• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Auditor Internal

Berikut ini disajikan definisi auditor internal dari beberapa sumber referensi. Dewan direksi Institute of Internal Auditors dalam Sawyer’s (2005:9-10) memberikan definisi:

“Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.”

Selain itu definisi untuk menggambarkan ruang lingkup audit internal modern dan tak terbatas adalah (Sawyer’s, 2005:10):

“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal sarta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.”

Di dalam Standar Profesi Audit Internal (2004), ruang lingkup audit internal meliputi pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance.

a. Pengelolaan risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem pengendalian intern.

b. Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem pengandalian intern.

1) Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi. 2) Keandalan informasi.

3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Pengaman aset organisasi.

c. Proses governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut:

1) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai dalam organisasi.

2) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas.

3) Secara efektif mengkomunikasikan resiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi.

4) Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari dan mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal serta manajemen.

Peran aktivitas audit internal dengan komite audit sesuai dengan standar yang berlaku yaitu Standar Profesional Internal Audit dalam Rani Wulandari (2008:23) meliputi:

a. Meminta komite audit secara tahunan mereview dan menyetujui charter audit internal.

b. Bersama-sama komite audit mereview fungsi dan tanggung jawab administrasi audit internal untuk memastikan bahwa struktur organisasi berjalan sehingga pemeriksaan internal cukup independen.

c. Di dalam charter dimuat bahwa komite audit mereview keputusan pengangkatan Penanggungjawab Fungsi Auditor Internal (PFAI), termasuk penunjukan dan pemberhentian serta kompensasi PFAI.

d. Di dalam charter telah dimuat bahwa komite audit mereview dan menyetujui usulan untuk melakukan outsourching beberapa aktivitas audit internal tertentu.

e. Membantu komite audit mengevaluasi kecukupan personalia, anggaran, dan cakupan serta hasil pelaporan aktivitas audit internal. f. Memberikan informasi atas koordinasi fungsi kontrol dan monitoring

lainnya seperti manajemen resiko, kepatuhan, security, kelangsungan bisnis, legal, etika, lingkungan dan auditor eksternal.

g. Memberikan informasi atas status, posisi rencana pemeriksaan tahunan serta kecukupan sumber daya dalam melaksanakan tujuannya kepada manajemen senior dan komite audit.

h. Melaporkan pelaksanaan rencana pemeriksaan tahunan yang telah diasetujui, termasuk tugas dan proyek khusus yang diminta oleh manajemen dan komite audit.

i. Memasukan ke dalam charter audit internal tanggung jawab dari FAI untuk melaporkan ke komite audit secara tepat waktu setiap dugaan fraud yang melibatkan manajemen atau pegawai yang secara signifikan terlibat.

4. Wewenang

Wewenang menurut Adi Satrio (2005:601) berarti kuasa, atau hak atas sesuatu. Kewenangan juga dapat diartikan sebagai batas atau sejauh mana kekuasaan yang dimiliki suatu pihak dalam menjalankan usahanya dalam berbagai hal antara lain membuat keputusan tertentu, memerintah, atau mendapatkan informasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Arbyantoro, 2007:14).

Menurut Satria (2009), ada 2 pandangan mengenai sumber wewenang, yaitu:

a. Formal, bahwa wewenang dianugerahkan karena seseorang diberi atau dilimpahkan/diwarisi hal tersebut.

b. Penerimaan, bahwa wewenang seseorang muncul hanya bila hal itu diterima oleh kelompok/individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan

Persamaan tanggungjawab dan wewenang adalah baik dalam teori, tetapi sukar dicapai. Dapat disimpulkan, wewenang dan tanggung jawab adalah sama dalam jangka panjang, dan dalam jangka pendek, tanggungjawab lebih besar peranannya dari pada wewenang itu sendiri

Terdapat beberapa pendapat terkait wewenang komite audit. berdasarkan Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001:15): “Wewenang komite audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu dewan komisaris, sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas rekomendasi pada dewan komisaris). Kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari dewan komisaris, misalnya mengevaluasi dan mentukan komposisi auditor eksternal dan memimpin suatu investigai khusus”.

Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya komite audit akan mendapatkan wewenang, seperti akses terhadap dokumen-dokumen perusahaan, fasilitas perusahaan, dan karyawan perusahaan, (Moeller 2009: 734).

Wewenang komite audit dalam peraturan No. IX. 1.5. tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, lampiran keputusan ketua Bappepam No. 29/PM/2004 bahwa komite audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, aset serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.

Beberapa hal yang menjadi wewenang komite audit yaitu (PT Indofarma , Committee Audit Charter):

a. Kepada anggota baru komite audit diberikan orientasi program pengenalan mengenai peran, tanggung jawab dan kerangka kerja komite audit.

b. Komite audit menerima otoritas dan penugasan dari dewan komisaris dengan memperhatikan peraturan yang terkait dengan pasar modal dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

c. Dalam menjalankan tugasnya komite audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, aset serta sumber daya perseroan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.

d. Komite audit, berdasarkan surat tugas dari dewan komisaris, memiliki akses atas informasi yang ada pada perusahaan dari direksi, SPI dan semua satuan organisasi perusahaan. Jika terjadi kasus/indikasi penyimpangan komite audit perlu meneliti/klarifikasi kasus-kasus tersebut.

e. Komite audit dengan persetujuan komisaris dapat meminta saran dan bantuan dari tenaga ahli dan profesional lain atas beban perseroan.

Dengan wewenang yang memadai diharapkan komite audit dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya secara efektif sebab hal tersebut akan memudahkan dalam mengakases informasi dan mengambil tindakan yang diperlukan .

5. Kompetensi

Menurut Webster’s Ninth Collegiate Dictionary (1983) dalam Rani Widyastuti (2009:21) kompetensi atau keahlian adalah keterampilan dari seorang ahli.

Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu:

“Competence is definined as the ability to adequately perform a task, duty of role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing.”

Berdasarkan definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

Menurut Arbyantoro (2007:18) kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan, keterampilan, kecakapan, pengetahuan, pemahaman, dan wawasan seseorang terhadap suatu bidang. Secara awam kompetensi juga dapat diartikan sebagai tingkat latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mungkin akan dapat memberikan pengaruh terhadap orang itu sendiri dalam menjalankan tugasnya.

Ada lima komponen-komponen keahlian seperti yang dikemukakan oleh Abdolmohammadi, Searfoss, dan Seanteau (1992) dalam Rani Widyastuti (2009:22) yaitu komponen pengetahuan, ciri-ciri

psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, dan analisis tugas.

a. Komponen pengetahuan

Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen-kompunen pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta, prosedur, dan pengalaman.

b. Ciri-ciri psikologis

Komponen ini meliputi kemampuan di dalam berkomunikasi, kreativitas, kerjasama, dan percaya pada keahlian.

c. Kemampuan berpikir

Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukan ke dalam unsur kemampuan berpikir seperti kemampuan untuk beradaptasi pada situasi baru dan abigius, keamampuan untuk memfokuskan pada fakta-fakta relevan dan kemampuan untuk megabaikan fakta yang tidak relevan, dan kemampuan untuk menghindari tekanan.

d. Strategi penetuan keputusan

Kemampuan seorang dalam membuat keputusan secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi keterbatasan manusia.

e. Analisis tugas

Banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan.

Marini Purwanto (2001:210) menyebutkan bahwa kompetensi personil dari komite audit merupakan faktor dominan dalam keberhasilan komite audit dalam mengemban tugasnya. Dengan memiliki kompetensi yang tepat pada bidangnya seseorang akan lebih baik hasilnya dalam menyelesaikan suatu persoalan, sebab ia memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman dalam bidang tersebut.

6. Independensi

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Pernyataan Standar Audit (PSA) No. 04 (SA Seksi 220), standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak memihak kepada kepentingan siapapun, sebab sebagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan

kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya.

Mulyadi (1992) dalam Susiana (2004:15) memberikan definisi independensi dengan mengemukakan bahwa:

“Independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain atau kejujuran dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dala merumuskan dan menyatakan pendapat.”

The Indonesian Institite of Corporate Governance (IIGC) dalam Forum for Good Corporate Governance (2001:8) menyebutkan bahwa independensi profesional adalah suatu bentuk sikap mental yang sulit untuk dapat dikendalikan karena berhubungan dengan integritas seseorang. Melakukan fit and proper test terhadap kandidat yang akan menduduki jabatan tertentu di perusahaan merupakan salah satu usaha mengetahui independensi profesional. Akan tetapi, integritas independensi seseorang lebih ditentukan oleh apa yang sebenarnya diyakininya dan dilaksanakannya dalam kenyataan (in fact) dan bukan oleh apa yang terlihat (in appereance).

Independensi dalam anggota komite audit mutlak diperlukan ini dapat dilihat dari peraturan Bappepam No. IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yang berisi antara lain: a. Bukan orang dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memberikan

jasa pada emiten atau perusahaan publik.

b. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten, komisaris, direksi dan pemegang saham utama.

c. Tidak mempunyai hubungan bisnis dengan kegiatan utama emiten atau perusahaan publik.

d. Tidak merangkap sebagai komite audit di emiten lain.

Terdapat beberapa pendapat yang menyatakan bahwa faktor independensi mempengaruhi terhadap efektivitas komite audit seperti yang dikemukakan oleh Arbyantoro (2007), dan Subur (2003) dalam I Putu Sugiartha Sanjaya (2005:152). Komite audit harus terdiri dari individu yang mandiri atau independen dan tidak terlibat dengan tugas-tugas manajemen. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan dan penyusunan rekomendasi yang diajukan komite audit, sebab sebagai individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan (Azwar Anas, 2009).

Dokumen terkait