• Tidak ada hasil yang ditemukan

atas kesalahan terdakwa

Dalam dokumen hukum pidana 001 (Halaman 29-36)

Menguatkan kedudukan alat bukti yg

sah (p. 184):

Mencari dan menemukan kebenaran

materiil atas perkara sidang yg

ditangani;

Dapat menguatkan keyakinan hakim

Sistem pembuktian:

1. Conviction intime > berdasarkan keyakinan hakim belaka

2. Wetterlijk stelsel > berdasarkan UU positif

3. Conviction Rasionne > keyakinan hakim atas alasan yg logis

4. Negatif wetterlijk bewijks theorie > berdasarkan UU secara negatif

Sistem pembuktian:

1. Conviction intime > berdasarkan keyakinan hakim belaka

2. Wetterlijk stelsel > berdasarkan UU positif

3. Conviction Rasionne > keyakinan hakim atas alasan yg logis

4. Negatif wetterlijk bewijks theorie > berdasarkan UU secara negatif

Sistem pembuktian:

1. Conviction intime > berdasarkan keyakinan hakim belaka

2. Wetterlijk stelsel > berdasarkan UU positif

3. Conviction Rasionne > keyakinan hakim atas alasan yg logis

4. Negatif wetterlijk bewijks theorie > berdasarkan UU secara negatif

Sistem pembuktian:

1. Conviction intime > berdasarkan keyakinan hakim belaka

2. Wetterlijk stelsel > berdasarkan UU positif

3. Conviction Rasionne > keyakinan hakim atas alasan yg logis

4. Negatif wetterlijk bewijks theorie > berdasarkan UU secara negatif

Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi

Every legal norm needs interpretation (Matheld Boot) . Otentik . Sistematis . Gramatikal . Historis . Sosiologis . Teleologis . Ekstensif, dll

Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi

Every legal norm needs interpretation (Matheld Boot) . Otentik . Sistematis . Gramatikal . Historis . Sosiologis . Teleologis . Ekstensif, dll

Namun yg lebih sering digunakan hanya 4: 1. Gramatikal; 2. Sistematis ; 3. Historis; 4. Teleologis; Restriktif Ekstensi f

Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi

Every legal norm needs interpretation (Matheld Boot) . Otentik . Sistematis . Gramatikal . Historis . Sosiologis . Teleologis . Ekstensif, dll

Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi

Every legal norm needs interpretation (Matheld Boot) . Otentik . Sistematis . Gramatikal . Historis . Sosiologis . Teleologis . Ekstensif, dll

Namun yg lebih sering digunakan hanya 4: 1. Gramatikal; 2. Sistematis ; 3. Historis; 4. Teleologis; Ekstensi f

Politik Hukum pidana (penal policy)

Politik hukum, soedarto:

a. Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dg keadaan dan situasi pd suatu saat

b. Kebijakan dr ngra melalui badan2 yg berwenang utk

menetapkan peraturan2 yg dikehendaki yg diperkirakan bs digunakan utk mengekspresikan apa yg trkandung dlm masyrakat dan utk mncapai apa yg dicita2kan.

Politik hkm pidana, Soedarto: usaha mewujudkan peraturan perundang2an pidana yg sesuai dg keadaan dan situasi pd suatu waktu dan utk masa2 yg akan dtg.

Jd menurut A. Mulder penal policy garis kebijakan utk mnentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan2 pidana yg berlaku perlu diubah atau diperbaharui

b. Apa yg dpt diperbuat utk mncegah trjadinya TP

c. Cara bagaimana penyidikan, penentutan, peradilan, dan pelaksanaan pidana hrs dilaksanakan

Politik Hukum pidana (penal policy)

Politik hukum, soedarto:

a. Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dg keadaan dan situasi pd suatu saat

b. Kebijakan dr ngra melalui badan2 yg berwenang utk

menetapkan peraturan2 yg dikehendaki yg diperkirakan bs digunakan utk mengekspresikan apa yg trkandung dlm masyrakat dan utk mncapai apa yg dicita2kan.

Politik hkm pidana, Soedarto: usaha mewujudkan peraturan perundang2an pidana yg sesuai dg keadaan dan situasi pd suatu waktu dan utk masa2 yg akan dtg.

Jd menurut A. Mulder penal policy garis kebijakan utk mnentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan2 pidana yg berlaku perlu diubah atau diperbaharui

b. Apa yg dpt diperbuat utk mncegah trjadinya TP

c. Cara bagaimana penyidikan, penentutan, peradilan, dan pelaksanaan pidana hrs dilaksanakan

Politik Hukum pidana (penal policy)

Politik hukum, soedarto:

a. Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dg keadaan dan situasi pd suatu saat

b. Kebijakan dr ngra melalui badan2 yg berwenang utk

menetapkan peraturan2 yg dikehendaki yg diperkirakan bs digunakan utk mengekspresikan apa yg trkandung dlm masyrakat dan utk mncapai apa yg dicita2kan.

Politik hkm pidana, Soedarto: usaha mewujudkan peraturan perundang2an pidana yg sesuai dg keadaan dan situasi pd suatu waktu dan utk masa2 yg akan dtg.

Jd menurut A. Mulder penal policy garis kebijakan utk mnentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan2 pidana yg berlaku perlu diubah atau diperbaharui

b. Apa yg dpt diperbuat utk mncegah trjadinya TP

c. Cara bagaimana penyidikan, penentutan, peradilan, dan pelaksanaan pidana hrs dilaksanakan

Politik Hukum pidana (penal policy)

Politik hukum, soedarto:

a. Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dg keadaan dan situasi pd suatu saat

b. Kebijakan dr ngra melalui badan2 yg berwenang utk

menetapkan peraturan2 yg dikehendaki yg diperkirakan bs digunakan utk mengekspresikan apa yg trkandung dlm masyrakat dan utk mncapai apa yg dicita2kan.

Politik hkm pidana, Soedarto: usaha mewujudkan peraturan perundang2an pidana yg sesuai dg keadaan dan situasi pd suatu waktu dan utk masa2 yg akan dtg.

Jd menurut A. Mulder penal policy garis kebijakan utk mnentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan2 pidana yg berlaku perlu diubah atau diperbaharui

b. Apa yg dpt diperbuat utk mncegah trjadinya TP

c. Cara bagaimana penyidikan, penentutan, peradilan, dan pelaksanaan pidana hrs dilaksanakan

Penal policy mrupakan bagian dr criminal policy.

Criminal policy, Marc Ancel: the rational

organitation of the control of crime by society (suatu usaha yg rasional dr masyarakat dlm menanggulangi kejahatan.

Politik kriminal (Criminal policy) pd hakikatnya merupakan bagian integral dr politik sosial (social policy).

Social policy, yaitu: kebijakan/upaya utk mencapai kesejahteraan sosial

Penal policy mrupakan bagian dr criminal policy.

Criminal policy, Marc Ancel: the rational

organitation of the control of crime by society (suatu usaha yg rasional dr masyarakat dlm menanggulangi kejahatan.

Politik kriminal (Criminal policy) pd hakikatnya merupakan bagian integral dr politik sosial (social policy).

Social policy, yaitu: kebijakan/upaya utk mencapai kesejahteraan sosial

Penal policy mrupakan bagian dr criminal policy.

Criminal policy, Marc Ancel: the rational

organitation of the control of crime by society (suatu usaha yg rasional dr masyarakat dlm menanggulangi kejahatan.

Politik kriminal (Criminal policy) pd hakikatnya merupakan bagian integral dr politik sosial (social policy).

Social policy, yaitu: kebijakan/upaya utk mencapai kesejahteraan sosial

Penal policy mrupakan bagian dr criminal policy.

Criminal policy, Marc Ancel: the rational

organitation of the control of crime by society (suatu usaha yg rasional dr masyarakat dlm menanggulangi kejahatan.

Politik kriminal (Criminal policy) pd hakikatnya merupakan bagian integral dr politik sosial (social policy).

Social policy, yaitu: kebijakan/upaya utk mencapai kesejahteraan sosial

Social Policy

Social welfare Policy

Social Defence Policy

Criminal Policy

Penal Policy Tujuan

Criminal Policy

Hukum pidana khusus/Hukum tindak pidana khusus

Yaitu: hukum pidana yg diatur diluar KUHP yg mmpunyai penyimpangan dr hk pidana

umum, baik dr segi hk pidana materil maupun dr segi pidana formil.

Menurut Pompe, ada dua hal yg membuatnya khusus, yaitu:

subyeknya yg khusus (subyek)

Perbuatanya yg khusus (obyek)

Hukum pidana khusus/Hukum tindak pidana khusus

Yaitu: hukum pidana yg diatur diluar KUHP yg mmpunyai penyimpangan dr hk pidana

umum, baik dr segi hk pidana materil maupun dr segi pidana formil.

Menurut Pompe, ada dua hal yg membuatnya khusus, yaitu:

subyeknya yg khusus (subyek)

Perbuatanya yg khusus (obyek)

Hukum pidana khusus/Hukum tindak pidana khusus

Yaitu: hukum pidana yg diatur diluar KUHP yg mmpunyai penyimpangan dr hk pidana

umum, baik dr segi hk pidana materil maupun dr segi pidana formil.

Menurut Pompe, ada dua hal yg membuatnya khusus, yaitu:

subyeknya yg khusus (subyek)

Perbuatanya yg khusus (obyek)

Hukum pidana khusus/Hukum tindak pidana khusus

Yaitu: hukum pidana yg diatur diluar KUHP yg mmpunyai penyimpangan dr hk pidana

umum, baik dr segi hk pidana materil maupun dr segi pidana formil.

Menurut Pompe, ada dua hal yg membuatnya khusus, yaitu:

subyeknya yg khusus (subyek)

Beberapa Penyimpangan scr materiil, yaitu: a. Bersifat elastis;

b. Perluasan berlakunya asas teritorial;

c. Pidana denda ditambah sepertiganya (1/3); d. Dapat berlaku asas retroaktif.

Beberapa Penyimpangan scr Formil, yaitu:

a. Perkara pidana khusus harus didahulukan dr pd pidana umum b. Penyidikan dilakukan oleh jaksa dan KPK (ex. Tipikor)

c. di adili di pengadilan khusus (ex. Pengadilan HAM / pengadilan Militer dan Pengadilan Tipikor)

Beberapa UU ttg Tindak pidana khusus

a. UU No. 31 th 1999 jo UU No.20 th 2001 ttg Pemberantasan Tipikor

b. UU No. 39 Th 1999 ttg HAM

c. UU No. 7 drt th 1952 ttg Hukum Pidana Ekonomi

d. UU No. 15 th 2002 ttg Money Loundring (pencucian uang)

e. UU No. 15 th 2003 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Beberapa Penyimpangan scr materiil, yaitu:

a. Bersifat elastis;

b. Perluasan berlakunya asas teritorial;

c. Pidana denda ditambah sepertiganya (1/3); d. Dapat berlaku asas retroaktif.

Beberapa Penyimpangan scr Formil, yaitu:

a. Perkara pidana khusus harus didahulukan dr pd pidana umum b. Penyidikan dilakukan oleh jaksa dan KPK (ex. Tipikor)

c. di adili di pengadilan khusus (ex. Pengadilan HAM / pengadilan Militer dan Pengadilan Tipikor)

Beberapa UU ttg Tindak pidana khusus

a. UU No. 31 th 1999 jo UU No.20 th 2001 ttg Pemberantasan Tipikor

b. UU No. 39 Th 1999 ttg HAM

c. UU No. 7 drt th 1952 ttg Hukum Pidana Ekonomi

d. UU No. 15 th 2002 ttg Money Loundring (pencucian uang)

e. UU No. 15 th 2003 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Beberapa Penyimpangan scr materiil, yaitu:

a. Bersifat elastis;

b. Perluasan berlakunya asas teritorial;

c. Pidana denda ditambah sepertiganya (1/3); d. Dapat berlaku asas retroaktif.

Beberapa Penyimpangan scr Formil, yaitu:

a. Perkara pidana khusus harus didahulukan dr pd pidana umum b. Penyidikan dilakukan oleh jaksa dan KPK (ex. Tipikor)

c. di adili di pengadilan khusus (ex. Pengadilan HAM / pengadilan Militer dan Pengadilan Tipikor)

Beberapa UU ttg Tindak pidana khusus

a. UU No. 31 th 1999 jo UU No.20 th 2001 ttg Pemberantasan Tipikor

b. UU No. 39 Th 1999 ttg HAM

c. UU No. 7 drt th 1952 ttg Hukum Pidana Ekonomi

d. UU No. 15 th 2002 ttg Money Loundring (pencucian uang)

e. UU No. 15 th 2003 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Beberapa Penyimpangan scr materiil, yaitu:

a. Bersifat elastis;

b. Perluasan berlakunya asas teritorial;

c. Pidana denda ditambah sepertiganya (1/3); d. Dapat berlaku asas retroaktif.

Beberapa Penyimpangan scr Formil, yaitu:

a. Perkara pidana khusus harus didahulukan dr pd pidana umum b. Penyidikan dilakukan oleh jaksa dan KPK (ex. Tipikor)

c. di adili di pengadilan khusus (ex. Pengadilan HAM / pengadilan Militer dan Pengadilan Tipikor)

Beberapa UU ttg Tindak pidana khusus

a. UU No. 31 th 1999 jo UU No.20 th 2001 ttg Pemberantasan Tipikor

b. UU No. 39 Th 1999 ttg HAM

c. UU No. 7 drt th 1952 ttg Hukum Pidana Ekonomi

d. UU No. 15 th 2002 ttg Money Loundring (pencucian uang)

Dalam dokumen hukum pidana 001 (Halaman 29-36)

Dokumen terkait