• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR

E. Putusnya perkawinan menurut UU No 1 Tahun 1974

3. Atas keputusan pengadilan

1. Karena kematian

Kematian merupakan suatu peristiwa alam yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Kematian ini tentu mengakibatkan akibat hukum. Kematian dalam hal perkawinan merupakan suatu peristiwa meninggalnya salah satu pihak atau kedua pihak yang menjadi subjek hukum dalam perkawinan.

Jika salah satu pihak baik suami atau istri meninggal dunia dengan sendirinya perkawinan itu terputus, pihak yang masih hidup boleh kawin lagi, bilamana segala persyaratan yang telah ditentukan oleh ketentuan yang berlaku dipenuhi sebagaimana mestinya.43

2. Karena perceraian

Dalam kenyataannya prinsip-prinsip berumah tangga sering kali tidak dilaksanakan, sehingga suami dan istri tidak lagi merasa tenang dan tentram serta hilang rasa kasih sayang dan tidak lagi saling cinta mencintai satu sama lain, yang akibat lebih jauh terjadinya perceraian.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pasal 39 UU Perkawinan menyatakan :

1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. 3. Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam

peraturan perundangan tersendiri.

43

Ketentuan yang termuat di dalam pasal tersebut di atas khususnya ayat (2), penjelasan atas UU Perkawinan lebih lanjut menyebutkan bahwa alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk perceraian adalah sebagai berikut : 44

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya yang sukar di sembuhkan.

Disamping alasan-alasan yang lain, alasan telah melakukan zina adalah merupakan alasan penting untuk memohon suatu perceraian, sesungguhnya pada mulanya alasan ini sangat sulit dibuktikan, apa lagi bila pihak untuk siapa alasan ini dipergunakan memungkiri perbuatan tersebut, biasanya pihak yang bersalah dituntut terlebih dahulu di hadapan hakim pidana. Atas dasar putusan ini perkara perdatanya tidak akan mengalami kesulitan untuk diputuskan. Adakalanya untuk menghindarkan kesulitan-kesulitan yang dialami para pihak yang ingin bercerai, mengajukan bukti telah melakukan perzinahan dengan cara yang tidak baik yaitu membiarkan bahkan mendorong pihak yang lain untuk melakukan zina dengan orang lain.

2. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemauannya. Dalam hal meninggalkan salah satu pihak ini iktikadnya yang memang ingin meninggalkannya tanpa suatu alasan yang sah dan tanpa izin dari orang yang ditinggalkan itu. Seandainya kepergiannya itu karena hendak berlibur, dinas luar kota, urusan dagang dan lain-lain demi kepentingan yang berkaitan dengan kelangsungan kehidupan mereka di masa yang akan datang, sudah tentu sebab-sebab tersebut

44

tidaklah dapat digunakan oleh pihak yang ditinggalkan untuk digunakan sebagai alasan memohon perceraian.

Permasalahannya adalah bagaimana halnya karena kepergiannya itu disebabkan oleh karena yang bersangkutan tidak tahan lagi untuk tinggal bersama orang yang ditinggalkannya, misalnya karena keduanya ini berlaku kejam dan suka menganiaya atau mengusirnya secara paksa.

Tentang penyebutan kata berturut-turut adalah sangat penting jika tidak disebutkan dengan tegas ada kemungkinan kepergian yang terputus-putus asal jumlahnya dua tahun atau lebih dapat dijadikan alasan untuk memohon perceraian. 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih

berat setelah perkawinan berlangsung.

Masa hukuman jangka waktu lima tahun adalah merupakan waktu yang cukup lama untuk mempertimbangkan apakah perkawinan mereka akan dilanjutkan atau tidak. Seperti dalam alasan zina, tuntutan atas dasar ini cukup dengan melampirkan putusan pidana yang telah mempunyai kekuatan tetap. Salinan putusan itu bagi hakim merupakan suatu bukti yang cukup untuk mengabulkan permohonan perceraian.

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak lain.

Undang-undang Perkawinan tidak menjelaskan lebih lanjut tentang kekejaman atau penganiayaan yang berat yang bagaimana yang dapat dijadikan alasan untuk memohon perceraian. Penyebutan kata membahayakan di dalam ketentuan ini memang sudah seharusnya untuk menghindarkan suatu penafsiran, misalnya saja baru

kena tampar satu kali lantas perbuatan ini dikatakan sebagai tidak membahayakan digunakan untuk alasan untuk memohon perceraian.

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri.

Sama halnya dengan kekejaman atau penganiayaan, alasan cacat badan atau mengidap suatu penyakit juga tidak memperoleh penjelasan yang lengkap di dalam Undang-undang Perkawinan. Dalam kehidupan sehari-hari adakalanya cacat atau penyakit itu disembunyikan oleh salah satu pihak sehingga pihak lain mengetahuinya pada waktu melangsungkan perkawinan. Jika cacat atau penyakit itu telah diketahui oleh pihak lain dengan sendirinya tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk bercerai. 6. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan tidak ada harapan

akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Kebahagian dan kesejahteraan suatu perkawinan tidak akan dapat tercapai kalau di antara suami istri itu terus menerus bertengkar dan berselisih paham. Apapun yang menjadi alasannya, keadaan serupa itu sangat tidak menguntungkan kedua pihak beserta anak-anaknya. Undang-undang Perkawinan memberi kesempatan kepada mereka untuk berpisah dalam bentuk perceraian jika sekiranya pengadilan berpendapat bahwa kerukunan tidak mungkin lagi akan dapat dicapai karenanya.

Di dalam suatu perkawinan diharapkan tidak akan terjadi perceraian, karena dengan terjadinya perceraian akan menimbulkan berbagai permasalahan. Namun apabila tetap terjadi perceraian, maka perkawinan yang dilaksanakan di Indonesia dan pihak suami warga negara Indonesia, jelas syarat-syarat dan alasan perceraian harus

berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, yaitu dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974.45

3. Atas Keputusan Pengadilan

Putusnya perkawinan atas keputusan pengadilan adalah jika hal kepergian salah satu pihak tanpa kabar berita untuk waktu yang lama. Undang-undang perkawinan tidak menyebutkan berapa lama jangka waktu untuk menetapkan hilangnya atau dianggap meninggalnya seseorang itu. 46

45

Ibid, hal. 289

Putusnya perkawinan atas putusan pengadilan juga bisa terjadi karena adanya permohonan dari salah satu pihak suami atau istri atau para anggota keluarga yang tidak setuju dengan perkawinan yang dilangsungkan oleh kedua calon mempelai. Atas permohonan ini pengadilan memperbolehkan perkawinan yang telah berlangsung dengan alasan bertentangan dengan syara’ atau perkawinan tidak sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dalam UU Perkawinan.

Dalam Pasal 39 ayat 1 UU Perkawinan disebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan. Setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian bagi pemeluk agama Islam proses dan penyelesaiannya dilakukan di depan Pengadilan Agama, sedangkan bagi pemeluk agama non Islam proses dan penyelesaiannya dilakukan di depan Pengadilan Negeri.

46

Nawawi, Perkawinan Campuran (problematika dan Solusinya) http:// sumsel.

kemenag.go.id/file/dokumen/PERKAWINAN CAMPURANartikel-pdf. Diakses tanggal 28

Walaupun perceraian itu adalah urusan pribadi baik atas kehendak bersama maupun kehendak salah satu pihak yang seharusnya tidak perlu adanya campur tangan dari pemerintah, namun demi menghindarkan tindakan sewenang-wenang terutama dari pihak suami dan juga demi kepastian hukum, maka percerian harus melalui saluran lembaga Pengadilan.47

Sebenarnya secara teori hampir tidak ada perbedaan antara perceraian dengan putusnya perkawinan atas dasar putusan pengadilan sebab perceraian sendiripun harus berdasar putusan Pengadilan juga, letak perbedaannya terletak pada dasar :48 a. Alasan yang dipergunakan untuk mencapai putusan Pengadilan tersebut, di mana

alasan untuk perceraian disebut pada penjelasan Pasal 39 ayat (2). Dimana Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

b. Perceraian itu merupakan proses yang memperlihatkan adanya perselisihan antara pihak sepihak dari pihak suami atau istri.

Perkawinan yang didasarkan atas putusan pengadilan, UU No. 1 Tahun 1974 tidak memuat alasan-alasan tertentu dan juga merupakan tindakan sepihak yang bersifat putusan deklaratoir.

Tetapi pendapat di atas ditinjau dari segi teoritisnya, sehingga dalam praktek sangat sulit membedakannya, ada dua alasan lagi yang tidak disebut dalam Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan sebagai berikut :

47

Sigit Budhiarto, Putusnya Perkawinan, Embedhttp: //www.slideshare.net/sigitbudhiarto /putusnya-perkawinan. Diakses 5 Desember 2013

48

1. Karena tidak sanggup memberi nafkah

Apabila suami tidak mampu mencukupi nafkah istri dapat meminta kepada pengadilan agar perkawinannya dapat batal atau putus.

2. Alasan yang benar-benar murni putusan Pengadilan adalah karena suami atau istri hilang tidak tahu kemana perginya.

Tapi dalam hal ini harus dibedakan dengan alasan meninggalkan tempat kediaman bersama selama dua tahun tanpa persetujuan izin dari salah satu pihak. Dalam hal hilang, atau perginya dari tempat kediaman diketahui dan atas persetujuan bersama antara suami dan istri.

Tujuan semulapun diketahui akan tetapi karena sebab sesuatu seperti kecelakaan ataupun oleh karena bencana alam, tidak lagi diketahui keberadaannya sekalipun telah diadakan pencarian.

Ukuran waktu untuk pembatalan dalam keadaan seperti yang disebutkan di atas, dalam Undang-Undang sendiri hal itu tidak ada di atur. Tapi sekedar orentasi hukum, hukum Islam pada umumnya berpegang pada jangka waktu 4 tahun. Maka dalam hal tersebut si istri dapat meminta putusan dari pengadilan bahwa perkawinannya telah putus dengan suaminya berdasarkan keadaan hilangnya suami.49

Dokumen terkait