• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayat-ayat tentang Hukum Menutup Aurat dan Memakai Busana Muslimah

AURAT DAN BUSANA MUSLIMAH

C. Ayat-ayat tentang Hukum Menutup Aurat dan Memakai Busana Muslimah

Islam, dalam menentukan hukum, sering memakai metode bertahap (tadrīj), seperti diharamkannya riba, minuman keras, dan sebagainya. Demikian juga dalam hal tutup aurat, Pertama sekali Allah memperingati istri-istri Nabi ☺allall☼hu ‘alaihi wa sallam supaya tidak berbuat seperti kebanyakan wanita pada waktu itu. Firman Allah dalam Surah al-A♥z☼b/33 ayat 32:

Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (al-A♥z☼b/33: 32)

Kemudian Allah berfirman pula dalam Surah al-A♥z☼b/33 ayat 33:

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah yang dahulu. (al-A♥z☼b/33: 33)

Setelah Allah sub♥☼nahu wa ta‘☼l☼ memerintahkan kepada istri-istri Nabi seperti hal tersebut di atas, Allah meneruskan dengan suatu larangan supaya tidak berhadapan langsung dengan laki-laki bukan mahramnya. Allah sub♥☼nahu wa ta‘☼l☼

berfirman dalam Surah al-A♥z☼b/33 ayat 53:

Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. (al-A♥z☼b/33: 53)

Ayat ini diturunkan setelah ‘Umar bin al-Kha••☼b berkata kepada Nabi ☺allall☼hu ‘alaihi wa sallam: Ya Rasulullah, orang yang masuk rumah engkau itu ada yang baik dan ada yang tidak baik, ada yang suka berbuat dosa dan ada yang tidak suka berbuat dosa, maka oleh sebab itu alangkah baiknya jika engkau memerintahkan para Ummul-Mu′minīn supaya bertirai (berhijab).

Maka seketika itu turunlah ayat tersebut, yakni ayat 53 Surah al-A♥z☼b.

Selanjutnya, karena istri-istri Nabi juga perlu keluar rumah untuk mencari kebutuhan rumah tangganya, maka Allah sub♥☼nahu wa ta‘☼l☼ memerintahkan mereka menutup aurat apabila hendak ke luar rumah. Firman Allah dalam Surah

al-Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-A♥z☼b/33: 59)

Di dalam ayat ini Allah sub♥☼nahu wa ta‘☼l☼ memerintahkan untuk memakai jilbab, bukan hanya kepada istri-istri Nabi dan anak-anak perempuannya, tetapi juga kepada istri-istri orang-orang yang beriman. Berarti menutup aurat (berbusana Muslimah) adalah wajib hukumnya bagi seluruh wanita yang beriman.

Kewajiban menutup aurat (berbusana Muslimah) secara umum disebutkan dalam Surah an-Nūr/24: 31:

Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.

Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra-putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (an-Nūr/24: 31)

Menurut al-Mar☼gī, ayat 31 Surah an-Nūr/24 tersebut menerangkan bahwa Allah memerintahkan kepada wanita-wanita yang beriman untuk menundukkan pandangan sebagaimana diwajibkan atas para pria yang beriman, agar tidak melihat aurat orang lain dengan sengaja atau tanpa sengaja, atau melihat sesuatu yang haram untuk dilihat. Begitu pula dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada wanita-wanita yang beriman untuk menjaga kehormatan dirinya dari berbuat zina, atau melakukan lesbi dan mereka dilarang untuk menampakkan perhiasan-perhiasannya, kecuali yang biasa nampak, seperti cincin, celak mata, dan hina.

Di samping itu kepada mereka, wanita-wanita yang beriman diperintahkan untuk mengenakan kerudung yang dapat menutup kepala, leher, dan dada.9 Jadi menurut al-Marāgī bahwa makna ayat:

adalah “hendaklah wanita-wanita beriman mengenakan kerudungnya untuk menutup kepala, leher, dan dada.”

Menurut al-Qur•ubī, bahwa " (l☼m) pada ayat: ﻡﻻ"

(Hendaklah wanita-wanita beriman mengenakan kerudungnya untuk menutup kepala, leher, dan dada) adalah menunjukkan amr (perintah).10 Dalam Usul Fiqih adalah menunjukkan wajib.

Dengan ini menunjukkan bahwa menutup aurat dengan mengenakan kerudung yang dapat menutup kepala, leher, dan dada adalah wajib hukumnya bagi setiap wanita yang beriman kecuali kepada mahramnya yang telah disebutkan pengecualiannya pada pembahasan tentang batas aurat. Apalagi pada akhir ayat 31 Surah an-Nūr/24 tersebut, ditutup dengan kalimat:

Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (an-Nūr/24: 31)

Allah tidak menyuruh untuk bertobat, melainkan karena apa yang diperintahkannya adalah wajib hukumnya, yaitu menundukkan pandangan, menjaga kehormatan diri, dan menutup aurat dengan memakai kerudung yang dapat menutup kepala, leher, dan dada, yaitu memakai busana Muslimah.

Bila diperhatikan ayat-ayat sebagai dasar hukum untuk menutup aurat, baik yang sudah atau belum tertera di sini, kita akan melihat bahwa kesemuanya berbentuk amr (perintah) yang menurut ilmu Usul Fiqih akan dapat memproduk wajib ‘ainī ta‘abbudī, yaitu suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap pribadi orang yang beragama Islam dengan tanpa tanya mengapa. Siapa yang melaksanakan kewajiban itu akan mendapat pahala, karena ia telah melaksanakan ibadah yang

diwajibkan Allah sub♥☼nahu wa ta‘☼l☼ dan siapa yang tidak melaksanakannya ia akan berdosa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa menutup aurat menjadi wajib karena beberapa faktor:

1. Menutup aurat itu merupakan faktor penunjang dari kewajiban menahan pandangan yang diperintahkan Allah sub♥☼nahu wa ta‘☼l☼ dalam Surah an-Nūr/24 ayat 30 dan 31:

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar menjaga pandangannya. (an-Nūr/24: 30)

Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya. (an-Nūr/24: 31)

2. Menutup aurat sebagai faktor penunjang dari larangan berzina yang difirmankan Allah sub♥☼nahu wa ta‘☼l☼ dalam Surah al-Isr☼′/17 ayat 32:

Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (al-Isr☼′/17: 32) 3. Menutup aurat menjadi wajib karena saddu♣-♣ar☼‘ah, yaitu

menutup pintu dari dosa yang lebih besar.

Oleh karena itu, para ulama telah sepakat mengatakan bahwa menutup aurat adalah wajib bagi setiap pribadi wanita dan pria Islam,11 khususnya bagi kaum wanita, kewajiban ini akan terlaksana dengan memakai jilbab (busana Muslimah). Jadi, memakai jilbab (busana Musli-mah) adalah wajib bagi setiap pribadi Muslimah.