• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Litosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bum

Dalam dokumen sma10geo Geografi Iskandar (Halaman 98-102)

Litosfer dan Pedosfer

A. Perubahan Litosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bum

Lapisan litosfer (lapisan kerak bumi yang paling atas) selalu mengalami perubahan. Hal tersebut disebabkan oleh tenaga dari dalam bumi (endogen) yang meliputi tektonisme, vulkanisme, maupun gempa. Demikian juga tenaga

dari luar bumi (eksogen) yang meliputi erosi dan pelapukan dapat

menyebabkan perubahan pada litosfer. Akhirnya, perubahan itu akan berdampak pula pada kehidupan di muka bumi, baik yang menguntungkan ataupun merugikan.

1. Struktur Lapisan Kulit Bumi dan Pemanfaatannya

Kulit bumi terdiri atas beberapa lapisan. Masing-masing lapisan tersusun oleh batuan dan unsur-unsur lain yang terkandung di dalamnya. Bagian kulit bumi paling atas (muka bumi) memiliki bentuk beraneka ragam. Setiap ragam itu memiliki fungsi masing-masing bagi makhluk hidup.

a. Litosfer

Litosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling atas dan merupakan selubung bumi. Lapisan ini terbentuk dari senyawa kimia yang kaya akan S1O2 (silikon oksida). Itulah sebabnya lapisan litosfer seringkali dinamakan lapisan silikat.

Batuan di permukaan bumi ini terdiri dari (75%) silikon oksida dan alu-

minium oksida. Induk dari segala batuan adalah magma. Magmaialah batuan

cair pijar yang bersuhu tinggi, terjadi dari berbagai mineral serta gas yang larut di dalamnya dan berada di dalam bumi.

Kerak bumi atau sial (silisium–aluminium) dan selubung bumi atau sima (silisum magnesium) disebut litosfer dengan tebal 1.200 km. Bumi mempunyai jari-jari s 6.370 km.

Berdasarkan proses terjadinya, batuan dibagi 3 (tiga), yaitu sebagai berikut.

Batuan beku dalam Batuan beku gang/korok Batuan beku luar

Dior it Aplidior it Andesit

Dior it – kwar sa Aplit – spessar fit Basalt

Gabr o Odinit Bat u apung

Gr anit Por fir – dior it Dasit

Sier it Por fir – gr anit Lipar it

Por fir – sienit Tr achit

1) ialah batuan yang terjadi karena magma yang berupa zat

cair pijar mengalami pendinginan dan menjadi beku.

Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) batuan beku dalam (plutonik atau abisik), tempat pembekuan magma di bagian dalam litosfer (di dalam bumi);

b) batuan beku gang atau korok, tempat pembekuannya di saluran magma (diatrema) dan pada rekahan litosfer;

c) batuan beku luar atau lelehan, tempat pembekuannya di permukaan bumi.

Tabel 3.1 Cont oh Bat uan Beku

2) Batuan sedimen (endapan) ialah batuan yang diangkut oleh aliran air, angin, atau cairan gletser kemudian diendapkan di tempat lain. Akibat proses diagenesis (gaya kimia dan fisis) batuan sedimen menjadi keras. Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dibagi tiga, yaitu sebagai berikut.

a) Batuan sedimen klastik, yaitu sedimen yang susunan kimianya sama dengan batuan asal. Ketika diangkut hanya mengalami peng- hancuran dari besar menjadi kecil saja. Misalnya, kerikil, pasir, lumpur (berasal dari batu-batu besar di gunung, masuk ke sungai lalu terbawa air dan saling membentur yang akhirnya menjadi kecil, susunan kimianya masih sama dengan batuan asal).

b) Batuan sedimen kimiawi, yaitu sedimen yang terjadi karena proses kimia, pelarutan, penguapan, dan oksidasi. Misalnya, batu gamping (CaCO3) menjadi larutan air kapur Ca (HCO3)2 yang disebabkan

oleh air hujan yang mengandung CO2. Larutan kapur ini sampai

ke atap gua kapur. Tetesan air kapur di atas gua menjadi stalaktit dan di dasar gua menjadi stalagmit. Pembentukannya disebabkan

pelarutan dan penguapan H2O dan CO2. Proses kimianya adalah

CaCO3 + H2O + CO2 np Ca (HCO3)2. Contoh lainnya ialah garam

dapur dan gipsum yang merupakan hasil penguapan air laut. c) Batuan sedimen organik, yaitu sedimen yang terjadi selama proses

pengendapannya mendapat bantuan dari organisme, yaitu sisa

rumah atau bangkai binatang laut yang tertimbun di dasar laut, seperti kerang, terumbu karang, tulang belulang, kotoran burung (guano) yang menggunung di Peru, dan lapisan humus di hutan. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya, batuan sedimen dibagi 4 (empat), yaitu sebagai berikut.

a) Batuan sedimen aeolik (aerik), yaitu batuan sedimen yang terbentuk oleh tenaga angin yang mengangkutnya dan diendapkan di tempat lain, misalnya tanah los.

b) Batuan sedimen akuatik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk oleh tenaga air mengalir yang mengangkutnya dan diendapkan di tempat lain, misalnya breksi dan konglomerat. Breksi adalah batuan sedimen yang terdiri dari puing-puing yang bersudut tajam dan terekat satu sama lainnya. Konglomerat adalah batuan yang bundar dan terekat satu sama lainnya.

c) Batuan sedimen glasial, yaitu batuan sedimen yang terbentuk oleh tenaga gletser (es) yang mengangkutnya dan diendapkan di tempat lain, misalnya morena yang berasal dari lereng gunung, terbawa gletser dan diendapkan di kaki gunung.

d) Batuan sedimen marin, yaitu batuan sedimen yang terbentuk oleh tenaga air laut (gelombang dan arus) yang mengangkutnya dan diendapkan di tempat lain, misalnya pasir putih dan pasir besi di pantai.

Beberapa macam lingkungan tempat sedimen klastik diendapkan adalah sebagai berikut.

a) Lingkungan aluvial, yaitu lingkungan sungai, misalnya endapan pasir di dasar dan kelokan alur sungai.

b) Lingkungan delta, yaitu di muara sungai, misalnya macam-macam delta (pasir dan lumpur).

c) Lingkungan gurun, misalnya gurun pasir.

d) Lingkungan glasial (daerah es), misalnya timbunan morena.

e) Lingkungan laut dangkal, misalnya sisa organisme laut, terumbu karang, dan endapan lumpur dari darat.

3) Batuan metamorf (malihan atau berubah sifat)ialah batuan beku atau sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk dan sifat (meta- morfosis). Penyebab perubahan itu adalah suhu atau tekanan yang meningkat dan adanya penambahan zat lain ke dalam batuan asal. Ada beberapa macam metamorfosis, yaitu sebagai berikut.

a) Metamorfosis termal atau kontak atau sentuh, yaitu proses batuan metamorf yang terbentuk karena perubahan suhu, misalnya marmer terjadi dari batu kapur dan antrasit terjadi dari batu bara.

Gambar 3.1 Siklus bat uan

Metamorfosis termal, terdiri dari:

(1) pyrometamorfosis, yaitu proses batuan yang sangat tinggi, misalnya marmer dan antrasit;

(2) pneumatolysis,yaitu proses batuan metamorf terbentuk karena gas-gas dari magma yang sedang naik dapat mengubah batuan sekeliling dan membentuk mineral-mineral baru, misalnya pembentukan biji timah di Bangka;

(3) hidrotermal, yaitu proses batuan metamorf yang terbentuk karena larutan panas, bukan gas yang memprosesnya, misal- nya andesit diubah menjadi propilit.

b) Metamorfosis dinamo, yaitu proses batuan metamorf yang terbentuk karena adanya perubahan tekanan, misalnya batu sabak dan batu bara. c) Metamorfosis regional, yaitu proses batuan metamorf yang terbentuk karena faktor suhu dan tekanan yang bekerja bersama-sama, misalnya batuan gneis, sabak, dan serpih.

Batuan metamorf ini akan melebur (melting) menjadi magma

kembali apabila suhu dan tekanan pada batuan metamorf meningkat terus. Demikian terus-menerus dan silih berganti, proses batuan ini disebut siklus atau daur batuan (lihat gambar 3.1).

Dalam dokumen sma10geo Geografi Iskandar (Halaman 98-102)