• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Keterkaitan Antara Variabel

3. Independensi dengan Efektivitas Peran Komite

auditor

Sri Sulisyanto dan Haris Wibisono (2003) dalam jurnalnya menyatakan bahwa independensi komite audit memiliki hubungan positif dengan level rekayasa keuangan yang dilakukan manajemen. Carcello & Neal (2000) dengan menguji proporsi independensi komite audit menyimpulkan

adanya hubungan positif antara komite tersebut dengan berkurangnya tekanan manajemen terhadap komite audit pada saat menyusun laporan keuangan. Independensi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit (Arbyantoro, 2007). Aspek independensi komite audit merupakan hal yang sering dipersoalkan. Dalam hal ini anggota komite audit dirangkap oleh orang yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, jelas hal ini akan menjadi permasalahan, karena hal tersebut akan mengurangi kemandirian komite dalam menyatakan sikap atau pendapat. Independensi menjadi alasan utama untuk memlihara integritas dan penilaian yang objektif dari komite audit dalam laporan dan rekomendasi yang dibuat. Berdasarkan beberapa sumber di atas, hal tersebut mendasari hipotesis bahwa independensi merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas dalam perannya melaksanakan good corporate governance. Dengan demikian maka hipotesis penelitian kedua (Ha3) dirumuskan sebagai berikut.

Ha : Independensi berpengaruh terhadap efektifitas peran komite audit dalam pelaksanaan good corporate governance menurut perspektif internal auditor.

3

4. Hubungan dengan Internal Auditor Terhadap Efektivitas Peran Komite Audit dalam Penerapan Good Corporate Governance menurut perspektif internal auditor

Arnold Schneider (2009) menyatakan bahwa internal auditor dapat membantu komite audit dalam menyediakan informasi yang memadai terkait dengan kebijakan corporate governance. Komunikasi yang terbuka dengan internal auditor merupakan salah satu hal yang dapat menjadi faktor dalam efektivitas komite audit (Ataina Hudayati, 2000). Secara empiris rapat dan pertemuan komite audit dengan auditor internal, dan manajemen telah dibuktikan oleh Mc Mullen dan Raghunandan (1996), dan Collier dan Gregory (1998) para peneliti tersebut membuktikan bahwa komite audit yang efektif adalah komite audit yang rutin melakukan pertemuan dengan manajemen, dan internal auditor (I Putu Sugiatha Sanjaya, 2005). Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pelaksanaan good corporate governance. Di dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001:13) disebutkan bahwa tanggung jawab komite audit terhadap corporate governance salah satunya adalah keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaaan tata kelola perusahaan dan temuan lainnya pada komite audit. Hal ini tentu mensyaratkan harus adanya hubungan komunikasi yang baik antara komite audit dengan internal audit. Sebab komite audit dengan auditor internal merupakan dua unsur yang harus saling mendukung satu sama lain guna mewujudkan good corporate governance di dalam perusahaan. Dengan

demikian maka hipotesis penelitian kedua (Ha ) dirumuskan sebagai berikut

4

Ha :Hubungan dengan internal auditor berpengaruh terhadap efektifitas komite audit dalam penerapan good corporate governance menurut perspektif internal auditor.

4

C. Hasil Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.3

Hasil Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Hasil

Zulaikha dkk (1999) Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas peranan komite audit pada perusahaan perbankan. −Status organisasi. −Hubungan dan komunikasi . −Wewenang. −Kompetensi. −Independensi. −Regresi berganda sebagai alat analisis Wewenang, kompetensi, dan independensi kurang berpengaruh signifikan terhadap efektivitas komite audit Heliawati Utami dan Puji Handayani (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik. −Komposisi anggota komite audit. −Piagam komite audit dan pembagian tugas serta wewenang. −Kepemimp inan −Hubungan dengan internal auditor. −Regresi berganda sebagai alat analisis Hubungan dengan internal auditor dan eksternal auditor kurang berpengaruh signifikan terhadap efektivitas komite audit.

Bersambung pada halaman selanjutnya.

Lanjutan Tabel 2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Hasil

Arbyantoro (2007) Analisa efektivitas komite audit pada pengelolaan perusahaan properti dan real estate tahun 2007 yang tercatat di BEI. −Status organisasi. −Objektivitas −Hubungan dan komunikasi. −Kewenangan. −Kompetensi. −Independensi. −Regresi berganda sebagai alat analisis Kewenangan, kompetensi, dan independensi berpengaruh signifikan terhadap efektivitas komite audit. D. Model Penelitian

Variabel dependen dari penelitian ini adalah efektivitas peran komite audit dalam penerapan good corporate governace diduga dipengaruhi oleh variabel independen seperti wewenang komite audit, kompetensi komite audit, independensi komite audit, dan hubungan komite audit dengan internal auditor. Model penelitian ini akan digambarkan pada gambar 2.1.

Variabel Independen Variabel Dependen

Wewenang (X1) Kompetensi (X2) Gambar 2.1 Independensi (X3) Hubungan komite audit dengan internal auditor (X4) Efektivitas Peran Komite Audit Dalam

Penerapan Good Corporate Governance

(Y)

Model penelitian

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kewenangan, kompetensi, independensi, dan hubungan komite audit dengan internal auditor terhadap efektivitas peran komite audit dalam penerapan good corporate governance dengan mengumpulkan data primer. Hal yang menjadi objek penelitian ini adalah auditor internal pada perbankan syariah di Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Pemilihan perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convinience sampling. Menurut Hamid (2007: 30) convenience sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.

Metode ini dipilih untuk menentukan sampel penelitian dengan pertimbangan calon responden yang dihubungi termasuk ke dalam bagian objek penelitian atau sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan yaitu pegawai yang bekerja di bagian internal audit pada bank syariah yang terdapat di Jakarta. Para pegawai tersebut dipilih tanpa adanya kriteria-kriteria tertentu seperti tingkat pendidikan, lamanya bekarja, atau jabatan tertentu.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data pada penelitian ini, akan menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002) dalam (Rika Wati, 2009:35). Cara untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti adalah melalui buku, jurnal, skripsi, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah inetrnal auditor yang bekerja pada bank syariah. Cara untuk memperoleh data adalah dengan mengirimkan kuesioner kepada internal auditor bank syariah secara langsung ataupun melalui perantara.

D. Metode Analisis

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

1. Statistik deskripstif.

Memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai

rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,

range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005:19).

2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.

a. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama (Husein Umar, 2009:169). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara One Shot, yaitu pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliabel (Imam Ghozali, 2005:41-42).

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada keusioner mampu mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang

diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Imam Ghozali, 2005:45).

3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Husein Umar, 2009:177).

Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di bawah angka 10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko.

b. Uji Normalitas

Pengujian normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusu normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas (Husein Umar, 2009:181).

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah

terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000) dalam (Rika Wati, 2009:39).

4. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2000) dalam (Rika Wati, 2009:39). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002) dalam (Rika Wati, 2009:39). Variabel independen terdiri dari kewenangan, kompetensi, independensi, hubungan dengan internal auditor, dan hubungan dengan eksternal auditor sedangkan variabel dependennya adalah efektivitas peran komite audit.

Adapun dalam penelitian ini pengujian terhadap hipotesa penelitian akan dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis Regresi Berganda. Analisis Regresi Berganda merupakan eksistensi dari model regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independent terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran variabel atau rasio dalam suatu persamaan linier. Pengaruh

variabel independent dalam analisis regresi berganda dapat diukur secara parsial (ditunjukan oleh coefficients of partial regression) dan secara bersama-sama (ditunjukan oleh coefficients of multiple determination). a. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005:83).

b. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Imam Ghozali, 2005:84). Menurut Singgih Santoso (2000) dalam Rika Wati (2009:41) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau

bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

E. Operasionalisasi Variabel

Variabel operasional yang kan diuraikan dalam metode penelitian ini adalah

1. Variabel Dependen

a. Efektivitas komite audit dalam penerapan good corporate governance (Y)

Variabel dependen efektivitas komite audit dalam penerapan good corporate governance adalah variabel dependen yang diukur dengan seberapa jauh komite audit ini melaksanakan fungsinya secara maksimal seperti disebutkan dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001). Indikatornya berupa pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan, pemeriksaan terhadap laporan keuangan, pengawasan dan penilaian audit laporan keuangan, pengawasan terhadap proses manajeman resiko dan pengendalian, identifikasi resiko dan evaluasi resiko, pengawasan terhadap laporan auditor internal dan eksternal, mendorong manajemen melaksanakan

rekomendasi auditor eksternal dan internal, mengawasi proses corporate governance, memonitor kepatuhan perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku, dan mengerti pokok persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Diduga variabel ini dipengaruhi oleh variabel-variabel independen. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).

2. Variabel Independen

a. Wewenang komite audit (X1)

Wewenang komite audit berarti kekuasaan atau hak komite audit dalam mengambil kebijakan, mengakses informasi, maupun hal-hal lainnya yang dianggap perlu dalam melakuan tugasnya sebagai alat bantu dewan komisaris untuk pengendalian perusahaan Arbyantoro (2007). Di dalam piagam komite audit PT Indofarma (Persero) disebutkan beberapa hal yang menjadi wewenang komite audit antara lain akses terhadap catatan dan informasi perusahaan, komite audit dapat meminta saran dan bantuan tenaga ahli atas beban perseroan, melakukan penunjukan Kantor Akuntan Publik, dan meneliti indikasi penyimpangan di dalam perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari tidak setuju (1), kurang setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).

b. Kompetensi komite audit (X2)

Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan, untuk melaksanakan tugas, peran, kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan wawasan seseorang terhadap suatu bidang Robert A. Roe (2001). Indikator pengukuran kompetensi mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Rina Setianingsih (2009) yaitu pengalaman di bidang bisbis maupun profesional, kemampuan dan pengalaman memimpin, latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan, pemahaman yang baik mengenai resiko dan control, kemampuan berkomunikasi yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang peraturan undang-undang di bidang pasar modal dan undang-undang yang terkait. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari tidak setuju (1), kurang setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).

c. Independensi komite audit (X3)

Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau wewenang (Arbyantoro, 2007). Indikator untuk menilai independensi menggunakan peraturan Bappepem No. IX.I.5 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit yaitu anggota komite audit bukan orang dalam KAP yang memberikan jasa pada perusahaan, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan, komisaris, direksi, dan pemegang saham utama perusahaan, tidak memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan,

tidak memiliki saham pada perusahaan, dan tidak merangkap sebagai komite audit di perusahaan lain. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari tidak setuju (1), kurang setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).

d. Hubungan komite audit dengan internal auditor (X4)

Hubungan komite audit dengan internal auditor adalah proses komunikasi atau penyampaian pesan baik langsung maupun tidak langsung dari pihak komite audit pada pihak internal audit bagitu pula sebaliknya. Hubungan komunikasi merupakan hal penting agar tidak terjadi kesalahpahaman atau kesalahan penyampaian informasi, Sawyer (2005). Indikator untuk mengukur faktor hubungan komite audit dengan auditor internal bersumber dari Rani Wulandari (2008) dan Sawyer (2005), hubungan kerja antara komite audit dengan internal audit antara lain pertemuan rutin setiap periode tertentu, bersama-sama melakuka investigasi atas temuan kecurangan, mereview dan evaluasi permasalahan yang terkait dengan pengendalian perusahaan, internal auditor memberikan hasil laporan dan rekomendasi pada komite audit, dan melakukan komunikasi yang terbuka dan intensif. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari tidak setuju (1), kurang setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian Variabel Sub Variabel Indikator Skala Wewenang (Sumber: Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001)).

Wewenang 1.Mengakses catatan, informasi, aset dan sumber daya perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas. 2.Merekomendasikan

Kantor Akuntan Pubik. 3.Meneliti dan

menyelidiki indikasi penyimpangan. 4.meminta saran dan

bantuan tenaga ahli atas beban perusahaan. Ordinal Kompetensi (Sumber: Forum Surat Keputusan Ketua Bappepam KEP-41/PM/2003 tanggal 2 Desember 2003) 1.Pengalaman. 2.Pengetahuan . 1.Memiliki pengalaman di bidang bisnis maupun profesional.

2.Memiliki kemampuan dan pengalaman memimpin.

3.Memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan.

4.Memiliki pemahaman mengenai resiko dan control perusahaan. 5.Memiliki kemampuan

komunikasi yang baik. 6.Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan undang-undang yang terkait.

Ordinal

Bersambung pada halaman berikutnya.

Tabel 3.1 Lanjutan Operasional Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Skala Independensi Independensi 1.Bukan orang dalam

KAP yang memberikan jasa pada perusahaan. 2.Tidak memiliki

hubungan afiliasi dengan perusahaan, komisaris, direksi, dan pemegang saham utama. 3.Tidak memiliki

hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.

4.Tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan.

5.Tidak merangkap sebagai komite audit di perusahaan lain. Ordinal Hubungan komite audit dengan internal auditor. (Sumber: Rani Wuladari (2008), Sawyer’s (2005)) Hubungan komite audit dengan internal auditor.

1.Pertemuan rutin setiap periode tertentu. 2.Bersama-sama

melakukan investigasi atas temuan kecurangan. 3.Bersama-sama

mengevaluasi setiap permasalahan yang berkaitan dengan tugas pengawasan dan pengendalian perusahaan. 4.Internal auditor memberikan hasil laporan dan rekomendasi pada komite audit. 5.Melakukan komunikasi yang terbuka dan intensif baik formal maupun informal.

Ordinal

Bersambung pada halaman berikutnya.

Tabel 3.1 Lanjutan Operasional Variabel Penelitian Variabel Sub Variabel Indikator Skala Efektivitas peran komite audit. (Sumber: Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001)). 1.Tanggung jawab terhadap pelaporan dan laporan keuangan. 2.Tanggung jawab terhadap manajemen resiko dan pengendalia n 3.Tanggung jawab terhadap pelaksanaan good corporate governance. 1.Pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan. 2.Pemeriksaan terhadap laporan keuangan. 3.Pengawasan dan

penilaian audit laporan keuangan.

4.Pengawasan terhadap proses dan manajemen resiko dan

pengendalian. 5.Mengidentifikasi

resiko dan evaluasi resiko.

6.Pengawasan terhadap laporan auditor internal dan eksternal. 7.Mendorong

manajemen malaksanakan rekomendasi auditor eksternal dan internal. 8.Pengawasan proses corporate governance. 9.Memonitor kepatuhan perusahaan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10.Mengerti pokok persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Ordinal 59

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada auditor internal yang bekerja di bank syariah yang berada di wilayah DKI Jakarta. Internal auditor yang dilibatkan meliputi semua internal auditor dengan berbagai usia, lamanya bekerja, dan latar belakang pendidikan.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden. Pernyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 1 Mei 2010 sampai 27 Mei 2010 dan dilakukan ke 4 bank syariah yang berada di DKI Jakarta dengan peta distribusi sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data Distribusi Sampel Penelitian No. Nama Bank Syariah Kuesioner

dikirim

Kuesioner dikembalikan

1. Bank Muamalat 15 14

2. Bank Syariah Mandiri 15 13

3. Bank Mega Syariah 15 15

4. Bank Rakyat Indonesia Syariah 15 15

Total 60 57

Sumber: Data primer yang diolah

Kuesioner yang disebarkan berjumlah 60 buah dan jumlah yang kembali adalah sebanyak 57 buah atau 95. Jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 3 buah atau 5%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 54

buah atau 90%, sedangkan yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap berjumlah 3 buah atau 5%. Data sampel ini dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2

Data Sampel Penelitian

No. Keterangan Auditor

internal Persentase

1. Jumlah kuesioner yang disebar 60 100%

2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 3 5% 3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat

diolah

3 5% 4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 54 90%

Sumber: Data primer yang diolah 2. Karakteristik Responden

Dibawah ini merupakan tabel 4.3 yang menyajikan identitas responden yaitu auditor internal pada bank syariah di wilayah Jakarta berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan lamanya bekerja.

Tabel 4.3 Deskriptif Responden

Deskriptif Keterangan Frekuensi Presentase

Jumlah Sampel 54 100% Jenis Kelamin Pria Wanita 36 18 66,7% 33,3% Usia <30 Tahun 30-40 Tahun >40 Tahun 16 35 3 29,7% 64,8% 5,6% Pendidikan Terakhir S1 S2 35 19 64,8% 35,2% Lama Bekerja <2 Tahun

2-4 Tahun >4 Tahun 7 22 25 12,9% 40,7% 46,4% Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 36 orang atau 66,7% dan wanita berjumlah 18 orang atau 33,3%. Lalu, responden berdasarkan usia didapatkan yang berumur di bawah 30 tahun berjumlah 16 orang atau 29,7% untuk responden yang berumur 30-40 tahun berjumlah 35 orang atau 64,8%, dan untuk responden yang berumur di atas 40 tahun berjumlah 3 orang atau 5,6%. Untuk kriteria pendidikan terakhir responden didapakan data bahwa responden yang memiliki pendidikan S1 sebanyak 35 orang atau 64,8%, dan responden yang memiliki pendidikan S2 sebanyak 19 orang atau 35,2%. Sedangkan untuk kriteria responden berdasarkan lamanya bekerja didapatkan data responden yang berkarja dibawah 2 tahun sebanyak 7 orang atau 12,9%, responden yang bekerja selama 2-4 tahun sebanyak 22orang atau 40,7%, dan responden yang bekerja di atas 4 tahun sebanyak 25 orang atau sebesar 46,4%.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Dokumen terkait