• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayat-Ayat Tentang Hukum Taubat dan Istigfar

Az-Zumar: 53),

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar: 53; ,

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaul batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kama berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang " (QS. Az-Zumar:

[39]: 53),

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa': 110;

"Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (QS. An-Nisa'[4]:110).

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syuura: 25;

"Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan."

(QS. Asy-Syuura [42]: 25).

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A'raaf: 153;

"Orang-orang yang mengevjakan kejahatan kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman, sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang"(Al-A'raaf [7]:153),

"Dan bertaubatlah Kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. "(QS. An- Nuur[24}: 31).

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat A1-Maa'idah: 74;

"Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Al-lah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Al-Maa'idah[5]: 74).

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat At- Taubah: 104;

"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (QS. At- Taubah[9]: 104).

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Tahriim: 8;

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kama ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (QS. At-Tahriim[66]: 8).

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Thaaha: 82;

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap dijalan yang benar. (QS.

Thaaha[9]: 82).

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imraan: 135-136; 135“...

136“...

“Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu Balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di

dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orangyang beramal.

"(QS.Ali Imraan [3]: 135-136).

Firman Allah Ta 'ala: 'Mereka ingat Allah, maksudnya mereka ingat keagungan Allah, ingat akan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, pahala dan siksa-Nya sehingga mereka segera memohon ampun kepada Allah dan mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain daripada Allah. Dan firman Allah Ta'ala: "Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu." Yakni mereka tidak tetap melakukannya padahal mereka mengetahui hal itu dilarang dan bahwa ampunan Allah bagi orang yang bertaubat daripadanya.

2. Dalam hadits disebutkan:

"Tidaklah (dianggap) melanjutkan (peubuatan keji) orang yang memohon ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali " (HR. Abu

Ya'la Al-Maushuli, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al-Bazzaar dalam Musnadnya, Ibnu Katsiir mengatakan, ia hadits hasan; TafsiY Ibnu Katsir, 1/408).

3. Hadits-hadits tentang taubat:

a. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku beutaubat dalam sehari sebanyak 100 kali" (HR. Muslim).

Demikianlah keadaan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lain maupun yang akan datang. Tetapi Rasul shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba yang pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan Allah kepada beliau.

b. Abu Musa radhiallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

"Sesungguhnya Allah membentangkan Tangan-Nya pada malam hari agar beutaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan Tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari Barat (Kiamat). "(HR. Muslim)

c. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalkam bersabda:

"Barangssapa bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, niscaya Allah menerima taubatnya." (HR.Muslim)

Sebab jika matahari telah terbit dari Barat maka ,pintu taubat serta merta ditutup. Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika dia hendak meninggal dunia. Allah berfirman:

“...

"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengeriakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajar kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: 'Sesungguhnya aku bertaubat sekarang .' (QS. An- Nisaa'[4]: 18)

d. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (nyawanya) belum sampai di kerongkongan." (HR· At-Tirmidzi, dan ia

menghasan-kannya).

Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak menjemputnya sehingga ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal, meratapi atas kelengahannya. Dan sungguh, tak

seorang pun meninggal kecuali ia menyesal. Jika dia orang baik, maka ia menyesal mengapa dia tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika ia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.

e. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka"(HR. Abu Daud)81

Imam Al-Auza'i ditanya: "Bagaimana cara beristighfar? Beliau menjawab: "Hendaknya mengatakan: "Astaghfirullah, astaghfirullah."

Artinya, aku memohon ampunan kepada Allah.

f. Anas radhiallahu 'anhu meriwayatkan, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah berfirman:

“...

"Allah Ta'ala berfirman:"Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepadaku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepadaku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemuiKu dalam keadaan tidak

menyekutukanku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan sepenuh bumi (pula) " (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits ini

hasan),

Niliai-nilai yang terkandung dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan yaitu:

a.

Berdo'a dengan penuh harap.

b.

Beristighfar, yaitumemohon ampu"an kepadaAllah.

c.

Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik, bid'ah dan kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.

4. Implikasi dari Hadits-hadits tentang taubat

Implikasi dari Niliai-nilai yang terkandung dalam hadits di atas antara lain:

a.

Kewajiban pertama dalam menyambut Ramadhan adalah bertaubat. “Allahumma tub ‘alaina taubatan nashuha, allahumma tub ‘alaina taubatan tardhik”. Ya Allah kami bertaubat dengan sebenar-benar taubat, Ya Allah kami bertaubat sampai Engkau ridha, terima taubat kami.”

b.

Taubat merupakan tugas setiap hamba Allah di sepanjang waktunya terutama menjelang Ramadhan. Firman Allah: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)”

c.

Thariqah, cara bertaubat yang benar telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah lebih dari 70 kali setiap harinya. Bahkan terkadang dalam satu

majlis, satu kali duduk, tidak kurang dari 100 kali Rasulullah SAW bertaubat.

d.

Bertaubat di bulan Ramadhan bukan sekedar berucap, “Ya Allah aku bertaubat” atau “Astaghfirullah”, namun hatinya lalai, tidak ikut bertaubat. Atau anggapan bahwa taubat itu sekedar bertaubat dari memadang lawan jenis yang tidak halal. Atau sekedar bertaubat dari kebiasaan berbohong, ghibah, menfitnah saudara, dan tidak diikuti dengan taubat-taubat yang lainnya.

e.

Di bulan Ramadhan mari perbaharui taubat kita. Tingkatkan porsi taubat, tambahkan keyakinan taubat. Kita butuh bertaubat. Tidak hanya taubat yang utama yaitu taubat dari dosa dan maksiat, namun lebih dari itu kita butuh kepada taubat-taubat yang lainnya. Seperti taubatnya kita dari hilangnya waktu malam kita sebagai hamba Allah.

f.

Firman Allah SWT dalam Surat An-Naba ayat 10 dan 11: و ΎѧѧѧѧѧѧϨϠόΟ ϞѧѧѧѧѧѧѧϴϠϟ΍ΎѧѧѧѧѧѧѧѧγΎΒϟ"Dan kami jadikan malam sebagai pakaian.” Allah jadikan malam agar makhluk berhenti dari aktivitasnya. Malam menjadi waktu untuk istirahat, sekaligus untuk mendekatkan diri dan bermunajat kepada Allah, setelah seharian mancari karunia-Nya. Tentulah itu sebuah kenikmatan tersendiri.

g.

Sebagaimana Allah menjadikan fungsi siang dalam firman-Nya: و ΎѧѧѧѧѧѧϨϠόΟ έΎѧѧѧѧϬϨϟ΍ ΎѧѧѧѧηΎόϣ "Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan". Di sinilah Islam memposisikan malam, sebagai waktu untuk istirahat dan taqarrub kepada Allah. Inilah malam-malam orang muslim, sejatinya. Namun maaf, lihatlah realita sekarang, apa yang terjadi dengan malam-malam orang muslim?

Sungguh menyedihkan. Malam-malam orang muslim bergeser menjadi waktu untuk sekedar bersenda gurau, bermaksiat, dan melalaikan. Sehingga malam jadi siang, siang jadi malam. Dan akhirnya hilanglah fungsi malam bagi seorang muslim untuk mengadu kepada Robbnya.

h.

Sekaranglah momen kita untuk bertaubat kepada Allah dari segala kelalaian dan membuktikan taubat kita dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas salat malam, perbanyak dzikir dan doa, serta istighfar. Waallahu A’lam bish-showab.

BAB XVI

RAMADHAN BULAN KESABARAN

Sabar Menghormati Orang Tidak Puasa

ntara kesabaran dan puasa merupakan dua hal yang saling berkait-kelindan. Sabar adalah puasa, begitu juga puasa adalah sabar, demikian sebagaimana dikemukakan Mujahid. Puasa dikatakan sabar karena puasa mengandung pengertian menahan makan-minum (dari terbitnya fajar sama terbenamnya matahari). Oleh karena itu bulan Ramadhan juga dinamai dengan bulan kesabaran (syahr ash-shabr). Jika puasa identik dengan sabar, maka orang yang berpuasa (ash-sha`im) bisa juga dikatakan orang yang sabar (ash-shabir). Menjadi orang sabar memang tidaklah semudah membalik telapak tangan. Ada jalan berliku yang harus dilaluinya. Salah satunya adalah dengan berpuasa.

Dengan berpuasa sebenarnya kita sedang dilatih untuk menjadi penyabar. Termasuk juga kesabaran dalam menghargai orang-orang yang memang tidak diwajibkan berpuasa atau yang diperbolehkan tidak berpuasa karena ada alasan syar’i, seperti perempuan yang sedang haid, perempuan yang sedang hamil, anak-anak, orang yang tua-renta, orang yang mengalami sakit akut, dan orang-orang yang menempuh perjalanan jauh bukan dengan tujuan maksiat atau musafir. Orang yang tidak berpuasa memang sudah seharusnya menghargai orang yang berpuasa. Tetapi orang yang berpuasa juga dituntut untuk menghormati pihak-pihak yang tidak menjalankan puasa. Jadi kedua belah pihak dituntut untuk saling menghargai satu sama lainnya.