• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR KAJIAN BIDANG KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMINAR KAJIAN BIDANG KESEHATAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR KAJIAN BIDANG KESEHATAN

Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan RI

18 Desember 2017

“Upaya Bersama Untuk Meningkatkan Kualitas Pembangunan Bidang Kesehatan

Dalam Rangka Meningkatkan Standar Kesehatan Masyarakat”

(2)

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

2

BACKGROUND

Pengantar & latar Belakang

DATA AND FACTS

Data Terkait Pembiayaan dan Hasil

Kinerja Pembangunan Kesehatan

ANALYSIS

Temuan dan Tanggapan

NEXT STEP

Rencana Tindak Lanjut

OUTLINE

(3)

BACKGROUND

(4)

3 Points

Sekretaris Jendaral, Kementerian Kesehatan RI

4

Isu Pembiayaan Sektor Kesehatan

UU 36/2009

• Minimal 5% apbn

diluar gaji untuk

kesehatan (psl. 171)

• Fakta 2016-2017:

Anggaran 5% masih

termasuk belanja

gaji

HEALTH

OUTCOMES

10 dari 18 Indikator

RPJMN 2015-2019

diperkirakan tercapai

(Status Hijau) sisanya

perlu upaya keras.

(Hasil Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2017 )

EFFICIENY

Technical and Allocative

Efficieny harus dikejar

dalam memberikan

health outcome yang

maksimal dengan

Anggaran Kesehatan

Min.5% dari APBN

• Apakah Alokasi 5% Anggaran Sektor Kesehatan dari APBN memberikan fiscal space yang longgar

bagi Kementerian Kesehatan dalam mencapai target pembangunan bidang kesehatan dalam

konteks

“double burden diseases”dan era pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?

(5)

DATA AND FACTS

Data Terkait Pembiayaan dan

(6)

Proporsi Total Belanja Kesehatan Nasional terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) 2010 - 2014

Porporsi Total Belanja Kesehatan Nasional Terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) sejak tahun 2010 sampai tahun 2014

semakin meningkat

Akan tetapi Belanja Kesehatan Nasional saat ini belum optimal sesuai

dengan amanah UU 36/2009

(7)

Belanja Kesehatan Indonesia 2010-2015*

Financing Agents (Rp Triliun) 2010 2011 2012 2013 2014 2015*

Belanja Kesehatan Publik (GGHE) 73.5 83.1 101.4 121.1 156.2 194.8

Kementerian Kesehatan 12.2 13.2 16.6 18.0 18.5 22.1

Kementerian/Lembaga Lainnya 3.7 3.9 4.0 4.9 4.4 4.5

Pemerintah Provinsi 14.5 16.1 19.4 22.7 26.5 32.2

Pemerintah Kab/Kota 31.6 35.2 43.9 51.5 57.8 71.3

Dana Jaminan Sosial 11.5 14.7 17.4 24.0 49.0 64.6

Belanja Kesehatan Swasta (PvtHE) 161.5 178.6 189.4 201.9 218.4 232.7

Asuransi Swasta 5.3 4.4 5.4 6.5 6.3 7.3 OOP 131.5 144.1 150.9 157.6 171.2 184.4 NPISH 1.7 1.9 2.0 2.1 2.3 2.3 BUMN 6.0 7.3 7.9 8.7 9.6 9.6 Perusahaan Swasta 16.9 21.0 23.3 26.9 29.0 29.0 ROW 2.2 2.5 2.7 2.9 3.2 3.2

Total Belanja Kesehatan (THE) 237.2 264.2 293.5 325.9 377.8 430.6

Belanja Kesehatan per kapita (Rp) 994,515 1,091,720 1,195,919 1,309,636 1,498,091 1,685,732

Belanja Kesehatan per kapita (US$) 109 124 127 125 126 126

Potret belanja kesehatan Indonesia masih di dominasi oleh Sektor Swasta dan daerah.

Proporsi terbesar Sektor Swasta berasal dari OOP (Out of Pocket )

(8)

Pengeluaran Kesehatan Pemerintah vs Swasta

31,0% 31,5% 34,6% 37,2% 41,4% 40,0% 35,0% 30,0% 25,0% 20,0% 15,0% 10,0% 5,0% 0,0% 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 160,0 2010 2011 2012 2013 2014 ID R tr illi on Ministry of Health Provincial government Social security funds

Other Ministries District government GGHE as % of THE 68,1% 67,6% 64,5% 61,9% 57,8% 70,0% 225,0 200,0 175,0 150,0 125,0 100,0 75,0 50,0 25,0 0,0 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% 2010 2011 2012 2013 2014 ID R Tr ill ion Private Insurance Parastatal OOPs Private Companies NPISH PvtHE as % of THE

Tren Pengeluaran Kesehatan Pemerintah Tren Pengeluaran Kesehatan Swasta

• OOP masih merupakan sumber pembiayaan terbesar

~45,3%

(2014).

• Namun proporsi OOP terhadap pengeluaran kesehatan nasional mengalami

penurunan, terutama sejak implementasi JKN. • Pemerintah Daerah (provinsi & kab/kota) mengelola dana

relatif besar di bidang Kesehatan ~

22.3%

(2014), sehingga

memungkinkan digunakan untuk menjalankan

performance-based mechanisms untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas belanja kesehatan yang berkualitas

Pengeluaran jaminan kesehatan sosial menunjukkan tren peningkatan.

(9)

TREN ANGGARAN KESEHATAN TH 2009-2017

(10)

TREN ANGGARAN KESEHATAN TH 2014-2018

(11)

PERBANDINGAN TOTAL

ANGGARAN APBN

DENGAN ANGGARAN KESEHATAN DAN ANGGARAN KEMENKES

TH 2015 S/D 2017

11

Nilai Abosolut Total Anggaran

Kesehatan dan Anggaran

Kementerian Kesehatan

cenderung naik dari 3,7%

tahun 2015 menjadi 5% dan

menjadi 5,1%.

Ratio Anggaran Kesehatan &

Anggaran Kemenkes di

(12)

RINCIAN ANGGARAN KESEHATAN TH 2014-2017

KOMPONEN

2014

2015

2016

2017

APBN P

APBN P

APBN P

RAPBN

I

Anggaran Kesehatan Melalaui Belanja Pemerintah Pusat

56,4

63.0

73.8

73.1

A

Anggaran Kesehatan Melalui Kementerian/Lembaga

51,5

56.7

67.8

63.5

a. Kementerian Kesehatan

47,5

51.3

62.7

58.3

b. Badan POM

1,0

1.2

1.5

1.8

c. BKKBN

2,5

3.3

3.6

3.4

d. K/L Lainnya

0,5

0.9

0

0

B

Anggaran Kesehatan Pada BA-BUN

4.9

6.3

6.0

9.6

II

Anggaran Kesehatan Melalui Tranfer ke Daerah dan Dana Desa

4,7

7.9

21.2

25.2

A

DAK Kesehatan dan KB

3,7

6.8

20.0

24.0

B

Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana Otsus Papua

1,0

1.1

1.2

1.2

III

Anggaran Kesehatan Melalui Pengeluaran Pembiayaan

-

3.5

6.8

3.6

Penyertaan Modal negara pada BPJS Kesehatan

-

-

6.8

3.6

Total Anggaran Kesehatan

61,2

74.4

101.8

101.9

Total Belanja Negara

1.842,5

1,984.1

2,082.9

2,070.5

Rasio Anggaran Kesehatan Terhadap Belanja Negara (%)

3,3%

3,8%

5%

5%

12

(13)

(dalam Triliun Rp ; % )

Tren Kenaikan Pagu

Anggaran Kemenkes

& DAK Kesehatan

Tahun 2014-2016

Program Kemenkes

dilaksanakan baik

melalui anggaran APBN

maupun DAK.

Kenaikan anggaran

Kemenkes :

• 2014 ke 2015 =

2,2 Triliun

(4,4%) • 2015 ke 2016 = 4,4 Triliun (7,6%)

Kenaikan anggaran DAK :

2014 ke 2015 = 3,1 T (105%)

2015 ke 2016 = 11,8 T (195%)

(14)

Distribusi Anggaran Kemenkes

ke dalam

Belanja Apatur & Publik

Tahun 2016

Distribusi Anggaran Kemenkes untuk

Belanja Aparatur sebesar 14%, sisanya

(86%)

untuk

Belanja Publik

melalui :

• Belanja Publik dalam Bentuk Belanja

Barang (Suplementasi Gizi, Obat Vaksin &

perbekalan kesehatan, Bahan Habis Pakai

RS, Sarana Prasana Alat Pencegahan

Penyakit, Pelatihan Kader, dll)

• Belanja Modal (Pembangunan RS,

Pengadaan Ambulan, Sarana Prasarana

Alat RS, dll)

• Belanja Bansos melalui pembayaran iuran

premi PBI.

(15)

KECENDERUNGAN PROPORSI ANGGARAN

KEMENKES

DALAM ANGGARAN KESEHATAN

TH

2014-2017

Nilai Abosolut Total

Anggaran Kesehatan

cederung terus naik, akan

tetapi Proporsi Anggaran

Kemenkes di dalam Total

Anggaran Kesehatan

tersebut

semakin

menurun

dari tahun ke

tahun dari

78% (2014)

menjadi

57% (2017).

Peningkatan proporsi

khususnya untuk DAK

Kesehatan & KB yang

meningkat dari

6% (2014)

(16)

Belanja Kesehatan di Daerah Relatif Besar

 Program transfer intergovernmental

semakin besar, seperti DAK Fisik,

DAK-Non Fisik.

 Benchmark Anggaran Kesehatan Kab/Kota

mengalokasikan 10% dari APBD untuk

kesehatan di luar gaji (UU 36/2009)

APBD tahun 2017(data Kemendagri):

1. 8 Prov APBD > 10%, 26 Prov

APBD < 10%

2. 318 Kab/Kota, APBD > 10%,

76 Kab/Kota APBD < 10%

 Isu Manajemen Keuangan Publik (Public

financial management)  complex

Pemerintah Daerah mengelola dana relatif besar di bidang Kesehatan, sehingga

memungkinkan digunakan untuk menjalankan performance-based mechanisms

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja kesehatan yang berkualitas

(17)

CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN (RPJMN) 2015-2017

Sasaran Satuan Baseline

2015 2016 2017 (Tw III) Target 2019 Perkiraan Capaian 2019 Target Capaian Target Capaian Target Capaian

• Angka kematian ibu1) per

100.000 kelahiran hidup 346 (SP 2010) NA (SUPAS 2015)305 NA NA NA NA 306 • Angka kematian bayi2) per 1.000 kelahiran hidup 32 (2012/ 2013 NA NA NA NA NA NA 24 •Prevalensi kekurangan gizi (underweight)

pada anak balita3)

persen 19,60 (2013) NA NA 18,30 21,00 NA 17,8 17,00

• Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun)3)

persen 32,90 (2013) NA NA 30,50 26,10 NA 20,1 28,00

Catatan:

1)Data AKI tidak tersedia tahunan dan data diperoleh dari survey besar khusus (SP, SUPAS) 2)Data AKB tidak tersedia tahunan dan data diperoleh dari survey besar khusus (SDKI) 3)Data capaian tahun 2016 bersumber dari Sirkesnas (hasil analisis sementara)

1. Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat

(18)

Sasaran Satuan Baseline 2015 2016 2017 (Tw III) Target 2019 Perkiraan Capaian 2019

Target Capaian Target Capaian Target Capaian • Prevalensi Tuberkulosis (TB) 4) per 100.000 pendud uk 297 (2013) 280 263 271 257 262 254 245

• Prevalensi HIV5) persen 0,46

(2014) 0,33* (2014) <0,5 0,33* (2014) <0,5 0,33* (2014) <0,50 0,46 <0,5

• Jumlah kabupaten/ kota dengan eliminasi malaria6)7)

kab/kot a

212 (2013)

225 232 245 247 265 247 300

• Prevalensi tekanan darah tinggi3)

persen 25,80 (2013) 25,00 NA 24,60 32,40 24,20 NA 23,40 • Prevalensi obesitas pada

penduduk usia 18+ tahun3)

persen 15,40 (2013)

15,40 NA 15,40 20,70 15,40 NA 15,40

• Prevalensi merokok

penduduk usia ≤18 tahun3)

prseen 7,20 (2013)

6,90 NA 6,40 8,80 5,90 8,8 5,40

dari Sirkesnas (analisis sementara)

TB dengan kasus TB BTA positif (berbasis mikroskopis)  *prevalensi TB berbasis bakteriologis menggunakan pemodelan matematika tahun 2012 *pemodelan matematika tahun 2017

evaluasi triwulan IV tahun 2016 (Kemkes, BPOM)

pembangunan nasional meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia

2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

Sumber: Riskesdas 2013, Sirkesnas 2016 (hasil analisis sementara), Hasil Monev TW IV KemkesBPOM 2016, Pemodelan Matematika HIV Kemkes Tahun 2012 & 2017, Global TB Report 2015, 2016, 2017 , Capaian Tahun 2017 hingga mei 2017 berdasarkan monev Kemkes. &

(19)

Sasaran Satuan Baseline

2015

2016

2017 (Tw III)

Target 2019 Perkiraan Capaian 2019 Target Capaian Target Capaian Target Capaian

• Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu

puskesmas yang tersertifikasi akreditasi6)

kecamatan

0

350

93

700

1.308

1.400

2.037

5.600

• Jumlah kab/kota yang

memiliki minimal satu RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional6) 7)

kab/kota

10

(2014)

94

50

190

201

287

237

481

• Persentase kab/kota yang

mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi6)

persen

71,20

(2013)

75

66

80

80,70

92

28

95

Catatan:

6)Capaian hasil monitoring dan evaluasi triwulan IV tahun 2016 (Kemkes, BPOM)

7)Merupakan sasaran agenda pembangunan nasional meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia

Capaian Tahun 2017 hingga mei 2017 berdasarkan monev Kemkes.

3. Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Sumber: Hasil Monev TW IV Kemkes & BPOM 2016

(20)

Sasaran

Satuan Baseline 2015 2016 2017 (Tw III) Target 2019 Perkiraan Capaian 2019

Target Capaian Target Capaian Target Capaian

•Persentase kepesertaan SJSN

Kesehatan7) 8)

persen

51,80

(Okt 2014)

60

62

68

66,46

77,00

70,10

Min.

95

•Jumlah puskesmas yang minimal memiliki lima jenis tenaga kesehatan6)

puskesma

s

1.015

(2013)

1.200

1.179

2.000

1.264

3.000

1.783

5.600

•Persentase RSUD Kabupaten/ Kota kelas C yang memiliki tujuh dokter spesialis6)7)

persen

25

(2013)

30

35

35

45,22

40

54,95

60

•Persentase ketersediaan obat

dan vaksin di Puskesmas6)7)

persen

75,50

(2014)

77

79,38

80

81,57

85

85,85

90

•Persentase obat yang

memenuhi syarat6)7)

persen

92

(2014)

92

98,67

92,50

98,74

79

BPOM

94

4. Meningkatnya Perlindungan Finansial, Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Obat

serta Sumber Daya Kesehatan

Catatan:

6)Capaian hasil monitoring dan evaluasi triwulan IV tahun 2016 (Kemkes, BPOM)

7)Merupakan sasaran agenda pembangunan nasional meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia 8)Data capaian kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bersumber BPJS per 31 Desember 2016

Capaian Tahun 2017 hingga mei 2017 berdasarkan monev Kemkes.

Sumber: Hasil Monev TW IV Kemkes & BPOM 2016, Data capaian kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bersumber BPJS per 31 Desember 2016

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

ANALYSIS

(27)

KEY FINDINGS

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

27

Temuan dari Pembiayaan Sektor Kesehatan

Anggaran 5%

Belum Optimal

Terpenuhi 2 tahun

terakhir, masih

termasuk gaji

THE thd

GDP Rendah

Total Health Expenditure

Indonesia thd GDP

meningkat namun masih 3

terbawah di negara Asia

Tenggara, OOP menurun

Dana

Pemerintah ke

Daerah Besar

Pemda Prov dan

Kab/Kota mengelola

dana 15-25% dari total

Anggaran Pemerintah

Sektor Kesehatan

Proporsi Anggaran

Kemenkes Menurun

Anggaran Kemenkes

dibandingkan dengan Total

Anggaran Kesehatan: 78%

(2014) ke 57% (2017)

Anggaran Kemenkes

memberikan Health

Outcomes yang Ontrack

Lebih dari 55% Capaian Sasaran

Pokok RPJMN 2015-2019

diperkirakan tercapai, sisanya perlu

upaya lebih maksimal

Pengeluaran Kesehatan

Promotif-Preventif Minimal

Total Pengeluaran Kesehatan termasuk

Pengeluaran Pemerintah (Pusat dan

Daerah) masih berfokus ke Pengeluaran

ke RS (Kuratif).

(28)

TANGGAPAN(1)

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

28

Atas temuan dan Masukan dari Narasumber

No

Temuan

Rekomendasi

Tanggapan

1. Belum Optimalnya Pelaksanaan Program JKN

- Penyempurnaan Data Kepesertaan termasuk Strategi Komunikasi

- Mendorong Peran Pemda dalam mendukung JKN

- Optimalisasi Monev Pelayanan Yankes

- Perlunya Koordinasi antara K/L terkait dalam Integrasi Data Peserta terutama terkait PBI dan Integrasi JKN dengan Pemda

- Kemenkes berupaya mengoptimalkan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan RS

2. Layanan Kesehatan Belum Merata

- Perlunya membangun Puskesmas minimal 1 di tiap Kecamatan

- Menyusun Skema Pembiayaan Kesehatan Berdasarkan Kesiapan Yankes

- Kemenkes sudah membangun Puskesmas di semua kecamatan di Indonesia

- Skema Pembiayan Yankes dari berbagai sumber didasarkan aspek teknis sesuai Permenkes yang telah ditetapkan. 3. Alokasi belanja kesehatan dan DAK Kesehatan belum berdampak terhadap kesiapan dan kualitas

layanan fasilitas Kesehatan

- Alokasi DAK dan Pembayaran JKN diarahkan sesuai pencapaian

akreditasi

- Optimalisasi Akreditasi Faskes

- Perencanaan Dana DAK sudah mempertimbangkan aspek teknis seperti ketersediaan nakes dan alkes (sarana dan prasarana) dan Pengembangan

Mekanisme DAK Performance Based

- DAK Fisik dan Non Fisik dikaitkan dengan Akreditasi Faskes sejak 2016

(29)

TANGGAPAN (2)

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

29

Atas temuan dan Masukan dari Narasumber

No

Temuan

Rekomendasi

Tanggapan

4. Porsi anggaran kesehatan lebih banyak untuk layanan yang bersifat kuratif

Reorientasi program layanan

kesehatan pada usaha Promotif – Preventif sebagai pilar utama

Kemenkes memprioritaskan Kegiatan Program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga yang fokus pada upaya Promotif dan Preventif yang digarap bersama oleh seluruh unit utama di Kemenkes

berkoordinasi dengan 2.926 Puskemas di 514 Kab/Kota di 34 Provinsi (Tahun 2017) dan bertambah lokusnya tiap tahunnya.

Selain itu dalam rangka meningkatkan upaya preventif Kemenkes

melakukan introduksi 3 vaksin baru ( MR/Measle Rubella, JE/Japanese Echepalitis, Pneumokokus pada tahun 2017.

5. Pengeluaran Publik untuk Kesehatan di Indonesia termasuk terendah di dunia (1.4% GDP di tahun 2016)

- Meningkatkan Pengeluaran Publik untuk Kesehatan (Pusat dan

Daerah) sampai level 2,3% dari GDP di Tahun 2020

- Meningkatkan fiscal space dengan pendapatan earmarked contohnya Pajak Rokok

- Meningkatkan Efisiensi dan Reprioritasasi

- Kemenkes mendukung rekomendasi Bank Dunia dan meminta Kemenkeu untuk meningkatkan anggaran sektor minimal 5% dari APBN diluar gaji, serta mengarahkan peningkatan pada pembiayaan pemerintah pusat sehingga dapat mengejar pencapaian RPJMN di tahun 2019.

- Peningkatan allocative efficieny diupayakan dengan penerapan mekanisme penilaian pengusulan rencana kegiatan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang lebih sistematis (indeks PUK) 6. Belanja Pemerintah

Pusat hanya 1/3 dari Total

Pengeluaran Kesehatan

Memastikan koordinasi dan

konsistensi dalam perencanaan dan Anggaran sehingga implentasinya sejalan dengan Pemda dalam

mencapai hasil kesehatan yang baik.

Upaya Sinkronisasi Perencanaan Strategis (RPJMN-RPJMD) dan Perencanaan Setiap Tahun antara Pemerintah Pusat dan Daerah dioptimalkan dengan baik.

(30)

TANGGAPAN (3)

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

30

Atas temuan dan Masukan dari Narasumber

No

Temuan

Rekomendasi

Tanggapan

7. Porsi Pengeluaran UPT Vertikal (BLU) sebesar 18% dari total Anggaran

Pemerintah Pusat.

Meningkatkan Efisiensi dan efektivitas dari pengeluaran BLU sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pengeluaran

kesehatan.

- Kemenkes mendorong RS UPT Vertikal untuk lebih mandiri

(KPBU, KSO) dalam investasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas

layanan kesehatan rujukan nasional.

- Monev oleh Dewan Pengawas terhadap RS UPT diupayakan untuk mengurangi ketidak efisienan operasional UPT Vertikal 8. Duplikasi kegiatan

pusat dan daerah karena pembiayaan di fasyankes

pemerintah terfragmentasi

- Meningkatkan Koordinasi Pemerintah Pusat dalam dana transfer daerah ke Pemda dan Puskesmas/RS.

- Meningkatkan Koordinasi dalam Pembiayaan sisi permintaan dan penawaran.

- Menilai perlunya Otonomi Puskesmas diperluas dalam mengatur

pengeluarannya.

- Kemenkes selalu berkoordinasi Kementerian Koordinator seperti Kemenkeu, Bappenas, Kemendagri dalam

Perencanaan DAK

- Peningkatan Otonomi Puskesmas merupakan wewenang Pemda sebaiknya perlu kajian lebih Komprehensif oleh

Kemendagri (mengingat banyak Pemda meningkatkan status Puskesmas menjadi BLUD).

(31)

TANGGAPAN (4)

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

31

Atas temuan dan Masukan dari Narasumber

No

Temuan

Rekomendasi

Tanggapan

8. Tidak terkoneksinya antara pengeluaran Kesehatan dengan tingkat kesiapan supply side (sarana dan prasarana

yankes).

- Memperkuat Fasilitas Pelayanan Kesehatan melalui Proses Akreditasi.

- Menggunakan Mekanisme Pembiayaan yang ada sebagai daya ungkit peningkatan supply side Pelayanan Kesehatan.

- Kemenkes sudah menerapkan proses akreditasi Puskesmas dan Rumah

Sakit sejak 2015 sesuai dengan amanat RPJMN 2015-2019, hasil pelaksanaan kegiatan ini akan berdampak beberapa tahun ke depan

sehingga belum tergambal optimal sesuai dengan hasil assessment Bank Dunia.

- Upaya Peningkatan penggunaan mekanisme pembiayaan yang tentunya

melibatkan lintas sektor (K/L) seperti Kemenkeu, Bappenas, Kemenkes, BPJS Kesehatan, Kemendagri, Kemendesa dll menjadi bagian dari Usulan Proposal Proyek Pinjaman yang akan didanai oleh Bank Dunia (I-SPHERE) melalui mekanisme Program for Results (P4R) namun perlu komitmen

setiap K/L tersebut 9. Memperkuat Governance and Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

• Mengembangkan Dashboard Kinerja Sektor Kesehatan termasuk kinerja Puskesmas. • Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen

Kesehatan.

• Membangun Kapasitas Pemda dalam

Perencanaan, Penganggaran, Implementasi, Keuangan dan Pelaporan terutama pada

daerah yang memiliki kinerja yang kurang baik.

- Kemenkes sudah mengupayakan Sistem Informasi Kesehatan yang

terintegrasi dengan Sistem Kinerja Kesehatan di Daerah (SIKDA)

- Pengembangan Dashboard merupakan masukan yang sangat positif

namun sulitnya mengintegrasikan sistem kinerja antar K/L dan Pemerintah Daerah yang terkendala komitmen dan aspek teknis serta biaya.

- Kemenkes telah mengembangkan modul pelatihan manajemen puskesmas

dan peningkatan kapasitas perencanaan, penanggaran dan monev petugas perencana kesehatan di daerah, namun pelaksanaanya perlu lebih masif dan terpadu.

(32)

TANGGAPAN (5)

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

32

Atas temuan dan Masukan dari Narasumber

No

Temuan

Rekomendasi

Tanggapan

8. Indonesia

underperforms terkait angka

harapan hidup bayi baru lahir, jika

dibanding dengan Negara yang health spendingnya sama seperti Srilangka dan Vietname.

Lebih dari 55% Capaian outcome/ Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019 diperkirakan tercapai, sisanya perlu upaya lebih maksimal

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau. Kondisi ini merupakan tantangan yang harus dihadapi. Upaya Pencapaian Outcome Kesehatan antara lain dilakukan melalui upaya-upaya prioritas :

1. Peningkatan akses masyarakat ke fasyankes. Hal ini perlu didukung

dengan infrastruktur yang memadai, sarana prasarana dan alkes, serta SDM yang berkompeten.

2. Peningkatan pencegahan penyakit melalui imunisasi, pembiayaan introduksi vaksin baru dan biaya operasional.

3. Penyediaan obat dan bahan habis pakai lengkap

4. Program perbaikan gizi yang didukung dengan promosi kesehatan 5. Sistem pembiayaan yang baik

(33)

L O G I C A L F R A M E W O R K O F T H E N U T R I T I O N A L P R O B L E M S , U N I C E F 2 0 1 3

33

Penanganan stunting

perlu komitmen tinggi

pemerintah & multisektor

serta melibatkan semua

unsur masyarakat.

Penanganan tidak hanya

ditujukan untuk

mengatasi penyebab

langsung akan tetapi

juga penyebab tak

langsung serta

penyebab dasar

(34)

Kementerian Kesehatan:

1. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil

2. Promosi ASI Eksklusif

3. Promosi Makanan Pendamping-ASI

4. Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodium

5. Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah 6. Suplemen gizi mikro (Taburia)

7. Suplemen gizi makro (PMT) 8. Kelas Ibu Hamil

9. Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan perilaku

10. Pemberian obat cacing

11. Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk 12. Suplementasi vitamin A

13. Jaminan Kesehatan Nasional 14. Jaminan Persalinan (Jampersal)

• Upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi

gangguan secara tidak langsung

• Berbagai kegiatan pembangunan pada umumnya

non-kesehatan

• Kegiatannya antara lain Keluarga Berencana, penyediaan

air bersih, Pendidikan, penyediaan bahan pangan

kegiatan penanggulangan kemiskinan, dan kesetaraan

gender

• Sasaran: masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000

HPK

INTERVENSI GIZI SENSITIF INTERVENSI GIZI SPESIFIK

Perlu KONTRIBUSI MULTI SEKTOR dalam INTERVENSI PERBAIKAN GIZI

(35)

PERKEMBANGAN PAGU DAK BIDANG KESEHATAN

Rp. 20,12

Triliun

Rp. 23,22

Triliun

Rp. 26,01

Triliun

TAHUN 2016

TAHUN 2017

TAHUN 2018

MENINGKAT TERUS !!!

TAPI PENYERAPAN RENDAH !!!!

TAHUN 2015

Rp. 6,18

Triliun

NO JENIS DAK PAGU REALISASI %

1 DAK FISIK

16.603.785.382.000

5.965.207.610.345

35,93%

2 DAK NON FISIK

6.617.200.000.000

1.938.317.413.592

29,29%

TOTAL

23.220.985.382.000

7.903.525.023.937

34,03%

(36)

PERCEPATAN PELAKSANAAN DAK TA. 2018

1. Segera membahas dengan DPRD dan menginput RKA DAK ke

dalam DPA SKPD T.A. 2018;

2. Menerbitkan Peraturan Kepala Daerah (Perkada) bagi daerah yang

sudah terlanjur ditetapkan APBD-nya;

3. Pemerintah daerah agar segera menetapkan PA/KPA/PPK untuk

pelaksanaan DAK T.A. 2018

4. Segera menyampaikan persyaratan peluncuran DAK Tahap 1

kepada Kemenkeu yaitu; Perda APBD, Laporan Realisasi TW IV

Tahun 2017, BA RKA DAK 2018, Daftar Kontrak kegiatan tahun

2018;

(37)

NEXT STEP

(38)

Rencana Tindak Lanjut

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

38

STRATEGY

KOORDINASI

RE-PROGRAMMING

- Melakukan Optimalisasi Strategi melalui

Integrasi Program dan Akselerasi Pelaksanaan

Anggaran

- Peningkatan Kapasitas Pusat dan Daerah :

Reorientasi, Pelatihan, Pembinaan dan

Supervisi terpadu.

- Sinkronisasi / Integrasi

pelaksanaan program (Lintas

Program dan Sektor

- Mendukung Upaya Integrasi

Sistem Perencanaan, anggaran

dan Monev (On Data/

e-Planning, e-monev yang

terintegrasi)

- Review Log-Frame Indikator RPJMN

yang capaiannya perlu upaya lebih

optimal

- Sinkronisasi / Integrasi Pelaksanaan

Program

- Realokasi/Refocusing Kegiatan

berdasarkan Mekanisme yang lebih

sistematis berdasarkan hasil Monev

- Reward & Punishment  utk

Pengalokasian DAK (lebih

Performance based)

(39)

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI FASYANKES DIDAERAH

MELALUI DANA DAK

PENINGKATAN

MUTU

PELAYANAN

FASYANKES DI

DAERAH

PENINGKATAN KUANTITAS

PENINGKATAN KUALITAS

PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT

Pengadaan Sarana pendukung

kesehatan

Pengadaan Alat Kesehatan

Rehab Fisik Bangunan

Pembangunan Fisik Bangunan

Akreditasi RS ( Minimal 1 RSUD

terakreditasi di Setiap Kab/Kota

)

Akreditasi Puskesmas (Minimal 1 Pusk

terakreditasi disetiap Kecamatan)

Pemenuhan SDM Kesehatan

(Nusantara Sehat, Tugsus, WKDS

Spesialis, Intership)

PBI - JKN

Jampersal

Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan Keluarga (PIS PIK)

DAK FISIK

RE

GU

LER

AFIRMA

SI

PENU

GASAN

BOK AKREDITASI RUMAH

SAKIT

BOK AKREDITASI

PUSKESMAS

APBN

KEMENKES

BOK PUSKESMAS, KAB/

KOTA DAN AKREDITASI

BOK JAMPERSAL

APBN KEMENKES

(40)

Referensi

Dokumen terkait

Spasi antar baris dan spasi antar karakter pada dokumen dasar harus diperhatikan, terutama bila dokumen dasar akan diisi dengan data yang dicetak dengan

Bagi rental PC Game SPYRO, Kemudahaan dalam memberikan informasi tentang jenis koleksi-koleksi CD Game yang dimiliki, memberikan informasi tentang koleksi CD Game

Apabila populasi menunjukkan distribusi frekuensi, random sampling (pengambilan sampel secara acak) dengan tepat harus tetap dipertahankan, artinya jangan sampai

Gas content dihitung berdasarkan data yang diambil dari analisis proksimat pengambilan sampel pada tiga conto batubara yang mewakili lapisan batubara bagian bawah,tengah,

Dari hasil kegiatan praktek kerja lapang yang dilaksanakan di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gunung Slamet Barat termasuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas

Diet yang sehat dapat membantu mengurangi risiko penyakit kronis, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan membantu mencapai berat badan yang sehat. Rekomendasi

Pertanyaan &amp; Pengaduan dikirim masyarakat kepada PINDU adalah Pertanyaan maupun pengaduan yang berhubungan dengan kinerja aparat pemerintah, pembangunan

suatu masyarakat, yaitu budaya lokal, adalah sumber hukum dalam Islam Berkenaan dengan itu, tidak perlu lagi ditegaskan bahwa unsur- unsur budaya lokal yang dapat atau