• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau

keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Asumsi normalitas

merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan

(signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi

normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara

statistik. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regressi.

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

12 .0000000 7161.431951 .155 .101 -.155 .536 .936 N Mean

Std. Dev iat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positiv e Negativ e Most Extreme Dif f erences Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated f rom data. b.

Pada tabel 4.4 dapat dilihat nilai probabilitas (asymp.sig.) yang diperoleh dari uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,936. Karena nilai probabilitas pada uji

Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0.05), maka

disimpulkan bahwa model regressi berdistribusi normal. Secara visual gambar

grafik normal probability plot dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut

Gambar 4.4 Grafik Normalitas

Berdasarkan gambar diatas tampak bahwa data menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi

normalitas. Maka dapat diketahui data harga pokok produk dan penyusutan aktiva

tetap sebagai variabel independen dan juga laba sebagai variabel dependen pada

laporan keuangan PT. PINDAD(persero) bandung periode 2000-2011 terdistribusi

normal, sehingga model regresi ini layak untuk digunakan dalam melakukan

pengujian.

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Expect ed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Laba

b) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau

semua variabel bebas pada model regresi. Jika terdapat Multikolinieritas maka

koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar

dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar tetapi

pada pengujian parsial koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat

sedikit sekali koefisien regresi yang signifikan. Pada penelitian ini digunakan nilai

variance inflation factors (VIF) sebagai indikator ada tidaknya multikolinieritas

diantara variabel bebas.

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas

Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan dengan

menggunakan SPSS 18.0 for windows dapat dilihat bahwa profitabilitas dan kebijakan dividen menunjukan nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam

model regresi penelitian ini adalah terbebas dari multikolineritas atau dapat

dipercaya dan obyektif. Maka model ini tidak akan mengalami kesulitan untuk

melihat pengaruh harga pokok produk dan penyusutan aktiva tetap sebagai

Coeffi ci entsa .194 5.145 .194 5.145 X1 X2 Model 1 Tolerance VI F Collinearity Statistics Dependent Variable: Y a.

variabel independen terhadap laba sebagai variabel dependen (terikat) pada

laporan keuangan PT. PINDAD (persero) bandung periode 2000-2011.

c) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual tidak homogen

yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak efisien. Untuk menguji

homogenitas varian dari residual digunakan uji rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual(error).

Apabila koefisien korelasi dari masing-masing variabel independen ada yang

signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya

heteroskedastisitas. Pada tabel 4.6 berikut dapat dilihat nilai signifikansi

masing-masing koefisien korelasi variabel bebas terhadap nilai absolut dari

residual(error).

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil korelasi yang diperoleh seperti dapat dilihat pada tabel

4.6 diatas memberikan suatu indikasi bahwa residual (error) yang muncul dari

persamaan regresi mempunyai varians yang sama (tidak terjadi

heteroskedastisitas). Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi (sig) dari

masing-Correlati ons .322 .308 12 .259 .417 12 Correlation Coef f icient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N X1 X2 Spearman's rho absolut_error

masing koefisien korelasi kedua variabel bebas dengan nilai absolut error (yaitu

0,308 dan 0,417) masih lebih besar dari 0,05.

d) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW-test). Model

regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson

(DW-test) berkisar 1,57 sampai 2,32. Untuk mendeteksi keberadaan ada tidaknya

autokorelasi dalam data, digunakan uji durbin watson dengan hasil output SPSS

18.0 for windows sebagai berikut :

Tabel 4.7

Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,827.

Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai durbin watson pada tabel. sementara dari

tabel d untuk jumlah variabel bebas = 2 dan jumlah pengamatan n = 12 diperoleh

batas bawah nilai tabel (dL) = 0,812 dan batas atasnya (dU) = 1,579. Karena nilai

Durbin-Watson model regressi (1,827) berada diantara dU (1,579) dan 4-dU

(2,421), yaitu daerah tidak ada autokorelasi maka dapat disimpulkan tidak terjadi

autokorelasi pada model regressi.

Model Summaryb .799a .639 .559 7917.26091 1.827 Model 1 R R Square Adjusted R Square St d. Error of the Estimate Durbin-Wat son Predictors: (Constant), X2, X1 a. Dependent Variable: Y b.

Gambar 4.5

Daerah Kriteria Pengujian Autokorelasi

Setelah keempat asumsi regressi diuji dan terpenuhi, selanjutnya dilakukan

pengujian hipotesis, yaitu pengaruh harga pokok produk dan penyusutan aktiva

tetap terhadap laba.

2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk

mengetahui apakah ada hubungan linear antara satu variabel dependen dengan

beberapa variabel independen. Dengan kata lain untuk mengetahui besarnya

pengaruh harga pokok produk dan penyusutan aktiva tetap terhadap laba. Untuk model matematis untuk hubungan antara dua variabel tersebut adalah persamaan

regresi berganda, yaitu sebagai berikut:

Estimasi model regresi linier berganda menggunakan software SPSS.18 diperoleh

output sebagai berikut :

4 Terdapat Autokorelasi Positif Terdapat Autokorelasi Negatif Tidak Terdapat Autokorelasi Tidak Ada Keputusan Tidak Ada Keputusan dL=0,812 dU=1,579 4-dU=2,421 4-dL=3,188 0 D-W =1,827 Y = a + b1X1 + b2 X2

Tabel 4.8

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Dari tabel diatas dibentuk persamaan regresi linier sebagai berikut :

Y= 27044,028 + 0,058 X1 - 0,168 X2

Dimana :

Y = Laba

X1 = Harga pokok produk X2 = Penyusutan aktiva tetap

Koefisien yang terdapat pada persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Konstanta sebesar 27044,028 juta rupiah menunjukkan nilai rata-rata laba

pada PT. PINDAD (Persero) Bandung selama periode tahun 2000-2011 jika

harga pokok produk dan penyusutan aktiva tetap sama dengan nol.

2. Harga pokok produk memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,058,

artinya setiap peningkatan harga pokok produk sebesar 1 juta rupiah

diprediksi akan meningkatkan laba sebesar 58000 rupiah dengan asumsi

penyusutan aktiva tetap tidak berubah.

3. Penyusutan aktiva tetap memiliki koefisien bertanda negatif sebesar 0,168

juta rupiah, artinya setiap penyusutan aktiva tetap sebesar 1 juta rupiah

Coeffi ci entsa 27044.028 10614.297 2.548 .031 .058 .019 1.424 3.134 .012 -.168 .098 -.783 -1.724 .119 (Constant) X1 X2 Model 1 B St d. Error Unstandardized Coef f icients Beta St andardized Coef f icients t Sig. Dependent Variable: Y a.

diprediksi akan menurunkan laba sebesar 168000 rupiah dengan asumsi harga

pokok produk tidak berubah.

Dokumen terkait