digoksin, aminoglikosoid, analgesik, opiat, amfosterisin, dan alapurinol.

 Persiapan dralisis dan program transplantasi.

2. ASUHAN KEPERAWATAN 2.1. Pengkajian.

a. Identitas klien.

Pada kasus GGK dapat terjadi pada segala usia dan semua jenis kelamin (tidak ada perbandingan aantara pria dan wanita).

b. Keluhan utama. Biasanya klien mengeluh. c. Riwayat kesehatan.

- Riwayat kesehatan sekarang.

Pada kasus GGK faktor yang mempengaruhi dan memperberat hingga klien MRS adalah falig, malaise, gagal tumbuh, pucat dan mudah lecet, rapuh, leukonika, lidah kering, berselaput, fundus hipertensif, mata merah, gagal jantung, anoreksia, edema paru, efusi pleura, penurunan libido, anemia defisiensi imun, mudah mengalami pendarahan.

- Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya klien sebelum di diagnosa GGK klien pernah sakit seperti : glomerolus nefritis, netropati analgesik, ginjal polikistik, penyebab lain seperti : HT, obstruksi GOUT.

- Riwayat penyakit keluarga.

Gambaran mengenai kesehatan dan adakah penyakit keturunan atau menular. d. Pola-pola fungsi kesehatan.

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. 2. Pola nutrisi dan metabolisme.

Pada klien GGK akan terjadi anoerksia, nourea dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus.

(46)

Klien akan menunjukkan perubahan warna urine, abdomen kembung, diare, konstipasi. 4. Pola istirahat tidur

Biasanya klien dengan GGK mengeluh sulit tidur karena keresahan atau mengigau. 5. Pola aktifitas.

Pada penderita GGK akan terjadi kelelahan ekstrim, kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan gerak rentang. 6. Pola persepsi dan konsep diri.

Klien tidak bisa menjalankan tugasnya sehari-hari yang disebabkan oleh perawatan yang lama 7. Pola sensori dan kognitif.

Perubahan sttus kesehatan dan gaya hidup data mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat dii sendiri.

8. Pola reproduksi dan seksual.

Akan terjadi penurunan libido, impotensi, amenore, galaktose. 9. Pola hubungan peran.

Kesulitan menentukan kondisi contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga. 10. Pola penanggulangan stress

Biasanya penderita GGK mengalami fraktrus stress contoh finansial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak da harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan.

Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.

e. Pemeriksaan fisik. 1. Status kesehatan umum. 2. Sistem respirasi.

Nafas pendek, batuk denga atau tanpa sputum kental dan banyak, tekipnea batuk produktif dengan sputum merah darah encer (edema paru).

3. Kulit, rambut, kuku.

Pada klien GGK ditemukan dalam pemeriksaan pada kulit yaitu kulit kuning, perubahan turgor kulit (kering), bintik-bintik perdarahan kecil dan lebih besar dikulit. Penyebaran proses pengapuran di kulit, pada kuku tipis dan rapuh serta pada rambut tipis.

4. Kepala, leher.

Pada klien GGK mengeluh sakit kepala, muka pucat memerah, tidak adanya pembesaran tiroid. 5. Mata.

(47)

6. Telingga, hidung, mulut, tenggorokan.

Pada GGK telinga hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan pada mulut ditemukan adanya perdarahan pada gusi dan lidah.

7. Pada thorax dan abdomen.

Pada pemeriksaan abdomen dan thorak ditemukan adanya nyeri pada dada dan abdomen ditemukan disternsi perut (asietas atau penumpukan cairan, pembesaran heper pada stadium akhir).

8. Sistem kardiovaskuler.

GGK berlanjut menjadi tekanan darah tinggi, detak jantung menjadi irreguler ( termasuk detak jantung yang mengancam kehidupan atau terjadi fibrilasi), pembengkakan, gagal ginjal kongestif.

9. Sistem genitourinaria.

Karena ginjal kehilangan kesanggupan mengekskresi natrium, penderita mengalami retensi natrium dan kelebihan natrium sehingga penderita mengalami iritasi dan menjadi lemah. Pengeluaran urine mengalami penurunan serta mempengaruhi komposisi kimianya, berkurangnya frekwensi kencing, urine sedikit, urine tidak ada pada gagal ginjal, perut mengembung, diare atau justru sulit BAB, perubahan warna urine misalnya :

Kuning, coklat, merah, gelap, urin sedikit dan beda negatif. 10. Sistem gastrointestinal.

Pada saluran pencernaan terjadi peradangan ulserasi pada sebagaian besar alat pencernaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut, nafas bau amonia, nafsu makan menurun, mual muntah, perut mengembung, diare atau justru sulit BAB.

11. Sistem muskuloskeletal

Pada GGK adanya kelemahan otot atau kekuatan otot hilang. Kurangnya respon-respon otot dan tulang.

Ketidakseimbangan mineral dan hormon, tulang terasa sakit , kehilangan tulang, mudah patah, defisit kalsium dalam otak, mata, gusi, persendian, jantung, bagian dalam dan pembuluh darah. Fraktur atau otak tulang, penumpukan CaPO4 pada jaringan lunak , sendi pembatasan gerak sendi.

12. Sistem endokrin.

Pada GGK memberikan pertumbuhan lambat pada anak-anak. Kurang subur serta nafsu sex menurun pada kedua jenis kelamin. Menstruasi berkurang bahkan dapat berhenti sama sekali. Impotensi dan produksi sperma menurun serta peningkatan kadar gula darah seperti pada diabetes.

13. Sistem persyarafan.

Pada klien GGK sindroma tungkai bergerak-gerak salah satu pertanda kerusakan saraf, rasa sakit seperti terbakar, gatal pada kaki dan tungkai, juga dijumpai otot menjadi kram dan bergerak-gerak, daya ingat berkurang, mengantuk, iritabilitas, bingung, koma dan kejang. (Merlyn E. Doenges, 1990)

2.2. Diagnosa

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan urine dan menahan natrium ditandai dengan perit kembung, sulit kencing, kencing sedikit, perubahan warna urine, urin tidak

(48)

ada pada gagal ginjal, edema (+).

2. perubahan nutrisi kurang berhubungan dengan anorexia mual muntah, kehilangan selera makan kehilangan bau, stomatitis dan diet tak enak.

3. ketidak berdayaan berhubungan dengan kehilangan perasaan terhadap kontrol dan pembatasan gaya hidup. 4. resiko tinggi terhadap infeksi penatalaksanaan regimen terapiutik berhubungan dengan insufisiensi pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pencatatan setiap hari, terapo farmakologi tanda / gejal komplikasi, kunjungan evaluasi dan sumber komunitas ( lynda Juall Carpenitto, 1999).

2.3. Perencanaan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal mengeluarkan air dan menahan natrium.

Tujuan : Cairan seimbang.

Kriteria hasil : - Masukan dan pengeluaran seimbang. - BB stabil.

- Bunyi nafas jantung normal. - Elektrolit dalam batas normal. Rencana tindakan :

1. Pantau dan dokumentasikan masukan dan keluaran tiap jam secara akurat 2. Timbang berat badan mklien tiap hari

3. Pantau peningkatan tekanan darah

4. Kaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan sesak nafas

5. Batasi cairan sesuai program pemberian obat-obatan dengan makanan jika mungkin bagi cairan selama sehari. Rasional :

1. Klien ryang menunjukkan bukti kelebihan cairan memerlukan pembatasan berdasarkan pengeluaran urine. 2. Klien dengan gagal ginjal kronis cenderung mengalami fluktuasi BB sering membutuhkan evaluasi ulang yang sering terhadang keseimbangan cairan optimal. Perubahan BB interdialik yang diterima adalah 1-2 atau lebih/24jam. 3. Volume sirkulasi harus dipantau pada gagal ginjal kronis untuk mencegah hipervolemia berat.

4. Dengan mengkaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan sessak nafas dapat mengetahui terjadinya gagal jantung kongestif.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia mual muntah, kehilangan selera makan, nafsu makan bau stomatitis dan diet tidak enak..

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil : Klien akan menghubungkan pentingnya masukan nutrisi adekuat dan mentaati program diet yang di programkan

Rencana tindakan :

1. Lakukan pendekatan dengan klien dan keluarga.

2. Siapkan dan berikan dorongan oral hyegien yang baik sebelum dan sesudah makan. 3. Berikan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan dan bantu sesuai kebutuhan.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam Corporate Social Responsibility

Peranan guru dalam pendidikan dengan model pembelajaran Reggio Emilia adalah untuk membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak, mendorong agar anak

Penerimaan Barang, fungsi ini digunakan untuk menampilkan form pengisian data penerimaan barang oleh gudang farmasi dari pihak luar rumah sakit..1. Pada form penerimaan barang

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perubahan penggunaan lahan non industri ke industri dengan perubahan PDRB industri

Kita bisa menggabungkan tehnik relaksasi,visualisasi,dan afirmasi dalam sebuah proses yang bertujuan menanamkan suatu realitas yang kita inginkan ke dalam pikiran atau alam

Berdasarkan perhitungan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaaan kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik yang diberi strategi

Tapi sebagai kakek Saya ya mending tidak usah, takut nanti di sawer-sawer mbak, tapi kalau cucu Saya berminat tentunya nanti dalam pengawasan Saya karena Dolalak kan

Berdasarkan output di atas diketahui bahwa nilai signifikansinya adalah sebessar 0,187 (lebih besar dari 0.05), demikian juga Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan