TESIS
PERBANDINGAN AWITAN PUBERTAS ANTARA ANAK DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN
HARIADI EDI SAPUTRA 097103010/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Perbandingan awitan pubertas antara anak diperkotaan dan pedesaan
Nama Mahasiswa : Hariadi Edi Saputra
Nomor Induk Mahasiswa : 097103010
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
Dr.H. Hakimi SpA(K)
Anggota
Dr.Hj.Melda Deliana SpA(K)
Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS
DAFTAR ISI
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perubahan hormonal dan awitan pubertas 9
2.2. Perubahan fisik pada masa pubertas 11
2.3. Hubungan faktor genetik dan waktu pubertas 14 2.4. Hubungan lingkungan dan waktu pubertas 14
2.5 Hubungan IMT dan waktu pubertas 16
3.6. Persetujuan / Informed Consent 24
3.7. Etika Penelitian 24
3.8. Cara Kerja 24
3.9. Alur Penelitian 26
3.10. Identifikasi Variabel 27
3.11. Definisi Operasional 27
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 28
BAB 4. HASIL 31
BAB 5. PEMBAHASAN 36
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 43
6.2. Saran 43
Ringkasan 44
Daftar Pustaka 48
Lampiran
1. Susunan Peneliti 51
2. Biaya Penelitian 52
3. Jadwal Penelitian 52
4. Persetujuan Setelah Penjelasan 53
5. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua 55
6. Lembar kuesioner 58
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahap perkembangan pubertas pada anak laki-laki 12 Tabel 2.2. Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan 13 Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian 32
Tabel 4.2. IMT dan skala Tanner anak lelaki 33
Tabel 4.3. IMT dan skala Tanner anak perempuan 33
Tabel 4.4 Hubungan umur awitan pubertas dengan status sosio
Ekonomi pada anak laki-laki 34
Tabel 4.5. Hubungan umur awitan pubertas dengan status gizi dan status sosioekonomi pada anak perempuan 35 Tabel 4.6. Perbedaan awitan pubertas pada remaja di desa dan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Perkembangan tanda seks skunder pada lelaki 5
Gambar 2.2. Mekanisme hormonal dan faktor yangmempengaruhi 6 pada masa pubertas
Gambar 2.3. Orkidometer Prader 7
Gambar 2.4. Perkembangan tanda seks sekunder pada perempuan 9 Gambar 2.5. Berbagai faktor yang mempengaruhi waktu pubertas 11 Gambar 2.6. Perubahan fisik laki-laki menurut Marshall dan Tanner 14 Gambar 2.7. Pengaruh lingkungan terhadap batas usia pubertas 17
Gambar 4.1. Profil penelitian 31
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
IMT : Indeks massa tubuh
G : Genitalia
P : Pubis
M : Mammae
d : Selisih rerata kedua kelompok yang bermakna
Sd : Simpang baku dari rerata selisih
zα : Deviat baku normal untuk α
zβ : Deviat baku normal untuk β
n : Jumlah subjek / sampel
> : Lebih besar dari
< : Lebih kecil dari
α : Kesalahan tipe I
β : Kesalahan tipe II
P : Besarnya peluang untuk hasil yang diobservasi
bila hipotesis nol benar
ABSTRACT
Background. It has been reported in some country, inclining of children
pubertal age in this recent decade. This condition probably caused by some
factors and one of those is living environment. Objective. To assess
differences of pubertal onset between children who lived in rural and urban.
We also evaluated Body mass index (BMI) and socioeconomic status that
lived in urban area. There were correlation between nutritional status and
socioeconomic status with pubertal onset in boys.
KEYWORDS Pubertal onset, children, urban, rural
ABSTRAK
Latar belakang.Telah dilaporkan di beberapa negara peningkatan awitan
pubertas pada dekade terakhir. Hal ini kemungkinan akibat dari beberapa
faktor dan salah satunya adalah faktor lingkungan. Tujuan. Studi ini
bertujuan mengevaluasi awitan pubertas remaja antara kota dan desa, Studi
ini juga mengevaluasi faktor Indeks Massa tubuh (IMT) dan status
sosioekonomi yang mempengaruhi awitan pubertas. Metode. Dilakukan studi
cross-sectional juli 2010 pada murid sekolah dasar (SD) di Mandailing natal dan Medan. Data dikumpulkan dengan cara purposive sampling pada anak
umur 8-13 tahun. Maturitas seksual diukur dengan skala Tanner and faktor
yang mempengaruhi diambil menggunakan kueisioner. Perbandingan antara
awitan pubertas di kota dan desa menggunakan independent t-test.
Hubungan antara status nutrisi, status sosioekonomi dan awitan pubertas
diukur dengan Spearmen correlation. Hasil. Subjek 84 anak (38 laki-laki dan
46 perempuan) di desa dan 87 anak (40 Laki-laki dan 47 perempuan) yang
masuk dalam criteria inklusi. Ditemukan perbedaan yang signifikan antara
kota adalah 10.2 dan 8.4 tahun (P=0.0001), 11.3 dan 9.9 tahun pada anak laki-laki desa dan kota (P=0.0001). Ditemukan hubungan yang signifikan antara IMT dan awitan pubertas laki-laki di kota dan desa dengan nilai (r=-0.246,P=0.03),
sedangkan pada perempuan tidak ada hubungan(r=0.101, P=0.334). Ditemukan juga hubungan antara status sosioekonomi dan awitan pubertas
pada laki-laki (r=-0.406 P=0.0001) dan tidak ada hubungan pada perempuan (r=-0.057,P= 0.588). Kesimpulan. usia awitan pubertas pada laki-laki dan
perempuan lebih cepat di kota. Ditemukan hubungan antara status IMT,
sosioekonomi dan awitan pubertas pada anak laki-laki.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di beberapa negara telah terjadi percepatan usia pubertas pada anak lelaki
dan perempuan pada beberapa dekade terakhir.1,2 Keadaan ini terjadi
kemungkinan akibat dari meningkatnya kondisi sosioekonomi, nutrisi, musim,
stimulasi psikologi, daerah kota dengan desa dan status kesehatan.2-4
Perubahan sikap dan prilaku ke arah yang lebih maju dan sehat dalam gaya
hidup serta pola makan berdampak pada kesehatan dan gizi kelompok
tertentu. Dampak obesitas terhadap tumbuh kembang anak, antara lain
awitan pubertas yang lebih awal.4
Usia pubertas juga ditemukan berbeda pada wanita yang tinggal di per
kotaan dibandingkan dengan pedesaan. Pubertas lebih cepat dialami wanita
dan lelaki yang tinggal diperkotaan.3 Insidens dari gangguan pubertas
berbeda diantara kedua jenis kelamin, dimana didapati kejadian pubertas
prekok sepuluh kali lebih besar didapati pada wanita dibandingkan pria.5
Usia pubertas juga dipengaruhi oleh etnik, hal ini mungkin disebabkan
oleh perbedaan index massa tubuh (IMT) diantara ras. Awitan pubertas lebih
cepat berhubungan dengan angka IMT yang lebih besar. Jika IMT terus
meningkat, awitan pubertas yang dini akan meningkat pada kemudian hari.1
payudara sesuai skala tanner tahap B2. Usia pubertas normal dimulai pada
usia 8 sampai 13 tahun pada anak perempuan. Percepatan usia pubertas
akan menyebabkan percepatan perubahan hormonal secara kualitatif dan
kuantitatif, mengakibatkan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang
cepat.5
1.2. Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan antara usia awitan pubertas pada anak perempuan
dan lelaki diperkotaan dan pedesaan, serta apakah ada hubungan perbedaan
tersebut dengan IMT dan status sosioekonomi
1.3. Hipotesis
Terdapat perbedaan hasil awitan pubertas antara anak perempuan dan lelaki
diperkotaan dan pedesaan.
.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui usia awitan pubertas pada anak perempuan dan lelaki
1.4.2. Tujuan Khusus
-Mengetahui apakah ada perbedaan usia awitan pubertas pada anak
perempuan dan lelaki yang tinggal di perkotaan dan di pedesaan.
-Mengetahui apakah IMT dan status sosioekonomi akan mempengaruhi
usia awitan pubertas pada anak perempuan dan lelaki di perkotaan
dengan di pedesaan
1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik/ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di
bidang endokrinologi tentang rata-rata usia awitan pubertas antara
di perkotaan dan pedesaan.
2. Di bidang pelayanan masyarakat : sebagai pendekatan dalam
merencanakan saat yang tepat untuk memulai penyuluhan
kesehatan reproduksi
3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan masukan
terhadap bidang Endokrinologi anak, khususnya dalam hal faktor
IMT dan status sosioekonomi yang mempengaruhi usia awitan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang
anak. Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian
diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual sekunder, perubahan komposisi
tubuh serta perubahan maturasi tulang yang cepat, diakhiri dengan epifisis
yang tertutup serta terbentuk perawakan akhir dewasa.1
Awitan pubertas
dipengaruhi oleh beberapa sinyal termasuk neurotransmiter dan
neuropeptida yang berasal dari hipotalamus yang diteruskan ke perifer dan
gonad. Variasi usia pubertas melibatkan 74% faktor genetik dan 26% faktor
lingkungan.Faktor lingkungan meliputi letak geografis, status sosial ekonomi,
infeksi, iklim, stresor, dan gangguan pada sistem endokrin yang
mempengaruhi jaringan sinyal hipotalamus.6
Munculnya tanda-tanda seks sekunder ini akan segera diikuti dengan
perubahan komposisi tubuh serta maturasi tulang yang cepat, kemudian
diakhiri dengan penyatuan epifisis dan perawakan akhir dewasa.7-10 Tanda
awal perkembangan pubertas pada anak lelaki adalah pembesaran ukuran
testis dan penipisan kulit skrotum, kemudian diikuti oleh pigmentasi skrotum,
pembesaran penis dan kemudian terlihat pertumbuhan rambut pubis, seperti
dapat juga digunakan untuk menentukan usia awitan pubertas. Pertumbuhan
ini terjadi akibat perkembangan tubulus seminiferus di bawah pengaruh
stimulasi FSH. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2.10
Gambar.2.2. Mekanisme hormonal dan faktor yang mengatur pada masa
pubertas.10
Pertambahan volume testis terjadi pada usia rerata 11.5 tahun, namun
pertambahan volume yang terjadi pada usia rerata 10 sampai 13.5 tahun
masih dianggap normal. Pengukuran volume testis dilakukan dengan
menggunakan Orkidometer Prader, seperti yang ditunjukan oleh gambar 2.3.
Angka ini menyatakan volume testis dalam mL. Pada bayi volumenya 1 mL,
Stimulasi gonadal akan mengakibatkan perubahan ukuran testis dari 3
menjadi 4 ml dan pertambahan panjang penis 2.5 cm.11
Gambar 2.3. Orkidometer Prader.10
Rambut ketiak biasanya baru tumbuh jika rambut pubis sudah
mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh kemudian. Pada
anak lelaki terjadi perubahan suara mengikuti pacu tumbuh laring. Hal ini
terjadi bila proses pubertas sudah berlangsung beberapa waktu. Rata-rata
genitalia mencapai tahap dewasa selama 3 tahun setelah mulai berkembang,
tapi beberapa anak lelaki dapat menyelesaikan tahapan ini dalam waktu 1.8
tahun, sementara anak lainnya memerlukan waktu sampai 4.7 tahun.10
Rekaman sejarah memperlihatkan terjadi perubahan usia awitan pubertas
pada anak lelaki dalam beberapa dekade belakangan ini. Hal ini mungkin
dalam jangka waktu tertentu tersebut. Perubahan ini mungkin juga
mempengaruhi ukuran testis anak lelaki saat awitan pubertas.14
Perkembangan pubertas anak perempuan biasanya dimulai dengan
budding (tumbuhnya payudara), namun sekitar 15% dari perempuan normal mengalami perkembangan rambut pubis yang mendahului perkembangan
payudara.8,10 Rambut pubis mulai tumbuh sekitar usia 11 tahun. Bersamaan
dengan tumbuhnya rambut pubis, tumbuh pula rambut ketiak. Tanner
menyusun perkembangan payudara dan rambut pubis seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.4. Jika terdapat ketidaksesuaian antara tahap
perkembangan payudara dan rambut pubis maka sangatlah penting untuk
mengklasifikasikan kedua tahap perkembangan tersebut secara terpisah.7
Perkembangan payudara terutama dikendalikan oleh sekresi estrogen dari
ovarium sedangkan perkembangan rambut pubis dipengaruhi oleh sekresi
androgen dari adrenal. Tahap perkembangan payudara perempuan tidak
bersifat absolut. Beberapa perempuan dewasa tidak pernah mencapai tahap
4 dan beberapa perempuan mengalami perkembangan langsung dari tahap 3
ke 5. Perkembangan payudara unilateral masih normal pada awal pubertas
dan mungkin menetap selama 6 bulan sebelum timbulnya tunas payudara
yang lain.8 Haid merupakan tahap akhir pubertas pada perempuan dengan
terjadinya haid secara periodik, maka akan berakhir pertumbuhan fisik pada
Gambar 2.4. Perkembangan tanda seks sekunder pada perempuan.7
Sekitar 2,5% dari populasi akan memulai pubertas di luar kisaran usia
pubertas normal, sehingga perlu dievaluasi apakah hal tersebut
menunjukkan pubertas dini atau pubertas terlambat.9 Pubertas dini pada
lelaki adalah ditemukan tanda pubertas sebelum usia 9 tahun. Sedangkan
pubertas terlambat adalah belum ditemukan tanda pubertas sampai usia 14
tahun. 10,12
Perubahan fisik selama pubertas terjadi akibat perubahan hormonal
selama pubertas. Pubertas merupakan proses biologis kompleks yang terjadi
pada masa peralihan masa anak dan dewasa yang berlangsung dalam
lingkungan, penyakit kronis, paparan cahaya, psikologi, tren sekuler dan
sosial ekonomi. Perubahan sikap dan prilaku ke arah yang lebih maju dan
sehat dalam gaya hidup serta pola makan berdampak pada kesehatan dan
gizi kelompok tertentu.1 Dampak obesitas terhadap tumbuh kembang anak,
antara lain awitan pubertas yang lebih awal.3
2.1. Perubahan Hormonal dan Awitan Pubertas
Awal pubertas memerlukan peningkatan pelepasan Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) secara pulsatil dari hipotalamus. Gonadostat hipotalamus secara progresif menjadi kurang peka oleh efek supresi steroid
seks terhadap sekresi gonadotropin. Akibatnya kadar Folicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) meningkat yang berlanjut
akan menstimulasi gonad sehingga tercapai keadaan homeostatik baru dari
Hipothalamus-Pituitary-Gonadal (HPG) Axis.13,14
Penurunan kepekaan hipotalamus dianggap penting dalam awitan
pubertas. Pada lelaki produksi LH meningkat sebelum peningkatan tajam
testosteron. Pada pertengahan masa pubertas, sekresi LH secara pulsatil
semakin nyata bahkan pada saat tidur. Sekresi gonadotropin secara pulsatil
ini merupakan stimulasi awal terhadap maturasi gonad. 2,8,14 Berbagai faktor
mempengaruhi waktu pubertas akibat gangguan keseimbangan dari HPG
Axis seperti pada Gambar 2.5.15
Gambar 2.4. Berbagai faktor yang mempengaruhi waktu pubertas.15
2.2. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas
Perubahan fisik pada lelaki dimulai dengan volume testis bertambah
dan pacu tumbuh, lalu diikuti penis yang bertambah panjang dan rambut
pubis, rambut ketiak, kumis, janggut, dan perubahan suara. Marshall dan
Tanner menggambarkan tahap perkembangan pubertas pada anak lelaki
Selama masa pubertas tinggi badan anak lelaki akan bertambah
rata-rata sekitar 28 cm. Namun pacu tumbuh pada anak lelaki kira-kira dua
tahun lebih lambat dibanding anak perempuan.2 Secara garis besar
perubahan fisik di masa pubertas pada anak lelaki digambarkan oleh
Marshal dan Tanner gambar 2.6.7
Tabel 2.1. Tahap perkembangan pubertas pada anak laki-laki. 2
Tahap Genitalia Rambut Pubis
Tahap1 Prapubertas, panjang penis < 2,5 cm Prapubertas, tak ada rambut pubis Volume testis <4 mL
Tahap2 Panjang penis >2,5 cm, dan Jarang, sedikit pigmentasi & agak Skrotum menipis dan agak kemerahan ikal, terutama pada pangkal penis Pembesaran testis ( volume > 4 mL)
Tahap3 Pertumbuhan penis dalam & panjang Tebal, ikal, hingga ke mons pubis serta pertumbuhan lanjut dari testis
Tahap4 Penis membesar, testis membesar Bentuk dewasa, tetapi belummelu dengan warna kulit skrotum makin gelap as ke bagian tengah pubisgelap
Selain maturasi dari tanda seks sekunder, masa pubertas juga
ditandai dengan perubahan yang dramatis dari komposisi tubuh. Massa otot
mulai meningkat selama awal pubertas, baik pada anak lelaki maupun
perempuan, namun hal ini juga dipengaruhi faktor lingkungan dan aktivitas
fisik. Pada anak lelaki, peningkatan IMT relatif rendah dibandingkan anak
perempuan.12 Pada pemeriksaan fisik skala Tanner anak dengan obesitas
sering mengalami percepatan perkembangan payudara. Beberapa teori
menyatakan peranan enzim aromatase dalam mengubah kadar steroid yang
beredar menjadi estrogen di jaringan lemak, sehingga memberikan efek
lokal akibat estrogen yang diproduksi di payudara, hal ini mengakibatkan
percepatan perkembangan payudara. Akibat dari paparan estrogen yang
Tabel 2.2. Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan.-
2
Tahap Payudara Rambut Pubis
Tahap1 Prapubertas Prapubertas, tak ada rambut pubis
Tahap2 Breast feeding, menonjol seperti bukit kecil > Jarang,,berpigmen sedikit, lurus, atas Areola melebar.
Tahap3 Payudara dan areola membesar, tidak ada Lebih hitam, mulai ikal, jumlah
bertambah
Kontur pemisah
Tahap4 Areola dan papilla membentuk bukit kedua dengan warna kulit areola makin gelap
Kasar, keriting, belum sebanyak dewasa
Tahap5 Sebagai bagian dari kontur buah dada Bentuk segitiga seperti pada perempuan Dewasa tersebar sampai medial paha Bentuk dewasa, papilla menonjol dan areola
lama sehingga menyebabkan gangguan perkembangan payudara yang lebih
awal dan kecenderungan untuk kanker payudara di kemudian hari.1
Gambar 2.6. Perubahan fisik lelaki menurut Marshall dan Tanner.7
2.3 Hubungan faktor genetik dan waktu pubertas
Pengaruh faktor genetik terhadap waktu pubertas diakibatkan oleh
oleh keturunan dan etnik yang tergantung dari kontrol genetik yang
mengekspresikan signal atau reseptor signal pada hipotalamus.6 Faktor
genetik memiliki hubungan yang sangat kuat antara IMT dan waktu
pubertas.3,16 Hal ini diakibatkan perbedaan faktor genetik yang akan
mempengaruhi faktor hormon, sebagai contoh faktor hormonal akan
merangsang peningkatan IMT pada remaja dan awal pubertas. Studi dengan
ras dan karakteristik etnis yang berbeda seperti ras Negro Amerika, Afrika,
Jepang, Oriental, Israel dan Eskimo, memiliki pengaruh terhadap waktu
pubertas, tetapi faktor lingkungan lebih memiliki peranan dibandingkan
dengan faktor ras. Beberapa laporan juga menyebutkan hubungan yang
signifikan antara umur menarche ibu dan anak.3
Beberapa studi mendapatkan faktor genetik mengendalikan variasi
onset pubertas. Menarche dini dihubungkan dengan A2 polymorphism dari
gen CYP17 yang mengatur biosintesis androgen. Pada anak perempuan di
amerika alleles CYP17 tidak berhubungan dengan perkembangan payudara
yang dini. CYP17 berhubungan kuat dengan A4 alleles CYP3 merupakan
enzim yang mempengaruhi katabolisme testosteron.16 Studi kohort di Kanada
tidak menemukan hubungan antara umur menarche dan variasi polymorphik
gen CYP3A4, CYP17, CYP1B1 dan CYP1A2.6 Hal ini menunjukkan
pengaruh dari gen dalam mengendalikan biosintesis, kerja dan metabolime
steroid seks dalam penentuan genetik dari waktu pubertas dengan
2.4. Hubungan lingkungan dan waktu pubertas
Di samping faktor genetik, faktor lingkungan seperti nutrisi dan stres juga
berperan dalam awitan pubertas. Pada keadaan malnutrisi dapat dijumpai
pubertas yang terlambat.9 Studi di Amerika Serikat mendapatkan awitan
pubertas yang lebih dini dibandingkan data normal yang dibuat 2 dekade
sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan prevalensi overweight
dan obesitas pada remaja.17
Berbagai stres seperti penyakit akut ataupun kronis dapat menekan
HPG Axis. Latihan fisik dan kompetisi olahraga yang intensif seperti senam dapat mengakibatkan stres fisik dan psikologis yang berhubungan dengan
keterlambatan pubertas.9,15,17 Pada anak yang bermigrasi atau diadopsi ke
luar negeri dapat terjadi kejar tumbuh (catch-up growth) dan terpicu pubertas
dini. Hal Ini diduga akibat anak keluar dari lingkungan yang penuh stres.
Keadaan ini dihubungkan pula dengan peningkatan aktivitas metabolik pada
masa kejar tumbuh. Namun pada keadaan lain lingkungan yang penuh stres
dan hubungan orangtua yang tidak nyaman dapat pula menyebabkan
timbulnya pubertas dini (Gambar 2.7).6 Respon neuroendokrin terhadap
berbagai faktor lingkungan menunjukkan pola yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor lingkungan tertentu menggunakan beberapa jalur
pajanan terhadap cahaya, musim, dan bahan kimia yang mengganggu sistem
endokrin juga dikatakan dapat mempengaruhi awitan pubertas.6,7
Studi di Kazakhstan, yang meneliti pubertas anak di kota dan desa,
mendapatkan hubungan antara status pubertas dan faktor lingkungan dimana
pada anak di kota memiliki pubertas yang lebih cepat.18 suatu studi tahun
2001 yang dilakukan di Sumatera utara mendapatkan perbedaan yang
bermakna rerata usia awitan pubertas antara murid wanita perkotaan dengan
pedesaan dimana murid wanita perkotaan lebih cepat mengalami pubertas
dibanding pedesaan.19
2.5. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Waktu Pubertas
Beberapa studi epidemiologi dalam 30 tahun terakhir ini mendapatkan
hubungan antara pubertas dini pada perempuan dan peningkatan IMT.
Kebanyakan dari studi ini menggunakan menarche sebagai marker primer
pubertas, tetapi analisa dari studi National Health Examination Survey III
(NHANES) menunjukkan peningkatan IMT juga berhubungan dengan
marker pubertas lainnya seperti payudara dan rambut pubis.20 Beberapa
penelitian pada remaja menunjukkan adanya hubungan IMT dengan waktu
pubertas. Studi pada tahun 1997 mendapatkan ada pengaruh hormon leptin
terhadap IMT pada saat tahap 2 dari perkembangan pubertas. Pada
perempuan kadar leptin meningkat (r=0.47 dan P<0.0001), sedangkan pada lelaki terjadi penurunan kadar leptin (r=-0.34 dan P<0.0001). Hal ini
mempengaruhi IMT remaja perempuan yang relatif lebih tinggi daripada
lelaki terutama pada saat berusia 12 tahun. Studi ini, juga menyatakan
bahwa ada hubungan antara penurunan kadar leptin dan peningkatan kadar
testosteron pada lelaki (r=-0.43 dan P<0,0001).21
Hal ini diperkuat dengan penelitian lainnya, yang menyatakan adanya
korelasi negatif kadar leptin dengan kadar testosteron dan maturitas seksual
sangat lemah antara IMT dengan usia tulang sebagai dasar menentukan
usia pubertas (r=0.0225).23 Sedangkan Bundak dkk, menyatakan adanya
korelasi negatif yang kurang bermakna antara IMT dengan usia pubertas
(r=-0.3 dan P=0.05).24 Kaplowitz menyatakan masih banyak yang belum diketahui bagaimana hubungan antara komposisi tubuh dengan waktu
pubertas. Namun ada peningkatan prevalensi obesitas dan pubertas dini
pada remaja lelaki dan perempuan selama lima dekade terakhir di Amerika
Serikat. Hal ini diduga adanya peran hormon leptin terhadap HPG Axis.20
Usia menarche sangat tergantung dari status nutrisi. Dimana
didapatkan usia menarche yang lebih cepat pada anak dengan status nutrisi
yang baik dibandingkan dengan anak dengan status nutrisi yang buruk.25
Studi di Kenya didapatkan anak lelaki yang malnutrisi memiliki keterlambatan
pubertas.26
2.6. Hubungan penyakit kronis dengan waktu pubertas
Beberapa laporan mendapatkan efek patologi yang mempengaruhi
menarche. Studi di Brazil melaporkan 422 anak perempuan diabetes dan 455
anak perempuan normal, didapatkan anak diabetes mengalami waktu
pubertas yang lebih cepat.2 Post, dkk melaporkan hal yang hampir sama,
dimana rerata umur menarche 12.77 (± 1.49) tahun pada anak diabetes dan
13.55 (±1.51) tahun pada anak non-diabetik.5
2.7. Hubungan tingkat sosioekonomi dengan waktu pubertas
Suatu studi pada anak bavarian, didapatkan perbedaan yang bermakna
antara terjadinya menarche dengan tingkat sosioekonomi, dimana ditemukan
rerata usia menarche pada anak dengan sosioekonomi tinggi 12.9 tahun,
14.4 tahun pada sosioekonomi menengah dan 16.6 tahun pada
sosioekonomi rendah.3 Pada studi di Padang dilaporkan anak dengan tingkat
sosial ekonomi cukup lebih cepat usia awitan pubertas dibandingkan dengan
tingkat sosial ekonomi kurang.4
2.8. Kerangka Konseptual
Awitan Pubertas IMT
Tingkat sosio-ekonomi
Polusi Aktivitas fisik
Tempat tinggal Desa / Kota Penyakit kronik
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk membandingkan usia awitan pubertas antara remaja diperkotaan dan di pedesaan.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Dasar (SD) . Waktu penelitian
dilaksanakan selama satu bulan mulai bulan Mei 2010 sampai Juni 2010.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah remaja perempuan dan laki-laki yang berusia 8
sampai 13 tahun yang memiliki tingkat maturitas seksual 2 atau lebih dari
skala tanner.
. Populasi terjangkau adalah populasi target yang sedang menjalani
pendidikan SD di Sekolah. Sampel adalah populasi terjangkau yang
3.4. Besar sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus untuk menentukan besar sampel
dengan menggunakan uji hipotesis terhadap rerata dua populasi
berpasangan sebagai berikut:27
Sd = Simpang baku dari rerata selisih (10,7 pada laki-laki dan
11,7 pada perempuan)4
zα = kesalahan tipe I = 0,05 (1,96) → Tingkat kepercayaan 95%
= nilai baku normal = 1,96
Zβ = kesalahan tipe II = 0,2 (0,842) → Power (kekuatan penelitian) 80%
d = selisih rerata kedua kelompok yang bermakna
Dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh jumlah minimum
sampel untuk masing-masing kelompok anak lelaki sebanyak 36 orang dan
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi :
- Remaja perempuan dan laki-laki berusia 8 sampai 13 tahun
- Memiliki tingkat maturitas seksual 2 atau lebih dari skala tanner yaitu
M2 pada perempuan dan G2 pada lelaki
- Mendapat informed consent dari orangtua
Kriteria Eksklusi :
- Memakai steroid jangka panjang
- Pubertas prekoks dan pubertas terlambat
- Mendapat kemoterapi atau radioterapi
- Mendapat obat-obatan hormonal (growth hormone)
- Menderita penyakit kronis (tirotoksikosis, gagal jantung, anemia kronis,
Sistemik Lupus Eritematosus, diabetes)
- Kelainan dismorfik atau proporsi tubuh abnormal
- Kelainan kongenital (kriptokismus, phymosis)
- Orchitis
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Subjek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua untuk
dilakukan pemeriksaan dengan mengukur skala tanner pada perempuan .
Formulir persetujuan setelah penjelasan dan naskah penjelasan terlampir.
3.7. Etika Penelitian
Izin dari Komite Etika Penelitian Fakultas Kedokteran USU.
3.8. Cara Kerja
3.8.1. Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan sekolah SD dan subjek penelitian ditetapkan secara purposive
sampling.
1.8.2. Pengukuran
- Melakukan survei dan pendataan awal di sekolah SD negeri
No. 142584 Gunung Baringin, Kecamatan Panyabungan
Timur, Kabupaten Mandailing Natal dan SD Negeri 060907
Medan Maimun, Provinsi Sumatera Utara
- Melakukan pengambilan sampel dengan menilai kriteria
- Pengukuran tingkat kematangan maturitas dilakukan oleh tim
peneliti yang telah menjalani pelatihan pengukuran skala
Tanner.
- Melakukan penilaian tingkat maturitas seksual pada anak
perempuan dan anak lelaki dengan mengukur skala Tanner.
- Melakukan penilaian tingkat maturitas seksual dengan
mengukur panjang penis dan volume testis. Panjang penis
diukur dengan bantuan alat spatula kayu yang merupakan
rerata dari pengukuran tiga kali dari jarak simfisis pubis ke
ujung glans penis dalam satuan cm, pengukuran panjang
penis tidak pada keadaan ereksi. Volume testis diukur
dengan bantuan alat Prader Orchidometer dalam satuan mL.
- Mengukur Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan microtoir
2 meter yang terbuat dari metal dengan tingkat presisi 0,5
cm. Subjek diukur pada posisi tegak dengan kepala lurus
menghadap ke depan, bokong dan tumit menempel ke
dinding, serta tanpa menggunakan alas kaki
- Mengukur Berat Badan (BB) dengan menggunakan
timbangan merk Camry dengan tingkat presisi 0.5 kg. Subjek ditimbang tanpa menggunakan alas kaki dan hanya memakai
- Melakukan penilaian IMT yaitu BB (dalam kg) dibagi TB2
(dalam m2), kemudian memetakannya pada grafik Center for
Disease Control (CDC) tahun 2000 untuk IMT pada anak perempuan dan lelaki usia 2 sampai 20 tahun.
3.9. Alur Penelitian
Populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi
Anak lelaki dan perempuan umur 8-13 tahun di perkotaan
Anak lelaki dan perempuan umur 8-13 tahun di pedesaan
Penentuan status pubertas dengan skala Tanner.
Menentukan status
sosioekonomi dan mengukur IMT
Penentuan status pubertas dengan skala Tanner.
Menentukan status
sosioekonomi dan mengukur IMT
3.10. Identifikasi Variabel
Variabel Bebas Skala
Tempat Tinggal (Kota dan Desa) Nominal
Status sosioekonomi Numerik
Indeks massa tubuh Numerik
Variabel Tergantung Skala
Usia awitan Pubertas Numerik
3.11. Definisi Operasional
- Remaja perempuan adalah anak perempuan berusia 8 sampai 13
tahun yang sedang menjalani pendidikan SD di SD negeri No.
142584 Gunung Baringin, Kecamatan Panyabungan Timur,
Kabupaten Mandailing Natal dan SD Negeri 060907 Medan
Maimun, Provinsi Sumatera Utara
- Remaja laki-laki adalah anak laki-laki berusia 8 sampai 13 tahun
yang sedang menjalani pendidikan di SD negeri No. 142584
Mandailing Natal dan SD Negeri 060907 Medan Maimun, Provinsi
Sumatera Utara .
- Tingkat maturitas seksual pada anak laki-laki adalah penilaian
maturitas seksual dengan mengukur panjang penis dan volume
testis dan pada anak perempuan dengan menilai pertumbuhan
areola bud, pubis dan menarche.
- Pubertas adalah masa transisi antara masa anak-anak dengan
dewasa. 2
- Awitan pubertas adalah bila ditemukan pada anak laki-laki
meningkatnya volume testis menjadi lebih dari 3 mL sesuai
dengan skala Tanner tahap G2, sedangkan awitan pubertas pada
anak perempuan bila ditemukan pertumbuhan payudara dengan
skala Tanner tahap M2.10
- Tahap prepubertas adalah bila pada anak laki-laki ditemukan
maturitas seksual pada skala Tanner tahap G1 atau volume testis
kurang dari 3 mL, sedangkan pada anak perempuan ditemukan
maturitas seksual pada skala Tanner tahap M1.10
- Abnormalitas pubertas adalah usia pubertas di luar batas normal
berdasarkan usia.
- Pubertas prekoks adalah jika tanda-tanda seks sekunder timbul
- Pubertas terlambat adalah jika tanda-tanda seks sekunder timbul
setelah usia lebih dari 13 tahun pada perempuan dan lebih dari 14
tahun pada laki-laki.10
- Untuk membedakan daerah perkotaan dan pedesaan dipakai
indikator komposit (indikator gabungan) yang ditetapkan Badan
Pusat Statistik Nasional tahun 2000. Skor atau nilai-nilainya
didasarkan pada skor atau nilai kepadatan penduduk, persentase
rumah tangga yang mempunyai telepon dan listrik dan fasilitas
utama (fasilitas perkotaan). Suatu daerah disebut perkotaan
apabila skor lebih besar dari atau sama dengan 10 (≥ 10) dan disebut pedesaan apabila skor lebih kecil dari 10 (<10).28
- Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pendapatan per kapita di bawah garis kemiskinan (tahun
2008-2009 Rp.262.262 per kapita per bulan).29
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Data akan diolah dengan menggunakan program komputer. Interval
kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas kemaknaan p<0.05.
Untuk melihat perbedaan awitan pubertas antara kota dan desa digunakan uji
dan IMT / status sosioekonomi pada remaja di desa dan di kota digunakan
Spearmen correlation test.
BAB 4. HASIL
Dilakukan studi observasional dengan desain cross sectional terhadap 160 anak (72 lelaki dan 88 perempuan) di SD negeri No. 142584 Gunung
Baringin, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal
(Pedesaan) kemudian diperiksa didapati 85 anak yang sudah mengalami
pubertas, 1 orang anak lelaki dikeluarkan karena menderita orchitis
sedangkan di SD Negeri 060907 Medan Maimun, (Perkotaan) dari 148 anak
lelaki dikeluarkan karena menderita kriptokismus. Gambar 4.1 menunjukan
profil penelitian.
Gambar.4.1 Profil penelitian
Jumlah subjek yang masuk dalam kriteria inklusi penelitian di desa
sebanyak 84 anak yang terdiri dari 38 lelaki (52.7%) dan 46 anak perempuan
(52.2%). Sedangkan di kota sebanyak 87 anak yang terdiri dari 40 anak lelaki
(58.8%) dan 47 perempuan (58.7%). Tabel 4.1 menunjukkan Karakteristik
dasar subjek penelitian antara anak di kota dan desa.
160 anak di pedesaan (72 lelaki dan 88 perempuan)
148 anak perkotaan (68 lelaki dan 80 perempuan)
38 lelaki
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian Umur (tahun), rerata (SB)
Berat badan (kg),rerata (SB) Tinggi badan (cm), rerata (SB) Pendidikan ayah, n(%)
Penghasilan per kapita (Rp) rerata (SB)
Perbedaan IMT dan skala Tanner anak lelaki dapat dilihat pada Tabel
4.2. Di sini ditemukan perbedaan yang signifikan dari IMT antara anak di kota
dan di desa (P=0.017, P<0.05). Sedangkan pada skala Tanner antara anak
lelaki di kota dengan di desa juga dijumpai perbedaan yang signifikan
Tabel 4.2 IMT dan skala Tanner lelaki di kota dan di desa
Pada Tabel 4.3 memperlihatkan perbedaan IMT dan skala Tanner
anak perempuan di desa dengan di kota. Disini terlihat bahwa IMT antara
anak perempuan di kota dan desa tidak berbeda secara signifikan (P= 0.482,
P<0.05). Sedangkan skala tanner antara anak perempuan di desa dengan di
kota juga tidak ditemukan perbedaan yang signifikan (P=0.112, P<0.05).
Namun, terdapat perbedaan yang bermakna pada stadium Tanner pada anak
perempuan di kota dan di desa (p=0.036, p<0.05).
Hubungan antara awitan pubertas dengan IMT dan sosioekonomi
digunakan uji korelasi Spearman karena data yang tidak stabil Pada tabel 4.4
menunjukkan didapati hubungan antara usia awitan pubertas anak lelaki
terhadap tingkat IMT. Hubungan usia awitan pubertas dengan IMT
menunjukan hubungan yang lemah dan berpola negatif artinya semakin tinggi
IMT maka usia awitan pubertas semakin cepat (r=-0.246, P=0.03)
Sedangkan hubungan usia awitan pubertas dengan tingkat sosial
ekonomi menunjukkan hubungan sedang dan berpola positif artinya semakin
tinggi penghasilan maka usia awitan pubertas semakin cepat r=-0.406,
P=0.0001).
Tabel 4.4. Hubungan umur awitan pubertas dengan status gizi dan
status sosioekonomi pada anak lelaki.
Variabel Koefisien korelasi (r) P Indeks massa tubuh
Status ekonomi
-0.246 0.03 -0.406 0.0001
Pada tabel 4.5 Menunjukan tidak didapati hubungan antara usia
awitan pubertas anak perempuan dengan IMT (r =0.101 P=0.334).
Sedangkan usia awitan pubertas dengan status sosioekonomi tidak
ditemukan hubungan yang signifikan ( r = -0.057 P= 0.588).
status sosioekonomi pada anak perempuan.
Variabel Koefisien korelasi (r) P
Indeks massa tubuh Status ekonomi
0.101 -0.057
0.334 0.588
Pada Tabel 4.6. penilaian perbandingan usia lelaki dan perempuan
kota dan desa memakai uji T Indenpendent/ student T test, didapati
masing-masing P= 0.0001. Dijumpai perbedaan yang signifikan usia pubertas lelaki
kota dan desa, demikian juga ditemukan pada kelompok perempuan.
Tabel 4.6. Perbedaan awitan pubertas pada remaja desa dan kota
Variabel Lelaki P Perempuan P
Kota Desa Kota Desa Awitan
pubertas, tahun, rerata (SB)
9.9 (0.6) 11.3 (1.4) 0.0001 8.4 (3.2)
10.2 (1.2)
BAB. 5 PEMBAHASAN
Variasi fisiologis awitan pubertas dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
ras, genetik, gizi, penyakit kronis, faktor lingkungan, sosial ekonomi, paparan
cahaya, faktor psikologi, dan tren sekuler.2-4 Awitan pubertas pada anak
lelaki dimulai dengan meningkatnya volume testis menjadi lebih dari 3 ml
sesuai dengan skala Tanner tahap G2, pada anak perempuan
perkembangan payudara sesuai skala Tanner tahap B2. Usia pubertas
normal dimulai pada usia 8 sampai 13 tahun pada anak perempuan, 9
sampai 14 tahun pada anak lelaki.10 Pada studi ini awitan pubertas anak
lelaki lebih dominan diawali perkembangan genitalia yaitu testis, dengan
skala Tanner lelaki perkotaan G2P1(26.6%), G2P2 (21.5%), G3P2 (2.5%),
sedangkan pada lelaki pedesaan G2P1(43%), G2P2 (3.8%), G3P2 (2.5%).
Pada anak perempuan awitan pubertas didahului oleh tumbuhnya payudara,
dengan skala Tanner pada perempuan perkotaan M2P1(38.7%), M2P2
(5.3%), M3P1(4.3%), M3P2 (2.1%) dan pada perempuan pedesaan
M2P1(25.6%), M2P2(10.7%), M3P1(0%), M3P2(3.2%). Pada studi ini tidak
dijumpai anak yang telah haid.
Daerah Gunung Baringin, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten
Mandailing Natal, tergolong pedesaan karena memiliki skor kurang dari 10,
sedangkan daerah Medan Maimun memiliki skor lebih dari 10. Sistem skor ini
membedakan daerah perkotaan dan pedesaan dipakai indikator komposit
(indikator gabungan). Skor atau nilai-nilainya didasarkan pada skor atau nilai
kepadatan penduduk, persentase rumah tangga yang mempunyai telepon
dan listrik dan fasilitas utama (fasilitas perkotaan).28 Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pendapatan per kapita di bawah garis
kemiskinan (tahun 2008-2009 Rp.262.262 per kapita per bulan).29 Pada studi
ini didapatkan rerata pendapatan penduduk desa masih dibawah garis
kemiskinan dengan pendapatan rerata subjek lelaki Rp.144.177 (SD=139.4)
dan perempuan Rp.195.940 (SD=157.9), sedangkan pada subjek perempuan
kota juga mempunyai rerata pendapatan per kapita di bawah garis
kemiskinan yaitu Rp.211.110 (SD=120.7)
Pada studi ini dilakukan pemeriksaan IMT dengan tujuan untuk melihat
lemak tubuh yang berhubungan dengan umur awitan pubertas. Didapatkan
rerata IMT pada anak lelaki desa 14.2 dan kota 15.8 terdapat perbedaan
yang signifikan antara dua kelompok ini, sedangkan pada anak perempuan di
desa 14.6 dan kota 15.1 tidak didapatkan perbedaan yang signifikan diantara
kelompok ini. Dampak obesitas terhadap tumbuh kembang anak, antara lain
awitan pubertas yang lebih awal.30 Indeks massa tubuh mewakili lemak
tubuh, hal ini diperlihatkan dengan studi pada dua kelompok yaitu 100 anak
lelaki dan 92 perempuan antara umur 7 sampai 17 tahun. Pada perempuan
korelasi antara IMT dengan massa lemak (diukur menggunakan dual-energy
pada perempuan kulit hitam. Korelasi IMT dengan lemak tubuh adalah 0.83.
Korelasi yang lemah ditemukan pada anak lelaki antara IMT dan massa
tubuh 0.85 sedangkan korelasi IMT dengan lemak tubuh 0.54.20
Dari studi ini didapatkan rerata usia awitan pubertas pada anak
perempuan pedesaan 10.2 tahun dan anak perkotaan 8.4 tahun, sedangkan
pada anak lelaki pedesaan 11.3 tahun dan perkotaan 9.9 tahun. Pada tahun
1997, American Academy of Pediatric-Pediatric research in office setting
(PROS) dari 17.000 anak perempuan di Amerika Serikat rerata umur awitan
pubertas adalah 10 tahun pada perempuan Amerika kulit putih dan 8.9 tahun
pada perempuan Afrika-Amerika. Studi pada anak lelaki tahun 1970 di Inggris
didapatkan awitan pubertas umur 11.6 tahun. Data yang hampir sama
ditemukan di Amerika tahun 1985 dengan umur 11.5 tahun, tahun 1996 di
Swedia 11.6 tahun, tahun 2001 di Belanda 11.5 tahun.6 Hakimi dkk,
menemukan umur awitan pubertas anak lelaki terbanyak berada pada usia
11 sampai 12 tahun. Untuk daerah perkotaan terlihat usia awitan pubertas
lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya.11 Suatu
studi di kota padang, mendapatkan rerata usia anak lelaki di daerah urban
lebih rendah daripada daerah sub-urban (112,26 ± 21,77 bulan dan 119 ±
19,65 bulan). Rerata usia anak perempuan di daerah urban juga lebih rendah
dari sub-urban (113,56± 21,9 bulan dan 115,6 ± 18,78 bulan).4 Hasil
penelitian sebelumnya ditemukan anak yang tinggal di kota lebih cepat
mengalami pubertas dibanding anak yang tinggal di desa.10,12,13
Anak dengan status gizi baik akan lebih cepat mengalami pubertas
dibandingkan anak dengan gizi kurang atau buruk.14,15,17 Satu hipotesis
menyebutkan kegemukan dapat mencetuskan sistem neuroendokrin untuk
memulai pubertas.6,21 Usia pubertas juga dipengaruhi oleh etnik, hal ini
mungkin disebabkan oleh perbedaan indeks massa tubuh (IMT) diantara ras.
Dimana, Awitan pubertas lebih cepat berhubungan dengan angka IMT yang
lebih besar. Jika IMT terus meningkat, awitan pubertas yang dini akan
meningkat pada kemudian hari.1 Beberapa penelitian pada remaja juga
menunjukkan adanya hubungan IMT dengan waktu pubertas.16 Suatu studi
pada tahun 2008, melaporkan bahwa peningkatan 1 unit usia antara 2 dan 8
tahun berhubungan dengan peningkatan usia percepatan pertumbuhan saat
pubertas ± 0.6 tahun lebih cepat pada anak lelaki dan 0.7 tahun lebih cepat
pada anak perempuan.20 Studi tahun 2009 pada 502 anak perempuan di
Semarang, didapatkan korelasi negatif yang bermakna (P<0.001 dan r=-0.49)
antara umur awitan pubertas dengan IMT. Hal ini berarti semakin tinggi IMT
maka semakin awal terjadi pubertas.31 Pada studi ini didapatkan hubungan
antara usia awitan pubertas anak lelaki terhadap tingkat IMT (P=0.03,
cepat. Sedangkan pada anak perempuan tidak didapatkan hubungan yang
signifikan antara awitan pubertas dan IMT (P=0.334, r=0.101).
Penelitian pada wanita Bavarian didapatkan pubertas lebih cepat
dialami wanita dari status sosioekonomi cukup.6 Pada studi di Semarang
didapatkan korelasi yang kuat antara status sosioekonomi dan awitan
pubertas (r=-0.64 dan P<0.001).31 Suatu studi di Kosovo mendapatkan faktor
sosialekonomi menyebabkan asupan makanan yang berbeda secara kualitas
dan kuantitas. Anak yang mendapat asupan makanan yang kurang
mengalami menarke 13.29 tahun sedangkan yang mendapat asupan
makanan yang baik mengalami menarke 12.91 tahun.32 Studi di California
mendapatkan anak perempuan dengan penghasilan keluarga yang tinggi
(lebih dari $75.000) memiliki awitan pubertas yang lebih cepat dibandingkan
pada anak perempuan penghasilan yang rendah (kurang dari $75.000).33
Pencapaian awitan pubertas yang lebih dini membawa konsekuensi remaja
harus menghadapi beberapa permasalahan sehubungan dengan pubertas
pada usia yang lebih awal. Permasalahan remaja tersebut di antaranya
pubertas yang terlalu cepat atau terlalu lambat, masalah yang berkaitan
dengan penampilan fisik, kehamilan dan penyakit seksual, pelecehan
seksual, penyalahgunaan obat, gangguan makan, depresi, dan obesitas.34
Studi di Amerika Serikat tahun 2012, melaporkan anak perempuan yang
fobia yang spesifik dan Social anxiety disorder (SAD).35 Pada studi ini
didapatkan hubungan usia awitan pubertas anak lelaki dengan tingkat sosial
ekonomi menunjukkan hubungan yang sedang (r=-0.406 P=0.0001).
Sedangkan pada anak perempuan tidak ditemukan hubungan yang signifikan
( r=-0.057 P=0.588). Pada penelitian ini juga tidak didapatkan hubungan
yang bermakna status sosioekonomi dengan usia awitan pubertas.
Beberapa penelitian terakhir menghubungkan antara kadar leptin
plasma dengan tingkat pubertas. Leptin suatu protein yang dibentuk oleh
adiposity merupakan regulator berat badan yang penting.21,22 Kadarnya dalam serum berhubungan dengan IMT dan massa lemak. Leptin ditemukan
meningkat pada wanita yang mengalami pubertas dini.20,23 Suatu studi yang
meneliti tentang kadar leptin pada anak, mendapatkan bahwa ada pengaruh
hormon leptin terhadap IMT pada saat tahap 2 dari perkembangan pubertas.
Pada perempuan kadar leptin meningkat (r=0.47 dan P<0.0001), sedangkan pada lelaki terjadi penurunan kadar leptin (r=-0.34 dan P<0.0001). Hal ini
mempengaruhi IMT remaja perempuan yang relatif lebih tinggi daripada lelaki
terutama pada saat berusia 12 tahun. Pada studi ini juga, menyatakan
bahwa ada hubungan antara penurunan kadar leptin dan peningkatan kadar
testosteron pada lelaki (r=-0.43 dan P<0,0001).21 Hal ini diperkuat dengan penelitian tahun 1997, yang menyatakan adanya korelasi negatif kadar leptin
dengan kadar testosteron dan maturitas seksual pada remaja lelaki.22 Studi
dengan usia tulang sebagai dasar menentukan usia pubertas (r=0.0225).23
Pada penelitian kami, kadar Leptin tidak dilakukan pemeriksaan oleh karena
masalah biaya. Kelemahan penelitian ini adalah sampel yang diambil pada
kedua kelompok belum mewakili keseluruhan populasi. Penelitian ini
merupakan penelitian pendahuluan untuk mencari usia baku awitan pubertas
pada anak di Indonesia.
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6.1. KESIMPULAN
Pada penelitian ini didapati anak lelaki dan perempuan yang berada di
daerah perkotaan memiliki awitan pubertas yang lebih cepat dibandingkan
dengan anak yang berada di daerah pedesaan. Pada anak lelaki faktor
sosioekonomi dan IMT memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya
pubertas.
BAB 6.2. SARAN
Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk meggunakan sampel yang
lebih besar agar mewakili populasi dan dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti leptin untuk mengetahui hubungannya dengan Indeks massa tubuh.
Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi awitan pubertas juga harus di
orangtua anak yang tinggal di daerah perkotaan memperhatikan pola hidup
dan nutrisi anak, dimana hal ini dapat mempengaruhi awitan pubertas anak.
Awitan pubertas yang lebih dini membawa konsekuensi remaja harus
menghadapi beberapa permasalahan sehubungan dengan pubertas pada
usia yang lebih awal. Permasalahan remaja tersebut di antaranya pubertas
yang terlalu cepat atau terlalu lambat, masalah yang berkaitan dengan
penampilan fisik, kehamilan dan penyakit seksual, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat, gangguan makan, depresi, dan obesitas.
RINGKASAN
Di beberapa negara telah terjadi percepatan usia pubertas pada anak lelaki
dan perempuan pada beberapa dekade terakhir. Keadaan ini terjadi
kemungkinan akibat dari meningkatnya kondisi sosioekonomi, nutrisi, musim,
stimulasi psikologi, daerah kota dengan desa dan status kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah ada perbedaan
usia awitan pubertas pada anak perempuan dan laki-laki yang tinggal di
perkotaan dan di pedesaan. Mengetahui beberapa faktor yang
mempengaruhi usia awitan pubertas pada anak perempuan dan laki-laki di
perkotaan dengan di pedesaan
Penelitian dilakasanakan di SD negeri No. 142584 Gunung Baringin,
060907 Medan Maimun, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian
dilaksanakan selama satu bulan mulai bulan Mei 2010 sampai Juni 2010.
Sampel penelitian adalah anak sekolah dasar perempuan dan laki-laki
dengan umur 8 sampai dengan 13 tahun yang mendapat informed consent. Anak dilakukan pemeriksaan maturitas seksual dengan skala tanner dan juga
dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan kemudian dilihat status
nutrisi. Kemudian dilakukan perbandingan awitan pubertas anak di perkotaan
dan pedesaan. Dilihat juga faktor sosioekonomi dan status nutrisi yang
mempengaruhi pubertas.
Sebagai kesimpulan pada anak lelaki dan perempuan yang berada di
daerah perkotaan memiliki awitan pubertas yang lebih cepat dibandingkan
dengan anak yang berada di daerah pedesaan Pada anak lelaki faktor
sosioekonomi dan status nutrisi memiliki hubungan yang signifikan dengan
SUMMARY
In recent decades, there are some countries has acceleration of
puberty in boys and girls. This phenomenon occurs due to the possibility of
increasing socioeconomic conditions, nutrition, season, physcological
stimulation, urban and rural areas and health status.
The purpose of this study was to determine whether there are any
differences in the age of onset of puberty in girls and boys who living in urban
and rural areas. There are some known factors that influence the age of
onset of puberty in girls and boys in urban and ruraI areas.
This research been take place in SD Negeri No 142584 Gunung
Baringin, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal and
SD Negeri 060907 Medan Maimun, Provinsi Sumatera Utara. This study is
conducted for one month starting from May 2010 to June 2010.
The research sample was elementary school children include both
gender by age 8 to 13 years who received informed consent.Sexual maturity
examination by usings tanner scale and height and weight of children been
measured and referred to nutritional status.Then the comparison of the onset
of puberty children in urban and rural areas been done. So socioeconomic
factors and BMI affect puberty.
As a conclusion, children from urban areas have a faster onset of
factors such as sosioeconomic and BMI show significant relationship with the
occurrence of puberty.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stayne, Dennis M. Puberty, obesity and ethnicity. Trends in Endocrinology and Metabolism. 2004; 15:1-4.
2. Styne D. Puberty. Dalam : Greenspan FS, Gardner DG, penyunting. A lange medical book : Basic and clinical endocrinology. Edisi ke-5. San Fransisco : McGraw-Hill Companies, 1997. h.521-45
3. Zacharias L, Wurtman RJ. Age at menarche. N Engl J Med. 1969; 280:868-75
4. Rini EA, Desdamona E. Usia awitan pubertas dan beberapa faktor yang berhubungan pada murid SD di Kota Padang 2007. Sari Pediatri. 2007; 9:227-32
5. Papadimitrio A, Pantsiotou S, Douras K, Padimitriou D T, Nicolaidou P, Fretzayas A. Timing of pubertal onset in girls: Evidence for non –gaussian distribution. J Clin Endocrinol Metab 2008; 93(11):4422-5
6. Parent AS, Teilmann G, Juul A, Skkakkebaek NE, Toppari J, Bourguignon JP. The timing of normal puberty and the age limits of sexual precocity: Variations around the world, secular trends, and changes after migration. Endocr Rev. 2003; 24:668-93.
7. Garilbadi L. Physiology of puberty. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text book of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia : Saunders Corporation, 2008. h. 2308-10.
8. Marcell AV. Adolescence. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text book of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia : Saunders Corporation, 2008. h. 60-5.
9. Abbassi V. Growth and normal puberty. Pediatrics. 1998;102:507-11. 10. Pulungan AB. Pertumbuhan di masa pubertas. Dalam: Batubara JL, AAP
11. Hakimi, Siregar CD, Deliana M, Rahmawati L.Ukuran besar testis anak laki-laki pada saat awitan pubertas. Sari pediatri. 2005;7(2):68-72
12. Golub MS, Collman GW, Foster PM, Kimmel CA, Meyts ER, Reiter EO, dkk. Public health implications of altered puberty timing. Pediatrics. 2008; 121:218-30.
13. Dattani MT, Hindmarsh PC. Normal and abnormal puberty. Dalam : Brook CG, Clayton PE, Brown RS, penyunting. Clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-5. Massachusetts : Blackwell Publishing, 2005. h. 183-201
14. Garilbadi L. Physiology of puberty. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text book of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia : Saunders Corporation, 2008. h. 2308-12
15. Ebling FJ. The neuroendocrine timing of puberty. Reproduction. 2005; 129:675-83.
16. Silventoinen K, Haukka J, Dunkel L, Tynelius P, Rasmussen F. Genetics of pubertal timing and its associations with relative weight in childhood and adult height: The Swedish young mail twins study. Pediatrics. 2008;121(4):885-91
17. Herman-Giddens ME, Slora EJ, Wasserman RC, Bourdony CJ, Bhapkar MV, Koch GG, dkk. Secondary sexual characteristics and menses in young girls seen in office practice: A study from pediatric research in office setting network. Pediatrics. 1997; 99:505-12.
18. Facchini F, Fiori G, Bedogni G, Galleti L, Ismagulov O, Ismagulova A, dkk. Puberty in modernizing Kazakhstan: A Comparison of rural and urban children. Ann Hum Biol. 2008;35(1):50-64
19. Azwar S, Rusli RE, Akbar K, Siregar CD, Hakimi. Perbedaan usia awitan pubertas pada murid wanita sekolah dasar di perkotaan dan di pedesaan. Sari pediatri. 2001; 3(2):115-118
20. Kaplowitz PB. Link between body fat and the timing puberty. Pediatrics. 2008; 121:208-17.
21. Blum WF, Englaro P, Hanitsch S, Juul A, Hertel NT, Muller J, dkk. Plasma leptin levels in healthy children and adolescents: Dependence on body mass index, body fat mass, gender, pubertal stage, and testosterone. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82:2904-10.
22. Garcia-Mayor RV, Andrade MA, Rios M, Lage M, Dieguez C, Casanueva F. Serum Leptin in normal children : Relationship to age, gender, body mass index, pituitary-gonadal hormones, and pubertal stage. J Clin Endocrinol Metab. 1997; 82:2849-55
23. Lewis CP, Lavy CB, Harrison WJ. Delay in skeletal maturity in Malawian children. J Bone Joint Surg. 2002; 84:732-4.
25. Rah JH, Shamim AA, Arju UT, Labrique AB, Rashid M, Christian P. Age of onset, Nutritional determinants, and variations in menarche in rural Bangladesh. J Health Popul Nutr. 2009; 27(6):802-7
26. Kulin HE, Bwibo N, Mutie D, Santner SJ. The effect of chronic childhood malnutrition on pubertal growth and development. Am J Clin Nutr 1982;36:527-536.
27. Madiyono B, Moeslichan SS Sudigdo, Budiman I,Purwanto SH, Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro Sudigdo, Ismael Sofyan, Penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis Edisi-3 Sagung seto 2010. h. 310-12.
28. Bagian statistik kesejahteraan rumah tangga. Statistik kesejahteraan rakyat. Biro statistik Jakarta 2000.h. 5-6
29. Profil kemiskinan di Indonesia. Berita Resmi statistik. Badan pusat statistik. 2009.h.1-9.
30. Lailani D, Hakimi. Pertumbuhan fisik anak obesitas. Sari pediatri 2003; 5:99-102.
31. Indaryani W, Susanto R, Susanto JC. Hubungan awitan pubertas dan status sosial ekonomi serta status gizi pada anak perempuan. Sari Pediatri. 2010;11(5):374-8.
32. Pascarada M, Lulaj S, Kongleji G, Obertinca B. Impact of socioeconomic factors on the onset of menarche in Kosovar girls. J Chin Clin Med. 2008;3:541-9.
33. Deardorff J, Ekwaru JP, Kushi LH, Ellis BJ, Greenspan LC, Mirabedi A, dkk. Father absence, Body Mass Index and pubertal timing in girls:differential effects by family income and ethnicity. J Adolesc health. 2011;48:441-7.
34. Gentry JH, Campbell M. Developing adolescents : a reference for professionals. Am Phychol Ass 2002;1-33.
LAMPIRAN
1. Susunan Peneliti
1. Ketua penelitian : dr. Hariadi Edi Saputra
2. Supervisor / Anggota : dr. H. Hakimi, Sp.AK
dr. Hj. Melda Deliana, Sp.AK
dr. Siska Mayasari Lubis, Mkedped, SpA
3. Anggota penelitian : dr. Kholidah
dr. Syamsyir Alam, MkedPed, SpA
dr. Badai Buana Nasution,MkedPed, SpA
dr. Viviana MkedPed, SpA
4. Tenaga Administrasi : 1 orang
2. Biaya penelitian
No Uraian Jumlah
1 Honorarium
Tenaga Administrasi Rp 200.000,-
3 Fotokopi (900 lbr x Rp 200) Rp 1.800.000,-
4 Transportasi dan Akomodasi Rp 2.000.000,-
5 Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 200.000,-
6 Penggandaan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 1.000.000,-
Total Rp 4.200.000,-
3. Jadwal Penelitian
3. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………..……
Umur : ……. ………….. tahun
Jenis kelamin :
Alamat :………..………..
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
MEI Juni Juli
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
PENYUSUNAN
LAPORAN
PENGGANDAAN
PERSETUJUAN
untuk dilakukan pemeriksaan: pengukuran tinggi badan, berat badan dan skala kematangan seksual terhadap anak saya :
Nama : ………. Umur ……...…… tahun
Alamat Rumah :……...………..
Alamat Sekolah : ……….
yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Setelah mendapat penjelasan dan memahami dengan penuh kesadaran mengenai penelitian ini, maka dengan ini saya menyatakan untuk ikut serta. Apabiula dikemudian hari saya mengundurkan diri dari penelitian ini, maka saya tidak akan dituntut apapun.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Yang memberikan Yang membuat pernyataan
penjelasan persetujuan
dr. ………. ………...
Saksi – saksi : Tanda tangan
1. ……….
………
2. ………..
………
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Bapak / ibu Yth,
Saya dr. Hariadi edi saputra saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak di RSUP H Adam Malik Medan dan saya sedang melakukan penelitian yang berjudul : “ PERBANDINGAN
Tujuan Penelitian ini mengenai perbandingan kecepatan awitan pubertas pada anak di perkotaan dan pedesaan. Pubertas seksual pada anak terjadi umumnya rata-rata pada umur 8-13 tahun Ditandai dengan pertumbuhan rambut pubis, tumbuhnya payudara pada perempuan dan bertambahnya panjang penis dan volume testis pada laki-laki. Dimana pubertas pada anak dipengaruhi pada beberapa faktor yaitu lingkungan genetik, status nutrisi maupun terhadap kemajuan teknologi pada masa kini. Gangguan kematangan seksual yang dini mempunayi faktor resiko tejadinya kanker payudara pada perempuan dan kanker prostat pada laki-laki. Sehingga perlu dilakukannya screening terhadap gangguan maturitas seksual ini secara dini pada anak Untuk itu maka saya mencatat identitas anak bapak/ibu ( No urut Penelitian, Nama, Umur, Jenis Kelamin dan Alamat ) gejala dan riwayat penyakit bapak ibu derita pada lembaran penelitian. Selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan skala maturitas (tanner) dengan mengukur panjang penis, volume testis, dan melihat tanda-tanda seks skunder, berat badan dan tinggi badan. Dalam mengikuti penelitian ini, bapak/ibu tidak akan dikenakan biaya apa-apa.
Bapak/ibu Yth,
diderita anak. Selain itu juga dapat menghindari faktor- faktor yang mempengaruhi gangguan kematangan seksual anak
.
Bapak/ibu Yth,
Pemeriksaan skala tanner (tanda-tanda seks skunder ) dilakukan untuk mengetahui kematangan/maturitas seksual pada anak. Pemeriksaan ini adalah umum/biasa dilakukan, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang dapat membahayakan anak bapak/ibu. Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung, bapak/ibu dapat menghubungi saya (HP. 081361655884 atau 061- 69475869) Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP H. Adam Malik Medan jam 08.00 s/d 14.30 wib ( hari senin s/d kamis ) dan jam 08.00 s/d 12.00 wib ( hari jumat dan sabtu) setiap hari kerja atau setiap waktu dapat menghubungi nomor telepon/HP saya untuk mendapatkan pertolongan. Saya akan bertanggung jawab untuk memberikan biaya pelayanan/pengobatan/ membantu untuk mengatasi masalah/efek samping tersebut sesuai dengan masalah/efek samping yang terjadi.
Dalam pengukuran kematangan seksual ini kemungkinan tidak akan terjadi efek samping/masalah yang akan terjadi.
Bapak/ibu Yth,
Bapak/ibu Yth,
Pada penelitian ini identitas bapak/ibu akan disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti dan anggota komisi etik yang bias melihat data bapak/ibu. Kerahasiaan data bapak/ibu sepenuhnya akan dijamin. Bila data dipublikasikan kerahasiaan akan tetap dijaga.
Setelah bapak /ibu memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan bapak/ibu yang telah terpilih pada penelitian ini dapat mengisi dan menandatangani lembar persetujuan penelitian.
Medan, ……….2010
Peneliti
(dr. Hariadi edi saputra )
No. Reg : Tanggal : Dilakukan Oleh :
Identitas Pribadi
Nama : ………
Tempat, Tanggal Lahir : ………
Tinggi / Berat Badan : ………
Alamat Rumah : ………
Alamat Sekolah : ………
Anak ke ….. dari ….. bersaudara. Kembar (ya / tidak)
Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah :………
Identitas Orang Tua Ibu Ayah
Nama ……… ……….
Tanggal Lahir ……… ……….
Suku Bangsa ………... …………...……
Pekerjaan ……… ………
Pendidikan ……… ………
Penyakit (jika ada) ……… ………
Riwayat kelainan keturunan dalam keluarga : ya / tidak *)………
ANAMNESIS
Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ………
Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ………
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sehat / sakit ; Kesadaran : ………
Status Pubertas : G … P …Volume Testis :… ml Panjang Penis :… cm
Payudara : ….Rambut Pubis : ….. Menars: ya/tidak
Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ………
UKURAN-UKURAN BADAN