60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Sekolah
4.1.1 Deskripsi SD Negeri 1 Gambasan Temanggung
Kecamatan Selopampang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Tembarak yang terdiri dari 12 SD Negeri dan 3 Madrasah Ibtidaiyah, satu diantaranya SDN 1 Gambasan NSS: 101032301009, NPS: 20320943 merupakan sekolah dasar imbas dari SDN Plumbon yang tergabung dalam Gugus Pentas di Kecamatan Selopampang. Lembaga ini menurut dokumen sekolah berdiri tahun 1930 dengan jarak tempuh kurang lebih 13 km ke arah Selatan dari Kabupaten Temanggung dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang.
Sekolah ini dalam hal sarana prasarana belum sepenuhnya memadai. Dari data RKS tahun 2014 ruang untuk KBM cukup, tedapat ruang perpustakaan, ruang UKS, dan rumah penjaga, sedang peralatan pembelajaran baru 80% terpenuhi. Kondisi perabot sekolah sudah cukup memadai namun perlu perbaikan.
61 Dengan Misi sebagai berikut:
1. Memberi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efekif, dan menyenangkan.
2. Menciptakan pola kehidupan berdasarkan norma agama, budaya, dan kebangsaan. 3. Mengutamakan kerja sama yang solid demi
terciptanya suasana kondusif di lingkungan tugas.
Dalam mewujudkan hal di atas SDN 1 Gambasan menentukan Tujuan Pendidikan sebagai berikut:
1. Terciptanya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan agar daya serap siswa optimal.
2. Lulus 100 %.
3. Mempertahankan peringkat kelulusan.
4. Terciptanya keberanian diri siswa untuk lebih menanamkan rasa percaya diri.
5. Terciptanya sekolah yang dapat merupakan wahana pusat pengembangan kreatifitas peserta didik.
6. Terciptanya sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan.
7. Terciptanya siswa dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut sehingga melahirkan siswa yang handal, cakap, beriman, dan bertakwa.
8. Terciptanya sikap siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
62 yang berkualitas, sebagai salah satu tolok ukur yang dapat diamati yaitu melalui kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing guru yang dapat dilihat pada table 4.1
Tabel 4.1 Data Guru SDN 1 Gambasan
Tahun Pelajaran 2014/2015
No Nama/NIP Pangkat
/Gol.
63
4.1.2 Realisasi PPDB di SDN 1 Gambasan
Pelaksanaan penerimaan peserta didik baru di SDN 1 Gambasan Temanggung setiap tahunnya dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung. Seperti halnya pada tahun 2014/2015 penerimaan peserta didik baru dilaksanakan serempak se-Kabupaten Temanggung, pendaftaran pada tanggal 23-27 Juni 2014 dengan wajib menyelenggarakan program sekolah gratis. Namun tidak menutup kemungkinan bagi sekolah swasta kebijakan itu tidak sepenuhnya dilakukan. Proses penerimaan calon peserta didik baru pada tahun ajaran yang telah dilalui seperti sekolah-sekolah dasar negeri yang lain pada umumnya hanya dengan menunggu calon peserta didik yang datang mendaftar. Seperti halnya pelaksanaan pendaftaran calon peserta didik baru di SDN 1 Gambasan walaupun jadwal yang disesuaikan dengan ketentuan tetapi biasanya para orang tua murid mendaftarkan putranya bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah pada tahun ajaran baru. Seperti penuturan salah satu guru SDN 1 Gambasan:
“Walaupun sekolah sudah melakukan jadwal
64 waktu bersamaan masuk pertama sekolah pada
tahun ajaran baru sehingga sulit diprediksi”.
(Wawancara dengan Guru Kelas 5, 21 April 2015).
Dari penuturan tersebut proses penerimaan calon peserta didik baru yang berlangsung demikian di tiap tahun pelajaran baru. Perolehan calon peserta didik baru di SDN 1 Gambasan untuk lima tahun terakhir tidak mengalami peningkatan, hal itu dipertegas dengan pengamatan orang tua murid yang merangkap komite menyatakan perolehan calon PPDB hanya berkisar 20 anak pertahunnya.
“Perolehan murid baru di SDN 1 Gambasan kalau
saya amati dari hasil laporan PPDB kalau saya kalkulasi jatuh tiap tahunnya rata-rata dikisaran dua puluh pendaftarnya”.
(Wawancara Bp. Kadar, 21 April 2015).
Dari pelaksanaan penerimaan calon peserta didik baru di SDN 1 Gambasan sudah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Temanggung melalui dinas pendidikan setempat bahwa pelaksanaan PPDB tingkat sekolah dasar diselenggaraakan secara serempak dan tidak boleh memungut biaya pendaftaran. Untuk pelaksanaan PPDB SDN 1 Gambasan pembiayaan kegiatan ini dianggarkan melalui dana BOS yang tersedia.
4.2 Hasil Pengembangan
4.2.1 Potensi Dan Masalah
65 misi, tujuan dan program sekolah. Potensi yang dimaksud yaitu potensi sekolah dan peotensi masyarakat karena dari dua komonitas yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Dari kedua komponen ini memiliki hak dan kewajiban yang hampir sama dalam merencanakan, melaksanakan dan melakukan pengawasan terhadap program pendidikan. Perhatian masyarakat dalam pendidikan dapat terungkap melalui ide-ide strategis yang dapat dikembangkan oleh sekolah yang bersangkutan. Selain itu melalui hubungan harmonis antara masyarakat dan sekolah akan memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan mutu pendidikan. Potensi yang dimiliki SDN 1 Gambasan dalam hal prestasi yang dicapai dalam bidang akademik dan non akademik sudah cukup banyak dalam rangka upaya peningkatan kualitas pendidikan.
66 tahunnya selalu meraih juara 1 (satu) tingkat kecamatan dan maju mewakili untuk tingkat kabupaten. Hal itu diperjelas dengan pendapat guru yang sering mendapingi siswa dalam mengikuti lomba:
”Dan kami pun bersyukur tahun ini siswi kami masuk finalis lomba nyanyi tunggal dan seni tari beregu tingkat Kabupaten Temanggung dalam ajang festifal seni sekolah dasar namun belum meraih juara insyaallah di tahun mendatang dapat lebih meningkat dan memperoleh juara pertama tingkat
kabupaten atau ditingkat yang lebih tinggi lagi”.
(Wawancara dengan Guru Pendamping, 28 April 2015)
67 Dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Drs. Wahyu Cinto G. tentang hal di atas diungkapkan bahwa:
“Memang benar SDN 1 Gambasan menurut pendapat
saya merupakan salah satu sekolah di desa namun menyimpan banyak mutiara dalam arti potensi sekolah yang dimiliki, ada sebagian mutiara yang sudah muncul namun masih banyak mutiara yang perlu digali dan dikembangkan lagi, nah ini yang menjadi tanggung jawab bersama baik saya sebagai kepala desa yang ikut bertanggung jawab akan keberhasilan pelaksanaan pendidikan di Desa Gambasan, masyarakat, komite, maupun pihak sekolah itu sendiri.”
(Wawancara dengan Kepala Desa, 31 Desember 2014)
Memang peneliti berawal dari informasi yang diperoleh tentang SDN 1 Gambasan akan keberhasilan nilai UN tertinggi tingkat kabupaten Temanggung yang sering kali diraih dan prestasi-prestasi lain maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang strategi yang telah diterapkan dan strategi alternative lain yang perlu dikembangkan. Hal ini sesuai dengan teori Mulyasa (2003:45) yang menyatakan bahwa manajemen kesiswaan mencakup aspek yang cukup luas yaitu untuk membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan anak melalui proses pendidikan sekolah.
68 bahwa kompetitisi tidak hanya menyangkut efisiensi penyelenggaraan pendidikan namun lebih kepada keunggulan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan yang meliputi semua aspek pendidikan yaitu aspek input, proses, dan output.
Terkait dengan permasalahan ini, Kepala SDN 1 Gambasan menyadari bahwa masalah ini merupakan masalah yang urgen dan perlu segera didilakukan upaya dalam mengatasinya.
“Memang saya akui, saya dengan teman sejawat juga merasa bingung kenapa input sekolah kami kok ajeg saja, saya berpikir tadinya itu hal yang wajar karena SD-SD yang lain juga mengalami hal yang sama, tapi setelah ada wacana yang saya dengar walaupun masih dalam kategori kabar burung mengenai guru PNS apalagi yang sudah bersertifikasi setidaknya harus mengampu minimal 20 siswa tiap rombelnya, maka untuk antisipasi hal itu perlu sejak awal
memikirkan langkah apa yang harus diambil…”.
(Wawancara dengan Kepala Sekolah, 28 Desember 2014).
Paparan tersebut sejalan dengan teori J. David Hunger & Thomas L. Wheelen (2003:16) adalah sebagai
69 factor yaitu faktor dari dalam dan dari luar lingkungan sekolah.
“Dari apa yang saya amati terkait dengan masalah tersebut saya berpendapat bahwa factor penyebab munculnya masalah tersebut dari pihak internal sekolah karena kurangnya instropeksi diri akan kekuatan yang dimiliki lembaga dan kemungkinan juga factor dari luar karena ada banyak pilihan sekolah yang lebih sesuai dengan keinginan orang tua toh namanya anak TK mau masuk SD kan yang tahu orang tuanya”.
(Wawancara dengan Guru kelas 6, 28 Desember 2014).
Asumsi lain muncul dari guru mata pelajaran olah raga yang bedomisili tidak jauh dari lingkungan sekolah.
“Kemungkinan jumlah murid baru di sini tidak banyak mengalami peningkatan bisa jadi disebabkan keberhasilan program KB tapi kalau alasan ilmiahnya saya kurang tahu pasti karena sudah banyak warga desa jumlah anaknya rata-rata ya dua kalau yang jumlah anaknya lebih dari itu masih ada beberapa tapi kok rasanya sudah jarang saya temui”.
(Wawancara dengan Guru Penjaskes, 28 Desember 2014)
Dengan prestasi yang dicapai oleh SDN 1 Gambasan ternyata belum dapat membuahkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan perolehan calon peserta didik baru yang menjadi focus masalah yang sedang diteliti. Hal itu sesuai dokumen PPDB dan dengan klarifikasi penjelasan dalam hasil wawancara dengan kepala sekolah,
70 jumlah calon peserta didik baru mungkin ada factor lain yang yang harus didalami oleh pihak sekolah untuk menerapkan strategi alternative
yang lain dalam bersiang”.
(Wawancara dengan Kepala Sekolah, 28 Desember 2014)
Dalam penerimaan calon murid baru SDN 1 Gambasan pada dasarnya sudah melaksanakan kebijakan yang sesuai dengan ketentuan dari dinas pendidikan seperti waktu yang telah ditetapkan untuk pendaftaran dan menyusun panitia PPDB. Namun dalam upaya merekrut calon peserta didik baru diserahkan pada pihak komite sekolah di lapangan. Teknik yang dilakukan komite agar calon peserta didik dapat diarahkan untuk masuk ke SDN 1 Gambasan baru sebatas dari mulut ke mulut.
Selama ini sekolah juga selalu bekerja keras dalam meningkatkan kualitas pendidikan sebagai strategi bersaing untuk antisipasi hal tersebut namun belum memperoleh hasil yang signifikan. Untuk itu perlu dikembangkan strategi alternative lain yang dapat dijadikan solusi dalam mengatasi masalah yang timbul dan untuk meraih keunggulan kompetitif sehingga sekolah dapat berkembang dan jumlah input siswa dapat meningkat.
4.2.2 Pengumpulan Data
71 dari berbagai teknik baik wawancara, studi dokumentasi maupun FGD.
Dalam pengumpulan data peneliti memperoleh informasi dari wawancara yang dilakukan secara langsung dengan beberapa sumber seperti kepala sekolah, guru, kepala desa, dan orang tua yang termasuk dalam komite untuk mendapatkan informasi tentang materi terkait dengan penelitian. Sebelum menyusun draft rentra digali lebih dahulu mengenai pelaksanaan program sekolah yang saat ini sedang berlangsung atau yang ditargetkan oleh sekolah untuk empat tahun ke depan terkait dengan SNP sehingga lebih mudah dalam menentukan strategi pengembangan.
Melalui wawancara intensif terhadap kepala sekolah sebagai salah satu narasumber diperoleh informasi yang cukup banyak terkait dengan pelaksanaan delapan standar pendidikan di SDN 1 Gambasan.
72 sedang dalam hal pendidik dan tenaga kependidikan
ya belum sepenuhnya tercukupi karena kami masih dibantu oleh beberapa guru wiyata yang gajinya
tidak seberapa…”.
(Wawancara dengan Kepala Sekolah, 5 Januari 2015).
Penuturan di atas sesuai dengan teori dari Stoner (2006) bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta pengguna semua sumber yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Stoner 2006). Dengan demikian manajemen dapat sebagai suatu proses yang terdiri dari rangkaian aktivitas yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang dilakukan mencapai tujuan yang ditetapkan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya. Peneliti melakukan penelusuran lebih lanjut dengan melakukan wawancara terhadap para guru kelas maupun guru mapel untuk lebih mendalami masalah yang dihadapi di lapangan. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh guru kelas 1 SDN 1 Gambasan.
73 sehingga dalam pengelolaan manajemen sekolah masih jauh dari sempurna”.
(Wawancara dengan guru kelas 1, 5 Januari 2015)
Dalam melaksanakan tugas mengajar maupun mendidik siswa di sekolah harus terjalin kerja sama yang solid. Deskripsi wawancara di atas sangat sesuai dengan teori T. Hani Handoko (2000:10) Mengenai pengertian manajemen adalah bekerja sama dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi perencanaan, organisasi, personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan.
Hal lain terkait pembiayaan, kualitas siswa serta pelaksanaan monitor dan penilaian, kepala sekolah menambahkan,
“Karena jumlah murid sekolah kami secara keseluruhan tergolong sedang padahal kegiatan sekolah cukup padat maka perlu pinter-pinternya dalam mengefisienkan dana yang ada agar semuanya dapat sebagai mana mestinya, apalagi untuk kebutuhan kegiatan siswa terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, dan untuk kegiatan monitoring guru melalui supervise, kami selaku kepala sekolah selalu proaktif melaksanakan hal itu, mengenai pelaksanaan penilaian dalam kegiatan belajar mengajar di kelas menurut pengamatan saya belum semuanya guru melaksanakan sesuai dengan teknik-teknik penilaian yang ada, sedang penilaian kinerja guru sudah mulai saya lakukan sesuai
dengan petunjuk SKP yang berlaku”.
(Wawancara dengan kepala sekolah, 5 Januari 2015).
74 mencapai penurunan biaya karena pengalaman, pengendalian biaya dan overhead yang ketat, penghindaran pelanggaran marjinal, serta meminimalkan biaya. Memiliki posisi biaya rendah lembaga berharap mendapatkan hasil laba di atas rata-rata dalam kinerjanya meskipun ada kekuatan persaingan yang besar. Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat Juhari Mas’udi (2013) bahwa strategi keunggulan biaya adalah suatu strategi yang berupaya meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan pada aktivitas operasional agar dapat menekan biaya perkuliahan bagi mahasiswa.
Selain melalui wawancara dalam memperoleh informasi peneliti mendapatkan data dari dokumen sekolah atau dokumen lain yang mendukung. Dokumen tersebut diantaranya RKS, dokumen foto kegiatan, dokumen PPDB, data kelulusan, data kependudukan dan lain-lain.
75 peneliti melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap persoalan yang didiskusikan.
FGD dilaksanakan hari Selasa tanggal 21 April 2015 di ruang kelas I SDN 1 Gambasan sesuai dengan berita acara dihadiri 11 peserta diskusi yang terdiri dari (satu kepala sekolah, 7 guru, 1 staff TU, 2 perwakilan komite salah satunya wakil orang tua), satu moderator, satu pembawa acara, satu penyaji dan sebagai nara sumber yaitu Dr. Bambang S. Sulasmono, M.Si dari UKSW Salatiga sebagai ahli manajemen.
FGD diawali dengan kegiatan penggalian data yang selanjutnya dituangkan dalam simulasi langsung untuk menganalisis data yang diperoleh melalui model fishbone diagrams atau yang dikenal dengan analisis tulang ikan dari teori Ishikawa. Dengan model ini diharapkan memperoleh akar permasalahan yang tepat terkait dengan focus masalah yaitu tidak meningkatnya jumlah calon peserta didik baru di SDN 1 Gambasan dengan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu:
1. Place/lingkungan 2. Materials/sarpras 3. Polices/kebijakan 4. People/guru
76 SDN 1 Gambasan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.1
Akar Permasalahan Jumlah Calon Peserta Didik Baru Tidak Meningkat
77 pendapat masyarakat dari luar lingkungan Desa Gambasan berpendapat bahwa SDN 1 Gambasan masih terasa terlalu pelosok. Dari segi sarana prasarana masih kurang terutama dalam hal fasilitas tidak dimilikinya halaman sekolah. Sementara dari hal kebijakan masalah yang timbul terkait PPDB bukan karena kebijakan pemerintah melainkan kebijakan desa yang telah menjadi kesepakatan yang dituangkan dalam MOU, sedang terkait dengan guru masih ada beberapa guru di SDN 1 Gambasan yang kurang menguasai IT sehingga sangat kurang memahami pentingnya manajemen sekolah terutama manajemen PPDB. Akar permasalahan yang dimaksud dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Sempitnya wawasan lingkungan masyarakat
Melihat dari kondisi ekonomi masyarakat Desa Gambasan yang tergolong menengah ke bawah oleh karenanya sebagian masyarakat berpendapat bahwa anak-anak mereka asal bisa sekolah saja sudah cukup tanpa harus memikirkan sekolah yang berkualiatas atau keinginan untuk mengetahui pentingnya sekolah bagi anak. Dengan demikan mereka menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang sanggup mendidik putra-putrinya dengan apa adanya tanpa ada beban untuk tidak naik kelas.
78
“Sebagian masyarakat tidak terlalu peduli terhadap
sekolah faforit asumsi masyarakat bahwa yang penting anak bisa sekolah. Bahkan jika sekolah mematok KKM terlalu tinggi sebagian dari mereka merasa takut jika anaknya nantinya tidak naik kelas jadi mereka lebih memilih sekolah yang bisa menerima putra putrinya dengan kemampuan apa
adanya”.
Masalah lain terkait dengan pendapat masyarakat di luar lingkungan Desa Gambasan tentang keberadaan lembaga tersebut adalah mengganggap bahwa SDN 1 Gambasan termasuk sekolah pelosok karena mengingat jarak dari pusat kota Kabupaten Temanggung cukup jauh kurang lebih 13 km, walaupun lokasi cukup strategis untuk jalur angkotdes jurusan Temanggung-Selopampang atau jurusan Bengkal-Selopampang.
Pihak kepala sekolah juga menambahkan:
“Ada beberapa pendapat dari luar Desa Gambasan mengenai SDN 1 Gambasan sebagai sekolah berprestasi namun mereka masih beranggapan lembaga tersebut masih pelosok, hal itu disebabkan karena lokasinya jauh dari kota kabupaten sehingga enggan untuk sekolah di SD sini di samping itu juga belum tahu tentang keberadaan SDN 1 Gambasan
yang sebenarnya karena belum adanya sosialisasi“.
79 terutama yang berasal dari luar lingkungan Desa Gambasan.
b. Sarana dan prasarana yang belum memadai
Pelaksanaan pendidikan yang berkualitas tak lepas oleh kelengkapan penunjang berupa sarana dan prasaaran yang memadai. Namun dalam kenyataan di SDN1 Gambasan tidak semua sarana dan prasarana itu tersedia. Lembaga pendidikan ini adalah milik pemerintah oleh karenanya tidak diperkenankan memungut biaya apapun termasuk untuk pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Jadi untuk hal tersebut pihak sekolah hanya menunggu giliran dari bantuan pemerintah lewat DAK dengan pertimbangan yang ditentukan.
Setiap lembaga pendidikan mempunyai sarana dan prasarana yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan kondisi lokasi maupun potensi lembaga itu sendiri. Dari hasil diskusi dan bukti fisik di lapangan tampak fasilitas yang dimiliki SDN 1 Gambasan tidak sepenuhnya ada. Yang dipandang paling urgen menjadi penyebab para orang tua murid urung mendaftarkan putra-putrinya di lembaga tersebut karena tidak adanya fasiliatas halaman sekolah dan belum tercukupinya fasilitas computer atau IT untuk program pengembangan pengetahuan dan teknologi bagi anak didik agar tidak ketinggalan zaman dan fasilitas IT yang dimiliki baru sebatas untuk kepentingan administrasi sekolah.
80
“Dari sebagian wali murid mengurungkan niatnya
untuk mendaftarkan anaknya ke SDN 1 Gambasan karena tidak adanya fasilitas halaman dan terpenuhinya fasilitas IT bagi siswa agar tidak ketinggalan zaman, sehingga lebih menjatuhkan
pilihan pada sekolah lain yang lebih lengkap”.
Dari deskripsi di atas jika dianalisis sesuai dengan teori Kartajaya (2001:137 dalam Nugroheni 2014), mengenai rumusan diferensiasi berdasarkan dimensi diferensiasi yaitu pada Infrastruktur (infrastructure) yaitu faktor pemungkin (enable) terealisasikannya diferensiasi konten, menunjukan pada perbeban terhadap pesaing berdasarkan kemampuan teknologi (technology) kapabilitas SDM (people) dan kepemilikkan fasilitas (facility) untuk mendukung menciptakan diferensiasi konten dan konteks di atas.
Sesuai dengan kenyataan yang ada tidak lengkapnya sarana dan prasarana sekolah yang dimiliki dapat menjadi penyebab kurang tertariknya minat masyarakat terhadap lembaga tersebut. Untuk itu perlu diatasi dengan penambahan pengadaan fasilitas IT.
c. Kebijakan desa untuk pembagian siswa sesuai wilayah perdukuhan yang disepakati
81 Gambasan dan dalam upaya mengamankan asset desa yang dimiliki, Desa Gambasan mempunyai kebijakan yang unik dibanding daerah yang lain. Agar dari dua SDN yang ada di wilayah Desa Gambasan tetap berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar yang layak, tanpa adanya sesuatu yang bersinggungan antara kedua belah pihak terutama dalam perekrutan calon peserta didik baru maka diwujudkan dalam kebijakan desa berupa MOU dari kedua lembaga dengan perantara pihak kepala desa setempat melalui musyawarah mufakat yang dilaksanakan tanggal 17 Agustus 2012.
Pembagian wilayah dukuh yang disepakati kedua belah pihak yaitu untuk calon peserta didik baru yang bisa masuk di SDN 1 Gambasan mencakup Dukuh Karang Wetan, Dukuh Gambasan, dan Dukuh Sabrang Banyu. Sedang calon peserta didik baru yang bisa mendaftar di SDN 2 Gambasan mencakup Dukuh Salakan, Dukuh Legoksari, Dukuh Seladu (masuk Kabupaten Magelang), dan Dukuh Gunung Sari. Namun ada satu dukuh yang dibebaskan untuk memilih dari kedua lembaga tersebut dengan pertimbangan posisinya berada diantara lokasi dari kedua sekolah tersebut. Hal itu sesuai pernyataan komite dalam diskusi:
“Memang dengan adanya kebijakan desa tentang
82 ditergetkan, maka pihak sekolah diberikan keleluasaan untuk mencari terobosan lain sebagai strategi alternative agar jumlah siswanya dapat
bertambah”.
Ungkapan wawancara di atas sesuai dengan teori dari Lynch (dalam Wibisono 2006), strategi merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan suatu lembaga dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Oleh karenanya kebijakan desa tersebut juga mengikat dalam pelaksanaan penerimaan calon peserta didik baru di SDN Gambasan.
Dari kebijakan yang ada secara otomatis menjadi penyebab terhambatnya peningkatan jumlah calon PPDB yang akan mendaftar di SDN 1 Gambasan karena pembagian wilayah perdukuhan yang telah menjadi komitmen untuk dipatuhi. Kebijakan ini merupakan factor dominan menjadi penyebab jumlah calon peserta didik baru yang berasal dari Desa Gambasan tidak meningkat karena calon siswa yang ingin berminat masuk ke SDN 1 Gambasan kalau tidak sesuai dengan pembagian perdukuhannya tidak diperkenankan. Untuk mengatasi hal itu perlu kebijakan sekolah yang lain yaitu tidak menjalankan strategi focus agar tidak adanya batasan dan perlakuan berbeda terhadap kelompok tertentu sehingga memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk menikmati pendidikan sesuai yang diinginkan dan pada akhirnya jumlah calon peserta didik baru di SDN1 Gambasan diharapkan dapat meningkat.
83 Kemampuan guru dalam menguasai IT sehingga berimbas pada pelaksanaan manajemen PPDB dan hanya menggandalkan kekuatan komite dalam upaya merekrut calon peserta didik baru di SDN 1 Gambasan. Dari pernyataan salah seorang guru dalam diskusi:
“Memang kami mengakui bahwa keterbatasan kami akan pengusaan IT bahkan kalau dipresentasi baru 20% yang mampu itu pun belum dikatakan ahli, sehingga untuk melangkah bagaimana memperbaiki manajemen sekolah terutama manajemen PPDB
belum bisa dilaksanakan secara maksimal”.
Dari kondisi yang didapati di lapangan anak usia sekolah dasar tidak sedikit yang sudah menguasai IT walau tidak diperoleh secara formal di sekolah hal ini disayangkan jika tidak diimbangi penguasaan IT oleh guru di sekolah agar siswanya lebih tertarik terhadap lembaga dan tidak khawatir ketinggalan jaman. Hal ini sesuai dengan teori Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin (2010:2) bahwa pemasaran adalah suatu proses yang berfokus pada sumber daya manusia dan bertujuan untuk memanfaatkan peluang-peluang pasar secara global.
84
4.2.3 Desain Produk
Untuk menyusun desain produk awal dari analisis data yang diperoleh perlu diupayakan solusi yang tepat.
Berdasar hasil analisis data yang telah dikumpulkan, diperoleh beberapa penyebab yang menjadi akar masalah dari tidak meningkatnya jumlah calon PPDB di SDN 1 Gambasan. Solusi yang perlu dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi akar permasalahan tersebut terlihat pada table 4.2
Tabel 4.2
Solusi Sub Kategori/Akar Masalah
86
Sumber: Hasil FGD di SDN 1 Gambasan (telah dolah)
87 Untuk itu perlu dikaji ulang upaya dari dalam yang dirasa lebih dominan untuk segera dilakukan.
Selain menentukan akar masalah sekolah perlu menentukan strategi pengembangan lain dengan cara menyusun rencana strategi sekolah yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan SDN 1 Gambasan.
Untuk menghasilkan perencanaan diperlukan persiapan yang matang sehingga desain perencanaan produk berupa rencana strategi sekolah yang dihasilkan benar-benar dapat dilaksanakan di sekolah.
Kegiatan yang dilakukan untuk membuat rencana sekolah yang dimaksud diawali dengan mendalami profil SDN 1 Gambasan sehingga dapat diketahui kondisi, visi & misi maupun tujuan yang jelas melalui data yang diperoleh. Dilanjutkan analisis lingkungan dan program strategis serta implementasinya. Dari data tersebut disusunlah draft rencana strategi sekolah yang memuat delapan standart nasional pendidikan agar dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program dan kegiatan tahunan pendidikan.
4.2.4 Validasi Desain Produk
88 1. Prof. Dr. Slameto, M.Pd. staf ahli manajemen dari
UKSW Salatiga.
2. Drs. Anjar Triyojo, M.Pd. Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung.
3. Sumaryo, S.Pd. M.Pd. Pengawas TK/SD UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung.
Adapun materi yang dikonsultasikan pada validator meliputi hal sebagai berikut:
Tabel 4.3 Materi Uji Validasi
No. Jenis Materi
1. Kesesuaian judul dengan materi Renstra. 2. Kesesuaian latar belakang dengan isi materi. 3. Ketepatan maksud dan tujuan.
4. Ketepatan landasan hukum 5. Kejelasan sistematika Renstra. 6. Kejelasan profil sekolah
7. Kejelasan isu-isu stategis sekolah. 8. Kejelasan analisis lingkungan.
9. Kejelasan analisis pendidikan saat ini.
10. Kejalasan analisis kondisi 4 tahun ke depan. 11. Kejelasan penetapan program-program
strategis.
12. Kejelasan penetapan program-program strategis untuk mengatasi akar masalah. 13. Kejelasan faktor- faktor kunci keberhasilan. 14. Kejelasan sistem prosedur pelaksanaan
Renstra.
15. Kejelasan pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam program.
89
4.2.5 Revisi Desain
Draft yang telah divalidasi selanjutnya dilakukan revisi sesuai dengan masukan yang diperoleh dari validator sebagai upaya perbaikan. Berdasar hasil penelitian yang telah dipaparkan bahwa penyebab tidak meningkatnya jumlah calon peserta didik baru di SDN 1 Ganbasan dikarenakan beberapa faktor. Hal ini terjadi karena dari pihak sekolah belum melakukan tindakan antisipasi. Pihak sekolah lebih berfokus pada peningkatan kualitas dalam prestasi akademik maupun non akademik tanpa mencoba menerapkan strategi alternatif yang lain sebagai terobosan. Upaya-upaya perlu dilakukan sekolah agar jumlah calon PPDB dapat meningkat sesuai dengan target yang diharapkan. Untuk itu dari hasil validasi pakar dan masukan dari pihak yang terkait disarankan dengan dibuatnya Renstra pengembangan untuk menentukan salah satu alternative strategi tepat sesuai dalam mengatasi penyebab tidak meningkatnya jumlah calon PPDB di SDN 1 Gambasan dan sangatlah tepat sasaran jika dapat diimpementasikan, tinggal bagaimana pihak lembaga merealisasikan.
90
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebuah rencana strategi peningkatan kualitas siswa di SDN 1 Gambasan.
Penelitian pengembangan yang dilakukan hanya sampai tahap revisi desain hasil validasi sedang langkah selanjutnya diserahkan pada pihak sekolah yang bersangkutan.
Hasil penelitian yang didapat meliputi:
a. Akar masalah
Akar masalah yang menjadi penyebab tidak meningkatnya jumlah calon peserta didik baru di SDN 1 Gambasan di kelompokkan dalam empat kategori yaitu:
1. Place/lingkungan
Asumsi masyarakat mengenai SDN 1 Gambasan masih tergolong pelosok keberadaannya dan berpedoman bahwa yang penting anak bisa sekolah tanpa harus memikirkan tentang sekolah berkualitas atau faforit.
2. Materials/sarpras
Terbatasnya sarana dan prasarana yaitu SDN 1 Gambasan tidak mempunyai fasilitas halaman sekolah dan terbatasnya fasilitas IT. 3. Polices/Kebijakan
91 4. People/guru
Guru kurang menguasai IT
b. Pengembangan strategi generik diferensiasi dalam bentuk draft Renstra
Perencanaan merupakan rangkaian kegiatan untuk menetapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang didasarkan keadaan nyata di sekitar lingkungannya dan melalui ide-ide pemikiran yang matang untuk mewujudkan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan suatu fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer dalam hal ini kepala sekolah dan wajib melaksanakan perencanaan tersebut sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Dalam penyusunan rencana program, pihak sekolah bekerja sama dengan unsur masyarakat yang diwakili oleh komite sekolah, baik dalam menentukan arah dan tujuan, serta kebijakan yang akan ditempuh demi peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan.
Dengan demikian keberadaan renstra sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan terutama dalam upaya pengembangan sekolah dan agar tujuan utama dalam peningkatan jumlah calon peserta didik baru dapat terwujud.
92 menyusun rencana strategi, yaitu: (1). Memprakarsai dan menyepakati proses perencanaan, (2). Memperjelas makna organisasi, (3) menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan, (4) memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi, (5) menilai-nilai lingkungan eksternal; peluang dan tantangan, (6) menilai lingkungan internal; kekuatan dan kelemahan, (7) mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi, (8) merumuskan strategi untuk mengelola isu.
Jika dianalisis dengan teori dari Michael E. Porter (dalam penelitian Suyanto 2009) penelitian ini dimpulkan sebagai berikut:
1. Strategi Keunggulan Biaya
Dalam strategi keunggulan biaya upaya yang dilakukan pihak SDN 1 Gambasan yang berstatus negeri sepertinya tidak dapat diterapkan. Hal ini terbentur dengan kebijakan pemerintah terkait penyelenggaraan sekolah gratis. Maka untuk menawarkan harga setara atau sedikit lebih rendah dari pada harga pesaingnya, posisi biaya rendah dari sekolah yang unggul biaya ini akan terwujud dalam bentuk keuntungan yang lebih tinggi sesuai dengan teori (Porter 2007) tidak dapat diwujudkan.
2. Strategi Keunggulan Diferensiasi
93 jumlah calon peserta didik baru dapat dijadikan strategi alternative. Kenyataan itu dapat dibuktikan dengan disusunnya draft renstra sehingga kegiatan sekolah tampak sesuatu yang unik yang dapat membedakan sekolah tersebut dengan sekolah-sekolah lain yang menjadi pesaingnya. Sekolah lain yang dimaksud seperti: SDN 2 Gambasan, SDN Selopampang, MI Kacepit, SDN 1 Tembarak, SD IT Greges, dan MI Wanadadi. Sehingga konsep dasar strategi diferensiasi yaitu menuntut sekolah untuk memiliki keistimewaan-keistimewaan yang bisa membedakan dirinya dari para pesaing sesuai pendapat (Wijaya 2008) sehingga dapat diimplementasikan di SDN 1 Gambasan.
3. Strategi Keunggulan Fokus
Dalam strategi keunggulan fokus SDN 1 Gambasan tidak menjalankan karena untuk menarik minat masyarakat lembaga memilki target yang lebih luas tanpa ada batasan dari kelompok tertentu yang penting semua siswa yang bersekolah di lembaga ini diberikan pelayanan yang sama sesuai dengan kebutuhan.
94 sekolah untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan pelanggan dan dapat menarik minat calon peserta didik terhadap lembaga. Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian Simeon Ozuombab, Obinwa Christian (2014) tentang strategi fokus CISEN pada membawa bersama-sama para pemangku kepentingan di setiap komunitas lokal untuk menciptakan kesadaran, mengidentifikasi isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan, mengembangkan program pendidikan yang sesuai yang akan membahas isu yang diangkat dan meningkatkan kualitas pendidikan di masyarakat setempat sehingga menumbuhkan minat komunitas local terhadap lembaga.