BAB II Terbentuknya Kampung Bali
2.3 Awal Kehidupan Masyarakat Kampung Bali
Tahun 1974 masyarakat Bali telah bermukim di pedalaman Kab. Langkat. Perpindah masyarakat yang terproses ini telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap perkembangan masyarakat Bali dari segala aspek kehidupan. Alasan utama masyarakat Bali memilih kawasan ini sebagai tempat tinggal mereka hanya karena keseluruhan jumlah lahan yang disediakan sebagai tempat tinggal dan lahan pertanian nantinya dirasa mereka sudah cukup untuk dibagi kesetiap kepala keluarga masyarakat Bali. Dimana setiap keluarga mendapatkan sekitar 2 hektar tanah untuk di olah dan kerjakan sebagai penghasilan. Pertimbangan lainnya adalah karena kesuburan tanah dikawasan ini yang mereka rasa sudah baik untuk ditanami tanaman perkebunan yaitu karet dan sawit.
Dimasa awal-awal kehidupan masyarakat kampung, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi, tantangan dan kesulitan pada awal-awal bermukimnya warga Bali ini sangat terasa bagi masyarakat sejak lima tahun pertama tinggal yaitu dari tahun 1974 sampai dengan 1979. Permasalahan yang paling utama pada masa awal berdirinya kampung Bali adalah masalah kesehatan. Dalam urusan kesehatan pada masa itu bahkan ada warga yang meninggal karena tidak mendapatkan pengobatan yang layak, umumnya masyarakat hanya mengobati dengan cara-cara tradisional. Selanjutnya permasalah sandang dan pangan. Masyarakat di Kampung Bali pada masa awal berdirinya kampung kesulitan untuk mencari makan, menurut sumber yang diperoleh peneliti diakui mereka bahwa tak
jarang masyarakat kampung memakan ubi sebagai pengganti nasi, keadaan ini juga dipersulit karena tempat tinggal mereka yang mulai rusak karena alam.
Banyaknya tantangan hidup yang berdatangan tak membuat masyarakat kampung menyerah dan putus asa. Bahkan dimasa awal-awal tinggal di Kampung Bali masyarakat Bali berusaha mengutamakan beberapa aspek yang menunjang peningkatan kehidupan masyarakat.
2.3.1 Agama
Masyarakat Bali yang tinggal dan menetap di kampung Bali keseluruhannya beragama Hindu Dharma atau Agama Tirtha (Agama Air Suci) yaitu agama Hindu yang merupakan sinkretisme unsur-unsur Hindu aliran Siwa, Waisnawa, dan Brahma yang dipadukan dengan kepercayaan lokal masyarakat Bali.
Dalam masyarakat Bali berlaku sistem Catur Varna yang memiliki pengertian empat pembagian kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan keterampilan (karma) seseorang, serta kualitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya yang ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi pekerjaan. Empat golongan yang kemudian dikenal dengan nama Catur Varna itu ialah Brahmana (pendeta), Ksatria (tentara), Waisya (pedagang), dan Sudra (pekerja/buruh). Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa pelaksanaan sistem Catur Varna cenderung berbaur mengarah kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur Wangsa
(Turunan Darah). Dalam hal ini Catur Varna menunjukkan pengertian golongan fungsional sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan Darah.
Kematangan masyarakat Hindu yang tinggal di kampung Bali ini ditandai dengan perencanaan pembangunan Pura sebelum mereka tinggal di kampung Bali. Pada masa awal-awal terbentuknya kampug Bali kematangan ini direalisasikan dengan dibangunnya Pura Penataran Agung Widya Loka Nata yang didirikan pada tanggal 16 November 1976. Walaupun dengan kondisi ekonomi yang belum stabil pada masa itu, tidak menutup kemungkinan pembangunan pura terselesaikan. Bagi masyarakat Hindu Bali agama adalah hal yang paling diutamakan. Karena mereka beranggapan semakin taat mereka menjalanakan agamanya maka kehidupan yang baik dan ideal menurut mereka akan terwujud.
Pembangunan pura ini pada prosesnya dilakukan dengan cara bergotong royong dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat. Dimana setiap anggota masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak mengambil bagiannya masing-masing dalam pengerjaan pura. Anak muda umumnya membawa bahan baku pembangunan pura ini yang didatangkan dari luar kampung dengan berjalan kaki. Baik perempuan maupun laki-laki terjun membawa bahan-bahan tersebut yang jaraknya sekitar 3 jam perjalanan.26 Keadaan ini menunjukkan solidaritas masyarakat yang masih sangat kental dalam sistem kepercayaan ditengah-tengah kehidupan masyarakat kampung pada masa awal berdirinya Kampung Bali.
26
2.3.2 Mata Pencaharian
Kawasan kampung Bali pada awalnya merupakan kawasan hutan tropis, dimana pohon-pohon dalam hutan ini berdaun rindang dan lantai hutan gelap karena sinar matahari tidak dapat menembus daun-daun rindangnya. Pepohonan yang tumbuh didaerah ini rata-rata sudah berumur dengan batang yang besar-besar, sebut saja seperti pohon meranti dan jati, Tanah dan udara dalam hutan lembap karena uap airnya sukar naik terevaporasi ke atas. Tak jarang ditemukan pohon-pohon dalam hutan tersebut sering dibelit oleh tumbuhan sulur, seperti rotan dan tumbuhan-tumbuhan pasrasit. Kondisi alam yang masih sangat belantara ini tentunya menyulitkan kehidupan masyarakat dalam melangsungkan kehidupan.
Menurut salah satu sumber yang peneliti dapatkan, ia mengatakan bahwa tak jarang masyarakat Bali dalam kesehariannya memakan ubi yang dicampur dengan nasi.27
Pada dasarnya Masyarakat Bali adalah masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petani. Orang Bali dalam memperjuangkan kehidupan bertumpu pada hasil perkebunan yang mereka olah. Hal ini pula yang tercermin dari kehidupan masyarakat Bali yang tinggal di Kampung Bali dimana mereka mengusahakan penghidupannya dengan bercocok tanam.
Hal ini dilakukan karena faktor keadaan, dimana masyarakat masih belum berpenghasilan karena mereka masih dalam tahap awal pengerjaan lahan, akibatnya kondisi ekonomi yang sangat buruk menerpa masyarakat, sehingga masyarakat sangat kesulitan untuk membeli kebutuhan pokok.
27
Pada masa awal kehidupan masyarakat, dapat dikatakan bahwa orang-orang Bali yang tinggal didalamnya bertarung dengan waktu. Mereka dalam pengerjaan lahan yang dibagi kesetiap kepala keluarga umumnya menanami lahan ini dengan tanaman keras seperti sawit dan karet. Pengolahan ini merupakan bentuk kontrak kepada pemerintah atas lahan yang diberikan agar sesegera mungkin dikelola. Dalam proses penanamannya tanaman karet dan sawit merupakan tanaman tahunan. Sehingga masyarakat Bali dituntut untuk mengolah lahan tapi harus juga mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Orang-orang Bali mensiasati keadaan ini dengan menanam lahan secara bersamaan dengan tanaman palawija sebagai sumber penghasilan sementara hingga tanaman keras itu menghasilkan nantinya. Terbukti orang-orang Bali ini dapat bertahan dimasa awal-awal tinggal dikampung Bali dengan menggunakan strategi ini, hingga tanaman sawit dan karet yang mereka tanam menghasilkan selanjutnya mereka berhenti menanam tanaman palawija.
3.3.3 Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam usaha mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pentingannya pendidikan dalam kehidupan
bermasyarakat merupakan hal yang sangat menunjang dalam peningkatan sumberdaya manusia yang berfungsi pada peningkatan sumber daya alam nantinya.
Pendidikan termasuk dalam permasalahan yang sangat dicemaskan oleh Masyarakat Kampung dimasa awal-awal berdirinya Kampung Bali. Belum adanya sekolah menjadi penghalang bagi anak-anak untuk belajar. Adapun sekolah letaknya sangat jauh dari kampung, dimana faktor geografis Kampung Bali tidak memungkinkan masyarakat kampung untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Akibatnya tidak ada anak-anak yang sekolah pada masa itu. Umumnya anak-anak dimasa awal-awal terbentuknya Kampung Bali pekerjaannya sehari-hari hanyalah membantu orangtuanya berladang ataupun berkebun. Sampai akhirnya para orang tua berinisiatif membangun sebuah tempat sebagai prasana belajar dan mengajar yang tidak resmi pada tahun 1977. Tenaga pengajar yang diangkat juga merupakan warga kampung.28
Umumnya anak-anak di Kampung Bali bersekolah keluar kampung pada tingkat SMP dan SMA, karena sekolah yang dibuat di Kampung Bali statusnya disetarakan untuk tingkat SD. Sekolah ini menjadi resmi dan terdaftar di pemerintahan menjadi SD inpres pada tahun 1991.
Mereka adalah orang-orang yang dianggap mampu untuk mengajarkan pengetahuan di sekolah dasar. Sekolah yang dibangun pada masa awal berdirinya Kampung Bali secara nyata menunjukan bentuk pemikiran maju masyarakat kampung. Hingga keadaan menjadi baik dan akses yang memungkinkan baru masyarakat Bali ini menyekolahkan anak-anak mereka keluar kampung.
28