• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi fisiologis awitan pubertas dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain ras, genetik, gizi, penyakit kronis, faktor lingkungan, sosial ekonomi, paparan cahaya, faktor psikologi, dan tren sekuler.2-4 Awitan pubertas pada anak lelaki dimulai dengan meningkatnya volume testis menjadi lebih dari 3 ml sesuai dengan skala Tanner tahap G2, pada anak perempuan perkembangan payudara sesuai skala Tanner tahap B2. Usia pubertas normal dimulai pada usia 8 sampai 13 tahun pada anak perempuan, 9 sampai 14 tahun pada anak lelaki.10 Pada studi ini awitan pubertas anak lelaki lebih dominan diawali perkembangan genitalia yaitu testis, dengan skala Tanner lelaki perkotaan G2P1(26.6%), G2P2 (21.5%), G3P2 (2.5%), sedangkan pada lelaki pedesaan G2P1(43%), G2P2 (3.8%), G3P2 (2.5%). Pada anak perempuan awitan pubertas didahului oleh tumbuhnya payudara, dengan skala Tanner pada perempuan perkotaan M2P1(38.7%), M2P2 (5.3%), M3P1(4.3%), M3P2 (2.1%) dan pada perempuan pedesaan M2P1(25.6%), M2P2(10.7%), M3P1(0%), M3P2(3.2%). Pada studi ini tidak dijumpai anak yang telah haid.

Daerah Gunung Baringin, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal, tergolong pedesaan karena memiliki skor kurang dari 10, sedangkan daerah Medan Maimun memiliki skor lebih dari 10. Sistem skor ini ditetapkan oleh badan pusat statistik nasional tahun 2000 untuk

membedakan daerah perkotaan dan pedesaan dipakai indikator komposit (indikator gabungan). Skor atau nilai-nilainya didasarkan pada skor atau nilai kepadatan penduduk, persentase rumah tangga yang mempunyai telepon dan listrik dan fasilitas utama (fasilitas perkotaan).28 Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pendapatan per kapita di bawah garis kemiskinan (tahun 2008-2009 Rp.262.262 per kapita per bulan).29 Pada studi ini didapatkan rerata pendapatan penduduk desa masih dibawah garis kemiskinan dengan pendapatan rerata subjek lelaki Rp.144.177 (SD=139.4) dan perempuan Rp.195.940 (SD=157.9), sedangkan pada subjek perempuan kota juga mempunyai rerata pendapatan per kapita di bawah garis kemiskinan yaitu Rp.211.110 (SD=120.7)

Pada studi ini dilakukan pemeriksaan IMT dengan tujuan untuk melihat lemak tubuh yang berhubungan dengan umur awitan pubertas. Didapatkan rerata IMT pada anak lelaki desa 14.2 dan kota 15.8 terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelompok ini, sedangkan pada anak perempuan di desa 14.6 dan kota 15.1 tidak didapatkan perbedaan yang signifikan diantara kelompok ini. Dampak obesitas terhadap tumbuh kembang anak, antara lain awitan pubertas yang lebih awal.30 Indeks massa tubuh mewakili lemak tubuh, hal ini diperlihatkan dengan studi pada dua kelompok yaitu 100 anak lelaki dan 92 perempuan antara umur 7 sampai 17 tahun. Pada perempuan korelasi antara IMT dengan massa lemak (diukur menggunakan dual-energy radiograph absorptiometry) adalah 0.94 pada perempuan kulit putih dan 0.96

pada perempuan kulit hitam. Korelasi IMT dengan lemak tubuh adalah 0.83. Korelasi yang lemah ditemukan pada anak lelaki antara IMT dan massa tubuh 0.85 sedangkan korelasi IMT dengan lemak tubuh 0.54.20

Dari studi ini didapatkan rerata usia awitan pubertas pada anak perempuan pedesaan 10.2 tahun dan anak perkotaan 8.4 tahun, sedangkan pada anak lelaki pedesaan 11.3 tahun dan perkotaan 9.9 tahun. Pada tahun 1997, American Academy of Pediatric-Pediatric research in office setting (PROS) dari 17.000 anak perempuan di Amerika Serikat rerata umur awitan pubertas adalah 10 tahun pada perempuan Amerika kulit putih dan 8.9 tahun pada perempuan Afrika-Amerika. Studi pada anak lelaki tahun 1970 di Inggris didapatkan awitan pubertas umur 11.6 tahun. Data yang hampir sama ditemukan di Amerika tahun 1985 dengan umur 11.5 tahun, tahun 1996 di Swedia 11.6 tahun, tahun 2001 di Belanda 11.5 tahun.6 Hakimi dkk, menemukan umur awitan pubertas anak lelaki terbanyak berada pada usia 11 sampai 12 tahun. Untuk daerah perkotaan terlihat usia awitan pubertas lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya.11 Suatu studi di kota padang, mendapatkan rerata usia anak lelaki di daerah urban lebih rendah daripada daerah sub-urban (112,26 ± 21,77 bulan dan 119 ± 19,65 bulan). Rerata usia anak perempuan di daerah urban juga lebih rendah dari sub-urban (113,56± 21,9 bulan dan 115,6 ± 18,78 bulan).4 Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan awitan pubertas pada anak lelaki,

penelitian sebelumnya ditemukan anak yang tinggal di kota lebih cepat mengalami pubertas dibanding anak yang tinggal di desa.10,12,13

Anak dengan status gizi baik akan lebih cepat mengalami pubertas dibandingkan anak dengan gizi kurang atau buruk.14,15,17 Satu hipotesis menyebutkan kegemukan dapat mencetuskan sistem neuroendokrin untuk memulai pubertas.6,21 Usia pubertas juga dipengaruhi oleh etnik, hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan indeks massa tubuh (IMT) diantara ras. Dimana, Awitan pubertas lebih cepat berhubungan dengan angka IMT yang lebih besar. Jika IMT terus meningkat, awitan pubertas yang dini akan meningkat pada kemudian hari.1 Beberapa penelitian pada remaja juga menunjukkan adanya hubungan IMT dengan waktu pubertas.16 Suatu studi pada tahun 2008, melaporkan bahwa peningkatan 1 unit usia antara 2 dan 8 tahun berhubungan dengan peningkatan usia percepatan pertumbuhan saat pubertas ± 0.6 tahun lebih cepat pada anak lelaki dan 0.7 tahun lebih cepat pada anak perempuan.20 Studi tahun 2009 pada 502 anak perempuan di Semarang, didapatkan korelasi negatif yang bermakna (P<0.001 dan r=-0.49) antara umur awitan pubertas dengan IMT. Hal ini berarti semakin tinggi IMT maka semakin awal terjadi pubertas.31 Pada studi ini didapatkan hubungan antara usia awitan pubertas anak lelaki terhadap tingkat IMT (P=0.03, r=-0.246). Sehingga semakin besar IMT maka awitan pubertas akan semakin

cepat. Sedangkan pada anak perempuan tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara awitan pubertas dan IMT (P=0.334, r=0.101).

Penelitian pada wanita Bavarian didapatkan pubertas lebih cepat dialami wanita dari status sosioekonomi cukup.6 Pada studi di Semarang didapatkan korelasi yang kuat antara status sosioekonomi dan awitan pubertas (r=-0.64 dan P<0.001).31 Suatu studi di Kosovo mendapatkan faktor sosialekonomi menyebabkan asupan makanan yang berbeda secara kualitas dan kuantitas. Anak yang mendapat asupan makanan yang kurang mengalami menarke 13.29 tahun sedangkan yang mendapat asupan makanan yang baik mengalami menarke 12.91 tahun.32 Studi di California mendapatkan anak perempuan dengan penghasilan keluarga yang tinggi (lebih dari $75.000) memiliki awitan pubertas yang lebih cepat dibandingkan pada anak perempuan penghasilan yang rendah (kurang dari $75.000).33 Pencapaian awitan pubertas yang lebih dini membawa konsekuensi remaja harus menghadapi beberapa permasalahan sehubungan dengan pubertas pada usia yang lebih awal. Permasalahan remaja tersebut di antaranya pubertas yang terlalu cepat atau terlalu lambat, masalah yang berkaitan dengan penampilan fisik, kehamilan dan penyakit seksual, pelecehan seksual, penyalahgunaan obat, gangguan makan, depresi, dan obesitas.34 Studi di Amerika Serikat tahun 2012, melaporkan anak perempuan yang mempunyai umur awitan pubertas yang lebih awal, memiliki risiko untuk

fobia yang spesifik dan Social anxiety disorder (SAD).35 Pada studi ini didapatkan hubungan usia awitan pubertas anak lelaki dengan tingkat sosial ekonomi menunjukkan hubungan yang sedang (r=-0.406 P=0.0001). Sedangkan pada anak perempuan tidak ditemukan hubungan yang signifikan ( r=-0.057 P=0.588). Pada penelitian ini juga tidak didapatkan hubungan yang bermakna status sosioekonomi dengan usia awitan pubertas.

Beberapa penelitian terakhir menghubungkan antara kadar leptin plasma dengan tingkat pubertas. Leptin suatu protein yang dibentuk oleh adiposity merupakan regulator berat badan yang penting.21,22 Kadarnya dalam serum berhubungan dengan IMT dan massa lemak. Leptin ditemukan meningkat pada wanita yang mengalami pubertas dini.20,23 Suatu studi yang meneliti tentang kadar leptin pada anak, mendapatkan bahwa ada pengaruh hormon leptin terhadap IMT pada saat tahap 2 dari perkembangan pubertas. Pada perempuan kadar leptin meningkat (r=0.47 dan P<0.0001), sedangkan pada lelaki terjadi penurunan kadar leptin (r=-0.34 dan P<0.0001). Hal ini mempengaruhi IMT remaja perempuan yang relatif lebih tinggi daripada lelaki terutama pada saat berusia 12 tahun. Pada studi ini juga, menyatakan bahwa ada hubungan antara penurunan kadar leptin dan peningkatan kadar testosteron pada lelaki (r=-0.43 dan P<0,0001).21 Hal ini diperkuat dengan penelitian tahun 1997, yang menyatakan adanya korelasi negatif kadar leptin dengan kadar testosteron dan maturitas seksual pada remaja lelaki.22 Studi pada anak di Malawi, didapatkan hubungan yang sangat lemah antara IMT

dengan usia tulang sebagai dasar menentukan usia pubertas (r=0.0225).23 Pada penelitian kami, kadar Leptin tidak dilakukan pemeriksaan oleh karena masalah biaya. Kelemahan penelitian ini adalah sampel yang diambil pada kedua kelompok belum mewakili keseluruhan populasi. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk mencari usia baku awitan pubertas pada anak di Indonesia.

Dokumen terkait