1) Konsumtif
Sektor konsumtif juga masih memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berkaitan dengan masalah ini, sektor riil konsumtif Bank BRI AGRO juga berpeluang untuk ditingkatkan. Apalagi, kebutuhan konsumtif berbasis kebutuhan dasar juga mengalami perkembangan yang menjanjikan, terutama untuk sektor pendapatan tetap dan rumah tangga.
Kredit kemitraan Bank BRI AGRO adalah kredit yang diberikan kepada pegawai perorangan dengan pendapatan tetap dan kepada pensiunan. Sumbangan kredit kemitraan ini cukup besar bagi pendapatan Bank BRI AGRO.
Peranan kredit konsumtif berupa kredit karyawan dan pensiunan masih tetap dibutuhkan pertumbuhannya. Mengingat, margin keuntungannya masih lebar dan risiko yang cukup rendah bila dibandingkan dengan sektor kredit lainnya.
Mengetahui perilaku konsumen di dalam memenuhi kebutuhannya merupakan faktor penting dalam pengembangan kredit konsumtif. Dalam hal ini, Bank BRI AGRO belum sepenuhnya mengembangkan kebutuhan konsumsi yang sifatnya produktif untuk pegawai dengan pendapatan tetap. Pada 2013, pengembangan kredit karyawan yang sifatnya produktif merupakan salah satu sentra pengembangan kemitraan Bank BRI AGRO.
2) Produktif
Kemitraan yang bersifat produktif merupakan potensi bisnis lainnya yang berbasis pendapatan tetap (misalnya, take home pay), akan tetapi tujuan akhir dari penggunaan dana adalah untuk kegiatan produktif. Fasilitas ini diberikan kepada karyawan yang akan memasuki masa pensiun untuk mempersiapkan masa pensiun melalui kegiatan-kegiatan kewirausahaan.
Adapun sektor kemitraan produktif yang akan dikembangkan, antara lain, agribisnis, industri makanan, minuman dan perdagangan umum, atau pengelolaan atas dasar perjanjian kerjasama. Hal itu dilakukan mengingat terbatasnya jaringan yang dimiliki Bank BRI AGRO dan keterbatasan yang dimiliki dari sektor tersebut.
3) Bisnis program
Fokus pengembangan bisnis program Bank BRI AGRO secara mendasar tetap berbasis pada program pemerintah dengan bunga bersubsidi, yaitu meliputi KKP-E, KKP-TR dan KPEN-RP dengan lebih mengoptimalisasi penyaluran pembiayaan sesuai dengan alokasi dari Pemerintah. Dalam hal ini, strategi ekspansi dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan mitigasi risiko secara optimal dengan cara pembiayaan kepada para petani binaan yang bermitra dengan inti, yaitu kepada BUMN dan swasta besar terpilih dengan pola Pengelolaan Satu Manajemen (PSM). Dengan pola ini, BUMN maupun swasta besar tersebut sebagai penjamin/avalist atas pengembalian kredit para petani binaan atau plasmanya sehingga terjadi pembiayaan yang bersifat closing system. Pada pelaksanaannya, Bank BRI AGRO akan lebih mengembangkan pembiayaan kredit program pada komoditas unggulan sektor pertanian, meliputi perkebunan, pangan, hortikultura, peternakan, juga pada sektor perikanan (budidaya) dan sektor kehutanan (sub sektor hilir).
Kegiatan penyaluran kredit program difokuskan pada upaya-upaya untuk meningkatkan
customer-based. Untuk menyusun perencanaan, bank melakukan pemetaan (mapping)
potensi wilayah dan komoditi unggulan masing-masing daerah, dan dikaitkan sengan skim kredit yang sesuai. Selanjutnya, rencana ekspansi kredit program disusun dengan mempertimbangkan potensi, sumber daya manusia, jaringan kerja, dan skim kredit yang sesuai untuk komiditas di wilayah tersebut.
Sosialisasi kebijakan dan produk kredit program merupakan hal yang sangat penting. Dengan begitu, kebijakan, prosedur dan produk dapat dipahami oleh seluruh jajaran terkait di internal bank maupun di lingkungan para penerima pembiayaan.
Mengingat kredit program sangat erat kaitannya dengan instansi atau dinas terkait, maka perlu dilakukan komunikasi dan koordinasi dengan dinas terkait. Sebab, pihak dinas merupakan pembina dan menyiapkan calon debitur yang layak dan siap dibiayai. Kredit program merupakan pencipta embrio bagi debitur bisnis komersial bank. Debitur-debitur kredit program yang berkinerja baik dan telah meningkat semula unbankable menjadi bankable akan diberikan kredit komersil individu.
2. Bisnis Menengah
a. Bisnis Agrobisnis
• Bisnis BUMN
Rencana pengembangan bisnis jangka pendek pada BUMN masih berorientasi pada optimalisasi ekspansi di BUMN sehat yang berbasis usaha agrobisnis yang selama ini pernah dan masih bermitra bisnis. Antara lain, PT Perkebunan Nusantara, PT Shang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pupuk Nusantara (PT MegaEltra,dan lain-lain), RNI, Perum Perhutani dan anak usahanya.
Dengan keterbatasan dalam melayani skala korporasi, Bank BRI AGRO menerapkan strategi penggalian potensi bisnis di lingkungan BUMN tersebut secara terintegrasi, baik dari sisi kredit maupun dana, sehingga secara perhitungan bisnis masih memberikan kontribusi positif. Hal ini seiring dengan strategi Bank BRI AGRO dalam meningkatkan modal dan perbaikan portofolio pendanaan. Potensi bisnis dimaksud adalah institusi BUMN itu sendiri, anak usaha, karyawan, rekanan, petani binaan (terkait kredit program) dan koperasi karyawan. Dengan begitu, dalam pelaksanannya, Bank BRI AGRO masih dapat memberikan pembiayaan modal kerja tambahan dengan tingkat suku bunga yang bersaing kepada BUMN agrobisnis yang sehat.
• Bisnis Agro Swasta
Pengembangan strategi pada bisnis agroindustri swasta masih berorientasi pada bisnis baik on farm mauupun off farm dengan menyesuaikan kepada PS-KRD yang telah ditetapkan di Bank BRI AGRO. Potensi sektor agro on farm swasta, khususnya pada komoditas unggulan seperti perkebunan sawit, kopi dan kakao masih merupakan alternatif pembiayaan. Namun demikian, pola pembiayaan dari sisi jangka waktu, jumlah pembiayaan terkait sharing Bank dan dinamika pasar terhadap komoditas dimaksud, tetap menjadi pertimbangan utama sebagai langkah metigasi risiko. Pola pembiayaan refinancing atas kebun dan/atau pabrik menjadi pilihan utama yang relatif lebih aman, terarah dan menghindari side streaming.
Adapun untuk alternatif pembiayaan off farm meliputi pembiayaan modal kerja rekanan BUMN sehat dan swasta besar tertentu baik pabrikan maupun perdagangan. Rekanan BUMN dimaksud seperti rekanan PTPN, RNI, SHS, PERTANI dengan pola pembiayaan SPK dan tagihan. Sedangkan sasaran pembiayaan untuk perdagangan komoditas unggulan, seperti: CPO, gula, kopi, teh maupun kakao pada para pembeli yang merupakan rekanan KPB dengan skema pembiayaan DO ataupun IP (Intruksi Pengapalan) untuk komoditas CPO. Sedangkan untuk pabrikan sasaran pembiayaan Bank pada produksi pupuk, PKS, PKO dan refinery, dimana jenis pembiayaan bisa investasi ataupun modal kerja.