No Temuan Rekomendasi Tanggapan
1. Belum Optimalnya Pelaksanaan Program JKN
- Penyempurnaan Data Kepesertaan termasuk Strategi Komunikasi
- Mendorong Peran Pemda dalam mendukung JKN
- Optimalisasi Monev Pelayanan Yankes
- Perlunya Koordinasi antara K/L terkait dalam Integrasi Data Peserta terutama terkait PBI dan Integrasi JKN dengan Pemda
- Kemenkes berupaya mengoptimalkan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan RS
2. Layanan Kesehatan Belum Merata
- Perlunya membangun Puskesmas minimal 1 di tiap Kecamatan
- Menyusun Skema Pembiayaan Kesehatan Berdasarkan Kesiapan Yankes
- Kemenkes sudah membangun Puskesmas di semua kecamatan di Indonesia
- Skema Pembiayan Yankes dari berbagai sumber didasarkan aspek teknis sesuai Permenkes yang telah ditetapkan. 3. Alokasi belanja kesehatan dan DAK Kesehatan belum berdampak terhadap kesiapan dan kualitas
layanan fasilitas Kesehatan
- Alokasi DAK dan Pembayaran JKN diarahkan sesuai pencapaian
akreditasi
- Optimalisasi Akreditasi Faskes
- Perencanaan Dana DAK sudah mempertimbangkan aspek teknis seperti ketersediaan nakes dan alkes (sarana dan prasarana) dan Pengembangan
Mekanisme DAK Performance Based
- DAK Fisik dan Non Fisik dikaitkan dengan Akreditasi Faskes sejak 2016
TANGGAPAN (2)
Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI
29
Atas temuan dan Masukan dari Narasumber
No Temuan Rekomendasi Tanggapan
4. Porsi anggaran kesehatan lebih banyak untuk layanan yang bersifat kuratif
Reorientasi program layanan
kesehatan pada usaha Promotif – Preventif sebagai pilar utama
Kemenkes memprioritaskan Kegiatan Program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga yang fokus pada upaya Promotif dan Preventif yang digarap bersama oleh seluruh unit utama di Kemenkes
berkoordinasi dengan 2.926 Puskemas di 514 Kab/Kota di 34 Provinsi (Tahun 2017) dan bertambah lokusnya tiap tahunnya.
Selain itu dalam rangka meningkatkan upaya preventif Kemenkes
melakukan introduksi 3 vaksin baru ( MR/Measle Rubella, JE/Japanese Echepalitis, Pneumokokus pada tahun 2017.
5. Pengeluaran Publik untuk Kesehatan di Indonesia termasuk terendah di dunia (1.4% GDP di tahun 2016)
- Meningkatkan Pengeluaran Publik untuk Kesehatan (Pusat dan
Daerah) sampai level 2,3% dari GDP di Tahun 2020
- Meningkatkan fiscal space dengan pendapatan earmarked contohnya Pajak Rokok
- Meningkatkan Efisiensi dan Reprioritasasi
- Kemenkes mendukung rekomendasi Bank Dunia dan meminta Kemenkeu untuk meningkatkan anggaran sektor minimal 5% dari APBN diluar gaji, serta mengarahkan peningkatan pada pembiayaan pemerintah pusat sehingga dapat mengejar pencapaian RPJMN di tahun 2019.
- Peningkatan allocative efficieny diupayakan dengan penerapan mekanisme penilaian pengusulan rencana kegiatan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang lebih sistematis (indeks PUK) 6. Belanja Pemerintah
Pusat hanya 1/3 dari Total
Pengeluaran Kesehatan
Memastikan koordinasi dan
konsistensi dalam perencanaan dan Anggaran sehingga implentasinya sejalan dengan Pemda dalam
mencapai hasil kesehatan yang baik.
Upaya Sinkronisasi Perencanaan Strategis (RPJMN-RPJMD) dan Perencanaan Setiap Tahun antara Pemerintah Pusat dan Daerah dioptimalkan dengan baik.
TANGGAPAN (3)
Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI
30
Atas temuan dan Masukan dari Narasumber
No Temuan Rekomendasi Tanggapan
7. Porsi Pengeluaran UPT Vertikal (BLU) sebesar 18% dari total Anggaran
Pemerintah Pusat.
Meningkatkan Efisiensi dan efektivitas dari pengeluaran BLU sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pengeluaran
kesehatan.
- Kemenkes mendorong RS UPT Vertikal untuk lebih mandiri
(KPBU, KSO) dalam investasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas
layanan kesehatan rujukan nasional.
- Monev oleh Dewan Pengawas terhadap RS UPT diupayakan untuk mengurangi ketidak efisienan operasional UPT Vertikal 8. Duplikasi kegiatan
pusat dan daerah karena pembiayaan di fasyankes
pemerintah terfragmentasi
- Meningkatkan Koordinasi Pemerintah Pusat dalam dana transfer daerah ke Pemda dan Puskesmas/RS.
- Meningkatkan Koordinasi dalam Pembiayaan sisi permintaan dan penawaran.
- Menilai perlunya Otonomi Puskesmas diperluas dalam mengatur
pengeluarannya.
- Kemenkes selalu berkoordinasi Kementerian Koordinator seperti Kemenkeu, Bappenas, Kemendagri dalam
Perencanaan DAK
- Peningkatan Otonomi Puskesmas merupakan wewenang Pemda sebaiknya perlu kajian lebih Komprehensif oleh
Kemendagri (mengingat banyak Pemda meningkatkan status Puskesmas menjadi BLUD).
TANGGAPAN (4)
Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI
31
Atas temuan dan Masukan dari Narasumber
No Temuan Rekomendasi Tanggapan
8. Tidak terkoneksinya antara pengeluaran Kesehatan dengan tingkat kesiapan supply side (sarana dan prasarana
yankes).
- Memperkuat Fasilitas Pelayanan Kesehatan melalui Proses Akreditasi.
- Menggunakan Mekanisme Pembiayaan yang ada sebagai daya ungkit peningkatan supply side Pelayanan Kesehatan.
- Kemenkes sudah menerapkan proses akreditasi Puskesmas dan Rumah
Sakit sejak 2015 sesuai dengan amanat RPJMN 2015-2019, hasil pelaksanaan kegiatan ini akan berdampak beberapa tahun ke depan
sehingga belum tergambal optimal sesuai dengan hasil assessment Bank Dunia.
- Upaya Peningkatan penggunaan mekanisme pembiayaan yang tentunya
melibatkan lintas sektor (K/L) seperti Kemenkeu, Bappenas, Kemenkes, BPJS Kesehatan, Kemendagri, Kemendesa dll menjadi bagian dari Usulan Proposal Proyek Pinjaman yang akan didanai oleh Bank Dunia (I-SPHERE) melalui mekanisme Program for Results (P4R) namun perlu komitmen
setiap K/L tersebut 9. Memperkuat Governance and Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
• Mengembangkan Dashboard Kinerja Sektor Kesehatan termasuk kinerja Puskesmas. • Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen
Kesehatan.
• Membangun Kapasitas Pemda dalam
Perencanaan, Penganggaran, Implementasi, Keuangan dan Pelaporan terutama pada
daerah yang memiliki kinerja yang kurang baik.
- Kemenkes sudah mengupayakan Sistem Informasi Kesehatan yang
terintegrasi dengan Sistem Kinerja Kesehatan di Daerah (SIKDA)
- Pengembangan Dashboard merupakan masukan yang sangat positif
namun sulitnya mengintegrasikan sistem kinerja antar K/L dan Pemerintah Daerah yang terkendala komitmen dan aspek teknis serta biaya.
- Kemenkes telah mengembangkan modul pelatihan manajemen puskesmas
dan peningkatan kapasitas perencanaan, penanggaran dan monev petugas perencana kesehatan di daerah, namun pelaksanaanya perlu lebih masif dan terpadu.
TANGGAPAN (5)
Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI
32
Atas temuan dan Masukan dari Narasumber
No Temuan Rekomendasi Tanggapan
8. Indonesia
underperforms terkait angka
harapan hidup bayi baru lahir, jika
dibanding dengan Negara yang health spendingnya sama seperti Srilangka dan Vietname.
Lebih dari 55% Capaian outcome/ Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019 diperkirakan tercapai, sisanya perlu upaya lebih maksimal
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau. Kondisi ini merupakan tantangan yang harus dihadapi. Upaya Pencapaian Outcome Kesehatan antara lain dilakukan melalui upaya-upaya prioritas :
1. Peningkatan akses masyarakat ke fasyankes. Hal ini perlu didukung
dengan infrastruktur yang memadai, sarana prasarana dan alkes, serta SDM yang berkompeten.
2. Peningkatan pencegahan penyakit melalui imunisasi, pembiayaan introduksi vaksin baru dan biaya operasional.
3. Penyediaan obat dan bahan habis pakai lengkap
4. Program perbaikan gizi yang didukung dengan promosi kesehatan 5. Sistem pembiayaan yang baik