DI PERUM PERHUTANI KPH BANYUMAS TIMUR BKPH GUNUNG SLAMET BARAT JAWA TENGAH
OLEH :
HABIB SADEWO AHMAD NIM. 080 500 009
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
DI PERUM PERHUTANI KPH BANYUMAS TIMUR BKPH GUNUNG SLAMET BARAT JAWA TENGAH
OLEH :
HABIB SADEWO AHMAD NIM. 080 500 009
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di Perum Perhutani BKPH Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur Jawa Tengah dari tanggal 3 Maret sampai dengan 3 April 2011.
Menyetujui,
Pembimbing, penguji I
Ir. M. Fadjeri, MP Ir. Rita Yuliani
NIP. 19610812 198803 1 003 NIP. 19630708 199203 2 002 Penguji II
Ir. Sofyan Bulkis, MP
NIP. 19600321 198903 1 002 Mengesahkan
Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dibuat sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna seperti apa yang diharapkan, oleh karena itu adanya kritik dan saran yang bersifat membangun Penulis sangat diharapkan.
Pada kesempatan ini Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku dosen pembimbing dan Ketua Program Studi Manajemen Hutan
2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
3. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
4. Bapak Suhadi selaku Asper/KBKPH Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur
5. Bapak Supangat selaku Ketua Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur
6. Bapak Wandi, Narsikun, Cikun dan Sudarsono selaku mandor BKPH Gunung Slamet Barat wilayah Baturraden KPH Banyumas Timur
8. Ayah dan Ibu selaku ortu/wali yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL
9. Rekan-rekan yang tergabung dalam tim PKL 2011 di Perum Perhutani BKPH Gunung Slamet Barat Unit l Jawa Tengah.
Tanpa bantuan dari Bapak-Bapak serta semua pihak, tidak mungkin kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) terlaksanakan dengan baik. Besar harapan Penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Akhir kata penulis mengharap semoga laporan PKL ini dapat memberikan manfaat yang besar khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Samarinda, April 2011
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 2
C. Hasil yang diharapkan ... 2
II. KEADAAN UMUM LOKASI A. Letak Geografis dan Administrasi ... 3
B. Luas dan Pembagian Wilayah ... 3
C. Kondisi Fisik Lingkungan dan Vegetasi ... 4
D. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Hasil Hutan Non Kayu ... 5
E. lokasi dan Waktu Kegiatan PKL ... 9
III. HASIL KERJA PRAKTEK LAPANG (PKL) A. Pembibitan... 11
B. Pengangkutan Bibit ... 13
C. Pemeliharaan ... 15
D. Pemanenan ... 16
E. Penimbunan ... 19
F. Kegiatan Penelitian Inventarisasi Pohon Bocor Getah ... 20
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 23
B. Saran ... 24
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Waktu dan lokasi kegiatan PKL ... 10
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Halaman 1. Struktur Organisasi BKPH Gunung Slamet Barat ... 26
2. Peta Lokasi Kerja... 27
3. Foto-Foto Kegiatan PKL ... 30
4. Data Potensi Getah Kopal BKPH Gunung Slamet Barat ... 34
5. Data Potensi Getah Kopal RPH Baturraden ... 35
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya. Sebagai fungsi ekosistem, hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup flora, fauna, dan berperan sebagai penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan, hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam komponen penting strategi penghidupan penduduk hutan. Saat ini, upaya untuk mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan berhasil meningkatkan perhatian terhadap pemasaran dan pemungutan hasil hutan non kayu sebagai suatu perangkat dalam mengembangkan konsep kelestarian. Meskipun demikian, tidak ada jaminan akan menghasilkan keluaran yang positif. Secara garis besar hasil hutan dibagi menjadi dua (2) bagian yaitu hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu terdiri dari produk nabati dan hewan. Untuk hasil hutan non kayu nabati bisa dikelompokkan ke dalam kelompok rotan, kelompok bambu dan kelompok bahan ekstraktif (misalnya Damar, Kopal, Gondorukem dan sebagainya).
BKPH Gunung Slamet Barat RPH Baturraden, dalam kegiatan pengelolaan hutannya yaitu memproduksi hasil hutan non kayu berupa getah
damar atau kopal. Pada dasarnya, Perum Perhutani mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktek kerja Lapang (PKL) adalah untuk memperoleh wawasan pemikiran serta meningkatkan pengetahuan mahasiswa agar memahami segala kegiatan secara langsung di lapangan yang dapat memberikan gambaran terhadap mahasiswa mangenai pengelolaan hutan di areal Perum Perhutani KPH Banyumas Timur BKPH Gunung Slamet Barat. Selain itu dengan mengikuti kegiatan PKL ini dapat menjadi bekal untuk belajar dan bekerja.
C. Hasil yang Diharapkan
Dengan adanya pengalaman kerja lapangan (PKL) yang dilaksanakan di areal Perum Perhutani KPH Banyumas Timur BKPH Gunung Slamet Barat diharapkan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mampu mengetahui manfaat hasil hutan non kayu dan tenaga-tenaga yang terampil dibidang kehutanan baik secara fisik, intelektual, sosial maupun manajerial yang kelak akan mampu melestarikan dan memberikan sumbangan yang berarti bagi bidang kehutanan.
II. KEADAAN UMUM LOKASI
A. Letak Georafis dan Administrasi
Secara geografis, wilayah BKPH Gunung Slamet Barat terletak pada 15o Bujur Timur Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gunung Slamet Barat, termasuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Perum Perhutani Unit l Jawa Tengah. 20o30’ Bujur Timur, 7o10’ Lintang Selatan - 7o20’ Lintang Selatan. Sebelah utara berbatasan dengan BKPH Bumi Jawa KPH Pekalongan Barat, sebelah timur berbatasan dengan BKPH Gunung Slamet Timur, sebelah selatan berbatasan dengan BKPH Jatilawang dan sebelah barat berbatasan dengan BKPH Bumiayu KPH Pekalongan Barat.
Secara administratif, wilayah BKPH Gunung Slamet Barat meliputi 21 desa yang tercakup dalam 7 kecamatan yaitu Kutosari, Sumbang, Baturraden, Kedung Banteng, Karanglewas, Cilongkok dan Pekuncen.
B. Luas dan Pembagian Wilayah
Luas wilayah pemangkuan hutan BKPH Gunung Slamet Barat sebesar 14.808,40 ha, yang terdiri dari : (1) hutan lindung, 11.808,50 ha, (2) hutan produksi, 2.526,10 ha (3) hutan wisata, 69,30 ha (4) kebun raya, 143,50 ha, (5) Ldti, 127,60 ha dan (6) areal pruduksi benih, 105,40 ha.
BKPH Gunung Slamet Barat terbagi menjadi 5 kelas hutan yaitu. KU, Thkl, Hakl, HL dan TBP dengan luas masing-masing 1.400,70 ha, 608,10 ha, 1.703,6 ha, 11.808,5 ha dan 160,2 ha. BKPH Gunung Slamet Barat terbagi pula
menjadi 3 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) yaitu Baturraden seluas 4.872,45 ha, Karanggandul seluas 5.122,05 ha dan Lebaksiu seluas 4.785,95 ha.
Kawasan hutan yang terbentang di wilayah BKPH Gunung Slamet Barat sebagian besar merupakan kawasan lindung yang terletak tepat pada lereng dan kaki gunung Slamet bagian selatan. BKPH Gunung Slamet Barat memiliki produksi hasil hutan yang relatif lebih kecil dibandingkan BKPH lain yang ada di wilayah KPH Banyumas Timur, tetapi memiliki manfaat yang sangat besar bagi keanekaragaman flora dan fauna, menjaga kestabilan ekosistem serta memberikan iklim yang asri dan nyaman.
C. Kondisi Fisik Lingkungan dan Vegetasi
Bedasarkan data Praktek Pengenalan Hutan, pada daerah ini curah hujan yang terjadi tiap tahunnya cukup tinggi hingga mencapai 5000 mm/th hal ini Nampak sekali dari keadaan tanah yang lembab dan seringnya turun hujan. Suhu udara 23oC, RH 83%, topografi lahan landai, tipe kelerengan B (8-16%), permukaan tanah ditutupi serasah setebal 5cm, top soil 7,5cm, tanah permukaan berwarna cokelat kehitaman, pH tanah 5,5, KTK rendah.
Kawasan Baturraden kondisi alamnya relatif lebih baik karena hutan produksi agathis tumbuh subur serta keadaan lingkungannya lebih lembab dan sejuk. Mata air masih mengalir meskipun dimusim kemarau. Lantai bawah disela-sela tanaman agathis banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis paku-pakuan, sehingga sekilas mirip dengan hutan paku-pakuan. Sementara itu berbagai jenis anggrek tanah maupun epifit cukup melimpah populasinnya terutama jenis
Bulbophyllum spp, Coelogyne specuosa, Cymbidium lancifolium, Goodyera propera, dan sebagainya.
Selain itu tanaman lain yang cukup menarik dan turut memperkaya keanekaragaman flora dikawasan Gunung Slamet antara lain : Nepenthus aff,
Spanthulata, Aeschynanthus sp, Homalomena sp, Begonia spp, Medinilla sp, Brassaiopsis sumatraba, Schismatoglottis capitata, Sundapsus pictus, Agalmyla parasitica, Piper spp.
Banyaknya jenis tumbuhan yang berpotensi hias menyebabkan jenis-jenis tersebut sering dieksploitasi dan dijual kepada masyarakat penggemar tanaman. Bila dibandingkan penjualan antara anggrek alam dan kantung semar, maka kantung semar lebih diminati sehingga keberadaan anggrek alam relatif terkendali. Eksploitasi kantung semar cukup ekstensif, sehingga dikhawatirkan populasinya di alam makin menurun.
D. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Hasil Hutan Non Kayu
Secara garis besar hasil hutan dibagi menjadi 2 bagian yaitu hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu terdiri dari produk nabati dan hewan. Untuk hasil hutan non kayu nabati bisa dikelompokkan ke dalam kelompok rotan, kelompok bambu dan kelompok bahan ekstraktif (misalnya Damar, Terpentin, Kopal, Gondorukem dan sebagainya).
Berikut ini akan diuraikan secara ringkas beberapa jenis hasil hutan non kayu nabati, yang termasuk dalam kelompok bahan ekstraktif.
1. Damar
Merupakan getah yang dihasilkan oleh pohon yang termasuk famili Dipterocarpaceae. Dalam perdagangan dikenal jenis-jenis damar yaitu Damar
Mata Kucing, Damar Merah dan Damar Hitam. Pemungutan masih dilakukan secara sederhana dan tradisional yaitu dengan penyadapan kulit batang, getahnya dibiarkan selama sampai 3 bulan.
Kegunaan damar untuk yaitu sebagai bahan baku korek api, plastik, plester, vernis, lak dan sebagainya. Larutannya dalam chloroform dapat dipakai untuk mengawetkan binatang dan tumbuhan.
2. Gondorukem
Nama lain : pine rosin, rosin, colophony, siongka dan sebagainya. Merupakan getah yang diambil/disadap dari pohon Pinus dari suku Pinaceae. Getah tersebut diproses dengan jalan penyulingan air yang kadang-kadang disertai vakum. Bagi yang merupakan residu dari penyulingan itu disebut gondorukem yang berwarna ambar-bening, sedang fraksi destilatnya adalah terpentin.
Berdasarkan warnanya, getah gondorukem diklafikasikan menjadi beberapa kelas yaitu B, C, D, E, F, G, H, I, K, M, N, dan W-G. Kegunaan kelas B, C, D (Warna gelap) digunakan untuk industri minyak rosin dan vernis gelap. Kelas E, F, G digunakan sebagai bahan penolong dalam industri kertas. Kelas G dan K digunakan induk industri sabun. Kelas W-G dan W-W (Warna pucat) digunakan untuk bahan vernis warna pucat, scaling wax, bahan peledak, pelapis alat-alat yang dipegang tangan, bahan penggosoksenar, bahan solar, bahan cat, tinta cetak, semen, kertas, politur kayu, plastik, kembang api dan sebagainya.
3. Kemenyan
Nama lain : benzoin, benzoe, benzoin gum, labah jawi. Merupakan getah sebagai hasil penyadap pohon Styrax benzoin Dryan atau Styraxtonkinensis
Craib yang termasuk famili Styracaceae. Getahnya berwarna putih abu-abu. Kemenyan merupakan bahan baku asem benzoat dan asam sinamat.
Kegunaan : Sebagai obat yaitu perangsang ekseptoransia dan obat luka juga sebagai bahan inclures dalam industri vernis dan kosmetik.
4. Jernang
Nama lain : dragon’s blood, jernang mandai, getah badak, getah warak dan sebagainya. Berupa getah yang dihasilkan dari pohon Daemonorops draco BI, termasuk famili Palmae. Getahnya berwarna merah.
Kegunaan : Bahan pewarna keramik, marmer alat-alat batu, kayu kertas, cat dan sebagainya. Dalam farmasi digunakan serbuk untuk gigi, ekstrak tanin dan sebagainya.
5. Terpentin
Nama lain : oil of turpentine, spirit of turpentine. Merupakan destilat penyulingan getah atau kayu Pinus. Di Indonesia dihasilkan dari getah Pinus
merkusii Jungh et de Vries. Penyulingan dari getah dilakukan secara langsung
dengan uap atau dengan air, kadang-kadang disertai vakum. Terpentin dihasilkan sebagai destilat dan merupakan hasil samping dalam pengolahan gondorukem.
Kegunaan : Sebagai pelarut minyak organik dan resin. Dalam industri digunakan sebagai bahan semir sepatu. Logam dan kayu, juga sebagai bahan kamper sintetis.
6. Kopal
Nama lain : resin kopal, gum copel, anime (solf copel), cavarie, pepeda, damar minyak, damar sewa, bua loba, melengket masihu, damar penggal dan sebagainya. Merupakan hasil sekresi berbagai pohon antara lain : Agathis alba,
A. dammara, A. latifolia, A. Robusta, A. macrophylla, A. australia, A. selebica, A. boornensis yang semua termasuk dalam famili Pinaceae.
Kegunaan : digunakan sebagai bahan cat, vernis spiritus, lak merah, email, vernis bakar, plastik, bahan pelapis tekstil, tinta cetak, perekat, cairan pengeringan dan sebagainya.
7. Getah Perca
Nama lain : gutta perca, getah merah, isonandra gutta, red makasar, gutta seak dan gutta soh. Diperoleh sebagai hasil ekstraksi daun dan penyadapan pohon Palaquium dan Payena terutama pohon Palaquium gutta Burck, termasuk famili Sapotaceae.
Kegunaan : Sebagai bahan isolasi kabel dan kawat listrik, dalam bidang kedokteran gigi, water prooting agent, lapis alat mekanis dan sebagainya.
8. Minyak Kayu Putih
Nama lain : oil of cayeput, cayeput oil. Kayu putih dihasilkan dari ranting daun Melaleuca leucadendron Linn. Atau Melalleuca minor Smith, termasuk famili Myrtaceae. Pengambilan daun dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa musim, umumnya diambil daun yang agak tua, paling sedikit berumur 6 bulan dengan jalan memotong cabang dan rantingnya. Minyak kayu putih diperoleh dengan cara menyuling air atau penyulingan langsung dengan uap dan air.
Kegunaan : Untuk obat gosok maupun obat diminum, mengurangi kejang sakit kepala, sakit gigi, reumatik, sakit dada, bengkak, luka iris, luka bakar, sakit otot, sebagai bahan insektisida dan perfumeri.
9. Minyak Tengkawang
Nama lain : Borneo tallow, kawang kakowang, green butter. Minyak tengkawang diperoleh dari biji buah pohon tengkawang (Shorea sp. dan Isoptera
sp.) antara lain tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck), tengkawang
majau (Shorea lepidota BI), tengkawang Liyar (Shorea gysbertsiana Burck), tengkawang terendak (Shorea seminis), termasuk dalam famili Dipterocapaceae. Minyak tengkawang diperoleh dari biji tengkawang yang telah kering yang diperas hingga keluar lemaknya.
Kegunaan : oleh masrakyat digunakan sebagai minyak goreng dan obat-obatan. Dalam industri digunakan sebagai bahan pembuat lilin, kosmetik, farmasi, pengganti lemak coklat, sabun margarin pelumas dan sebagainya.
10. Minyak Jarak
Nama Lain : castor oil, kastrol, ricinus oil. Minyak jarak dihasilkan dari hasil pengempaan biji jarak (Ricinus communis Linn) termasuk famili Euphorbiaceae.
Kegunaan : dalam industri digunakan sebagai bahan sabun khusus, tekstil, karet, bahan pelumas pengawet kulit, isolasi listrik, kosmetik, plastik dan obat-obatan terutama sebagai obat kuras perut, juga digunakan sebagai cairan hindrolik.
E. lokasi dan Waktu Kegiatan PKL
Kegiatan praktek kerja lapang ini dilakukan di BKPH gunung slamet barat KPH banyumas timur, Jawa tengah. Dilaksanakan mulai tanggal 3 Maret sampai 3 April 2011, dengan rincian waktu jenis kegiatan dan lokasi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di BKPH Gunung Slamet Barat N o Uraian Kegiatan Tanggal Pelaksanaa n Lokasi 1. Pembibitan a. Pengadaan benih b. Penyemaian c. Penyapihan 7-11 Maret 2011 Persemaian BKPH G. Slamet Barat 2. Pengangkutan Bibit a. Persiapan Lapang b. Pengangkutan 14-16 Maret 2011 Persemaian LITBANG 3. Pemeliharaan a. Pendangiran b. Penyulaman c. Pembersihan tanaman bawah 17-18 Maret 2011 Petak 6D dan 38 4. Pemanenan a. Pembuatan kowakan b. Pemungutan getah c. Sortasi getah 21-25 Maret 2011 Kebun Raya Baturraden dan TPG Baturraden 5. Penimbunan a. Penerimaan b. Pembukuan 28-31 Maret 2011 TPG Baturraden 6. Inventarisasi Pohon Bocor Getah
7-21 Maret 2011
Kebun Raya Baturraden
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
A. Pembibitan 1. Tujuan
Tujuan pembibitan adalah sebagai suatu upaya dalam penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan jumlah yang ditentukan dan untuk persiapan kegiatan penanaman.
2. Dasar Teori
Pembibitan adalah kegiatan hasil perbanyakan tanaman yang siap untuk ditanam, dapat berasal dari perbanyakan generatif maupun berasal dari perbanyakan vegetatif.
3. Prosedur Kerja
a. Penyiapan areal / penentuan areal
b. Pembuatan bedeng dengan ukuran 400 cm x 80 cm c. Pengambilan top soil
d. Penyiapan kompos e. Penyiapan polybag
f. Penyiapan bibit dengan sistem cabutan 4. Alat dan bahan
a. Alat : cangkul, parang, gunting dan ember
b. Bahan : top soil, pupuk kandang, bibit cabutan, cairan rud on (perangsang akar) dan polybag.
5. Hasil yang dicapai
Setiap bedengan berisi bibit sebanyak 500 plc (plantcis), dalam 1 (satu) hari jam kerja dapat diselesaikan sebanyak 3 (tiga) bedeng. Dalam waktu 2 hari, 4 orang pekerja dapat memperoleh 10.000 bibit cabutan dari kebun benih (SSO).
Dengan demikian, Hari Orang Kerja (HOK) dalam kegiatan pembibitan di BKPH Gunung Slamet Barat dapat diuraikan sebagai berikut :
? Pembibitan
Bibit = 500 plc/bedeng
Dalam 1 hari jam kerja (8 jam) dapat menyeselesaikan 3 bedeng oleh 1 (satu) regu kerja (5 orang).
Maka,HOK = ? bibit / ? pekerja / ? jam kerja HOK = 1.500 / 5 / 8
HOK = 37,5/plc/jam/orang
Jadi, HOK pada kegiatan pembibitan adalah 37,5/plc/jam/orang.
? Bibit Cabutan
Bibit diperoleh sebanyak 10.000 dalam 2 hari jam kerja (16 jam) oleh 1 regu kerja (4 orang).
Maka,HOK = ? bibit / ? pekerja / ? jam kerja HOK = 10.000 / 4 / 16
Jadi, HOK pada kegiatan bibit cabutan adalah 156,25 bibit/jam/orang.
6. Pembahasan
Pada areal yang telah ditentukan sebagai tempat pembibitan, dibuat bedengan dengan ukuran 400 cm x 80 cm. Selanjutnya, mencampur media tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 60:40, kemudian dikemas kedalam polybag yang telah disediakan. Lalu, bibit disemai kedalam polybag yang telah berisi media campuran tanah dengan pupuk kandang. Bibit diperoleh dari kebun benih (SSO) dengan sistem cabutan. Sebelum di semai, daun-daun dikurangi untuk mengurangi penguapan dan akar direndam pada cairan rud on (perangsang akar). Kegiatan selanjutnya yaitu penyapihan bibit-bibit yang telah selesai perlakuan, lalu dipindahkan pada bedeng yang telah disediakan, dalam 1 (satu) bedeng jumlah bibit sebanyak 500 plc.
Kegiatan pembibitan yang dilakukan selama PKL, keseluruhannya tidak jauh berbeda dengan teori dan praktek yang telah dipelajari selama kuliah sehingga tidak ada kesulitan dalam mengerjakannya. Namun ada hal-hal baru yang didapatkan seperti penggunaan cairan rud on (perangsang akar) dan bibit cabutan dari kebun benih (SSO).
B. Pengangkutan Bibit 1. Tujuan
Pengangkutan bibit dilakukan secara hati-hati dengan tujuan agar tidak mengalami kerusakan selama dalam perjalanan. Bibit yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam peti atau keranjang dengan disusun rapat sehingga tidak bergerak jika dibawa atau ditumpuk. Bibit yang dibawa ke lapangan adalah bibit yang sehat dan segar, dan dihindarkan dari panas matahari serta disimpan di tempat teduh dan terlindung.
2. Dasar Teori
Pengangkutan bibit adalah pemindahan bibit-bibit siap tanam dimuat kedalam alat angkutan untuk dibawa ke lapangan dengan memilih yang segar dan sehat kondisinya. (Anonim, 2010).
3. Prosedur Kerja
a. Menentukan jumlah bibit yang akan di angkut b. Persiapan alat-alat angkutan
c. Pemilihan bibit yang akan diangkut d. Pengangkutan bibit yang telah dipilih e. Penyusunan bibit dalam bak angkutan 4. Alat dan Bahan
a. Alat : rak pengangkut dan tali (serat bambu) b. Bahan : bibit tanaman
5. Hasil yang dicapai
Jumlah bibit yang diangkut disesuaikan dengan surat perintah kerja (SPK) biasanya 5.000 sampai 10.000 bibit dalam satu kali pengangkutan serta keadaan cuaca saat pengangkutan.
6. Pembahasan
Dalam distribusi bibit, hal–hal yang perlu diperhatikan yaitu bibit yang diangkut dengan cara dipikul, jangkauan maksimumnya sejauh 2 Km dari tempat pengumpulan bibit di lapangan dengan alat transportasi angkutan. Jumlah bibit yang diangkut sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan di SPK, pengangkutan dilakukan sebelum jadwal penanaman serta persiapan kemampuan regu tanam.
Pada kegiatan pengangkutan bibit selama PKL, jarak antara alat transportasi dengan persemaian cukup jauh, ini menyulitkan bagi pengangkut karena beban yang berat dan bibit yang harus diangkut dalam jumlah yang banyak. Seharusnya jarak antara alat transportasi dengan persemaian harus diperhatikan agar pekerja tidak kesulitan saat pengangkutan bibit dan tidak memakai waktu terlalu lama.
C. Pemeliharaan 1. Tujuan
Tujuan pemeliharaan adalah untuk menghindari kematian tanaman sebelum dan setelah ditanam dengan cara membersihkan tanaman dari tumbuhan bawah atau tumbuhan pengganggu (gulma).
2. Dasar Teori
Pemeliharaan adalah suatu usaha merawat dan menjaga tanaman dari gangguan yang dapat merusak serta merugikan pertumbuhan pohon atau tegakan dan memperbaiki kualitas tanaman.
3. Prosedur kerja
a. Pembersihan tanaman b. Pendangiran bentuk piringan c. Penyiapan bibit
d. Penyulaman e. Penyiraman 4. Alat dan Bahan
a. Alat : parang/sabit, cangkul, surjen b. Bahan : bibit tanaman
5. Hasil yang dicapai
Menghasilkan pohon yang sehat untuk diambil getahnya secara optimal dan memenuhi target getah damar.
6. Pembahasan
Sebelum pendangiran, dilakukan pembabatan atau pembersihan tumbuhan bawah selebar 1-1,5 meter untuk jalur pemeriksaan. Pendangiran dilakukan sedalam 10-20 cm dengan menggemburkan tanah sekitar tanaman membentuk piringan dan tanah dibuat membumbung/gundukan agar tanaman tidak tergenang pada saat hujan. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau tanaman yang
mengalami pertumbuhan kurang baik. Sebelum penyulaman, tanah digemburkan dan dibuatkan lubang tanam kembali menggunakan surjen. Setelah penyulaman dilakukan penyiraman pada tanaman. Kegiatan penyulaman dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan intensitas : tahap pertama 10%, kedua 5% dan ketiga 3%.
Dalam kegiatan pemeliharaan penyiraman tidak harus dilakukan karena keadaan cuaca diwilayah ini memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan selama PKL hampir setiap hari terjadi hujan baik dalam intensitas besar maupun kecil.
D. Pemanenan 1. Tujuan
Untuk memperoleh hasil hutan non kayu berupa produksi getah damar agathis secara maksimal.
2. Dasar Teori
Pemanenan adalah kegiatan pemungutan hasil hutan baik berupa kayu maupun non kayu yang selanjutnya diolah sesuai keperluannya. 3. Prosedur Kerja
a. Memilih pohon yang akan disadap
b. Membuat kowakan dengan ukuran 10cm x 8cm x 15cm c. Penyadapan kopal
d. Pembaruan kowakan setelah penyadapan e. Sortasi getah sesuai ukuran dan mutu
f. Pemisahan kopal dengan tatal (kotoran) g. Penentuan kualita getah
4. Alat dan Bahan
a. Alat : kudi koni, cong cong (corong kerucut), ayakan, boot (sepatu), mantel, pisau, karung dan tangga
b. Bahan : Kopal 5. Hasil yang Dicapai
Dalam 1(satu) hari kerja, penyadap mampu menyelesaikan pembuatan kowakan pada pohon agathis sebanyak 124 pohon. Sedangkan pemungutan kopal, dalam 1 (satu) hari dapat menyelesaikan 500 pohon dalam 1 petak kerja, dilakukan oleh 1 orang penyadap.
6. Pembahasan
Pohon yang disadap adalah pohon yang memiliki kelas umur (KU) 3 up (15 tahun) ke atas. Selanjutnya, membuat kowakan pada pohon menggunakan kudi koni dengan ukuran 10 cm x 8 cm x 15 cm. Kowakan dalam 1 (satu) pohon dengan lingkaran pohon 100 cm up dapat mencapai 8 sampai 9 kowakan, sedangkan pohon dengan lingkaran kecil dibawah 100 cm, maksimal 6 (enam) kowakan. Pembaruan kowakan pada tiap pohon yaitu 3 hari sekali, pada hari ke-4 yaitu pemanenan sekaligus pembaruan kowakan kembali.
Setelah kegiatan penyadapan selesai, kegiatan selanjutnya adalah sortasi getah yaitu kegiatan terakhir dalam pemanenan getah kopal. Kopal di ayak menggunakan ayakan, dimana hasil ayakan yang tersaring adalah
kopal dengan kualita atau mutu P. selanjutnya memisahkan antara kopal dengan tatal (kotoran) lalu dikeringkan. Setelah dieringkan kopal dikemas dalam karung ukuran 25 kg berdasarkan kualita nya.
Hasil penyusutan getah dengan berat kotor 10 kg adalah sebagai berikut :
? Setelah dibersihkan berdasarkan kualita didapat kotoran sebanyak 2 kg
? Setelah penjemuran selama 7 hari penyusutan kadar air sebanyak 2,49 kg
? Jadi berat bersih kopal dari berat awal 10 kg dapat dirincikan sebagai berikut.
Berat awal = 10 kg
Penyusutan selama 7 hari = 2,49 kg Kotoran (tatal) = 2,00kg Berat bersih kopal = 5,51kg
Getah kopal memiliki 2 (dua) kualita, yaitu kualita U dan kualita P, dapat dirincikan sebagai berikut :
a. Kualita P, yaitu getah kopal yang masih bercampur dengan tatal (kotoran) dengan ukuran kecil kurang dari 0,5 cm.
b. Kualita U, yaitu getah hasil sortasi yang telah dipisahkan dari tatal dengan ukuran minimal 1 cm.
E. Penimbunan 1. Tujuan
Penyimpanan kopal hasil sortasi di tempat pengumpulan getah (TPG) sebelum di pasarkan.
2. Dasar Teori
Penimbunan merupakan kegiatan terakhir dalam produksi hasil hutan non kayu getah kopal yang meliputi kegiatan penimbunan getah dan pembukuan.
3. Prosedur Kerja
a. Penerimaan kopal hasil dari penyadapan b. Diterima masih dalam keadaan kotor c. Penimbangan kopal
d. Hasil penimbangan berat total getah kopal dipotong 10% e. Pembayaran kepada penyadap
f. Pencatatan dalam buku 4. Alat dan Bahan
a. Alat : timbangan dan alat tulis menulis b. Bahan : kopal
5. Hasil yang Dicapai
Penerimaan hasil sadapan setiap hari nya kadang tidak tentu jumlahnya yang disetorkan ke TPG. Getah yang dihasilkan dalam 1 (satu) bulan adalah 2 ton.
6. Pembahasan
Kopal diterima masih dalam keadaan kotor dan basah kemudian ditimbang, jumlah berat dipotong 10% dari berat total getah. kopal bersih dihargai Rp. 2.000/kg,sedangkan kopal kotor Rp. 1.275/kg. kemudian dicatat dalam buku penerimaan, buku kemajua n dan buku bantu.
Pada kegiatan penimbunan ini kopal yang diterima masih dalam keadaan kotor. Seharusnya penyadap sebelum menyetorkan kopal ke TPG sudah dalam keadaan bersih, jadi kopal dapat dihargai dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan kopal dalam keadaan kotor.
F. Kegiatan Penelitian Inventarisasi Pohon Bocor Getah Inventarisasi hutan adalah kegiatan untuk mengetahui keadaan potensi hutan berupa flora, fauna, sumberdaya manusia dan sosial ekonomi serta potensi budaya masyarakat di dalam dan luar kawasan hutan. dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Kegiatan inventarisasi hutan pada BKPH Gunung Selamet Barat dilakukan terhadap tegakan Agathis terutama terhadap pohon yang mengalami bocor getah.
Pohon bocor getah merupakan pohon yang mengeluarkan getah dalam jumlah yang banyak melebihi pohon yang mengeluarkan getah seperti biasa.
Kegiatan ini dilakukan di petak 6D (Kebun Raya Baturraden) dengan luas 8,6 ha penanaman tahun 1964, jumlah pohon 1.941 dimana target produksi getah pada petak ini sebesar 2.386 kg/tahun.
Perhitungan pohon bocor getah :
Dari 1.941 pohon, dengan target produksi 2.386 kg rata-rata produksi getah per kowakan pohon adalah 1,2 gram. Perkiraan pohon bocor getah dari 1.941 pohon adalah 30% yaitu 581 pohon bocor getah.
Rumus perhitungan :
Produksi Getah =
?
P??
Kw??
gt/Kw??
AKeterangan: ? P : jumlah pohon yang diperkirakan mengalami bocor getah dalam satu petak
?Kw : jumlah kowakan pada satu pohon ?gt/Kw : jumlah getah per kowakan pohon (gr) ? A : jumlah hari dalam pengambilan getah
Untuk lebih jelasnya dapat dipelajari dari contoh di bawah ini, baik pada pohon bocor getah maupun pada pohon tanpa bocor getah.
1. Pohon bocor getah Contoh :
581 x 12 x 3 x 20 = 418,320 kg
= 418,320 kg x 12 bulan = 5.019,84 kg
2. Pohon tanpa bocor getah Contoh : 1.941 x 12 x 1,2 x 20 = 559,008 = 559,008 kg x 12 bulan = 6.708,096 kg
Dengan demikian, hanya dengan menyadap 581 pohon bocor getah, target produksi sudah dapat tercapai tanpa harus menyadap semua pohon dalam satu petak. Tentu ini merupakan keuntungan bagi perusahaan dan memudahkan bagi pekerja dilapangan (penyadap).
Kowakan/kuare adalah luka pada pohon yang sengaja dibuat diharapkan dapat mengeluarkan getah secara optimal.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil kegiatan praktek kerja lapang yang dilaksanakan di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gunung Slamet Barat termasuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Perum Perhutani Unit l Jawa Tengah, adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan hasil hutan non kayu yaitu penyadapan getah damar (kopal) yang dilakukan diwilayah Gunung slamet barat.
2. Pembibitan damar diperoleh dari kebun benih (SSO) dengan sistem cabutan. Sebelum di semai, daun-daun dikurangi untuk mengurangi penguapan dan akar direndam pada cairan rud on (perangsang akar). Kemudian top soil dicampur dengan pupuk, pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang.
3. Pengangkutan bibit dilakukan oleh tenaga persemaian dengan alat angkutan yang memadai.keadaan bibit segar dan sehat kondisinya. Bibit diangkut dengan jarak angkut maksimal 2 km dari persemaian ke alat pengangkut.
4. Pemeliharaan tanaman dengan membersihkan tanaman bawah pengganggu pohon damar, kemudian dilakukan pendangiran untuk menghindarkan genangan air pada waktu hujan.
5. Pemanenan dilakukan apabila pohon telah mencapai kelas umur 3 up (15 tahun), dengan intensitas tiga kali pembaharuan kowakan dan pada pembaharuan ke empat kalinya beserta pengambilan getah damar (kopal) dan membagi dalam dua kelas mutu,yaitu mutu U (utama) dan mutu P (pertama).
6. Penimbunan getah damar (kopal) dibawa ke tempat pengumpulan getah (TPG) yang telah disediakan pada masing-masing wilayah mandor sadapan, kemudian diangkat apabila telah mencapai 2 ton. 7. Inventarisasi Pohon Bocor Getah adalah kegiatan menginventarisasi
pohon yang mengeluarkan getah lebih banyak dibandingkan dengan pohon damar yang tidak bocor getah. Sedangkan yang mengeluarkan getah sedikit atau bahkan tidak mengeluarkan disebut pohon agathis lanang.
B. Saran
1. Kegiatan PKL ini merupakan pelatihan kerja bagi mahasiswa sehingga setelah selesai dari kegiatan PKL perlu adanya penerapan serta mempelajari lebih lanjut yang berkaitan dengan kegiatan yang telah dilaksanakan saat PKL.
2. Kegiatan PKL ini sangat memberikan manfaat Bagi seluruh mahasiswa yang melaksanakannya. Oleh karena itu, penyusun menyarankan adanya hubungan kerjasama antara instansi-instansi
yang terkait dengan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk dijadikan tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pedoman Pembuatan dan Pemeliharaan Tanaman Jati Plus Perhutani (JPP). Perum Perhutani unit I Jawa Tengah, 2010. Anonim. 2005. Himpunan Peraturan/Pedoman Pelaksanaan Tanaman
Hutan Tahun 1974. Biro Pembinaan Perum Perhutani. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2005.
Anonim. 2011. pengertian,macam,jenis pada bibit dan benih dalam pertanian.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=2008122405285 1AAMmUBg. 28 Maret 2011.
Anonim. 2011. Pengangkutan Bibit. http://id.wikipedia.org/wiki/Jati_putih. 28 Maret 2011
Lampiran 1. Struktur Organisasi BKPH Gunung Slamet Barat
ASPER/KBKPH GUNUNG SLAMET BARAT
SUHADI
TATA USAHA
ACH SOBIHIN SUPANGAT
KRPH BATURRADEN TEGUH SUHARYONO KRHP KARANGGANDUL HARTONO KRPH LEBAKSIU MANDOR ? DARSONO MANDOR POLTER ? NARSIKUN MANDOR POLTER ? CIKUN MANDOR SADAP ? WANDI MANDOR PERSEMAIAN MANDOR MANDOR ? WARAM MANDOR POLTER ? RUSWAN MANDOR POLTER ? SUKARYO MANDOR SADAP ? CHANAPI MANDOR POLTER ? ACH SODERI MANDOR SADAP ? SUNARJO MANDOR SADAP
Lampiran 5. Data potensi getah kopal BKPH Gunung Slamet Barat
Lampiran 7. Data Potensi Sumber Daya Hutan Per RPH KPH Banyumas Timur
Gambar 1. Pengangkutan Kopal
Gambar 3. Persemaian Pinus
Gambar 5. Pemeliharaan Bibit Agathis
Gambar7. Pengangkutan Kopal dari TPG