• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

2.1 Augmented Reality

Augmented Reality (AR) merupakan teknologi yang tergolong masih baru di dunia teknologi informasi yang menggabungkan obyek dua dimensi virtual ke dalam lingkungan tiga dimensi kemudian menampilkan obyek virtual tersebut secara nyata atau real-time. (Shiddiqi & Hendrianto, 2012).

Tujuan dari AR adalah mengambil dunia nyata sebagai dasar dengan menggabungkan beberapa teknologi virtual dan menambahkan data konstektual agar pemahaman manusia sebagai penggunanya menjadi semakin jelas. Data konstektual ini dapat berupa komentar audio, data lokasi, konteks sejarah, atau dalam bentuk lainnya. Pada saat ini, AR telah banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti kedokteran, militer, manufaktur, hiburan, museum, game pendidikan, pendidikan, dan lain-lain. (Berki, 2011).

Ronald T. Azuma menyimpulkan dalam surveynya pada tahun 1997 bahwa Augmented Reality (AR) merupakan pengembangan dari Virtual Environment (VE) yang dewasa ini lebih dikenal sebagai Virtual Reality. Teknologi Virtual Reality membuat seorang user merasa berada di dalam sebuah lingkungan virtual di mana user akan dikelilingi oleh tampilan virtual tersebut. Sementara itu Augmented Reality (AR) merupakan kebalikan dari Virtual Reality yang memungkinkan seorang user menampilkan sebuah obyek virtual di dalam dunia nyata.

Berikut adalah sebuah diagram pada gambar 2.1, bernama Reality Virtuality Continum yang dibuat oleh Milgram, P. Takemura, H. Utsumi, A. Kishino. F (1994)

yang menjelaskan bagaimana sebenarnya interaksi antara dunia nyata (real

environment) dan dunia virtual (virtual environtment). Dimana kedua hal tersebut dijembatani oleh Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality.

Gambar 2.1. Reality Virtuality Continum (Milgram, dkk , 1994).

Ronald T. Azuma juga mendefinisikan Augmented Reality sebagai sistem yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Menggabungkan lingkungan nyata dan virtual 2. Berjalan secara interaktif dalam waktu nyata 3. Integrasi dalam tiga dimensi (3D),

Gambar 2.2. Augmented Reality Sumber: (Martono & Kridalukmana., 2014).

Pada Gambar 2.2, dapat dilihat sebuah aplikasi Augmented Reality (AR) di mana sebuah marker yang ada pada sebuah bidang datar kemudian di-scan melalui kamera handphone yang kemudian divisualisasikan melalui layar handphone tersebut.

Bidang-bidang yang pernah menerapkan teknologi Augmented Reality adalah: 1. Kedokteran (Medical)

Teknologi pencitraan sangat dibutuhkan di dunia kedokteran, seperti misalnya, untuk simulasi operasi, simulasi pembuatan vaksin virus, dll. Untuk itu, bidang kedokteran menerapkan Augmented Reality pada visualisasi penelitian mereka. 2. Hiburan (Entertainment)

Dunia hiburan membutuhkan Augmented Reality sebagai penunjang efek-efek yang akan dihasilkan oleh hiburan tersebut. Sebagai contoh, ketika sesorang wartawan cuaca memperkirakan ramalan cuaca, dia berdiri di depan layar hijau atau biru, kemudian dengan teknologi augmented reality, layar hijau atau biru tersebut berubah menjadi gambar animasi tentang cuaca tersebut, sehingga seolah-olah wartawan tersebut, masuk ke dalam animasi tersebut.

3. Latihan Militer (Military Training)

Militer telah menerapkan Augmented Reality pada latihan tempur mereka. Sebagai contoh, militer menggunakan Augmented Reality untuk membuat sebuah permainan perang, dimana prajurit akan masuk kedalam dunia game tersebut, dan seolah-olah seperti melakukan perang sesungguhnya.

4. Engineering Design

Seorang engineering design membutuhkan Augmented Reality untuk menampilkan hasil design mereka secara nyata terhadap klien. Dengan Augmented Reality klien akan tahu, tentang spesifikasi yang lebih detail tentang desain mereka.

5. Robotics dan Telerobotics

Dalam bidang robotika, seorang operator robot, mengunnakan pengendari pencitraan visual dalam mengendalikan robot itu. Jadi, penerapan Augmented Reality dibutuhkan di dunia robot.

6. Consumer Design

Virtual reality telah digunakan dalam mempromsikan produk. Sebagai contoh, seorang pengembang menggunkan brosur virtual untuk memberikan informasi yang lengkap secara 3D, sehingga pelanggan dapat mengetahui secara jelas, produk yang ditawarkan. (Andriyadi, 2011).

Alur kerja aplikasi secara umum dimulai dari pengambilan gambar marker dengan kamera atau webcam. Marker tersebut dikenali berdasarkan feature yang dimiliki, kemudian masuk ke dalam object tracker yang disediakan oleh Software Development Kit (SDK). Di sisi lain, marker tersebut telah didaftarkan dan disimpan ke dalam database. Object tracker selanjutnya akan melacak dan mencocokkan marker tersebut agar dapat menampilkan informasi yang sesuai. Hasil keluaran pelacakan marker segera ditampilkan ke dalam layar komputer dan layar smartphone. Informasi yang ditampilkan melekat pada marker bersangkutan secara real time. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3. (Yudiantika, dkk, 2013).

Gambar 2.3. Alur kerja aplikasi Augmented Reality (AR)

Sumber: (Yudliantika, dkk, 2013). 2.2 Objek Video Augmented Reality

Dalam penerapan teknologi Augmented Reality (AR) ada beberapa objek utama yag dapat divisualisasikan melalui marker, yaitu objek text, gambar, maupun video. Masing-masing objek tersebut merupakan objek dengan tampilannya masing-masing

yang sudah tenu berbeda, namun tata cara penerapannya di dalam Augmented Reality (AR) relatif sama, yang membedakannya hanyalah format dari masing-masing konten objek tersebut. Misalnya, .jpeg untuk objek gambar 2D dan .mp4 untuk konten video.

Penerapan konten video di dalam Augmented Reality (AR) sangat dipengaruhi oleh spesifikasi dari smartphone. Semakin tinggi spesifikasi dari smartphone yang digunakan maka semakin banyak fitur dalam Augmented Reality (AR) yang dapat digunakan. Perangkat yang tidak mendukung pemutaran video pada permukaan marker hanya dapat memutar video pada mode fullscreen (tidak tampak melekat di atas marker.

Video-video yang terdaftar ke dalam aplikasi akan tersimpan ke dalam RAM perangkat smartphone sehingga semakin banyak video yang dimuat maka akan semakin menurunkan performa perangkat smartphone saat menjalankan aplikasi. Ditinjau dari sisi pengembangan aplikasi, banyaknya muatan video ke dalam aplikasi juga akan membuat ukuran aplikasi menjadi sangat besar, serta tidak mendukung banyak format video. Format video yang dapat digunakan adalah .mp4 dan .m4v. Sedangkan format lain seperti .vlc, .avi, dan .mkv belum mendukung secara penuh.. (Yudliantika, dkk, 2013). Contoh penggunaan konten video Augmented Reality dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Penerapan Konten Video Dalam Augmented Reality. Sumber: (Yudliantika, dkk, 2013).

2.3Marker

Marker adalah salah satu komponen penting dalam pengelolaan aplikasi Augmented Reality (AR). Marker akan digunakan sebagai media yang menjadi sumber informasi yang akan diterima oleh mobile devices atau smartphone. Marker akan dikenali oleh kamera webcam atau pun kamera smartphone sebagai bentuk simbol obyek nyata yang akan menjadi prantara antara devices dengan model 3D dari setiap obyek Augmented Reality (AR). (Martono & Kridalukamana, 2014).

Berikut ini merupakan beberapa jenis marker yang digunakan dalam aplikasi Augmented Reality (AR).

1. Quick Response (QR).

Kode dua dimensi yang terdiri dari banyak kotakyang diatur dalam pola persegi. Biasanya QR ini berwarna hitam dan putih, kode QR diciptakan di Jepang pada awal 1990-an dan digunakan untuk melacak berbagai bagian dalam manufaktur kendaraan. Dan saat ini QR digunakan sebagai link cepat ke suatu website, dial cepat untuk nomor telepon, atau bahkan dengan cepat mengirim pesan SMS. Bentuk dari marker Quick Response (QR) Code dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Quick Response (QR) Code.

2. Fiducial Marker

Fiducial Marker merupakan bentuk marker yang paling sering digunakan dalam teknolohi Augmented Reality (AR), karena marker ini digunakan untuk melacak benda-benda di virtual reality tersebut. kotak hitam dan putih digunakan sebagai titik referensi atau untuk memberikan skala dan orientasi ke aplikasi. Bila penanda

tersebut terdeteksi dan dikenali maka augmented reality akan keluar dari marker ini. Bentuk dari Fiducial Marker dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Fiducial Marker.

3. Markerless Marker

Markerless Marker berfungi sama seperti fiducial marker namun bentuk Markerless Marker tidak harus kotak hitam putih, Markerless Marker ini bisa berbentuk gambar yang mempunyai banyak warna seperti yang terlihat pada gambar 2.7. (Nugroho, 2013).

Gambar 2.7. Markerles Marker.

2.4 Unity 3D

Unity 3D adalah perangkat lunak game engine untuk membangun permainan 3 Dimensi (3D). Game engine merupakan komponen yang ada di balik layar setiap video game.

1. Integrated development environment (IDE) atau lingkungan pengembangan terpadu.

2. Penyebaran hasil aplikasi pada banyak platform

3. Engine grafis menggunakan Direct3D (windows), OpenGL (Mac, Windows), OpenGL ES (iOS), dan Proprietary API (Wii)

4. Game scripting melalui Mono. Scripting yang dibangun pada Mono, implementasi open source dari NETFramework. Selain itu pemrograman dapat menggunakan UnityScript (bahasa custom dengan sintaks JavaScript-inspired), bahasa C# atau BOO (yang memiliki sintaks Python-inspired).

Mesh merupakan bentuk dasar dari objek 3D. Pembuatan mesh tidak dilakukan pada Unity. Sementara Game Object adalah kontainer untuk semua komponen lainya. Semua objek dalam permainan disebut game objects.

Material digunakan dan dihubungkan dengan mesh atau renderer partikel yang melekat pada game objek. Material berhubungan dengan penyaji mesh atau partikel yang melekat pada gameobjek tersebut. Mereka memainkan bagian penting dalam mendefinisikan bagaimana objek ditampilkan . Mesh atau partikel tidak dapat ditampilkan tanpa material karena material meliputi referensi untuk Shader yang digunakan untuk membuat mesh partikel. Material digunakan untuk menempatkan tekstur ke Game Objects.

Unity mendukung pengembangan aplikasi android. Sebelum dapat menjalankan aplikasi yang dibuat dengan unity android, diperlukan adanya pengaturan lingkungan pengembang android pada perangkat. Untuk itu, pengembang perlu men- download dan menginstal SDK Android dan menambahkan perangkat fisik ke sistem. Unity memungkinkan pemanggilan fungsi custom yang ditulis dalam C / C + + secara langsung dan Java secara tidak langsung dari script C #.

QCAR SDK membutuhkan renderer untuk menampilkan objek virtual kedalam lingkungan nyata. Proses pelacakan posisi dan orientasi hingga mengenali target sebagai tempat memunculkan objek dilakukan dengan sistem QCAR. Sedangkan Unity 3D berperan dalam menciptakan objek maya 3D dan proses rendering grafis

sama seperti yang dilakukan pada lingkungan antarmuka Unity 3D. Dapat dilihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8. Diagram rendering Unity 3D.

Pada gambar 2.8 terlihat hasil akhir objek yang akan dimunculkan setelah pelacakan. Setiap objek yang akan dimunculkan memiliki bentuk dan tekstur masing- masing. Objek juga tidak selalu bersifat statis. Seringkali objek yang diinginkan adalah objek bergerak. Unity bertugas memproses ini sehingga objek-objek tersebut dapat muncul dengan baik pada perangkat android. (Yoze, 2012).

Dokumen terkait