• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ASURANSI MENURUT

A. Sengketa Asuransi

Ada beberapa hal yang menimbulkan terjadinya sengketa atau perselisihan asuransi diantaranya sebagai berikut:

62

1. Tertanggung tidak membaca polis, kontrak asuransi sehingga ini tidak tahu pasti isi perjanjian, tidak paham apa yang dijamin, apa yang tidak dijamin dan apa yang dikecualikan, apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan, berapa besar manfaat asuransi yang di dapat, selain itu salah satu alasan yang sering diberikan tertanggung adalah kontrak asuransi yang cukup panjang dan sering ditulis dengan huruf yang kecil-kecil.

2. Petugas asuransi memberikan penjelasan atau keterangan kurang jelas dan detail, serta kurang rinci mengenai isi dari polis dan klausul-klausul yang dilekatkan, sehingga tertanggung tidak mempunyai informasi yang cukup. 3. Tertanggung sering beranggapan bahwa semua resiko dijamin dan semua

kerugian dan ada kerugian yang ditanggung sendiri oleh tertanggung.

4. Perbedaan pendapat melakukan penilaian terhadap besar kecilnya kerugian, kalau perbedaan ini sampai tidak ada titik temunya, maka diserahkan pada Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) dan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) atau kalau terpaksa diselesaikan melalui pengadilan.

5. Perbedaan persepsi dalam menyelesaikan sebab-sebab terjadinya kerugian, terutama bila disinyalir ada moral hazard atau perilaku buruk. Untuk menyelesaikan masalah ini kadang kala harus melalui bantuan pihak berwenang.

Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan, bahwa sengketa asuransi syariah itu adalah perbedaan pendapat antara tertanggung dan penanggung yang

disebabkan adanya ketimpangan yang diharapkan, kemungkinan itu adalah berupa hal yang tidak diinginkan sehingga terjadi perselisihan. Dan sengketa asuransi syariah tersebut dapat disebabkan karena adanya wanprestasi yang berarti: kelalaian, kealpaan, cidera janji, dan tidak menetapi kewajiban dalam perjanjian. Selain itu sengketa asuransi syariah dapat di sebabkan karena kesalahan teknis seperti: tertanggung tidak membaca polis atau isi dari surat perjanjian, kurang tegasnya petugas dalam memberikan penjelasan isi polis dan klausul-klausul yang dilekatkan pada isi perjanjian, adanya moral hazard (perilaku buruk) dan lain-lain.

C. Penyelesaian Sengketa Asuransi Menurut Perspektif Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) dan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI)

1. Penyelesaian Sengketa Asuransi Menurut Perspektif Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)

Pada dasarnya BASYARNAS mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam menyelesaikan sengketa asuransi syariah. Kontribusi BASYARNAS yang sangat penting ini untuk menyelesaikan sengketa asuransi syariah yang terjadi diantaranya para pihak dan pada umumnya setiap perusahaan yang mengeluarkan produk syariah.

Sesungguhnya atas dasar prakarsa MUI kelahiran BASYARNAS dimaksudkan untuk membantu menyelesaikan persengketaan yang timbul antara BMI, BPR Syariah, dengan para nasabahnya atau pengguna jasa

Perbankan lainnya. Kehadiran BMI, BPR Syariah, Asuransi Takaful dan Baitul Mal Watammil telah membawa pengaruh yang besar terhadap aktivitas ekonomi umat Islam. Lembaga-lembaga ekonomi ke-Islaman tersebut dalam menjalankan kegiatannya operasionalnya selalu dituntut untuk mengacu kepada hukum Islam. Karena hubungan perekonomiannya berada dalam lingkup Islami.

Setelah asuransi syariah mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1994, ditandai dengan beroperasinya asuransi syariah Takaful yang menjadi dasar beroperasinya pada waktu itu. Sambutan masyarakat terhadap asuransi syariah cukup bagus Takaful dapat mengumpulkan premi dalam jumlah yang signifikan dalam Tahun awal operasinya dan tetap naik setiap tahunnya, masyarakat Islam yang pada awalnya kurang mengenai apa itu asuransi syariah seakan kuat memajukan perekonomian umat.63

Masyarakat Islam yang sudah mempunyai Insurance Minded ini tentu berharap, uang yang dikumpulkan melalui asuransi akan dapat memmbantu saudaranya yang di timpa musibah. Selanjutnya bagian tertentu dari premi yang dikumpulkan dapat diinvestasikan di kalangan umat Islam. Dilihat dari segi prinsip yang ditawarkan, umat Islam juga merasa aman berasuransi dengan asuransi syariah karena terbebas dari riba, gharar, maisir,

63

M. Luthfi Hamidi, Jejak – jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta: Senayan Abidi Publishing, 2003), Cet. Ke-1, h. 255.

dan lain-lain yang membawa kepada dosa.64 Sejak berdirinya Asuransi Syariah Takaful pada tahun 1994 belum pernah terjadi sengketa yang sampai diselesaikan ke BASYARNAS sekalipun ada sengketa diselesaikan secara musyawarah internal, namun hubungan asuransi syariah Takaful dengan para kliennya atau para pihak pengguna jasa asuransi syariah, kemungkinan sewaktu-waktu akan menimbulkan ketidakserasian yang dapat mengakibatkan perselisihan diantara kedua belah pihak yang harus diselesaikan melalui lembaga arbitrase syariah yaitu BASYARNAS.

Setiap sengketa asuransi syariah yang terjadi dapat diselesaikan ke BASYARNAS apabila penyelesaian sengketa asuransi syariah telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam perjanjian awal atau sudah tertera dalam klausul perjanjian awal asuransi syariah yang menunjuk BASYARNAS tempat dimana sengketa perkara-perkara tersebut diselesaikan dan diputus secara final oleh BASYARNAS bila terjadi sengketa asuransi syariah dan apabila tidak bisa diselesaikan dengan cara musyawarah antara perusahaan dan kliennya secara internal.65

Oleh karena itu, sejak berdirinya BASYARNAS sampai sekarang ini, belum ada perkara asuransi syariah yang masuk dan diselesaikan oleh BASYARNAS. Namun hanya ada beberapa perkara yang berkaitan dengan biaya bermasalah dan seluruh putusan yang diputus diterima sebagai putusan

64Ibid

., h. 256.

65

Euis Nurhasanah, Sekretaris Harian Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS),

yang final oleh para pihak yang bersengketa dan tidak ada yang menyesal atau banding dari putusan tersebut. Karena pada dasarnya perkara-perkara yang diselesaikan di BASYARNAS selalu dan harus mengutamakan penyelesaian secara damai dan dianjurkan dalam Islam.

Karena penyelesaian sengketa asuransi syariah di BASYARNAS merupakan alternatif terakhir, sehingga bila terjadi sengketa asuransi syariah dapat diselesaikan dengan musyawarah, dan apabila dengan jalan musyawarah antara tertanggung dan penanggung tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah, maka alternatif terakhir sengketa asuransi syariah tersebut diselesaikan melalui BASYARNAS. Hal inilah yang menutup kemungkinan belum ada sengketa asuransi syariah yang diselesaikan pada BASYARNAS karena perusahaan asuransi syariah dapat menyelesaikan perkara tersebut dengan musyawarah dan itu sesuai dengan pernyataan klausul-klausul dari setiap perjanjian asuransi bila terjadi sengketa asuransi itu diselesaikan dengan cara musyawarah, dan alternatif terakhir diselesaikan melalui BASYARNAS bila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan dengan cara musyawarah.

Walaupun demikan BASYARNAS telah mempunyai kontribusi dalam penyelesaian sengketa asuransi syariah dengan memberikan keuntungan kepada para pihak dibandingkan model penyelesaian sengketa secara konvensional melalui ligitasi sistem peradilan, diantaranya:

1. Mengutif penjelasan umum Undang-undang Nomor 30 tahun 1999, pada umumnya dikatakan bahwa pranata arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan pranata peradilan, yaitu antara lain:

a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak.

b. Dapat dihindari keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif.

c. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil.

d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; dan e. Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan

melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan.

2. Menurut Sayyid Sabiq,66 bahwa penghormatan terhadap perjanjian menurut Islam hukumnya wajib, melihat pengaruh yang positif dan perannya yang sangat besar dalam memelihara perdamaian dan melihat urgensinya dalam mengatasi kemusyrikan, menyelesaikan perselisihan dan menciptakan kerukunan.

66

3. Menurut Prof. Dr. Sudargo Gautama.67 Menyebutkan beberapa alasan yang menjadikan arbitrase demikian popular dalam transaksi yang internasional, antara lain dihindarkannya publisitas, tidak banyak formalitas, bantuan pengadilan hanya taraf eksekusi, baik untuk pedagang-pedagang bonafide, ada jaminan dari perkumpulan-perkumpulan pengusaha lebih murah dan cepat.

4. Menurut Goodpaster, Felix O. Subagio dan Fatma Jatim,68 menyebutkan ada beberapa alasan memilih arbitrase, yaitu:

a. Kebebasan, kepercayaan, dan keamanan. b. Keahlian (expertise).

c. Cepat dan Herat biaya. d. Bersifat rahasia. e. Bersifat nonpreseden. f. Kepekaan arbiter.

g. Pelaksanaan keputusan, dan h. Kecenderungan yang modern.

5. Menurut Huala Adolf.69 Ada beberapa alasan mengapa pengusaha lebih menyukai forum arbitrase daripada pengadilan antara lain:

67

Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase: Seri Hukum Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-1, h. 5

68 Ibid

., h. 5

69

Huala Adolf, Hukum Arbitrase Komersial Internasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-1, h. 1-3.

a. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak mengikuti formalitas-formalitas yang ketat dan kaku.

b. Arbitrase relatif lebih murah.

c. Putusan arbitrase lebih memuaskan karena ditangani oleh arbitrator-arbitrator yang memang dipilih oleh para pihak berdasarkan keahliannya.

d. Berproses melalui arbitrase memelihara dan menjamin kerahasiaan para pihak yang bersengketa.

e. Dari segi kepentingan dan bisnis, arbitrase dipsndang sebagai upaya penyelesaian yang tepat.

5. Menurut Pierre Lalive.70 Dengan menyelesaikan suatu sengketa melalui arbitrase, para pihak diupayakan untuk bisa tetap berhubungan komersial di masa depan. Dengan demikian, melalui penyelesaian cara ini, badan arbitrase mengupayakan agar para pihak tidak bermusuhan, tetapi memelihara hubungan komersial mereka setelah sengketanya diputus. Pendek kata mereka tetap berhubungan dengan baik setelah sengketanya diselesaikan oleh arbitrase.

6. Menurut Euis Nurhasanah, penyelesaian sengketa melalui arbitrase syariah khususnya BASYARNAS mempunyai keuntungan diantaranya yaitu:

a. Cepat dan murah

70

b. Tidak ada banding

c. Rahasia dan tertutup dengan umum

d. Diselesaikan dengan arbiter (wasit) yang pakar dan ahli.

Sebagai lembaga arbitrase, kekuatan hukum yang dibuat oleh BASYARNAS punya kekuatan yang mengikat. Setiap salinan putusan dikirimkan ke Pengadilan Negeri untuk menjadi arsip. Hakim Pengadilan Negeri tidak boleh lagi memeriksa perkara yang sudah diputus BASYARNAS. Jika harus ada eksekusi pun BASYARNAS bisa meminta bantuan dari Pengadilan Negeri untuk melakukan eksekusi setelah memilki kekuatan hukum tetap 2 bulan.

Sejauh ini perhatian terhadap BASYARNAS memang masih minim. Terlihat jelas dari perkara yang masuk. Mungkin kurang sosialisasi sehingga masyarakat kurang mengenal. Padahal menyelesaikan sengketa lewat BASYARNAS lebih singkat dan sederhana, selain prosesnya lebih sesuai dengan nilai Islam keputusan arbitrase tidak boleh dibanding, berbeda bila ke Pengadilan Negeri karena masih ada proses banding, kasasi, bahkan peninjauan kembali. Bagi perusahaan besar seperti perusahaan-perusahaan asuransi syariah lebih efisien bila menggunakan BASYARNAS. Selain tidak terbuka secara publik, penyelesaiannya sangat singkat dan sederhana. Perusahaan besar selama ini lebih tertarik dengan penyelesaian perselisihan lewat arbitrase ketimbang peradilan.

BASYARNAS memeriksa berdasarkan isi perjanjian. Perselisihan diperiksa oleh hakim Tunggal atau Majelis tergantung pada tingkat kesulitan perkara. Para Arbiter (hakim) pakar dibidangnya. Setiap panel terdiri dari pakar hukum dan Syariat serta praktisi bisnis atau keuangan syariah. Lebih dari 20 (dua puluh) pakar bergabung dalam arbiter. Mereka akan datang sesuai penunjukan dan bidang masalah. Oleh karena itu keberadaan Badan Arbitrase Syariah Nasional sangat diperlukan kontribusinya untuk menyelesaikan sengketa atau perselisihan yang terjadi pada perusahaan asuransi syariah bila terjadi sengketa atau perselisihan.71

Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan, walaupun hanya ada belasan perkara yang diperiksa oleh BASYARNAS dan belum adanya sengketa asuransi syariah yang masuk untuk diselesaikan oleh BASYARNAS karena seluruh sengketa dapat diselesaikan sendiri secara musyawarah internal. Walaupun demikian kontribusi BASYARNAS sangat dibutuhkan oleh perusahaan asuransi syariah apabila terjadi sengketa, serta jika sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan sendiri secara musyawarah internal. Karena penyelesaian sengketa pada BASYARNAS mempunyai keuntungan dari pada lembaga peradilan lainnya yaitu: lebih cepat, hemat biaya, tidak ada banding, dan tidak terekspose secara publik sehingga perusahaan asuransi syariah dapat menjaga nama baiknya. Berbeda bila penyelesaian sengketa diselesaikan

71

Hanya Belasan Perkara Yang Masuk ke BASYARNAS Selama 12 Tahun,

melalui Peradilan Negeri (PN) karena masih ada proses banding, kasasi, peninjauan kembali, serta terekspose dari publik. Selain itu proses penyelesaiannya sangat lama dan memerlukan biaya yang sangat mahal.

2. Penyelesaian Sengketa Asuransi Menurut Perspektif Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI)

Menurut Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) sengketa

adalah perselisihan yang timbul sehubungan dengan penolakan tertulis oleh anggota atas klaim asuransi yang diajukan oleh pemohon kepada anggota yang menjadi penanggung berdasarkan perjanjian asuransi, yang diajukan oleh pemohon kepada Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal surat penolakan.72

Mediasi adalah proses penyelesaian sengkata melalui upaya musyawarah dan mufakat antara pemohon dan anggota yang difasilitasi oleh mediator. Sedangkan mediator adalah karyawan tetap Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) yang berwenang untuk elakukan investigasi dan

72

proses mediasi sengketa yang diajukan pemohon kepada Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI).73

Pemohon adalah nasabah yang mempunyai hubungan dengan anggota atau seseorang yang mempunyai kepentingan untuk menerima manfaat dari perjanjian asuransi termasuk seseorang yang atas dirinya dibuat sebuah perjanjian asuransi atau seseorang yang mempunyai hak untuk menerima manfaat dari suatu klaim asuransi yang timbul karena adanya perjanjian, undang-undang atau subrogasi, atau seorang tertanggung yang disebutkan dalam polis asuransi atau pihak ketiga yang mempunyai hak yang disebutkan dalam perjanjian asuransi untuk mengajikan klaim atas sebuah perjanjian asuransi yang menjamin atau diperluas untuk menjamin pertanggungan terhadap pihak ketiga. Sedangkan anggota adalah perusahaan asuransi dan reasuransi yang terdaftar dan memenuhi syarat-syarat keanggotaan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI).

Pada Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) ada sengketa yang dapat ditangani dan ada pula sengketa yang dikecualikan yaitu sebagai berikut:

Dalam pasal 3 Peraturan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI), sengketa yang dapat ditangani oleh BMAI diantaranya adalah: 1) Semua bentuk keluhan atau keberatan (disebut sebagai snegketa) dari

pihak yang mempunyai kepentingan atas suatu jaminan polis asuransi

73Ibid

(selanjutnya disebut sebagai pemohon) berkaitan dengan tuntutan ganti rugi atau manfaat asuransi dapat diajukan dan ditangani oleh BMAI, dengan ketentuan:

a) Pemohon yang emngajukan adalah pihak yang berkepentingan

b) Anggota yang terlibat dalam sengketa harus merupakan pihak yang tunduk pada yurisdiksi BMAI karena masih terdaftar sebagai anggota BMAI.

c) Sengketa yang timbul dari permasalahan bekaitan dengan hubungan pemohon dengan anggota.

d) Lingkup sengketa yang diajukan harus berada dalam yurisdiksi BMAI sejak BMAI didirikan.

e) Anggota tidak dapat menyelesaikan senketa secara langsung dengan pemohon sesuai dengan tuntutan pemohon dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak disampaikannya keberatan leh pemohon kepada anggota.

2) Jumlah tuntutan ganti rugi atau manfaat polis yang dipersengketakan tidak melebihi Rp. 500 juta untuk asuransi kerugian/umum dan Rp. 300 juta untuk asuransi jiwa atau asuransi jaminan sosial.

3) Semua sengketa yang belum pernah diajukan oleh pemohon kepada anggota sehingga anggota belum mendapat kesempatan untuk menyelesaikannya secara langsung, akan dianggap sebagai keluhan dan

bila diajukan kepada BMAI maka BMAI akan mengembalikannya kepada anggota untuk mendapat pertimbangan lebih dahulu.

4) Lingkup daerah yurisdiksi BMAI hanya mencakup sengketa terhadap aktifitas anggota atau perwakilannya yang melakukan kegiatan usaha dalam wilayah Republik Indonesia.74

Sedangkan dalam pasal 4 Peraturan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI), sengketa yang dikecualikan artinya sengketa yang idak dapat diproses oleh BMAI adalah sebagai berikut:

1) Keputusan yang dibuat atas dasr pertimbangan komersial;

2) Kebijakan harga (pricing) dan kebijakan lainnya, seperti suku premi, biaya, dan kurs valuta asing;

3) Kasus yang sedang dalam proses inevestigasi oleh pihak yang berwajib, termasuk kasus-kasus dengan tuduhan adanya penipuan atau tindak kriminal dan kasus tersebut telah dilaporkan kepada yang berwajib untuk dilakukan investigasi;

4) Sengketa berkaitan dengan permasalahan hubungan antara agen dan atau pialang dengan anggota;

5) Sengketa yang telah lebih dari 6 (enam) bulan sejak anggota memberikan jawaban penolakan final;

74

6) Sengketa yang telah terjadi sebelum berdirinya BMAI, kecuali bila sengketa tersebut diajukan ke BMAI dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak beroperasinya BMAI;

7) Sengketa yang sebelumnya telah diselesaikan secara langsung antara pemohon dengan anggota;

8) Sengketa yang pernah atau sedang disidangkan di pengadilan.

Selama Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) berdiri sejak tanggal 12 Mei 2006 dan beroperasi pada tanggal 25 September 2006. Sudah banyak kasus sengketa yang masuk ke BMAI kurang lebih sekitar 80 kasus sengketa asuransi, dan 10 % dari kasus tersebut sudah dapat diselesaikan oleh BMAI. Tetapi tidak dapat disebutkan perusahaan apa saja yang pernah masuk ke BMAI, karena menyangkut nama baik perusahaan.

Dalam pasal 27 tentang kerahasiaan pada peraturan Badan Mediasi Asuransi Indonesia disebutkan bahwa:75

1) Pemohon dan anggota harus menyimpan semua informasi, dokumen, korespondensi (termasuk email), hal-hal atau permasalahan yang dibahas, proposal dan balasan proposal, keputusan ajudikasi, dan lain-lain, secara keseluruhan sangat rahasia; dan tidak akan membukakan atau membocorkan rahasia tersebut (baik secara langsung atau tidak langsung) kepada pihak yang lain, kecuali diperlukan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan yang berlaku atau perintah pengadilan atau

75 Ibid

ketentuan administratif yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah lainnya, atau sebagaimana mestinya untuk melaksanakan perjanjian penyelesaian atau ajudikasi.

2) Sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan yang berlaku, perintah pengadilan atau sebagaimana mestinya untuk melaksanakan suatu perjanjian penyelesaian atau keputusan ajudikasi, semua pihak yang terlibat dalam proses mediasi dan ajudikasi harus menjaga kerahasiaan dan tidak menggunakan untuk tujuan apapun dalam proses-proses persidangan lainnya:

a) Fakta bahwa proses mediasi dan ajudikasi akan, sedang atau telah berlangsung

b) Hal-hal yang muncul dalam proses mediasi dan ajudikasi

c) Pendapat yang dikemukakan atau usulan-usulan atau proposal yang disampaikan untuk penyelesaian sengketa oleh para pihak selama proses mediasi dan ajudikasi.

d) Proposal yang diusulkan oleh mediator dan ajudikasi

e) Semua bahan yang diserahkan dan pembicaraan yang dilakukan selama proses mediasi dan ajudikasi

f) Apabila pemohon tidak menerima keputusan yang dibuat oleh majelis ajudikator, kenyataan bahwa majelis ajukator telah membuat keputusan dan substansi dan persyaratan dari keputusan dan pemohon atau pemohon menolak keputusan

g) Semua bahan-bahan, informasi, korespondensi (termasuk email), masalah yang didiskusikan, proposal dan tanggapan yang disampaikan berkaitan dengan proses medisi dan ajudikasi, termasuk dan tidak terbatas pada suatu perjanjian penyelesaian kecuali bila diperlukan untuk pelaksanaan perjanjian penyelesaian tersebut.

3) Kecualikan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau perintah pengadilan, semua bahan, dokumen atau informasi lainnya yang diserahkan untuk keperluan proses mediasi dan ajudikasi bersifat khusus dan tidak dapat dipergunakan sebagai bukti dalam persidangan lainnya atas sengketa yang sama, kecuali bila dokumen tersebut dapat diterima oleh persidangan tersebut.

4) Para pihak tidak dapat meminta anggota majelis ajudikator BMAI (atau karyawan, pejabat atau wakilnya) sebagai saksi, konsultan, arbiter atau ahli dalam suatu persidangan atas sengketa yang sama.

5) Kewajiban pemohon dan anggota untuk menjaga kerahasiaan tidak berkurang dan tetap berlaku secara penuh setelah selesainya proses mediasi dan ajudikasi yang dilakukan BMAI.

6) Anggota menjamin semua pejabat karyawan, wakil-wakil dan atau agen-agennya juga mematuhi ketentuan.

Menurut Ketut Sendra selaku sekretaris di BMAI,76 penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi mempunyai banyak keuntungan yaitu sebagai berikut:

a) Cepat, tidak memakan waktu yang lama; b) Gratis, maksudnya tidak ada biaya; c) Rahasia dan tidak untuk publik;

d) Ditangani oleh mediator yang memang ahli dalam bidang asuransi.

Dalam pasal 14 Peraturan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) jangka waktu penyelesaian sengketa oleh mediator, seorang mediator harus mengupayakan untuk menyelesaikan sengketa dalam jangka waktu yang wajar, dengan mempertimbangkan kompleksitas dari sengketa.

Apabila sengketa asuransi dapat diselesaikan melalui mediasi, maka mediator harus mencatat secara tertulis semua persyaratan penyelesaian yang dicapai oleh kedua belah pihak. Tapi sebaliknya apabila sengketa tidak dapat diselesaikan melalui mediasi, maka mediator akan meminta persetujuan ketua untuk melanjutkan sengketa ke tingkat Ajudikasi sesuia tata cara yang diatur dalam peraturan Badan Mediasi Asuransi Indonesia.(BMAI).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, BMAI merupakan tempat penyelesaian sengketa yang mempunyai kontribusi yang sangat penting, terutama untuk penyelesaian sengketa dalam bidang asuransi. Karena

76

Ketut Sendra,Sekretaris Badan Mediasi Asuransi Indonesia,Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 April 20008

proses mediasi sangat tepat untuk penyelesaian sengketa asuransi dibandingkan alternatif penyelesaian sengketa lain. Penyelesaian sengketa melalui mediasi mempunyai banyak keuntungan selain proses mediasi yang cepat, gratis (tidak ada biaya), mediator yang memang ahli di bidangnya, juga kerahasiaannya terjaga karena bukan untuk publik.

D. Prosedur Penyelesaian Sengketa Asuransi Pada Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) dan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI)

Setiap lembaga apapun dalam menjalankan operasionalnya selalu disertai dengan kewenangan dan peraturan prosedur. Demikian juga dengan BASYARNAS dan BMAI sebagai lembaga Arbitrase dan Mediasi mempunyai kewenangan dan peraturan juga prosedur yang telah ditetapkan oleh lembaga itu sendiri sebagai hukum acaranya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang prosedur BASYARNAS dan BMAI dalam penyelesaian sengketa asuransi yaitu sebagai berikut:

1. Prosedur Penyelesaian Sengketa Asuransi Pada Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)

Pengajuan permohonan proses arbitrase dimulai dengan didaftarkannya surat permohonan untuk mengadakan arbitrase oleh sekretaris dalam register BASYARNAS. Dalam surat permohonan tersebut harus memuat sekurang-kurangnya nama lengkap dan tempat tinggal atau tempat kedudukan kedua belah pihak atau para pihak, suatu

uraian singkat tentang salinan naskah perjanjian arbitrasenyadan surat kuasa khusus jika diajukan.

Selanjutnya, surat permohonan itu akan diperiksa oleh BASYARNAS,

Dokumen terkait