1. Pendahuluan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menegaskan bahwa penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah Provinsi dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dibiayai atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah dan Desa dalam rangka Tugas Pembantuan dibiayai atas beban APBN. PP No. 106/2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan bertujuan untuk mengatur lebih lanjut tentang pemisahan secara tegas antara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam Dekonsentrasi oleh Gubernur, yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah Provinsi dan Tugas Pembantuan, yang tidak dicatat dan dikelola dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi yang dicatat dan dikelola dalam APBD.
2. Pelaksanaan Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan
Kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah Provinsi dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Kewenangan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Provinsi sebagai perangkat Daerah Provinsi.
Penyelenggaraan Dekonsentrasi dimaksud dibiayai atas beban pengeluaran pembangunan APBN. Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan Dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari APBD. Pencatatan dan pengelolaan keuangannya diperlakukan sebagai anggaran Dekonsentrasi.
Gubernur memberitahukan kepada DPRD tentang kegiatan Dekonsentrasi. Pemberitahuan kepada DPRD dimaksudkan agar DPRD dapat mengetahui kegiatan Dekonsentrasi sejak perencanaan sampai dengan pelaksanaan sehingga terjadi sinergi dan koordinasi.
Tugas pembantuan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Desa dengan kewajiban, melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada Pemerintah Pusat. Penyelenggaraan Tugas Pembantuan dimaksud dibiayai atas beban pengeluaran pembangunan APBN. Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan Tugas Pembantuan dilakukan secara terpisah dari APBD dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Pencatatan dan pengelolaan keuangannya diperlakukan sebagai anggaran Tugas Pembantuan.
Pemerintah Daerah memberitahukan adanya Tugas Pembantuan kepada DPRD dan Pemerintah Desa memberitahukannya kepada Badan Perwakilan Desa. Pemberitahuan kepada DPRD atau Badan Perwakilan Desa dimaksudkan agar DPRD atau Badan Perwakilan Desa dapat mengetahui kegiatan Tugas Pembantuan sejak perencanaan sampai dengan pelaksanaan sehingga terjadi sinergi dan koordinasi.
3. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Dekonsentrasi 1) Penganggaran Pelaksanaan Dekonsentrasi
Penganggaran pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. Proses penganggaran pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan bersama perangkat Pemerintah Daerah Provinsi yang terkait.
Anggaran pelaksanaan Dekonsentrasi merupakan bagian dari anggaran Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan. Ketentuan lebih lanjut tentang penganggaran ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan Menteri teknis terkait.
2) Penyaluran Dana dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Dekonsentrasi
Penyaluran dana pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku bagi APBN. Ketentuan lebih lanjut tentang penyaluran dana ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Dalam hal pelaksanaan Dekonsentrasi menghasilkan penerimaan, maka penerimaan tersebut merupakan penerimaan APBN. Penerimaan tersebut merupakan penerimaan APBN yang disetor ke Kas Negara. Ketentuan mengenai pemungutan dan penyetoran penerimaan tersebut disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi APBN. Semua kegiatan pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh Gubernur dalam pelaksanaan Dekonsentrasi diselenggarakan secara terpisah dari kegiatan pengelolaan keuangan untuk pelaksanaan Desentralisasi dan Tugas Pembantuan. Tata cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan oleh Gubernur dalam pelaksanaan Dekonsentrasi mengacu kepada peraturan perundang-undangan tentang tata cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan APBN yang berlaku. Dalam hal terdapat saldo anggaran pelaksanaan Dekonsentrasi, maka saldo tersebut disetor ke Kas Negara.
Gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaan Dekonsentrasi kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan. Laporan pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaan Dekonsentrasi disampaikan pula kepada DPRD untuk diketahui.
3) Pelaporan Pelaksanaan Dekonsentrasi
Pelaporan pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. Anggaran pelaksanaan Tugas Pembantuan merupakan bagian dari anggaran Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen yang menugaskannya.
Proses penganggaran pelaksanaan Tugas Pembantuan dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan dan kemampuan perangkat Pemerintah Daerah dan Desa yang terkait untuk pelaksanaan Tugas Pembantuan tersebut.
4. Penyaluran Dana dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Tugas Pembantuan Penyaluran dana pelaksanaan Tugas Pembantuan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. Dalam hal pelaksanaan Tugas Pembantuan menghasilkan penerimaan, maka penerimaan tersebut merupakan penerimaan APBN. Penerimaan sebagaimana dimaksud merupakan penerimaan APBN yang disetor ke Kas Negara. Ketentuan mengenai pemungutan dan penyetoran penerimaan tersebut disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Semua kegiatan pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh Daerah dan Desa dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan diselenggarakan secara terpisah dari kegiatan pengelolaan keuangan untuk pelaksanaan Desentralisasi dan Dekonsentrasi.
Tata cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan oleh Pemerintah Daerah dan Desa dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan mengacu kepada peraturan perundang-undangan tentang tata cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan APBN yang berlaku. Dalam hal terdapat saldo anggaran pelaksanaan Tugas Pembantuan, maka saldo tersebut disetor ke Kas Negara.
Pemerintah Daerah dan Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaan Tugas Pembantuan kepada Departemen / Lembaga Pemerintah Non Departemen yang menugaskannya. Laporan pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaan Tugas Pembantuan disampaikan pula kepada DPRD dan Badan Perwakilan dan Desa untuk diketahui. Pelaporan pelaksanaan Tugas Pembantuan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN.
5. Pemeriksaan Pelaksanaan Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan
Pemeriksaan atas pelaksanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Pengelolaan Keuangan Dalam Pelaksanaan Desentralisasi
Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD, termasuk dicatat dan dikelola dalam perubahan dan perhitungan APBD. Semua penerimaan dan pengeluaran Daerah yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan merupakan penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Ketentuan ini untuk menjamin bahwa semua penerimaan dan pengeluaran yang dikelola Gubernur atau Bupati/Walikota dengan perangkatnya digolongkan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi atau dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi atau dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Sebagai contoh pungutan Puskesmas merupakan penerimaan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan diadministrasikan dalam APBD.
APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah, merupakan Dokumen Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat satu bulan setelah APBN ditetapkan. Perubahan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya 3 bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran. Perhitungan APBD ditetapkan paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Anggaran pengeluaran dalam APBD tidak boleh melebihi anggaran penerimaan. Ketentuan ini berarti Daerah tidak boleh menganggarkan pengeluaran tanpa kepastian terlebih dahulu mengenai ketersediaan sumber pembiayaannya dan mendorong Daerah untuk meningkatkan efisiensi pengeluarannya.
Daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan tertentu. Ketentuan ini memberi peluang kepada Daerah apabila diperlukan untuk membentuk dana cadangan bagi kebutuhan pengeluaran yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.
Dana cadangan sebagaimana tersebut dicadangkan dari sumber penerimaan Daerah. Setiap pembentukan dana cadangan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah tersebut antara lain menetapkan tujuan dana cadangan, sumber pendanaan dana cadangan, dan jenis pengeluaran yang dapat dibiayai dengan dana cadangan tersebut. Semua sumber penerimaan dana cadangan dan semua pengeluaran atas beban dana cadangan diadministrasikan dalam APBD.
Dana cadangan dibentuk dan diadministrasikan secara terbuka, tidak dirahasiakan, disimpan dalam bentuk kas atau yang mudah diuangkan, dan semua transaksi harus dicantumkan dalam APBD. Dana diadministrasikan dalam APBD berarti dicatat saldo awal, semua penerimaan dan pengeluaran, serta saldo akhir dalam bentuk rincian dana cadangan tersebut.