• Tidak ada hasil yang ditemukan

Available Bottled Water (Ketersediaan Air Minum)

Dalam dokumen Rencana Eksplorasi Tambang (Halaman 45-53)

BAB III TENAGA KERJA

SARANA DAN PRASARANA PT. ISEN MULANG COAL MINING

5.9. Available Bottled Water (Ketersediaan Air Minum)

Penyedian air bersih bagi karyawan dan staf di PT Isen Mulang Coal Mining yang dikelola oleh pihak perusahaan itu sendiri dengan menggunakan sumber air di sekitar perusahaan dan dialirkan melalui pipa-pipa. Sedangkan penyediaan air minum sebagian masih memanfaatkan sumur bor dan ada pula sebagian karyawan memanfaatkan air hujan. Fasilitas dan pemanfaatan sarana air bersih yang sudah ada diantaranya :

a. Pembuatan Sumur Bor (artesis)

b. Sterialisasi air bersih oleh perusahaan penyedia air minum yang dikemas dalam botol/gallon

c. Air minum kemasan botol yang di datangkan dari kota (VIT, Aqua, Ades, dll ) 5.10. Timbangan

Sarana ini terdapat dalam perusahaan yang berfungsi untuk mengukur berat dari hasil batubara yang didapat setelah melakukan proses. Kapasitas timbangan bernilai maksimal 1000 ton setiap melakukan penimbangan.

Penyediaan sarana ini tidak dapat ditinggalkan dalam pembuatan perencanaan penambangan karena tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam perusahaan tersebut terdapat berbagai jenis peralatan–peralatan yang sewaktu–waktu dapat mengalami kerusakan sehingga dapat meminimaliskan waktu apabila di perbaiki di luar lingkungan perusahaan. 5.12. Jalan Tambang

Dasar Perancangan Jalan Tambang

Geometri jenjang ditentukan berdasarkan peralatan yang dipakai, oleh karena itu diperlukan rancangan jalan yang benar, pada suatu tambang yang baru letak jalan (ramp) keluar tambang sangat penting untuk diperhitungkan. Jalan tambang umunya merupakan akses kelokasi pembuangan tanah penutup (waste dump) dan peremuk (crusher). Faktor topografi merupakan pertimbangan utama untuk membuat rancangan ramp. Umumnya lebar jalan yang aman adalah 4 kali lebar dump truck, berdasarkan dimensi tersebut memungkinkan untuk lalu linas dua arah, ruangan untuk truck yang akan menyusul, selokan penyaliran, dan tanggul pengaman.

Kemiringan jalan angkut didalam tambang biasanya dirancang pada kemiringan 8 % atau 10 %. Rancangan kemiringan jalan untuk tambang-tambang besar umunya sekitar 8 %. Rancangan ini dapat memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam perancangan dan memudahkan dalam akses ke jenjang-jenjang penambangan. Kemiringan maksimum yang masih praktis pada jalan tambang yang panjangnya 10%. Umumnya tambang-tambang skala kecil merancang kemiringan jalan sebesar 10 %. Rancangan spiral dan swichback biasanya dihindari karena cenderung melambatkan arus lalulintas. Pertimbangan lain adalah ban akan cepat aus, perawatan ban menjadi lebih besar dan faktor keamanan.

Apabila swichback tidak mungkin dihindari, jalan akan dirancang lebih panjang dengan bagian sebelah dalam dari tikungan dirancang tidak terlalu terjal. Apabila geometri memungkinkan dan mempertimbangkan keamanan dibeberapa lokasi jalan tamabang dapat dibuat belokan tanjakan darurat (runaway ramps) untuk menghentikan laju dump truck yang tidak terkendali. Selain itu perlu dibuat tanggul pemisah (straddle berm) ditengan jalan. Pembuatan jalan tambang dapat memiliki tampak pada volume penggalian material yang sangat besar sehingga aspek ekonomik dari pembuatan jalan tambang cukup signifikan.

a. Untuk suatu tambang yang baru, penting diperhitungkan dimana letak jalan-jalan keluar dari tambang. Biasanya kita ingin akses yang baik ke lokasi pembuangan tanah penutup (waste dump) dan peremuk bijih (crusher)

b. Topografi merupakan faktor yang penting, akan sulit sekali bagi truk untuk keluar dari pit ke medan yang curam

2. Lebar Jalan

a. Tergantung pada lebar alat angkut, biasanya 4 kali lebar truk.

b. Lebar jalan seperti di atas memungkinkan lalu lintas dua arah, ruangan untuk truk yang akan menyusul, juga cukup untuk selokan penyaliran dan tanggul pengaman. Untuk truk tambang yang paling besar saat ini (240 ton) lebar jalan biasanya 30 -35 meter.

Truck Approx 4 x Design width

size * width, m width, m M Ft

35 ton 3.7 14.8 15 50

85 ton 5.4 21.6 23 75

120 ton 5.9 23.6 25 85

170 ton 6.4 25.6 30 100

Tabel 5. 1. Minimum Road Design Widths for Various Size Rear Dump Truck

3. Kemiringan jalan

a. Jalan angkut di dalam tambang biasanya dirancang pada kemiringan 8% atau 10% b. Untuk tambang-tambang yang besar, kemiringan jalan 8% paling umum. Ini akan

memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam pembuatannya, serta memudahkan dalam pengaturan masuk ke jenjang tanpa menjadi terlalu terjal di beberapa tempat c. Untuk jalan-jalan angkut yang panjang, kemiringan 10% adalah kemiringan

maksimum yang masih praktis. Tambang-tambang kecil banyak yang dirancang dengan kemiringan jalan 10%

a. Pada umumnya switchback ingin dihindari sebisa mungkin, karena cenderung melambatkan lalu lintas. Juga ban akan lebih cepat aus dan perawatan ban akan lebih besar. Faktor lain adalah keamanan

b. Tetapi jika ada sisi tambang yang jauh lebih rendah dari dinding lainnya di sekeliling pit, switchback di sisi ini sering lebih murah daripada membuat jalan angkut spiral mengelilingi dinding pit

c. Jika switchback harus dipakai, buatlah cukup panjang sehingga di bagian sebelah dalam dari tikungan kemiringannya tidak terlalu terjal

5. Pertimbangan Keamanan

a. Di lokasi jalan tambang dapat dibuat belokan tanjakan darurat (runaway ramps) untuk menghentikan truk yang tak terkontrol, bila geometri pit memungkinkan. Melakukan pengupasan ekstra yang besar hanya untuk membuat fasilitas ini tidak umum dilakukan.

b. Tanggul pemisah di tengah jalan dapat dibuat di beberapa tempat untuk tujuan ini. Straddle berm semacam ini cukup murah biayanya.

6. Dampak Penggalian Untuk Membuat Jalan

a. Baik di batuan bijih atau waste, material yang di atasnya menjadi jalan tambang (atau yang harus digali untuk membuat jalan), volumenya luar biasa besarnya. Dampak ekonomik dari pembuatan jalan tambang cukup berarti.

b. Sering ada kecenderungan untuk membuat studi kelayakan awal dengan tahap-tahap penambangan tanpa memperhitungkan jumlah material untuk membuat jalan angkut. Kesalahan yang diperoleh biasanya cukup besar. Dampak jalan angkut pada tahap-tahap awal penambangan (yaitu tahap-tahap yang menghasilkan uang untuk mengembalikan modal) biasanya jauh lebih besar daripada dampaknya pada rancangan akhir penambangan.

Jalan Angkut (Ramp) Letak Jalan Keluar

Suatu tambang yang baru, penting diperhitungkan dimana letak jalan-jalan keluar dari tambang untuk akses yang baik kelokasi pembuangan tanah penutup (waste dump) dan permukaan biji crusher). Topografi merupakan faktor penting akan sangat sulit sekali bagi truk

Rancangan Spiral dan Switchback

Pada umumnya swickbackingin dihindari sebisa mungkin karena cenderung melambatkan lalulintas, juga ban akan cepat aus dan perawatan ban akan lebih besar pertimbangan lain ialah keamanan. Apabila ada sisi tambang yang jauh lebih rendah dari dinding lainnya disekeliling pit, switchback disisi ini sering lebih murah dari pada membuat jalan angkut spiral mengelilingi dinding pit.

Jarak Pandang

Jarak pandang adalah jarak yang diperlukan oleh operator untuk melihat kedepan secara bebas. Pada tambang batbara jarak pandang ini perlu, karena dalam operasi penggalian batubara, menghasilkan banyak debu, yang akan menganggu jarak pandang dari operator dump truck. Lebar Jalan

Tergantung pada lebar alat angkut, biasanya 4 kali lebar truk. Lebar jalan seperti diatas memungkainkan lalulintas dua arah, ruangan untuk truk yang akan menyusul, juga cukup untuk selokan penyaliran dan tanggul pengaman.

a) Lebar Jalan Lurus

L =n.Wt + (n+1).(0.5.Wt)

L : lebar jalan angkut minimum, (meter) n : jumlah jalur

( Ir.Awang Suwandi, 2004 ) Gambar 5.1. Lebar Jalan Angkut Lurus

Nilai 0,5 pada rumus diatas menunjukan bahwa ukuran aman kedua kendaraan berpapasan adalah sebesar 0,5 wt, yaitu setengah lebar terbesar dari alat angkut yang bersimpangan. Ukuran 0,5 wt juga digunakan untuk jarak dari tepi kanan atau kiri jalan kealat angkut yang melintasi secara berlawanan. Apabilah tidak sesuai dengan ketentuan menurut perhitungan, maka harus dilakukan perubahan karena selain dapat menghambat dalam kegiatan pengangkuatan juga berbahaya bagi keselamatan operator dan kendaraan yang beroperasi.

b) Lebar Jalan pada Tikungan Lt = n(U + Fa + Fb + Z) + C Z = C= (U + Fa + Fb ) Keterangan :

Lt : Lebar jalan angkut pada tikungan, (meter). U : Jarak jejak roda, (meter).

Fa : Lebar juntai depan, (meter). Fb: Lebar juntai belakang, (meter).

C : Jarak antara alat angkut saat bersimpangan,(meter).

( Ir.Awang Suwandi, 2004 )

Gambar 5.2. Lebar Jalan Angkut pada Tikungan c) Radius Putar Truck

penerapan jari-jari lingkaran yang dijalankan oleh roda belakang dan roda depan berpotongan dipusat C dengan sudut yang sama terhadap penyimpangan roda. Penentuan besarnya jari-jari tikungan, rumus yang digunakan

adalah :

Gambar 5.3. Radius Tikungan Jalan

Kemiringan Jalan

Super elevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan kemiringan. Tujuan dibuat super elevasi pada daerah tikungan jalan angkut yaitu untuk menghindari atau mencegah kendaraan kergelincir keluar jalan atau terguling. Atau berguna untuk mengimbangi gaya sentrifugal (gaya mendorong keluar) sewaktu kendaraan melintasi tikungan, dan menambah kecepatan.

Gambar Superelevasi Tikungan Jalan Angkut

Berdasarkan teori ankintos D.I.C. pada kondisi jalan kering, nilai super elevasi merupakan harga maksimum yaitu 60 mm/m sedangkan pada kondisi jalan penuh lumpur atau licin, nilai super elevasi terbesar adalah 90 mm/m. kemiringan tikungan tersebut tergantung tajamnya tikungan dan kecepatan maksimal kendaraan yang diijinkan pada waktu melintasi tikungan. Secara matematis kemiringan tikungan jalan angkut merupakan perbandingan antara tinggi jalan dengan lebar jalan.

Untuk menentukan besarnya kemiringan tikungan jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan dengan koefisien friksinya.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung superelevasi yaitu: tan α = V2/R.G

dengan :

V : Kecepatan kendaraan saat melewati tikungan R : Radius tikungan

G : Gravitasi bumi = 9,8 m/s2

Kemiringan jalan angkut (grade) merupakan suatu faktor penting yang harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%) yang dapat dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai berikut:

Grade (α) = (Δh/ Δx)X 100% Dengan:

Δh : Beda tinggi antara dua titik yang diukur Δx : Jarak antara dua titik yang diukur

Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik dan aman oleh alat angkut saat menaiki atau turun dari ketinggian maksimum 8- 10%.

Cross slope dari Jalan Masuk Permuka Kerja

Maksud dari pembuatan cross slope adalah agar jika terdapat air pada jalan, maka air tersebut akan mengalir pada tepi jalan (Gambar 5.10). cross slope didapat dari perbandingan y:x untuk jalan yang tidak berlapis salju atau jalan yang materialnya masih bisa meresap air, maka cross slope dibuatb 1: 25. Jika jalan belum memenuhi cross slope diatas, maka perlu menimbun bagian tengah jalan, sehingga memenuhi persyaratan cross slope.

Gambar 5.4. Penampang Cross Slope

BAB VI

Dalam dokumen Rencana Eksplorasi Tambang (Halaman 45-53)

Dokumen terkait