• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara morfologi ovarium berbentuk memanjang. Ukuran sel telur relatif kecil dan belum terlihat jelas oleh mata telanjang. Secara histologis, ovarium didominasi oleh oogonium dan dijumpai telah adanya oosit primer hasil dari perkembangan oogonium. Belum dilapisi selaput folikel. Inti sel (nukleus) terletak di tengah dan bentuknya bulat serta dikelilingi oleh sitoplasma.

Tahap II : Berkembang (Tidak Masak)

Secara morfologi, ovarium berwarna merah jambu, pembuluh darah masih belum terlihat jelas. Ovarium berwarna lebih kuning dari pada TKG I. Sel telur masih belum terlihat jelas oleh mata telanjang. Secara histologis, Ovarium didominasi oleh oosit primer, masih ditemukan oogonium, terlihat adanya lapisan folikel. Tahap awal terjadinya proses vitellogenesis.

Tahap III : Dewasa (Hampir Masak)

Secara morfologi, ovarium berwarna merah jambu sampai kekuningan, butir telur sudah dapat dilihat oleh mata telanjang namun diameternya lebih kecil dan pembuluh darah mulai terlihat. Secara histologis, oogonium dan oosit sekunder masih ditemukan dan oosit sekunder berkembang menjadi oosit. Butir kuning telur (yolk egg) dan vakuola minyak terlihat jelas yang menyebar dari sekitar nukleus yang mengarah ke tepi.

Tahap IV : Matang (Masak)

Secara morfologi, ovarium makin membesar berwarna kuning kemerah-merahan, pembuluh darah jelas, telur terlihat jelas, keadaan telur masak berukuran besar berwarna terang. Secara histologis, Ovarium didominasi oleh ovum, inti sel terlihat jelas, butir minyak tersebar di sekitar inti sel.

Berdasarkan Gambar 20 pada TKG 3 dapat terlihat bahwa masih terdapat TKG 1 dan 2. Sama halnya dengan TKG 3, pada TKG 4 masih terlihat TKG 2 dan 3. Perkembangan gonad betina secara histologis pada Gambar 20 terlihat bahwa ikan tetet (Johnius belangerii) memiliki tipe perkembangan oosit group synchronous.

Group synchronous yaitu semua oosit yang ada di dalam ovarium mengalami tingkat kematangan yang berbeda (Murua 2003). Selain itu berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 19 dan 20 diketahui bahwa, ikan mengeluarkan telur

sebagian (partial spawner) sewaktu memijah dan akan dikeluakan lagi pada musim pemijahan selanjutnya.

Keterangan : N = Nukleus; Og = Oogonium; Os = oosit; Ot = Ootid; Ov = Ovum; Bm = Butir minyak; Bt = butir kuning telur

Gambar 20. Struktur histologis gonad pada TKG 1, 2, 3, dan 4 ikan tetet (Johnius belangerii) betina.

4.5Perbandingan Laju Eksploitasi dengan Keragaan Reproduksi

Kegiatan penangkapan yang terus menerus akan menyebakan perubahan struktur populasi dan keragaan reproduksi populasi ikan tersebut. Tabel 9 memperlihatkan perbandingan laju eksploitasi terhadap keragaan reproduksi, seperti ukuran pertama kali matang gonad, fekunditas dan diameter telur.

Os N Og Ov N Ot Bm N Yt Bt

Tabel 9 menunjukan bahwa perbedaan nilai laju eksploitasi ikan tetet di dua lokasi yaitu, daerah Pantai Mayangan dan Perairan Gebang. Nilai laju eksploitasi di Pantai Mayangan memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan di Perairan Gebang. Perbedaan ini dapat berpengaruh terhadap struktur populasi yang berpengaruh pada keragaan reproduksinya.

Tabel 9. Perbandingan laju eksploitasi dan keragaan reproduksi pada dua lokasi.

Lokasi Laju Eksploitasi

(E) per tahun

Keragaan reproduksi Ukuran pertama kali matang gonad (mm) Fekunditas (butir) Diameter telur (mm) Mayangan (Juraida 2004) 0.76 86 – 100 11 492 – 270 050 0.25 – 0.625 Gebang 2010 0.72 128 – 134 5 238 – 31 277 0.15 – 0.675

Berdasarkan hasil pengamatan selang kelas panjang ukuran pertama kali matang gonad ikan tetet di Pantai Mayangan sebesar 86–100 mm lebih kecil dibandingkan dengan Perairan Gebang sebesar 128–134 mm. Sedangkan pada nilai fekunditas pada daerah Pantai Mayangan lebih besar dibandingkan dengan di daerah Gebang. Nilai fekunditas di Pantai Mayangan berkisar antara 11 492 – 270 050 butir telur dan nilai fekunditas di Perairan Gebang berkisar 5 238 – 31 277 butir telur. Kisaran diameter telur ikan tetet di Pantai Mayangan berkisar 0.25 – 0.625 mm dan kisaran diameter telur ikan di Perairan Gebang berkisar antara 0.15 – 0.675 mm. Nilai kisaran diameter telur ikan di Pantai Mayangan memiliki range yang lebih kecil dibandingkan dengan di Perairan Gebang. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diduga bahwa pada Pantai Mayangan dan Perairan Gebang tekanan penangkapan berpengaruh pada keragaan reproduksinya.

4.6Alternatif Pengelolaan Ikan Tetet (Johnius belangerii)

Ikan tetet (Johnius belangerii) di daerah Perairan Gebang oleh masyarakat sekitar merupakan ikan hasil tangkapan sampingan. Penangkapan secara terus menerus tidak menutup kemungkinan bahwa ikan tetet semakin lama mengalami kepunahan. Tingkat ekploitasi ikan tetet di Perairan Gebang ternyata telah mencapai 0.72 atau 72% per tahunnya dengan laju kematian tertinggi diakibatkan oleh

penangkapan. Laju ekploitasi ini telah melampaui batas optimum atau dapat dikatakan telah overfishing. Untuk mengurangi ataupun mencegah terjadinya penurunan populasi ikan tersebut maka diperlukan pengelolaan yang berkelanjutan. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian tersebut yaitu, mengurangi intensitas penangkapan. Selain itu, dengan mengetahui ukuran ikan yang boleh ditangkap, yaitu lebih besar dari 128-134 mm, karena pada ukuran tersebut diduga ikan mengalami matang gonad. Sehingga ikan tetet yang berukuran kurang dari atau sama dengan 128-134 mm tidak boleh ditangkap. Dan penggunaan ukuran mata jaring ≥ 1.6 inchi (Lampiran 14), sehingga dapat meloloskan ikan-ikan berukuran lebih kecil dari 128-134 mm dengan tujuan memberikan kesempatan ikan-ikan tersebut dapat memijah terlebih dahulu.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ikan tetet (Johnius belangerii) di Perairan Gebang telah mengalami tangkap lebih (overfishing) dengan laju eksploitasi sebesar 0.72 atau 72 % per tahun dengan laju kematian tertinggi diakibatkan aktivitas penangkapan.

2. Berdasarkan hasil penelitian secara temporal ikan tetet (Johnius belangerii) memiliki pola pertumbuhan Allometrik positif dengan koefisien pertumbuhan sebesar 0.98 per tahun dan L∞ 185.85 mm. Kisaran faktor kondisi berada pada nilai 0.4501-2.1151.

3. Berdasarkan hasil penelitian ikan tetet (Johnius belangerii) memiliki pola pemijahan partial spawning dan musim pemijahan sepanjang tahun, keragaan reproduksi tiap bulannya berbeda, fekunditas berkisar 5 238 – 31 277 butir dengan ukuran diameter berkisar 0.25-0.625 mm, dan ukuran pertama kali matang gonad yang ditemukan pada selang kelas 128-134 mm.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan :

1. Perlu adanya penelitian terhadap ikan tetet jantan agar dapat terlihat proporsi ikan jantan dan betina.

2. Perlu adanya analisis kebiasaan makan dan caran makan ikan tetet.

3. Untuk menjamin keberlangsungan hidup ikan tersebut, perlu adanya upaya pengelolaan seperti, mengurangi intensitas penangkapan, ukuran ikan yang boleh ditangkap setelah ikan berukuran lebih besar dari 128-134 mm dengan tujuan memberikan kesempatan ikan tetet untuk memijah terlebih dahulu, serta penggunaan ukuran mata jaring ≥ 1.6 inchi sehingga dapat meloloskan ikan-ikan berukuran lebih kecil dari 128-134 mm.

Dokumen terkait