• Tidak ada hasil yang ditemukan

b Lahan Kritis

Dalam dokumen sma10geo Geografi Iskandar (Halaman 138-142)

1)

Lahan kritis adalah lahan yang mengalami kerusakan fisik, kimiawi, dan biologi sehingga lahannya tidak produktif. Lahan tersebut tandus, gundul, dan tingkat kesuburannya rendah sehingga tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, dan dataran rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah:

a) pengikisan (erosi) dan masswasting, biasanya terjadi di dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring;

b) pengolahan lahan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan;

c) kekeringan, biasanya terjadi di daerah bayangan hujan;

d) genangan air yang terus-menerus, yaitu di daerah pantai yang selalu

tertutup rawa;

e) pembekuan air, terjadi di daerah kutub atau pegunungan tinggi;

f) zat pencemar, yaitu pestisida dan limbah pabrik yang terbawa aliran

sungai ke lahan pertanian sehingga mengganggu kesuburan;

g) masuknya material seperti plastik ke lahan pertanian yang mengganggu

kesuburan tanah.

2)

Faktor-faktor penyebab meluasnya lahan kritis di Indonesia adalah pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi kemampuannya serta perusakan vegetasi penutup lahan.

a) Pemanfaatan Lahan yang Tidak Sesuai dengan Kemampuannya

(1) Lereng-lereng bukit yang curam dan puncak-puncak bukit yang seharusnya ditanami tanaman kayu-kayuan atau semacam hutan rakyat malah ditanami tanaman semusim, seperti jagung dan sayuran, sehingga lahan lebih mudah tererosi dan akhirnya menjadi lahan kritis.

(2) Lahan miring yang terus-menerus dicangkul dan ditanami tanpa diterrasering. Akhirnya, tanah berubah menjadi lahan kritis.

b) Perusakan Vegetasi Penutup Tanah

(1) Petani peladang berpindah yang membuka areal hutan semena- mena, dijadikan ladang padi huma dan jagung. Akibatnya, hutan rusak dan lahan menjadi kritis.

(2) Hutan bakau di pantai diubah menjadi lahan pertambakan udang dan bandeng. Akibatnya, dataran pantai menjadi lahan kritis.

3)

Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 1980, penggunaan lahan ditentukan menjadi 5 (lima) peruntukan, yaitu:

a) kawasan permukiman;

b) kawasan budi daya tanaman semusim;

c) kawasan budi daya tanaman tahunan;

d) kawasan penyangga;

e) kawasan lindung.

Pembagian tersebut didasarkan pada terjadinya kerusakan tanah, jika lahan tersebut dipergunakan untuk suatu peruntukan. Faktor pembatas yang digunakan dalam lima peruntukan itu adalah:

a) kemiringan lereng yang dinyatakan dalam prosen;

b) faktor jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi;

c) curah hujan harian rata-rata.

Informasi ketiga faktor tersebut diperoleh dari hasil interpretasi peta topografi dan peta tanah serta hasil pengumpulan data curah hujan di lapangan.

Tabel 3.5 Pengkelasan Lahan Ber dasar kan 3 Faktor Pembatas (M enur ut SK M ENTAN 1 9 8 0 )

Lahan Kelas

Kem ir ingan Lahan Kem ir ingan Nilai

Scor e Jenis Tanah

Nilai

Scor e Cur ah/ Har i Scor eNilai Kepekaan Tanah

t er hadap Er osi Int ensit as Hujan Har ian

1 . 0 – 8 % 2 0 Aluvial, t anah glei, lat er it , dll 1 5 1 3 ,6 m m / hr 1 0 (dat ar ) (t idak peka). (sangat r endah)

2 . 8 – 1 5 % 4 0 Lat osol 3 0 1 3 ,6 – 2 0 ,7 m m / hr 2 0

(landai) (agak peka) (r endah)

3 . 1 5 – 2 5 % 6 0 Br own for est soil, calcis 4 5 2 0 ,7 – 2 7 ,7 m m / hr 3 0

(agak br own (agak peka) (r endah)

cur am )

4 . 2 5 – 4 5 % 8 0 Andosol, Podsol, dll 6 0 2 7 ,7 – 3 4 ,8 m m / hr 4 0

(cur am ) (peka) (t inggi)

5 . > 4 5 % 1 0 0 Regosol, lit osol, dll 7 5 > 3 4 ,8 m m / hr 5 0 (sangat (sangat peka) (sangat t inggi)

Cara menetapkan penggunaan lahan sesuai kemampuannya adalah dengan menjumlahkan nilai ketiga faktor pembatas maka dapat ditetapkan penggunaan lahan pada setiap kawasannya (lihat tabel pengkelasan lahan di atas).

a) Kawasan permukiman (lahan kelas I):

(1) kemiringan lereng datar (0 - 8%), nilai score 20; (2) tanah tidak peka terhadap erosi, nilai score 15;

(3) curah hujan harian sangat rendah (13,6 mm/hari), nilai score 10; (4) kegunaannya cocok untuk permukiman dan tanaman budi daya.

b) Kawasan budi daya tanaman semusim (lahan kelas II):

(1) kemiringan lereng landai (8 -15%), nilai score 40; (2) tanah agak peka terhadap erosi, nilai score 30;

(3) curah hujan harian rendah (13,6 - 20,7 mm/hari), nilai score 20; (4) kegunaannya cocok untuk budi daya aneka tanaman semusim.

c) Kawasan budi daya tanaman tahunan (lahan kelas III):

(1) kemiringan lereng agak curam (15 - 25%), nilai score 60; (2) tanah agak peka terhadap erosi, nilai score 45;

(3) curah hujan harian sedang (20,7 - 27,7 mm/hari), nilai score 30; (4) kegunaannya cocok untuk tanaman tahunan perkebunan, HTI

(Hutan Tanaman Industri), dan tanaman kayu-kayuan.

d) Kawasan penyangga (lahan kelas IV):

(1) kemiringan lereng curam (25- 45%), nilai score 80; (2) tanah peka terhadap erosi, nilai score 60;

(3) curah hujan harian tinggi (27,7 - 34,8 mm / hari) nilai score 40; (4) kegunaannya memungkinkan untuk budi daya secara ekonomis dan

mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga lingkungan.

e) Kawasan lindung (lahan kelas V):

(1) kemiringan lereng sangat curam (> 45%), nilai score 100; (2) tanah sangat peka terhadap erosi, nilai score 7;

(3) curah hujan harian sangat tinggi (>34,8 mm hari), nilai score 50; (4) kegunaannya sebagai kawasan lindung dan jalur pengaman aliran

sungai.

Luas lahan kritis di Indonesia dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

No. Provinsi (1) (2) (3) 1 . Nanggr oe Aceh Dar ussalam 2 4 .9 9 0 3 2 6 .0 2 5 3 5 1 .0 1 5 2 . Sumater a Utar a 2 2 7 .1 4 6 2 4 1 .9 9 7 4 6 9 .1 4 3 3 . Sumater a Bar at 2 0 .9 3 6 1 1 0 .2 1 9 1 3 1 .1 5 5 4 . Riau 7 7 .9 6 1 2 5 6 .9 0 7 3 3 4 .8 6 8 5 . Jambi 1 7 2 .0 4 6 5 4 4 .1 0 1 7 1 6 .1 4 7 6 . Sumater a Selatan 1 .1 8 3 .1 7 9 2 .2 7 8 .6 6 1 3 .4 6 1 .8 4 0 7 . Bengkulu 7 8 .7 2 4 4 9 9 .8 1 9 5 7 8 .5 4 3

4)

Pemulihan lahan kritis di Indonesia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a) Teknologi konservasi dengan tujuan mencegah besarnya erosi melalui

pembuatan teras (terasering) yang dilengkapi dengan saluran pemisah, terjunan, dan pengendali. Sistem penanaman dilakukan searah dengan garis kontur atau tanaman penyangga.

b) Penghijauan, yaitu penanaman berbagai jenis tanaman pada lahan kritis maupun lahan potensial yang belum pernah menjadi hutan. Jenis tanaman penghijauan yang dikembangkan di Indonesia, yaitu:

(1) kemlandingan atau petai cina, ditanam di sepanjang guludan terrasering, sedangkan di lereng teras ditanami rumput gajah; (2) lamtorogung, yaitu jenis kemlandingan yang batang pohonnya

besar;

(3) kaliandra hijau atau kaliandra merah;

(4) jambu mete dan jenis-jenis tanaman tahunan yang berbuah. Kemlandingan, lamtorogung, dan kaliandra, daunnya dapat digunakan untuk makanan ternak, sedangkan batang, cabang, dan rantingnya untuk kayu bakar.

c) Reboisasi, yaitu menghutankan atau menanami kembali hutan yang sudah gundul.

d) Reklamasi lahan bekas pertambangan. Jenis tumbuhan yang ditanam di

daerah ini adalah pohon mindi.

8 . Lampung 2 0 3 .8 8 7 9 5 .2 7 0 2 9 9 .1 5 7 9 . DKI Jakar ta – – – 1 0 . Jawa Bar at 5 .9 6 6 3 6 2 .8 2 8 3 6 8 .7 9 4 1 1 . Jawa Tengah 1 1 .1 0 2 3 4 9 .7 2 5 3 6 0 .8 2 7 1 2 . DI Yogyakar ta 7 4 9 3 3 .9 1 8 3 4 .6 6 7 1 3 . Jawa Timur 3 4 9 .1 6 8 9 5 3 .2 1 1 1 .3 0 2 .3 7 9 1 4 . Bali 9 .9 5 3 2 3 .4 7 2 3 3 .4 2 5

1 5 . Nusa Tenggar a Bar at 5 4 .5 2 0 2 2 4 .1 7 8 2 7 8 .6 9 8 1 6 . Nusa Tenggar a Timur 2 9 9 .2 9 1 1 .0 5 7 .4 6 6 1 .3 5 6 .7 5 7 1 7 . Timor Timur 1 7 7 .1 0 7 3 0 5 .5 6 4 4 8 2 .6 7 1 1 8 . Kalimantan Bar at 1 .2 5 4 .7 2 4 1 .8 1 1 .0 0 4 3 .0 6 5 .7 2 8 1 9 . Kalimantan Tengah 5 0 .6 5 2 1 .7 0 8 .1 8 1 1 .7 5 8 .8 3 3 2 0 . Kalimantan Selatan 3 5 3 .7 8 1 2 2 1 .6 0 2 5 7 5 .3 8 3 2 1 . Kalimantan Timur 9 5 3 .8 1 4 8 2 4 .9 6 8 1 .7 7 8 .7 8 2 2 2 . Sulawesi Utar a 7 9 .5 9 4 1 5 5 .4 9 8 2 3 5 .0 9 2 2 3 . Sulawesi Tengah 2 6 0 .0 7 0 1 5 3 .1 5 1 4 1 3 .2 2 1 2 4 . Sulawesi Selatan 5 8 1 .2 9 7 4 5 1 .5 0 5 1 .0 3 2 .8 0 2 2 5 . Sulawesi Tenggar a 5 3 .7 5 2 1 8 8 .0 5 9 2 4 1 .8 1 1 2 6 . M aluku 1 8 0 .0 3 6 5 1 4 .8 7 5 6 9 4 .9 1 1 2 7 . Papua 1 .6 4 9 .3 0 9 1 .7 1 9 .5 9 4 3 .3 6 8 .9 0 3 INDONESIA 8.313.754 15.411.798 23.725.552

Sumber:Bir o Pusat St at ist ik t ahun 2 0 0 2

e) Menghilangkan unsur-unsur yang dapat mengganggu lahan pertanian, misalnya plastik yang sedapat mungkin didaur ulang (recycling).

f) Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok untuk menurunkan zat

pencemar yang ada pada lahan pertanian, karena eceng gondok dapat menyerap zat pencemar dan digunakan untuk makanan ikan.

g) Tindakan yang tegas, tetapi bersifat mendidik kepada siapa saja yang

menyebabkan terjadinya lahan kritis.

h) Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik (alami), misalnya

pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat.

i) Penanaman azola, yaitu tumbuhan yang dapat menggemburkan tanah

sawah.

T U G A S 1

1. Gambarkan kembali irisan bumi pada selembar kertas dan

diskusikan dengan kelompokmu!

2. Buatlah gambaran (sketsa) bentuk daratan dengan memper-

gunakan bubur koran, berilah warna, lalu kumpulkan kepada guru geografimu!

B. Perubahan Pedosfer (Tanah) dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka

Dalam dokumen sma10geo Geografi Iskandar (Halaman 138-142)