• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.9 Auto Teler Machine (ATM)

ATM (Automated teller machine-anjungan tunai mandiri) adalah suatu produk Bank yang yang diberikan kepada nasabah simpanan pihak ketiga yaitu pemilik rekening tabungan atau rekening rekening lainnya yang ditentukan oleh bank atas nama pribadi bukan atas nama lembaga

ATM ( Auto Teller Machine-anjungan tunai mandiri ) merupakan system pelayanan yang diberikan kepada nasabah secara elektronik dengan menggunakan komputer untuk mengupayakan penyelesaian secara otomatis dari sebagian fungsi yang biasanya dilakukan oleh teller. Mesin ATM dapat menggantikan fungsi Teller untuk melayani beberapa transaksi perbankan.

ATM (Automated Teller Machine) sering disebut sebagai produk elektronik Bank yang berupa mesin ATM yang memiliki berbagai kegunaan dalam transaksi keuangan. Pemerintah menetapkan undang-undang perbankan

yang mengatur tentang ATM beserta kegunaannya dalam Undsang-Undang Perbankan Bab 1 pasal 1, dalam ketentuan umum Perbankan.

”Anjungan tunai mandiri (ATM) adalah kegiatan kas yang dilakukan secara elektronis untuk memuidahkan nasabah antara lain dalam menarik atau menyetor secara tunai atau melakukan pembayaran melalui pemindahbukuan dan memperoleh informasi mengenai saldo, mutasi rekening nasabah. (Sumber: Peraturan Bank Indonesia tentang Bank Umum).

Jenis-jenis ATM pada umumnya meliputi :

1. ATM multi fungsi

ATM multi fungsi adalah ATM yang dipakai untuk berbagai transaksi perbankan baik tunai maupun non-tunai.

2. ATM tarik tunai

ATM yang disediakan khusus untuk penarikan tunai.

3. ATM non-tunai

ATM yang disediakan khusus untuk transaksi non-tunai. ATM non-tunai memiliki semua fitur yang terdapat pada ATM multi fungsi kecuali untuk transaksi tarik tunai.

ATM yang disediakan khusus untuk transaksi seroran tunai bebas bea baik rekening sendiri maupun pemilik rekening lainnya

Beberapa jenis transaksi yang dapat dilakukan dengan menggunakan ATM adalah:

a. Penarikan uang tunai

b. Transfer antar rekening dalam bank yang sama atau yang berbeda

c. Pembayaran tagihan ( tagihan listrik, telepon, air, pembelian pulsa dan lain-lain) d. Setoran tunai

e. Berbagai jenis kegiatan perbankan lainnya

2.10 Hubungan Transaksi ATM dengan Peningkatan Pendapatan Fee Base Income

ATM (Automated Teller Machine) atau telah kita kenal sebagai anjungan tunai mandiri merupakan salah satu produk jasa Bank yang digunakan oleh sebagian masyarakat di Indonesia bahkan diseluruh bagian dunia. Dengan semakin majunya teknologi maka persaingan antar Bank akan semakin meningkat.

ATM merupakan salah satu jasa Bank yang memberikan pendapatan yang cukup besar selain kredit, tabungan ataupun simpanan-simpanan lainnya, proses transaksi ATM tentunya sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan ataupun pendapatan dasar pada Bank yang bersangkutan. Bank mendapatkan pendapatan dari transaksi ATM antar Bank lain yang disebut beban operasional.

Beban operasional yaitu biaya yang dikenakan Bank sebagai komisi untuk setiap transaksi ATM yang bersangkutan.

”Bank mendapatkan income tidak hanya dari kredit nasabah akan tetapi juga didapat dari layanan elektronik yang mengandalkan teknologi informasi seperti kartu kredit, kartu debet dan ATM. Fungsi ATM tidak hanya melayani pengambilan tunai hingga transfer rekening tapi juga membayar berbagai tagihan muai dari pembayaran kartu kredit, langganan akses internet, telfon seluler maupun penyeranta (pager), hingga tagihan listrik dengan menggunakan instrumen kartu melalui jaringan ATM-nya. Semua transaksi tersebut dikenakan potongan operasional Bank yang otomatis menjadi pendapatan dasar (Fee based Income) bagi Bank penerbit atau Bank Issuer”. (Syarif Ali Idrus:2004)

Dengan demikian ATM (Automated Teller Machine) merupakan suatu produk Bank yang mengandalkan teknologi informasi. Beban operasional (potongan bunga) merupakan suatu pandapatan yang diperoleh oleh Bank karena adanya transaksi ATM yang terjadi setiap harinya, dengan demikian ATM dapat meningkatkan pendapatan Bank.

2.11 Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Dengan demikian, rasio keuangan yang menunjukkan suatu indicator kesehatan keuangan pada waktu tertentu.

Rasio merupakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan dihubungkan bersama-sama sebagai suatu persentase atau fungsi, sehingga pada akhirnya terlihat bahwa rasio ini berkaitan dengan pengukuran input dan output (Mott, 1996).

Rasio keuangan yang berpengaruh untuk menilai kinerja perusahaan adalah: 1. Likuiditas

Bank dalam operasinya harus memperhatikan likuiditias karena berkaitan erat dengan kepercayaan nasabah, masyarakat, dan pemerintah. Kepercayaan sangatlah pengting mengingat bahwa perbankan adalah usaha yang bergerak di bidang jasa keuangan berbasis kepercayaan, sehingga bank harus benar-benar menjaga kepercayaan yang telah diberikan masyarakat yang telah menyimpan dananya di bank.

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo (Lukman Dendawijaya :2000). Analisis rasio suatu bank antara lain : Cash Ratio, Reserve Requirement atau likuiditas wajib minimum, Loan to Deposit Ratio, Loan to Total Asset, dan Rasio Kewajiban Bersih Call Money. Semakin tinggi likuiditasnya suatu perbankan akan semaki menurunkan risiko likuiditas yang dihadapi perbankan karena bank dapat memenuhi semua kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo atau membayar semua utang jangka pendek dengan alat-alat likuid yang dikuasainya, tingginya likuid suatu perbankan akan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah, masyarakat,

dan pemerintah, sehingga dana yang dihimpun dari masyarakat akan semakin besar dari waktu ke waktu.

2. Rentabilitas

Analisis rentabilitas adalah alat untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio rentabilitas suatu bank dapat dikatakan bank tersebut berada dalam kondisi yang sehat dalam menjalankan opersinya sehingga risiko kebangkrutas yang dihadapi bank semakin kecil.

3. Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah dana yang diperoleh dari berbagai utang serta sumber-sumber modal diluar modal baik sendiri dengan besarnya penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank.

4. Kualitas Aktiva Produktif

Kualitas aktiva produktif adalah perbandingang atau rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk dan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.

2.11.1 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan

bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan buga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan Heriningtyas:2005). Net Interest Margin mengindikasikan seberapa baik kemampuan manajemen dan staff bank dalam memperoleh pendapatan ( terutama dari kredit, investasi) dibandingkan dengan biaya ( yang pada dasarnya berasal dari bunga deposito).

Net Interest Margin penting untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola resiko terhadap suku bunga. Saat suku bunga berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Sebagai contoh saat suku bunga naik, baik pendapatan bunga manapun biaya bunga akan naik karena beberapa asset dan kewajiban bank akan dihargai pada tingkat yang lebih tinggi.

Net Interest Margin ( NIM) dihitung dengan menggunakan rumus : NIM =

Aktiva Produktif

Pendapatan bunga bersih

Pendapatan bunga bersih diperoleh dari selisih pendapatan bunga dengan beban bunga. Aktiva produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun dalam bentuk valas, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administrasi.

2.11.2 Non Performing Loan ( NPL)

Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun 2003, risiko adalah potensi terjadinya peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena itu situasi lingkungan internal dan eksternal perbankan mengalami

perkembangan pesat peraturan Bank Indonesia tersebut, salah satu risiko usaha bank adalah risiko kredit, yang didefenisikan : risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajiban. Credit Risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai sebab, debitur mungkinn saja tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak bank seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan.

Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan risiko yang mungkin timbul dalam rangka menjalankan usaha. Sehingga manajemen perlu meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dalam pengolahan faktor produksi, sumber dana, investment risk ratio, credit risk ratio, capital risk ratio, deposit risk ratio dan interest risk ratio.

Pengukuran sangat berhubungan dengan pengukuran return, hal ini karena bank menghadapi risiko yang mungkin timbul disebabkan dalam rangka mendapatkan suatu return. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang operasinya memberikan kredit, karena makin besar piutang akan semakin besar risikonya. Dengan demikian apabila suatu bank kondisi NPL tinggi maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank, Secara matematis NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPL =

Total Kredit

2.12 Penelitan Terdahulu

I Gede ( 2012) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Earning Per Share ( Eps) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan mengetahui apakah faktor-faktor seperti Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh secara simultan serta secara parsial terhadap Earning Per Share (EPS) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji F regresi simultan (F-test) diketahui bahwa variabel bebas yang terdiri dari Return On Assets , Debt to Equity Ratio , Price Earning Ratio dan Net Profit Margin secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007-2011 sedangkan secara individual (parsial) diketahui bahwa hanya tiga variabel bebas yaitu Return On Assets ,Debt to Equity , dan Net Profit Margin yang berpengaruh

signifikan sedangkan variabel bebas lainnya yaitu Price Earning Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.

Sutejo, Ubud Salim, Bambang Swasto ( 2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Variabel Yang Mempengaruhi Earning Per Share Pada Industri Food dan Baverages yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel return on

equity, net sales, current ratio, debt to equity, total asset turnover, dan net profit margin terhadap earning per share, baik secara simultan maupun secara partial.

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa variabel bebas return on equity, net sales, current ratio, debt to equity, inventory turn over dan net profit margin secara simultan berpengaruh signifikan terhadap earning per share, sedangkan apabila dilihat secara partial hanya 6 variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap earning per share yaitu : return on equity, net sales, current ratio, debt to equity, total assets turnover, dan net profit margin. Dari ke 6 variabel bebas tersebut net sales dan current ratio mempunyai pengaruh negatif, sehingga apabila net sales dan current ratio meningkat maka akan berakibat menurunnya earning per share. Adapun variabel bebas lainnya yang mempunyai pengaruh positif, adalah return on equity,deb to equity, total assets turnover, dan net profit margin. Sedangkan inventory turn over tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earning per share.

Muhflatun (2009) melakukan penelitan dengan judul “Pengaruh Financial Leverage dan Profitabilitas Terhadap Earning Per Share (Studi Pada Perusahaan Yang Masuk Daftar Efek Syariah). Penelitian dilakukan bertujuan untuk menjelaskan pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Earning Per Share (EPS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel debt to equity ratio, return on equity, return on asset, dan net profit margin berpengaruh terhadap earning per share. Secara parsial variabel independen yang berpengaruh

terhadap earning per share hanya satu yaitu return on asset, sedangkan tiga variabel independen lainnya yaitu debt to equity ratio, return on equity ratio dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap earning per share.

2.13 Kerangka Konseptual

Berikut kerangka konseptual yang diajukan dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh Jumlah ATM, Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL) terhadap Earning Per Share (EPS) pada perusahan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial maupun simultan.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Jumlah ATM

Net Interest Margin (NIM) Earning Per Share (EPS)

2.14 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, maka diperoleh turunan hipotesis sebagai berikut:

H1 = Jumlah ATM berpengaruh signifikan terhadap earning per share (EPS). H2 = Net Interest Margin (NIM) berpengaruh signifikan terhadap Earning per

Share (EPS).

H3 = Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap Earning per Share (EPS).

H4 = Jumlah ATM, Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), berpengaruh secara simultan terhadap Earning per Share (EPS).

Dokumen terkait