• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

C. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah varian residual yang diperoleh akan lebih daripada semestinya sehingga mengakibatkan koefisien determinasi menjadi lebih tinggi. Selain itu, autokorelasi menyebabkan pengujian hipotesis pada uji F dan uji t menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.

Gambar 10. Hasil Run Test Terhadap Residual Model

Uji autokorelasi menggunakan perangkat lunak Minitab melalui uji Run test residual. Jika p-value lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Hasil Run test ditunjukkan pada Gambar 10 bahwa p-value = 1, sehingga p-value > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada residual sehingga asumsi kebebasan terpenuhi. D. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat varian dari variabel independen apakah memiliki nilai yang sama (homoskedastisitas) atau berbeda. Model regresi yang memiliki heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran

koefisien-Runs Test: RESI1

Runs test for RESI1

Runs above and below K = 4.074536E-09

The observed number of runs = 5 The expected number of runs = 5 3 observations above K, 6 below

* N is small, so the following approximation may be invalid.

51

koefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa pada model regresi tidak mengalami masalah heterokedastisitas. Pada Gambar 11 dapat terlihat bahwa titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu, melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Fitted Value R e s id u a l 2000 0000 1000 0000 0 -100 0000 0 -200 0000 0 -300 0000 0 -400 0000 0 -500 0000 0 -600 0000 0 -700 0000 0 12500000 10000000 7500000 5000000 2500000 0 -2500000 -5000000

Residuals Versus the Fitted Values

(response is Laba)

Gambar 11. Output Uji heteroskedastisitas pada regresi 4.5.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Perhitungannya menggunakan Minitab 14. Untuk mengetahui apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel variabel dependen pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

52

1. Perumusan hipotesis

H :β= 0, , ,

Hipotesis nol (H ) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

H :∃ ≠0 , , ,

Hipotesis alternatifnya (H ), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Menentukan F tabel

Dengan taraf nyata (α= 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir.

Derajat bebas pembilang = k-1 = 2-1 = 1 Derajat bebas penyebut = n-k = 9-2 = 7

Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (7,1) = 5,59 3. Menentukan besarnya F hitung

Hasil perhitungan menggunakan program ninitab menunjukkan nilai F hitung adalah 53,71.

4. Membandingkan F hitung dengan F tabel

a. Jika F hitung > F tabel atau F hitung < -F tabel, maka H

ditolak danH diterima.

b. Jika–F tabel < F hitung < F tabel, makaH diterima danH

ditolak

Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 53,71>5,59. Dengan dengan demikian, maka H ditolak dan H

diterima, sehingga DPK dan nilai NPL secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5%.

Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat dilihat pada hasil uji analysis of variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada

53

(Iriawan dan Astuti, 2006). Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F, dengan daerah penolakan p-value < α. Dari hasil uji ANOVA menggunakanαsebesar 0,05, di dapat p-value= 0 sehingga model regresi yang dibuat nyata (tolakH ). 4.5.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui variabel independen mana yang mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikansi tertentu, maka dilakukan tahapan berikut : 1. Perumusan hipotesis

H :β= 0

Artinya, variabel independen (X ) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y).

H : ≠ 0

Artinya, variabel independen (X ) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y).

2. Menentukan variabel

Dengan taraf nyata (α= 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir; df: n-k = 9-2 = 7. Dengan demikian t-tabel sebesar t (α/2,df) = t ( 0,025,7 ) = 2,365.

3. Menentukan besarnya t hitung dengan t tabel

Hasil perhitungan menggunkan program minitab menunjukkan bahwa t hitung untuk variabel X dan X adalah masing-masing sebesar 0,48 ; -8,68.

4. Membandingkan t hitung dengan t tabel

a. Jika membandingkan t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel makaH ditolak danH diterima.

b. Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka H diterima dan H

ditolak.

5. Pengaruh DPK (X ) terhadap laba PT Bank X (Y)

Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 0,48 > 2,365 dengan tingkat signifikansi 0,651. Dengan demikian maka

54

H diterima dan H ditolak. Sehingga secara parsial DPK ( X )

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X pada taraf nyata 5%.

6. Pengaruh NPL( X ) terhadap laba PT Bank X (Y)

Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung < t tabel, yaitu 8,68 < -2,365 dengan tingkat signifikansi 0. Dengan demikian maka H

ditolak dan H diterima. Sehingga secara parsial NPL ( X )

berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X pada taraf nyata 5%.

4.6. Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial yang dapat mempengaruhi peningkatan laba PT Bank X berdasarkan empat bidang manajemen (SDM, pemasaran, operasional, dan keuangan) melalui peningkatan dana pihak ketiga sebagai sumber pendanaan utama dan penekanan tingkatNon Performing Loanatas kredit bermasalah yang berasal dari kegiatan penyaluran kredit.

Peningkatan laba yang dimaksud dapat dicapai dengan keputusan penetapan suku bunga baik suku bunga dana yang berupa tabungan, giro, deposito dan suku bunga kredit sehingga akan menghasilkan spread positif yang merupakan pendapatan bunga. Pendapatan bunga merupakan pendapatan utama yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan dan peningkatan laba. Selain itu, tujuan penetapan tingkat suku bunga yaitu untuk mendapatkan pengembalian atas investasi (ROI) sesuai dengan harapan investor.

Penekanan tingkat Non Performing Loan dan peningkatan dana pihak ketiga yang dimaksud memerlukan sumber daya manusia yang handal baik itu dari kegiatan penyaluran maupun penghimpunan dana. Agar dapat menekan tingkat Non Performing Loan tersebut dapat dilakukan dengan prosedur pemberian kredit secara ketat oleh account officer dalam melakukan penilaian terhadap calon nasabah dan pengelolaan manajemen risiko kredit oleh tim manajemen risiko. Dalam meningkatkan produk dana pihak ketiga diperlukan customer service yang komunikatif, mampu

55

memberikan informasi yang akurat terhadap calon nasabah baru, dan sebagai pembina hubungan dengan masyarakat ataupublic relations.

Kegiatan operasional untuk meningkatkan jumlah dana pihak ketiga dapat dilakukan dengan peningkatan pelayanan oleh customer service dan tellersehingga akan meningkatkan kepercayaan, kenyamanan, dan loyalitas nasabah. Sedangkan kegiatan operasional untuk menekan tingkat NPL sampai di bawah 5 % dapat dilakukan dengan pengawasan secara itensif olehaccount officerterhadap nasabah ketika akad kredit berlangsung.

Memperhatikan formulasi strategi pemasaran yang efektif dalam menghadapi persaingan pemasaran produk-produk DPK dan kredit. Hal tersebut dilakukan dengan penetapan suku bunga yang dapat bersaing dengan bank-bank yang lain, kelengkapan dan keunggulan jenis produk yang ditawarkan, sarana dan prasarana yang memberikan kenyamanan dan rasa aman kepada nasabah, mengoptimalkan peran account officer dalam menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah baru untuk memperkuat peningkatan upaya pemasaran produk-produk aktiva dan pasiva.

Dokumen terkait