BAB III GAMBARAN UMUM BASYARNAS DAN BMAI
A. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
Di Indonesia lembaga arbitrase telah didirikan pada tanggal 3 Desember 1977 dengan nama Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). Prakarsa pendirian BANI disponsori oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN).49 Seiring dengan kehadiran Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang merupakan konfirmasi dari eksistensi atau legitimasi terhadap badan arbitrase di Indonesia, maka hadir pulalah Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) yang merupakan salah satu wujud dari arbitrase syariah yang pertama kali didirikan di Indonesia.
Sejarah berdirinya Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) bermula dari Badan Arbitrase Muamalah Indonesia, yang pendiriannya diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pada tanggal 5 jumadil awal 1414 H, bertepatan dengan tanggal 21 Oktober 1993 M. Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) didirikan dalam bentuk badan hukum yayasan sesuai dengan Akta Notaris Yudo Paripurno, SH. Nomor 175 tanggal 21 oktober
49
1993. Didalam Akta pendirian Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI), yang dimaksud dengan yayasan ini bernama: YAYASAN BADAN ARBITRASE MUAMALAH INDONESIA disingkat BAMUI (pasal 1). 50
Instansi ini merupakan badan pekerja yang berada di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kelehirannya menyusul hadirnya Bank Muamalah Indonesia sebagai bank syariah pertama, kemudian disusul dengan Asuransi Syariah yaitu PT Syarikat Takaful Indonesia.
Proses awal berdirinya Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI), dengan adanya pertemuan pertama dan kedua diruang rapat Majelis Ulama Indonesia (MUI), masing-masing tanggal 22 April 1992 dan 2 Mei 1992. Kemudian melalui surat keputusan Nomor 392/M.U.I/V/1992 memutuskan untuk mengangkat kelompok kerja pembentukan Lembaga Arbitrase Islam. Kelompok kerja dibagi menjadi dua bagian, yaitu nara sumber terdiri dari: Prof. K.H.Ali Yafie; Prof K.H. Ibrahim, LML; H. Andi Lolo Tonang, S.H.; H. Hartono Mardjono, S.H.; Jimly Asshiddiiqie, S.H., M.A; panitia teknis terdiri dari: Abdul Rahman Saleh, S.H., (koordinator), dengan anggotanya, Dr. Herman Rajagukguk, S.H.; LL.M; Hidayat Achyar, S.H.; Dr. Satria Efendi; M. Zein; Dr. Abdul Gani Abdullah, S.H.; Yudo Paripurno, S.H.; Drs. H. Syaidu Syahar, S.H.; H.A Z. Umar Purba, S.H.; dan Drs. K.H. Ma’ruf Amin. Sebagai sekretaris adalah H.M. Isa Anshary, M.A dan Drs Ahmada Dimyati.
50
BAMUI, Salinan Aktia Pendirian Badan Arbitrase Muamalat Indonesia, (Jakarta: BAMUI, 1999), h. 15
Pada tanggal 29 Desember 1992 Tim Kerja Pembentukan Badan Arbitrase melaporkan hasil kerjanya dan menjadi agenda keputusan TAKERNAS MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) seluruh Indonesia tanggal 24-27 November 1992 di Jakarta. Keputusan tersebut berkaitan dengan Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI), bahwa : “Sehubungan dengan rencana pendirian lembaga Arbitrase Syariah Rakernah menyarankan agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) segera merealisasikan pembentukannya”. Sebagai realisasi dari keputusan itu, maka pada tanggal 4 Januari 1993 Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengelurkan Surat Keputusan Nomor 08/M.U.I/I/1993 tentang panitia persiapan peresmian Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI).
Kemudian selama kurang lebih 10 tahun Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) menjelaskan perannya dan dengan pertimbangan yang ada bahwa anggota Pembina dan pengurus Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) sudah banyak yang meniggal dunia, juga bentuk badan hukum yayasan sebagai diatur dalam undang-undang No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan tidak sesuai dengan kedudukan BAMUI tersebut. Maka atas nama keputusan rapat Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia No: Kep-09/M.U.I/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003 nama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) diubah menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) menjadi badan yang berada di bawah MUI dan merupakan perangkat oraganisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).51
51
Salinan Akta Pernyataan Keputusan Raapt Dewan Pimpinan MUI tentang Basyarnas No. 15, (Jakarta: BASYARNAS, 29 Januari 2004)
Kemudian Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) sangat diharapkan oleh umat Islam di Indonesia, bukan saja karena dilatar belakangi oleh kesadaran dan kepentingan umat untuk melaksanakan syariat Islam melainkan menjadi suatu kebutuhan riil adanya praktek perdata secara perdamaian dengan perkembangan kehidupan ekonomi dan keuangan di kalangan umat. Karena itu tujuan di dirikan Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) sebagai badan permanent yang berfungsi menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa muamalah yang timbul dalam hubungan perdagangan, industri keuangan jasa dan lain-lain di kalangan umat islam.
Menurut H.S. Prodjokusumo, Seketaris Umum Majelis Ulama MUI, menyebutkan bahwa gagasan pembentukan Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) ini tidak terlepas dari kontek perkembangan kehidupan sosial ekonomi umat Islam.52
Oleh karena itu sangat pentingnya keberadaan lembaga Arbitrase seperti Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS), karena hampir setiap Negara mendirikan lembaga arbitrase untuk keperluan para pembisnis. Apalagi di zaman era globalisasi ini, frekuensi bisnis sangat padat dan hampir tanpa ada pemisah antar Negara. Dengan demikian, di kemudian hari pasti akan timbul permasalahan bisnis antara para pihak. Hal ini untuk menghindari penyelesaian terlalu lama. Penyelesaian perkara melalui badan Arbitrase dianggap lebih murah, cepat, dan
52
dapat menjaga kredibilitas perusahaan. Itulah alasannya, mengapa di setiap Negara didirikan badan arbitrase dan keberadaannya sangat dibutuhkan.
Terdapat sejumlah alasan, para pembisnis memilih penyelesaian sengketa ke badan arbitrase daripada ke lembaga pengadilan, antara lain di kemukakan oleh Roedijono,53 bahwa daya tarik relatif arbitrase adalah refleksi dari kelemahan-kelemahan litigasi. Prosesnya bilamana secara tepat dilaksanakan, menjanjikan party autonomy yang maksimal, campur tangan yang minimal dari pengadilan dan berkaitan dengan arbitrase internasional, pengakuan dan pelaksanaan putusan peradilan wasit, jadi arbitrase memberikan beberapa keunggulan; pemilihan arbiter oleh para pihak (pemilih ahli yang diinginkan), keterbatasan upaya hukum atas putusan arbiter, kerahasiaan, kenyamanan para pihak, prosedur yang tidak formal dan eksekusi putusan arbiter sebagai vonis.
Dalam melaksanakan tugasnya Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah beban (otonom) dan tidak boleh dicampuri oleh kekuasaan lain.
2. Fungsi dan Tujuan Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
Setiap lembaga atau badan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapainya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dengan tujuan tersebut maka suatu lembaga atau badan dapat memperkirakan mutu didirikannya badan atau
53
Roedijono, Alternative Dispute Resolution (ADR) (Pilihan Penyelesaian Sengketa), (Yogyakarta: Fakultas Hukum UGM, 1996), h. 5-5.
lembaga tersebut. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) mempunyai visi dan misi yaitu sebagai berikut:
Penyelesaian sengketa-sengketa keperdataan (khususnya) yang ditangani oleh Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) diputuskan secara final dengan prinsip perdamaian.
Dengan prinsip perdamaian, menurut A. Wasil Aulawi terdaapt nilai-nilai dan juga konstruktif yaitu:54
1. Kedua belah pihak menyadari sepenuh perlunya penyelesaian sengketa yang terhormat dan bertanggung jawab.
2. Secara suka rela mereka menyerahkan penyelesaian sengketa itu kepada orang atau lembaga yang disetujui dan dipercayai.
3. Secara suka rela mereka akan menyelesaikan putusan dari arbiter sebagai konsekuensi atas kesepakatan mereka mengangkat arbiter
4. Kesepakatan mengandung janji dan janji itu harus disepakati 5. Mereka menghargai hak orang lain itu adalah lawannya.
6. Mereka tidak ingin meresa benar sendiri dan mengabaikan kebenaran yang mungkin ada pada orang lain
7. Mereka memiliki kesadaran hukum dan sekaligus kesadaran bernegara atau bermasyarakat sehingga dapat dihindari tindakan main hakim sendiri
54
Badan Arbitrase Syariah dan Perannya dalam Mendukung Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: BASYARNAS, 2004), h. 16
8. Sesungguhnya pelaksanaan tahkim atau arbitrase itu di dalamnya mengandung makna musyawarah dan perdamaian.
Di samping itu tujuan utama pendirian Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah sebagai berikut:55
1. Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-sengketa muamalah/perdata yang timbul dalam perdagangan industri, keuangan, jasa dan lain-lain
2. Memenuhi permintaan yang di ajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian, tanpa adanya suatu sengketa untuk memberikan pendapat yang mengikat mengenai persoalan yang berkenaan dengan perjanjian tersebut.
3. Struktur Organisasi
Penasehat 1. Dr. K.H. Sahal Mahfudh
2. Prof. K.H. Ali Yafie
3. Prof. Dr. H. Said Agil Husein Munawar, M.A. 4. Prof. H. Bismar Siregar, S.H.
5. Prof. Dr. H. Bustanul Arifin, S.H. 6. Prof. Dr. H.M. Tahir Azhary, S.H. 7. Prof. Dr. Umar Shihab
8. Prof. Dr. H. Asmuni Abdurrahman 9. KH. Kholid Fatlulluah, S.H.
55
10. KH. Ma'ruf Amin
11. Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab
12. Prof. Dr. H. Abdul Gani Abdullah, S.H. 13. Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
Ketua : H. Yudo Paripurno, S.H.
Wakil Ketua : H. Abdul Rahman Saleh, S.H. MH.
Wakil Ketua : H. Hidayat Ahyar, S.H. Wakil Ketua : Hj. Fatimah Ahyar, SH.
Sekretaris : H. Acmad Djauhari, SH. MH.
Wakil Sekretaris : Drs. Anwar Sanusi Adiwijaya, SH. MM. Wakil Sekretaris : Drs. H. Ahmad Dimyati
Bendahara : Dr. Ir. H. Riyanto Sofyan Wakil Bendahara : Drs. H. Mochtar Luthfi, SH. Wakil Bendahara : Dra. Euis Nurhasanah
Anggota : Prof. Dr. Erman Rajagukguk, SH, LLM
H.A. Zen Umar Purba, SH, LLM Tgk. H. Ir. Ibrahim Arief, SH, M.Agr. H.M. Isa Anshar, MA.
Niniek Rustinawati, SH. H.M. Saeful Rahman, SH Mohammad Nur, SH