• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA SEMARANG

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang

Secara demografis kondisi wilayah Kota Semarang memiliki penduduk yang bertempat tinggal tetap sekitar 1.602.717 jiwa (sumber : BPS Tahun 2017). Jumlah penduduk tersebut belum termasuk penduduk yang tinggal tidak tetap yang telah berbaur di tengah-tengah masyarakat. Komposisi penduduk tersebut terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan golongan (SARA). Secara kesukuan, sebagian besar Kota Semarang dihuni oleh suku Jawa, kemudian disusul Cina, sebagian Sunda, Madura, Batak, Minang, Bugis, Dayak, Maluku, Papua dan suku dari Timor Leste yang memilih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Ditilik dari segi agama, penduduk Kota Semarang sebagian besar beragama Islam kemudian secara berurutan Katholik, Kristen, Budha, Hindu dan Konghucu. Kondisi demografis tersebut menyimpan potensi kerawanan terhadap disintegrasi seperti konflik SARA atau konflik sosial. Oleh karena itu, potensi keberagaman yang dimiliki perlu dikelola sedemikian rupa sehingga tercipta stabilitas wilayah guna menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta iklim investasi daerah.

Selain itu, era reformasi yang berlangsung saat ini membawa perubahan besar dalam dinamika masyarakat. Euforia kebebasan setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mempunyai dua sisi yang bertolak belakang. Kebebasan dapat bermakna sebagai kebebasan berekspresi, berinovasi dan berkreasi untuk berkarya bagi kemaslahatan umat. Di sisi lain, kebebasan dapat bermakna sebagai ketidakteraturan yang dapat mengganggu kepentingan umum yang lebih luas. Untuk mengelola kedua sisi tersebut diperlukan pemahaman secara komprehensif dari setiap warga negara akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Secara makro permasalahan dalam penyelenggaraan urusan ketentraman dan ketertiban umum adalah masih tingginya gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat yang memiliki akar masalah pada :

1) masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga ketertiban dan ketentraman;

2) masih adanya ancaman dan gangguan, kerawanan sosial politik terhadap masyarakat;

3) masih belum optimalnya peranan pemilih pemula dalam kehidupan demokrasi;

4) belum optimalnya partisipasi aktif kaum perempuan dalam dunia politik.

3.2 Telahaan Visi, Misi, dan Program Kerja Presiden

Visi RPJMN Tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Visi tersebut dijabarkan dalam tujuh misi, yaitu :

1) Misi 1 : Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2) Misi 2 : Mewujudkan masyarakat yang maju, berkeseimbangan, dan

demokratis berlandaskan negara hukum.

3) Misi 3 : Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jatidiri sebagai negara maritim.

4) Misi 4 : Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5) Misi 5 : Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6) Misi 6 : Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7) Misi 7 : Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Berkaitan dengan misi tersebut maka dapat dapat diuraikan bahwa Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang mendukung pencapaian misi RPJMN yang keempat, yaitu “Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera”.

Adapun agenda prioritas RPJMN 2014-2019, yang disebut sebagai Nawacita, diuraikan sbb:

1) Agenda 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;

2) Agenda 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;

3) Agenda 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;

4) Agenda 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi

sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;

5) Agenda 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;

6) Agenda 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

7) Agenda 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8) Agenda 8. Melakukan revolusi karakter bangsa;

9) Agenda 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Sehubungan dengan agenda tersebut maka Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang yang bergerak untuk menjaga dan mempertahankan kondusivitas wilayah mendukung pencapaian agenda pertama Nawacita, yaitu “Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara”.

3.3 Telahaan Visi, Misi, dan Program Kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah

Visi RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 adalah “Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari, Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”. Visi tersebut dijabarkan dalam beberapa misi, yaitu :

1) Misi 1 : Membangun Jawa Tengah Berbasis Trisakti Bung Karno,

Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan;

2) Misi 2 : Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan,

3) Misi 3 : Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang Bersih, Jujur dan Transparan, “ Mboten Korupsi Mboten Ngapusi ”;

4) Misi 4 : Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk

Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan;

5) Misi 5 : Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan

Keputusan dan Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak;

6) Misi 6 : Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi

Kebutuhan Dasar Masyarakat;

7) Misi 7: Meningkatkan Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan

Jawa Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan.

Dari misi tersebut, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang mendukung pencapaian misi keenam, yaitu “Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat” mengingat rasa aman merupakan kebutuhan dasar setiap warga negara dan merupakan prasyarat penyelenggaraan pembangunan.

3.4 Telahaan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Visi pembangunan daerah sebagaimana rancangan awal RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 adalah “Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera”. Perwujudan visi tersebut mengandung makna Kota Semarang sebagai kota metropolitan berwawasan lingkungan akan menjadi kota yang handal dan maju dalam perdagangan dan jasa, dengan dukungan infrastruktur yang memadai serta tetap menjadi daerah yang kondusif untuk meningkatkan kesejahteraan warganya dengan dukungan pengembangan bidang politik, keamanan, sosial, ekonomi, dan budaya.

Dari definisi HEBAT dikandung pemahaman bahwa visi tersebut ingin mewujudkan kondisi masyarakat yang semakin sejahtera dalam rangka mencapai keuanggulan dan kemuliaan, serta kondisi perkotaan yang kondusif dan modern dengan tetap memperhatikan lingkungan berkelanjutan demi kemajuan perdagangan dan jasa.

Dalam mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui empat misi pembangunan daerah, yaitu :

Misi 1 Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berbudaya dan berkualitas

Misi 2 Mewujudkan Pemerintahan yang semakin handal untuk

meningkatkan pelayanan publik

Misi 3 Mewujudkan kota metropolitan yang dinamis dan berwawasan

lingkungan

Misi 4 Memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis keunggulan lokal dan

membangun iklim usaha yang kondusif

 Pesan mendasar misi tersebut utamanya adalah untuk membuat masyarakat semakin sejahtera, secara singkat dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan publik, pengembangan kehidupan berdemokrasi, pemerataan dan keadilan di daerah. Dalam kerangka mewujudkan visi dan misi tersebut, agar lebih mudah

dioperasionalkan maka dilakukan dengan mengembangkan semangat

kegotongroyongan dengan slogan: “Bergerak Bersama Membangun

Semarang”

Makna slogan tersebut adalah Bergerak Bersama Membangun

Semarang (BBM Semarang) diartikan satu sikap yang terwujud dalam bentuk

inisiatif dan penuh semangat untuk menyumbangsihkan tenaganya dalam rangka membangun kotanya. Sikap ini diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran dan kecintaan aparatur dan masyarakat akan kotanya. Melalui pernyataan ini, akan timbul sikap kepeloporan, sinergi, dan kolaborasi untuk menjaga kotanya dan melakukan inovasi dan kreativitas dalam membangun kota dengan tidak meninggalkan budaya dan karakter lokal.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang mendukung pencapaian misi kedua, yaitu “Mewujudkan Pemerintahan yang semakin handal untuk meningkatkan pelayanan publik”. Penyelenggaraan pemerintahan diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien, dan akuntabel dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia.

3.5 Telahaan Renstra Kementerian Dalam Negeri Tabel 3.1

Matrik persandingan tujuan dan sasaran strategis Kementrian Dalam Negeri

Tujuan Sasaran Strategis

1. Kokohnya persatuan dan

kesatuan serta karakter bangsa melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan kebhinekaan sebagai tatanan dan perilaku hidup berbangsa dan bernegara

1. Terpeliharanya persatuan dan

kesatuan bangsa;

2. Terpeliharanya stabilitas politik

dalam negeri dalam rangka

mewujudkan demokrasi yang

berkualitas.

2. Peningkatan kualitas

penyelenggaraan urusan dan tata kelola pemerintahan di Daerah

3. Meningkatnya kualitas pelaksanaan otonomi daerah untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat dan

mendorong pertumbuhan ekonomi daerah;

4. Meningkatnya kualitas pelayanan

publik dalam penyelenggaraan

pembangunan daerah;

5. Menguatnya peran Gubernur sebagai

Wakil Pemerintah dalam

pelaksanaan koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

3. Peningkatan kualitas

pengelolaan keuangan

pemerintahan daerah

6. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan daerah yang partisipatif, transparan, efektif, efisien, akuntabel dan kompetitif.

4. Optimalisasi penyelenggaraan

pemerintahan desa dalam

memberikan pelayanan prima

kepada masyarakat dan

mendorong percepatan

pembangunan desa

7. Meningkatnya kualitas dan

akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan desa dalam pelayanan masyarakat.

5. Peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan

pencatatan sipil, dengan

dukungan database yang akurat dan terpercaya

8. Meningkatnya kualitas database

kependudukan nasional sebagai

dasar penerbitan dokumen

kependudukan;

9. Meningkatnya pendayagunaan

database kependudukan nasional

bagi pelayanan publik dan

kepentingan pembangunan nasional. 6. Peningkatan tata kelola dan

kualitas kelembagaan

Kementerian Dalam Negeri

10. Meningkatnya efektivitas dan

produktivitas kerja Kementerian

Dalam Negeri;

11. Meningkatnya kapasitas dan

profesionalisme aparatur bidang

Tujuan Sasaran Strategis

12. Meningkatnya akuntabilitas

pengelolaan keuangan Kementerian Dalam Negeri;

13. Meningkatnya kinerja dalam

mendukung Reformasi Birokrasi. 7. Peningkatan tertib dan kepastian

hukum penyelenggaraan

pemerintahan daerah”

14. Meningkatnya kualitas aparatur perancang kebijakan daerah; 15. Optimalnya penanganan

penyelesaian permasalahan hukum; 16. Meningkatnya kualitas produk

hukum daerah;

17. Terhimpunya dokumentasi dan informasi produk hukum.

3.6 Telahaan Renstra Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah

Dari dinamika sosial politik yang berkembang di masyarakat Indonesia pada umumnya dan Provinsi Jawa Tengah pada khususnya, maka masalah-masalah yang dihadapi Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah berdasarkan tugas, pokok dan fungsi dalam lima tahun ke depan adalah :

1. Bidang Ideologi dan Kewaspadaan Nasional

a. Menurunnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ideologi

Pancasila di masyarakat.

b. Menurunnya kesadaran terhadap wawasan kebangsaan, nasionalisme,

dan bela negara di masyarakat.

c. Masih adanya organisasi atau kelompok masyarakat yang

mempertentangan ideologi Pancasila sebagai dasar negara dan ingin menggantinya dengan ideologi lain.

d. Kurangnya tingkat kewaspadaan dini masyarakat dalam mendeteksi dan mencegah munculnya bencana sosial dan bencana alam.

e. Masih maraknya aksi-aksi unjuk rasa atau demonstrasi oleh

organisasi atau kelompok masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya.

f. Masih adanya aksi dan kegiatan terorisme atau kekerasan atas nama

2. Bidang Ketahanan Bangsa

a. Merosotnya kecintaan terhadap nilai-nilai budaya bangsa di

masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.

b. Derasnya arus masuk budaya asing yang kurang sesuai dengan

nilai-nilai budaya bangsa dan Pancasila yang berdampak pada adanya dekadensi moral dan budaya di masyarakat.

c. Masih adanya organisasi atau kelompok keagamaan yang

menggunakan cara-cara dakwah yang menjelekkan dan menyerang kelompok lain yang berpotensi memicu terjadinya konflik SARA di masyarakat.

d. Masih muncul dan berkembangnya paham keagamaan atau aliran

sesat yang meresahkan masyarakat.

e. Terdapat gejala menurunnya tingkat toleransi antar umat beragama, yang berpotensi menimbulkan ketidakharmonisan hubungan antar umar beragama/ penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME dalam masyarakat.

f. Masih adanya sikap diskriminatif dari kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas di masyarakat.

g. Masih tingginya angka kemiskinan yang bisa berpengaruh terhadap munculnya kesenjangan sosial, yang memicu konflik sosial ekonomi di masyarakat.

h. Ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi dampak krisis global yang berimbas pada berkurangnya ketahanan ekonomi masyarakat, yang bisa menimbulkan kerawanan sosial dan konflik di masyarakat. i. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang demokratisi, penegakan hukum dan HAM yang berpotensi terjadinya konflik dan disintegrasi sosial.

j. Terjadinya dekadensi moral di masyarakat yang ditandai dengan

banyaknya penyakit masyarakat, seperti kriminalitas,

penyalahgunaan narkoba dan miras.

k. Masih terdapat konflik perebutan dala pengelolaan sumber daya alam (termasuk pesisir) di masyarakat sebagai dampak meningkatnya kegiatan penggalian, pertambangan dan industri.

3. Bidang Politik Dalam Negeri

a. Tingginya angka ketidakhadiran atau absensi (golput) dalam setiap kegiatan pemilihan umum, baik pemilu legislatif, pemilu presiden, maupun pemilukada akibat kejenuhan, apatisme masyarakat dan rendahnya kesadaran berpolitik masyarakat.

b. Rendahnya tingkat partisipasi politik masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan kebijakan publik.

c. Tingginya praktek politik uang (money politics) setiap pelaksanaan kegiatan pemilu.

d. Rendahnya pemahaman tentang etika dan budaya politik demokratis

di masyarakat.

e. Masih terjadinya konflik politik dalam pelaksanaan pemilukada kabupaten/kota, baik antar pendukung maupun antar pasangan calon. f. Belum optimalnya peran partai politik dalam proses penguatan

kualitas dan kapasitas kelembagaan demokrasi di masyarakat.

3.7 Telahaan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Rencana Tata Ruang Wilayah tidak memiliki dampak langsung terhadap pelaksnaan tugas dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang namun bukan berarti hal itu tidak penting. Rencana Tata Ruang Wilayah kadangkali menimbulkan dampak terhadap ketertiban dan keamanan lingkungan yang tetap harus diwaspadai, bahkan rencana tata ruang wilayah di luar daerah Kota Semarang pun bisa menimbulkan dampak ketentraman dan ketertiban lingkungan bagi Kota Semarang.

Pembangunan di wilayah sekitar Kota Semarang dapat mempengaruhi kondusivitas wilayah Kota Semarang. Contohnya, pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Semarang yang membawa implikasi pada dampak lingkungan bisa menimbulkan dampak sosial yang dapat merambat ke Kota Semarang. Dampak sosial dari perubahan penggunaan wilayah dimaksud berpotensi mmemunculkan dampak ketentraman dan ketertiban bagi Kota semarang mengingat Kota Semarang berbatasan dengan berbagai wilayah perbatasan.

Sebagai contoh, rencana tata ruang tata wilayah yang menimbulkan dampak ketentraman dan ketertiban lingkungan bagi Kota Semarang adalah

Reaktivasi Rel dari Stasiun KA Tawang menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Kerawanan yang timbul :

 Penggusuran warga yang mendiami lokasi tersebut.  Aksi unjuk rasa/demonstrasi ke Balai Kota/DPRD Tk-II

 Bentrokan dengan aparat maupun dengan pelaksanan di lapangan.

 Bentuk nyata kerawanan : pada hari Kamis tanggal 19 Mei 2016 pukul 09.00 WIB di Kelurahan Kebonharjo, Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang telah berlangsung penertiban rumah yang akan dilalui rel KA jurusan Tawang-Pelabuhan yng diwarnai bentrokan dan penolakan warga terhadap kegiatan tersebut. Akibat kejadian tersebut, tujuh orang anggota Brimob menderita luka, yaitu Ipda Rono Hidayat, Bripka I Wayan Sudarya, Bripka Suparno, Bripda Muh Imron, Bharada Muh Baniadi, Brigadir Ari Anggraito, Brigadir Sigit Pramono. Ketujuh anggota tersebut dievakuasi ke RS Panti Wiloso Dr Cipto. Pada puku 16.30 WIB, eksekusi akhirnya dihentikan dan masih terdapat 17 rumah yang belum dibongkar. Upaya mengatasi : Dilakukan mediasi dihadiri Walikota, Dandim dan Manger Aset (Eman Sulaiman) dan perwakilan warga (Ibu Diana dan Sdr Parjo) dengan hasil warga diberi waktu 1 minggu untuk melakukan pembongkaran sendiri dibantu Satpol PP.

Sedangkan program-program pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang tidak termasuk dalam program yang berdampak lingkungan strategis yang harus mendapatkan perhatian khusus.

3.8 Penentuan Isu-Isu Strategis berdasarkan Tugas dan Fungsi

Isu strategis adalah adalah kondisi yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/ masyarakat) di masa yang akan datang. Isu strategis juga diartikan sebagai suatu kondisi (kejadian) penting ataupun keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar, atau sebaliknya akan menghilangkan peluang apabila tidak dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan dan menentukan tujuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis.

Kriteria isu strategis adalah sebagai berikut :

1. Memiliki pengaruh yang besar (signifikan) terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional;

2. Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah;

3. Luasnya dampak yang ditimbulkan terhadap daerah dan masyarakat;

4. Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah;

5. Kemungkinan (kemudahannya) untuk dikelola;

6. Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat diinventarisasi isu strategis dalam penyelenggaraan urusan ketentraman dan ketertiban umum di Kota Semarang adalah Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi.

Prioritas utama Kota Semarang dalam peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan meliputi kapabilitas, integritas, akuntabilitas, ketaatan pada hukum, kredibilitas dan transparansi. Langkah utama untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang berkualitas di Kota Semarang dilakukan melalui penciptaan struktur pemerintah yang efisien, peningkatan kapasitas aparatur dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan yang lebih baik melalui peningkatan ketersediaan dan kualitas data. Fokus Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang terkait dengan meningkatkan sistem pengawasan internal dan pengendalian kebijakan Kepala Daerah melalui evaluasi tingkat maturitas SPIP maupun tingkat leveling kapabilitas APIP, meningkatkan integritas dan kapabilitas Aparatur Sipil Negara (ASN). Peningkatan pengendalian dan pengelolaan keuangan dan aset daerah juga menjadi fokus lain dari pembenahan reformasi dan birokrasi di Kota Semarang. Peningkatan reformasi birokrasi termasuk didalamnya adalah peningkatan pelayanan publik melalui penguatan sistem dan akses pelayanan berbasis teknologi informasi yang terpadu (smart city); pelayanan yang cepat, mudah, murah, terjangkau, inklusif dan berkualitas. Isu Strategis Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi akan dijawab melalui Misi II RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 yaitu “Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik”. Tujuan yang ingin dicapai adalah Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Melayani, dengan sasaran Terwujudnya Birokrasi yang Bersih dan Melayani.

BAB IV

Dokumen terkait