BAB II ASURANSI JIWA
C. Asuransi Jiwa Bagian Dari Asuransi
1. Pengertian Asuransi Jiwa
Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa Asuransi Jiwa (life insurance) adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
Dalam KUH Dagang, yang mengatur tentang asuransi jiwa, pengaturannya sangatlah singkat sekali dan hanya terdiri dari 7 pasal yaitu pasal 302 sampai dengan pasal 308. Pasal-pasal ini termuat dalam buku I title 10 bagian 3. Dengan pesatnya kemajuan dan perkembangan asuransi jiwa sekarang, penulis merasa
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
bahwa KUH Dagang dirasakan kurang dan lemah mengatur tentang asuransi pada umumnya dan asuransi jiwa pada khususnya.
Pada Pasal 302 KUH Dagang, dimana pasal ini sebagai dasar dari asuransi jiwa, menyatakan bahwa jiwa seseorang dapat dipertanggungkan, guna keperluan seseorang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam suatu perjanjian.
Dari ketentuan pasal tersebut di atas menunjukkan bahwa asuransi jiwa itu diadakan dalam waktu yang ditentukan dalam perjanjian asuransi itu sendiri dan juga dapat untuk waktu selama hidupnya. Untuk waktu selama hidupnya, menurut ketentuan pasal tersebut tidak ditetapkan dalam perjanjian. Berarti undang-undang secara tidak tegas memberi kemungkinan untuk mengadakan asuransi itu selama hidupnya bagi yang berkepentingan.
Pasal 303 KUH Dagang menyebutkan bahwa yang berkepentingan dapat mengadakan pertanggungan tersebut, bahkan tidak dilarang untuk mengadakan pertanggungan atas jiwa seseorang diluar pengetahuan ataupun persetujuan dari orang yang jiwanya diasuransikan.
2. Jenis-Jenis Asuransi Jiwa
Dalam praktek perasuransian jiwa dikenal dua jenis asuransi jiwa yaitu : a. Asuransi jiwa medical (dengan pemeriksaan dokter)
Pada jenis asuransi ini, si tertanggung sebelum menutup perjanjian asuransinya terlebih dahulu harus memeriksakan kesehatannya kepada dokter yang telah disediakan oleh pihak asuransi. Disamping itu harus juga dilengkapi dengan surat kesehatan dan laporan kesehatan lengkap
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
(LAKES). Isi laporan ini dapat bermacam-macam, tergantung dari besarnya jumlah uang asuransi yang diminta.
Jenis asuransi dengan pemeriksaan dokter ini seperti dikatakan di atas, sebelum dilakukan kontrak terlebih dahulu tertanggung memeriksakan kesehatannya kepada dokter yang ditunjuk. Di samping itu diwajibkan juga mengisi dan menandatangani Surat Permintaaan dan formulir-formulir lainnya yang khusus disediakan untuk keperluan itu dan disampaikan kepada pihak penanggung.
Adapun formulir-formulir atau surat-surat yang diperlukan untuk penutupan asuransi dengan pemeriksaan dokter (medical) ini adalah: 1. Surat Permintaan (SP)
2. Laporan Kesehatan Lengkap (LAKES)
Untuk keperluan medical underwriting ini, jawaban dari calon tertanggung atas pertanyaan-pertanyaan tentang status kesehatannya penting sekali, karena dari jawaban-jawaban tertanggung ini dapat diperkirakan resiko-resiko yang mungkin akan dihadapi penanggung. Biasanya apabila resiko terlampau tinggi dirasakan oleh penanggung, maka biasanya penanggung akan menolaknya. Walaupun ada formulir yang diisi oleh tertanggung mengenai kesehatannya, tetapi peranan pemeriksaan langsung terhadap diri tertanggung oleh dokter yang bersangkutan dapat juga menentukan apakah permintaan akan asuransi jiwa ditolak atau diterima.
Adapun beberapa pertanyaan tentang kesehatan tertanggung yang biasanya diajukan adalah seperti :
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
1. Apakah Saudara sekarang dalam keadaan sehat ?
2. Apakah Saudara pernah dirawat di rumah sakit dalam waktu dua tahun terakhir ini ? Kalau Ya, karena sakit apa ?
3. Apakah Saudara pernah dirawat Dokter dalam duabelas tahun terakhir ini ? Kalau ya, untuk penyakit apa ?
4. Apakah Saudara pernah atau sedang mengidap penyakit-penyakit : malaria, kanker, TBC, kencing manis, hati, ginjal, jantung, ayan, lumpuh jiwa, kelamin atau tekanan darah tinggi ?
5. dan sebagainya.
Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut harus benar dan dijawab sesugguhnya oleh tertanggung dengan ancaman pembatalan perjanjian asuransi apabila terbukti jawabannya tidak benar.
b. Asuransi jiwa non medical (tanpa pemeriksaan dokter)
Jenis asuransi ini tidak memerlukan pemeriksaan dokter terhadap diri tertanggung sewaktu diadakan penutupan perjanjian asuransi. Untuk asuransi jenis ini keterangan kesehatan calon tertanggung akan dianggap cukup dan sehubungan dengan resiko yang kemungkinan terjadi dalam asuransi jiwa non medical ini, maka biasanya preminya dikenakan suatu tambahan sampai persentase tertentu.
Jadi untuk menentukan jenis asuransi mana dari kedua jenis tersebut yang digunakan tergantung dari ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat dalam polis.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
Biasanya dilihat dari besar kecilnya jumlah uang pertanggungan dari tertanggung. Sampai jumlah sekian misalnya harus dengan pemeriksaan dokter (medical) dan kalau belum sampai jumlah yang ditentukan boleh tanpa pemeriksaan dokter (non
medical).
3. Pihak-Pihak Dalam Asuransi Jiwa
Pihak-pihak disini dapat diartikan dalam arti sempit dan dapat pula dapat diartikan dapat arti luas. 15
1) pengambil asuransi
Dalam arti sempit, yang dimaksudkan sebagai pihak-pihak adalah :
2) penanggung
sedangkan dalam arti luas, yang dimaksudkan sebagai pihak-pihak adalah : 1) penanggung
2) pengambil asuransi 3) tertanggung
4) tertunjuk
Penanggung ialah pihak yang menerima risiko dari perjanjian pertanggungan yang “menanggung” pembayaran uang pertanggungan yang mengikat diri untuk membayar jumlah itu.
Pengambil asuransi ialah seorang yang mengadakan perjanjian dengan penanggung, sering juga disebut sebagai pemegang polis.
15
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal.25.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
Tertanggung ialah orang yang menjadi dasar daripada perjanjian pertanggungan, yang dari hidupnya digantungkan “penyelesaian” daripada asuransi jiwa.
Tertunjuk ialah pihak yang berhak atas penerimaan uang pembayaran.
4. Hak-Hak dan Kewajiban Pengambil Asuransi
Pengertian pengambil asuransi disini ialah pihak yang berhadapan dengan penanggung sebagai kontraktor yang mengadakan kontrak (perjanjian). Untuk pertanggungan kerugian menurut perundang-undangan memakai istilah
verzekerde atau tertanggung.
Menurut penulis, pengambil asuransi ini dapat juga dikatakan sebagai tertanggung, apabila asuransi yang diambilnya untuk dirinya sendiri dan dirinya lah yang menjadi objek dari asuransi tersebut bukan untuk orang lain, karena itu tertanggung juga dapat dikatakan sebagai pemegang polis.
Pemegang polis ialah pihak yang kedudukannya sangat penting di samping penanggung. Sebab ia dapat menentukan kehendak secara bebas, apakah akan melanjutkan perjanjian pertanggungan ataukah akan menghentikannya.
Adapun yang menjadi hak-hak dari pemegang polis itu adalah :
1) hak untuk menunjuk orang yang akan menerima uang pertanggungan. 2) hak untuk merubah siapa-siapa yang menjadi tertunjuk dalam
batas-batas tertentu.
3) hak untuk menebus kembali polis.
4) hak untuk mengubah polis menjadi bebas premi.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
6) hak untuk menggadaikan polis.
Sedangkan kewajiban-kewajiban dari pemegang polis adalah : 1) kewajiban untuk membayar premi.
2) kewajiban untuk memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan oleh penanggung.
5. Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Tertunjuk
Bahwa terjadinya hak dari tertunjuk ini ada dua pendapat, yaitu :
1) bahwa hak itu merupakan hak lanjutan, yang semula dimiliki oleh pemegang polis.
2) bahwa hak itu terjadi karena ada persesuaian kehendak antara pemegang polis dengan penanggung. 16
Hak dari tertunjuk yang terpenting ialah “hak atas uang pertanggungan”. Sedangkan tentang kewajiban-kewajibannya ialah :
1) kewajiban memberitahukan kepada penanggung mengenai meninggalnya tertanggung.
2) kewajiban membuktikan dapat ditagihnya uang pertanggungan dari penanggung.
3) kewajiban membuktikan wewenangnya untuk menerima uang pertanggungan.
4) kewajiban untuk menyerahkan polis (untuk dapat memperoleh uang pertanggungan.
16
Abdul Muis,Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum USU, 2005,hal.66.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
5) kewajiban untuk menyerahkan atau memperlihatkan kwitansi terakhir dari pembayaran premi.
6) wajib membayar tunggakan premi.
6. Penggadaian Polis
Yang tergolong sebagai benda yang dapat digadikan ialah surat tagihan, dalam hal ini Polis juga merupakan surat tanda bukti adanya suatu penagihan. Oleh karena itu polis dapat juga merupakan benda yang dapat digadaikan. Penggadaian polis dalam hal ini dimaksudkan untuk memberi jaminan kepada kreditur pemegang gadai terhadap resiko meninggalnya debitur pemberi gadai, sebelum hutangnya lunas.
Apabila debitur meninggal dunia, maka seluruh hutang atau sisanya dibayar dengan uang pertanggungan.
7. Alasan-alasan Yang Membebaskan Penanggung dari Kewajibannya Untuk Membayar
Pasal 307 KUHD mengatakan, bilamana orang yang mempertanggungkan jiwanya menghabisi jiwanya atau dijatuhi pidana mati, maka gugurlah pertanggungan itu.
Hal bunuh diri (menghabisi jiwanya sendiri), adalah mirip dengan keadaan dimana tertanggung dalam pertanggungan atas pertanggungan jawab, dengan sengaja mengakibatkan kerugian kepada orang lain.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
Dalam keadaan seperti tersebut di atas penanggung babas untuk membayar uang pertanggungan, sebab memang tujuan dari pasal 307 KUHD adalah untuk memberi perlindungan kepada penanggung.
Selanjutnya tentang dijatuhinya pidana mati oleh pengadilan, Wirjono Prodjodikoro mengatakan :
“Lain halnya dengan peristiwa penghukuman mati oleh Pengadilan. Ini sebetulnya merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat dikira-kirakan akan terjadinya. Jadi memenuhi syarat, bahwa pembayaran uang asuransi harus digantungkan pada peristiwa tak tentu. Maka saya tidak mengerti mengapa oleh pembentuk Undang-undang hal tersebut ditetapkan asuransi menjadi gugur.” 17
1) penanggung dapat memberikan polis duplikat dengan syarat sebagai berikut :
8. Kehilangan Polis
Bagaimana penyelesaiannya jika seseorang pemegang polis kehilangan polisnya?
Hal ini memiliki beberapa macam cara terhadap penyelesaiannya, yaitu :
a. kehilangan atau keadaan mengenai kehilangan harus diberitahukan kepada penanggung.
b. polis duplikat harus ditegaskan bahwa ini hanya untuk mengganti polis asli yang hilang.
c. pemegang polis harus memberi jaminan yang cukup kuat untuk penanggung.
17
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
2) penanggung mengganti polis yang hilang dengan surat yang menyatakan bagaimana dan dengan syarat-syarat apakah perjanjian semula diadakan. Pembayaran dilakukan dengan penyerahan surat tersebut.
9. Pemilihan Jenis Asuransi Jiwa
Dalam garis besarnya jenis-jenis asuransi jiwa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Endowment Insurance (Dwi Guna)
Yaitu jenis asuransi jiwa dimana jumlah uang asuransi dibayarkan pada akhir masa asuransi jika tertanggung masih hidup atau segera jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi
2. Term Insurance (Ekawarsa, Kala Bhakti)
Yaitu jenis asuransi jiwa dimana jumlah uang asuransi hanya dibayarkan kepada ahli waris jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi. Jadi berbeda dengan jenis pertama, dalam hal ini tidak ada pembayaran uang asuransi pada akhir masa asuransi sekiranya tertanggung masih hidup.
Untung rugi dari kedua jenis asuransi ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pada jenis pertama mempunyai nilai tebus setelah pertanggungan berjalan beberapa lama, sehingga apabila tertanggung memerlukan dana secara mendadak, polis tersebut dapat digadaikan.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang
Keuntungan ini tidak terdapat pada jenis kedua, karena jenis yang kedua itu hanya mengandung “proteksi kematian” saja dan oleh karena itu pula jenis yang kedua ini preminya relatif sangat rendah. 18
18
Abdul Muis, op.cit., hal. 70.
10. Penentuan Jumlah Uang Asuransi
Setelah memilih jenis asuransi yang diperlukan, penting bagi calon pemegang polis menentukan besar jumlah uang asuransi yang dikehendakinya. Besarnya jumlah uang asuransi ini akan menentukan pula besarnya premi yang harus dibayar, karena penentuan premi itu berdasarkan sepersekian dari jumlah uang asuransi. Sehubungan dengan besarnya premi yang nantinya harus dibayar, sangat diharapkan dari calon tertanggung untuk mengukur dari segi kemampuan keuangannya sendiri, agar pembayaran premi dapat dilakukan secara teratur. Kiranya tidak bermanfaat untuk mengambil asuransi jiwa dengan jumlah uang pertanggungan yang besar, akan tetapi kemudian dalam pembayaran preminya tersendat-sendat/tidak teratur berhubung dengan kondisi keuangan pemegang polis yang tidak seimbang.
Oleh karena itu, biasanya pihak penanggung akan memberikan saran-saran berapa besar jumlah uang asuransi yang sebaiknya diambil oleh calon tertanggung dan untuk dapat memberikan saran ini biasanya perusahaan asuransi akan meminta keterangan tambahan tentang penghasilan calon pemegang polis.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang