• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 Pendahuluan

2.4. Struk tur Organisasi DPRD kota Medan

2.4.1. Alat Kelengkapan DPRD kota Medan

2.4.1.6. Badan Pembentukan Perda

Badan pembentukan perda merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk melalui rapat paripurna DPRD yang susunan keanggotaannya dibentuk pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota komisi. Keanggotaan Badan pembentukan perda diusulkan oleh masing-masing fraksi dan dapat diganti

setiap tahun anggaran. Pimpinan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan pembentukan perda berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. Sementara sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris Badan pembentukan perda bukan anggota. Masa jabatan pimpinan Badan Legislasi Daerah paling lama 2½ (dua setegah) tahun. Badan pembentukan perda bertugas:

a.Menyusun rancangan program legislasi daerah yang memuat daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD.

b.Koordinasi untuk penyusunan program legislasi daerah antara DPRD dan pemerintah daerah.

c.Menyiapkan rancangan peraturan daerah usul DPRD berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan.

d.Melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD

e. memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh anggota, komisi dan/atau gabungan komisi, di luar prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di luar rancangan peraturan daerah yang

f. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus

g. Memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan peraturan daerah yang ditugaskan olehBadan Musyawarah

h. Membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya.

2.4.2. Fraksi – Fraksi DPRD Kota Medan.

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban Anggota DPRD, dibentuk Fraksi sebagai wadah berhimpun Anggota DPRD. Setiap Anggota DPRD wajib menjadi anggota salah satu Fraksi. Setiap Fraksi di DPRD beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah Komisi di DPRD. Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud diatas dapat membentuk 1 (satu) Fraksi gabungan dimana jumlah fraksi paling banyak 2 (dua) Fraksi.

Pada periode 2009-2014 DPRD kota Medan memiliki 9 (sembilan) fraksi. 7 (tujuh) fraksi penuh dan 2 (dua) fraksi gabungan dengan komposisi: yang ada di DPRD Provinsi kota Medan, yaitu ;

2. Fraksi Partai Golongan Karya

3. Fraksi Partai PDI-Perjuangan

4. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

5. Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya

6. Fraksi Partai Amanat Nasional

7. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan

8. Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat

Bab 3 PEMBAHASAN

3.1.Draft usulan rancangan peraturan daerah oleh DPRD dan Pemerintah kota Medan.

DPRD kota Medan selaku pembuat peraturan daerah dan juga sebagai tempat aspirasi masyarakat harus paham akan kebutuhan daerah dan juga masyarakatnya. Sehingga hasil dari produk pembuatan peraturan daerah nantinya akan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Namun pada kenyataannya, anggota DPRD kota Medan periode tahun 2009-2014 sangat sedikit dalam mengusulkan rancangan peraturan daerah. Peran dan hak inisiatif yang ada untuk seluruh anggota DPRD harus dioptimalkan karena mereka yang lebih tahu akan kebutuhan masyarakat dan kemajuan perkembangan daerah.

Draft rancangan peraturan daerah oleh anggota DPRD kota Medan selama masa periode tahun 2009-2014 hanya memberikan 8 (delapan) rancangan peraturan daerah yang semuanya diusulkan pada tahun 2011. Dari sini dapat diketahui bahwa peran DPRD kota Medan dalam menjalankan fungsi legislasi terutama dalam proses pengusulan rancangan peraturan daerah sangat sedikit. Ini diperkuat dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Surianda Lubis yang pada saat itu juga menjadi anggota dari komisi B, ia mengatakan

“Peran dari masing – masing komisi untuk membuat peraturan daerah sangat rendah. Komisi cenderung lebih suka menjalankan rancangan peraturan daerah yang berasal dari eksekutif ”24

Draft rancangan peraturan daerah yang berasal dari usulan anggota DPRD kota Medan sangat sedikit. Dari 44 peraturan daerah yang disahkan selama periode tahun 2009-2014 hanya 2 yang berasal dari hak inisiatif DPRD kota Medan, yaitu Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS (diusulkan oleh komisi B) dan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2012 tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya (diusulkan oleh komisi A).

Draft rancangan peraturan daerah yang diusulkan oleh DPRD kota Medan periode tahun 2009-2014 semuanya hanya ada di tahun 2011 dan baru disahkan menjadi peraturan daerah di tahun 2012. Ketidakseriusan dalam mengusulkan draft rancangan peraturan daerah dan tidak bersosialisasi terlebih dahulu untuk mencari tahu kebutuhan daerah dan masyarakat membuat rancangan peraturan daerah tersebut tidak terlalu dibutuhkan untuk dibuat menjadi peraturan daerah pada tahun tersebut.

Ini dikarenakan kurangnya observasi dan penelitian yang mendalam oleh anggota DPRD ataupun komisi dalam melihat kebutuhan daerah dan masyarakat sebelum mengusulkan rancangan peraturan daerah tersebut. Sehingga usulan rancangan peraturan daerah oleh DPRD tidak diprioritaskan untuk menjadi peraturan daerah.

Partisipasi peran DPRD kota Medan yang kurang dalam menjalankan proses legislasi, yaitu dalam pengusulan rancangan peraturan daerah. Anggota DPRD lebih banyak mengerjakan usulan rancangan peraturan daerah yang diberikan oleh pemerintah kota Medan dan melakukan pengawasan atas hasil peraturan daerah tersebut. Sedangkan dalam menjalankan fungsi legislasi untuk mengusulkan suatu rancangan peraturan daerah lebih banyak di dominasi oleh eksekutif dalam hal ini pemerintah kota.

Draft rancangan peraturan daerah yang diusulkan oleh Pemerintah kota Medan setiap tahunnya sangat banyak. Pada periode 2009-2014 ini setiap tahun DPRD kota Medan memiliki target dalam pembuatan peraturan daerah. Seperti yang dikatakan Bapak Drs H Ammiruddin,

“Setiap tahun kita harus punya target untuk menyelesaikan rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah, namun tetap harus melihat apakah peraturan daerah tersebut masuk dalam skala prioritas atau tidak.

Sehingga nantinya peraturan daerah yang keluar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.”25

Pengusulan draft rancangan peraturan daerah dari pemerintah kota Medan terlebih dahulu menerima masukan dari dinas – dinas kota sebelum mengusulkannya ke DPRD. Pemerintah menampung setiap usulan dan kebutuhan dari dinas – dinas tersebut lalu kemudian akan menseleksinya lagi sebelum diberikan ke DPRD dalam bentuk draft rancangan peraturan daerah. Proses ini yang dilakukan oleh pemerintah kota dalam mengusulkan setiap rancangan peraturan daerah dengan terlebih dahulu mencari tahu kebutuhan masing – masing dinas.

Peraturan daerah yang diusulkan oleh pemerintah kota Medan nantinya akan dibantu dengan pembentukan panitia khusus yang beranggotakan anggota – anggota komisi terkait ataupun juga utusan fraksi.

3.2.Proses penyaringan rancangan peraturan daerah oleh badan legislasi. Pada tahapan ini rancangan peraturan daerah yang masuk akan diseleksi hanya oleh badan legislasi dan dinas – dinas terkait untuk mencari peraturan daerah mana yang paling diperlukan (paling penting) untuk kota Medan. Melalui proses penyaringan ini nantinya akan dipilih peraturan daerah mana yang akan dibahas dalam rapat paripurna oleh DPRD kota Medan.

Badan legislasi mempunyai cara untuk menseleksi setiap rancangan peraturan daerah yang datang baik itu dari anggota DPRD atau pemerintah kota, yaitu dengan menggunakan skala prioritas. Skala prioritas ini adalah bagaimana peraturan daerah tersebut sangat dibutuhkan atau tidak untuk daerah dan juga untuk masyarakat. Dengan menggunakan metode ini badan legislasi akan memberikan hasil dari rancangan peraturan daerah mana yang paling dibutuhkan oleh daerah dan masyarakat saat ini. Rancangan peraturan daerah ditetapkan untuk jangka waktu 1 tahun namun apabila ada usulan rancangan peraturan daerah yang belum disahkan pada tahun tersebut dapat dibahas lagi untuk tahun berikutnya dengan melihat kebutuhan daerah.

Rancangan peraturan daerah dari DPRD dan pemerintah kota diawali dengan penyusunan naskah akademik. Naskah akademik ini merupakan latar belakang dari setiap rancangan peraturan daerah. Dalam setiap naskah akademik terdapat latar belakang masalah, tujuan, dampak, manfaat dan objek yang diatur. Adanya naskah akademik ini mempermudah badan legislasi untuk memilih rancangan peraturan daerah mana yang akan dibuat menjadi peraturan daerah sesuai dengan skala prioritas daerah.

Badan legislasi pun memiliki kendala tersendiri dalam proses penseleksian rancangan peraturan daerah ini. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Surianda lubis yang menjabat sebagai Ketua Badan Legislasi, ia mengatakan

“Kendala yang paling sering terjadi adalah ketidak seriusan dinas – dinas terkait untuk melanjutkan rancangan peraturan daerah tersebut sehingga mengakibatkan terlambatnya proses penseleksian rancangan peraturan daerah yang ada. Karena badan legislasi harus memanggil dinas – dinas terkait tersebut untuk bersama – sama melakukan kajian terhadap rancangan peraturan daerah.”26

Dari apa yang dikatakan oleh Bapak Surianda Lubis dapat diliat bahwa tugas dari badan legislasi selain harus menyaring peraturan daerah mana yang paling dibutuhkan (diprioritaskan) juga harus bisa mengajak dinas – dinas terkait untuk sama – sama membuat peraturan daerah yang baik. Namun tetap saja ada kendala yang akan dihadapin untuk membuat peraturan daerah yang baik dan tepat. Seperti sulitnya mengadakan rapat dengan dinas – dinas terkait.

“Selanjutnya, kurangnya inisiatif rancangan peraturan daerah oleh anggota DPRD kota Medan yang seharusnya mereka lebih tahu akan masalah yang ada di tengah – tengah masyarakat. Sehingga nantinya peraturan – peraturan daerah yang keluar adalah peraturan daerah yang pro akan masyarakat.”27

26

Hasil dari proses penyaringan rancangan peraturan daerah oleh badan legislasi kemudian akan diberikan ke badan musyawarah yang kemudian akan menjadwalkan rapat untuk membahas peraturan daerah yang sudah disusun sesuai dengan kebutuhan yang paling penting bagi kota Medan.

Badan musyawarah ini kemudian akan membuat nota pengantar yang ditujukan untuk Walikota dan setelah itu badan musyawarah kembali menjadwalkan rapat dalam bentuk paripurna untuk mendengar pandangan umum DPRD oleh fraksi – fraksi terhadap nota pengantar rancangan peraturan daerah yang akan dibahas, selanjutnya kepala daerah akan menanggapi dan menjawab tanggapan dari fraksi –fraksi terhadap rancangan peraturan daerah ini. Tanggapan ini dibalas paling lama seminggu setelah disampaikan dalam rapat.

3.3. Pembentukan Panitia khusus (pansus)

Panitia khusus(pansus) merupakan badan yang dibentuk untuk membantu pembuatan suatu rancangan peraturan daerah. Pansus terdiri dari anggota – anggota komisi DPRD yang terkait dengan rancangan peraturan daerah yang akan dibahas dan juga oleh utusan fraksi. Pansus dibentuk untuk membantu menyusun rancangan peraturan daerah yang telah disaring oleh badan legislasi untuk dipelajari, dikaji ataupun membandingkannya dengan peraturan daerah di daerah lain.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Drs H Amiruddin Selaku ketua DPRD kota Medan Periode 2009 – 2014, ia mengatakan seperti berikut

“Pansus ini bisa ada bisa juga tidak, jika diperlukan untuk membantu pembahasan peraturan daerah maka pansus akan dibentuk. Namun jika rancangan peraturan daerah itu bisa dibahas oleh komisi – komisi yang terkait dengan rancangan peraturan daerah tersebut maka pansus tidak perlu dibentuk.”28

Dari yang dikatakan oleh Bapak Drs H Ammiruddin, pembentukan panitia khusus harus mempelajari dengan teliti peraturan daerah yang akan mereka bahas karena mereka yang nantinya akan merumuskan, melihat dan membandingkan peraturan daerah tersebut dengan peraturan daerah yang sudah ada di daerah lain. Melalui kunjungan kerja itu nantinya pansus akan melihat bagaimana peraturan daerah itu diterapkan.

Pansus yang dibentuk memberikan daftar nama anggota pansus ke badan musyawarah DPRD yang kemudian badan musyawarah akan menjadwalkan program kerja pansus. Masa kerja pansus hanya 30 hari kerja, namun apabila dibutuhkan penambahan waktu untuk membahas rancangan peraturan daerah. Pansus harus melaporkannya kembali ke badan musyawarah untuk penambahan waktu pembahasan rancangan peraturan daerah.

Badan musyawarah akan memberikan jadwal kerja pansus lalu pansus akan melakukan kunjungan kerja ke dinas terkait terlebih dahulu untuk mendiskusikan tentang rancangan peraturan daerah. Selanjutnya pansus melakukan public hearing bersama steke holder ataupun dengan perusahaan – perusahaan terkait untuk memberikan masukan terhadap rancangan peraturan daerah. Pansus kembali melakukan kunjungan kerja ke daerah – daerah yang sudah memiliki peraturan daerah tersebut untuk melihat dampak, manfaat, dan hasil dari peraturan daerah itu.

Setiap rapat pembahasan oleh pansus selalu akan menghadirkan bagian hukum sekda kota Medan. Ini dilakukan untuk membantu membahas sanksi apa yang sudah ada dalam rancangan peraturan daerah tersebut. Sanksi tersebut bisa berupa teguran, denda, ataupun pidana. Pansus yang kemudian akan menentukan, seberapa besar sanksi dalam setiap rancangan peraturan daerah karena pansus dibentuk untuk membantu dan menyempurnakan rancangan peraturan daerah.

Kendala yang dihadapain oleh pansus ini adalah pada saat kunjungan kerja ke daerah lain, karna tidak semua daerah memiliki peraturan daerah yang sama. Pansus harus dapat melihat apakah peraturan daerah yang akan dibuat itu cocok atau tidak jika diterapkan di kota Medan dan juga manfaat kedepannya bagi masyarakat dan perkembangan daerah.

Setelah pansus menyelesaikan tugasnya, hasil laporan kerja pansus atas rancangan peraturan daerah akan diserahkan kepada pimpinan DPRD kota Medan yang kemudian akan diserahkan kembali ke badan musyawarah untuk menjadwalkan rapat dalam bentuk paripurna untuk membahas hasil rancangan peraturan daerah yang telah dikerjakan oleh pansus.

Proses akhir dalam pembuatan rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah adalah mendengarkan pendapat akhir oleh fraksi – fraksi. Disini akan memberikan persetujuan apakah rancangan peraturan daerah tersebut disahkan atau tidak. Sesuai dengan tata tertib DPRD kota Medan, jika 2/3 jumlah anggota DPRD setuju terhadap rancangan peraturan daerah tersebut maka akan dilakukan persetujuan bersama untuk mensahkan rancangan peraturan daerah tersebut menjadi peraturan daerah. Peraturan daerah yang telah siap ini kemudian akan disampaikan ke gubernur untuk mengevaluasinya dan kemudian akan menempatkannya dalam lembaran daerah kota Medan.

“Peraturan daerah tertentu yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, perubahan APBD, dan tata ruang akan berlaku setelah melalui tahapan evaluasi oleh pemerintah. Hal ini dilakukan untuk melindungi kepentingan umum, menyesuaikan dengan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi dan dengan peraturan daerah lainnya.”29

Jika terdapat peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka Pemerintah Pusat berwenang membatalkannya, sedangkan daerah yang tidak puas terhadap pembatalan tersebut dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung.

3.4.Peranan DPRD kota Medan Dalam Proses Legislasi

DPRD kota Medan periode 2009-2014 dilantik pada tanggal 27 juli 2009, segera setelah dilantik lembaga ini menyusun Tata Tertib (Tatib) DPRD sebagai mekanisme dalam menjalankan kegiatannya. Disamping itu DPRD kota Medan juga segera melengkapi struktur organisasinya. Dari struktur organisasi tersebut maka yang paling berperan dalam proses legislasi adalah DPRD kota Medan.

Namun kenyataanya dalam proses pengusulan draft rancangan peraturan daerah oleh DPRD kota Medan sangat sedikit. Hal ini disebabkan kurangnya peran anggota DPRD dalam pengusulan rancangan peraturan daerah untuk melihat ataupun meneliti kebutuhan daerah dan masyarakat.

Hasil peraturan daerah yang berasal dari DPRD kota Medan hanya ada 2 (dua) yaitu Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS (diusulkan oleh komisi B) dan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2012 tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya (diusulkan oleh komisi A).

Peraturan daerah tersebut diusulkan pada tahun 2011 namun baru disahkan pada tahun 2012. Alasan keterlambatan ini karena pada tahun tersebut rancangan peraturan daerah ini belum dibutuhkan untuk dibuat menjadi peraturan daerah ataupun belum masuk dalam skala prioritas daerah.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Damai Yona Nainggolan anggota Komisi A yang pada saat itu ikut membahas dan mengusulkan rancangan peraturan daerah ini

“Keterlambatan pengesahan rancangan peraturan daerah ini adalah karena kurangnya objek untuk diatur. Komisi A pada tahun 2011 hanya mengusulkan tentang Perlindungan Cagar Budaya. Oleh sebab itu Komisi A mengkaji kembali usulan peraturan daerah tersebut dan kemudian memperlebar objek kajiannya”30

Faktor yang membuat peraturan daerah ini akhirnya disahkan adalah ruang lingkup objek yang dikaji. DPRD kota Medan kurang mengkaji lebih dalam terhadap usulan rancangan peraturan daerah tersebut. Sehingga pada tahun pengusulannya peraturan daerah ini tidak masuk dalam skala prioritas.

Bandingkan dengan usulan peraturan daerah oleh pemerintah kota tentang pajak baik itu pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak parkir yang segera dijadikan peraturan daerah. Ini dikarenakan pemerintah kota menerima

kebutuhan dinas – dinas terkait tersebut untuk mengatur masyarakat. Sehingga dibutuhkan peraturan daerah yang dapat mengikat Masyarakat.

Hal ini yang membedakan antara DPRD kota Medan dengan Pemerintah kota Medan dalam proses legislasi. DPRD kota Medan kurang memperdalam rancangan peraturan daerah karena kurangnya komunikasi dengan masyarakat. Sedangkan pemerintah kota menampung setiap kebutuhan instansi – instansi dibawah Pemerintah kota Medan dan kemudian mengusulkannya ke DPRD.

Peran DPRD kota Medan yang sedikit dalam pengusulan rancangan peraturan daerah mengakibatkan tidak adanya keseimbangan fungsi legislasi dalam pembuatan peraturan. Hal ini yang membuat rancangan peraturan daerah lebih banyak di dominasi oleh usulan pemimpin daerah. DPRD harus lebih aktif dalam melihat dan mengkaji keadaan dan perkembangan kota Medan yang mana membutuhkan peraturan yang berguna untuk mengatur ketertiban daerah. Untuk itu peran DPRD harus lebih jeli dan paham melihat kebutuhan daerah.

DPRD kota Medan yang paling berperan dalam proses legislasi harus menkaji lebih tentang kebutuhan daerah. Baik itu dengan observasi ataupun dengan bersosialisasi dengan masyarakat. Sehingga setiap draft usulan rancangan peraturan daerah oleh DPRD kota Medan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Hal lain yang tidak kalah penting dalam penyusunan rancangan peraturan daerah yang baik adalah perlunya pengawasan. Pengawasan dalam pembentukan peraturan sangat penting guna menghindari dan mencegah hukum yang tidak

berpihak kepada kepentingan masyarakat umum. Tersedianya peraturan perundang - undangan yang berpihak pada kepentingan umum dan sesuai dengan aspirasi masyarakat merupakan landasan serta pedoman dalam penyelenggaraan perkembangan daerah.

Peran pengusulan rancangan peraturan daerah oleh DPRD harus ditingkatkan dan anggota DPRD lebih banyak mencari tahu kebutuhan daerah dan masyarakat. Nantinya hasil penelitian tersebut akan menghasilkan suatu usulan rancangan peraturan daerah yang baik. Hal ini yang diharapkan dilakukan oleh DPRD kota Medan, sehingga peran DPRD menjadi banyak terutama dalam setiap pengusulan rancangan peraturan daerah. Tidak lagi hanya menerima dan mengerjakan draft usulan dari pemerintah kota. Draft rancangan peraturan daerah oleh DPRD akan semakin penting jika melakukan penelitian yang mendalam dalam setiap usulan rancangan peraturan daerah hasil dari inisiatif DPRD.

Secara umum tugas anggota dewan pada aspek legislasi sudah dapat dilaksanakan dengan cukup baik, akan tetapi masih lemah dalam membuat peraturan daerah yang berasal dari hak inisiatif anggota DPRD sendiri. Beberapa kelemahan dari anggota DPRD kota Medan periode 2009-2014 terkait dengan tugas legislasi ini, antara lain31 :

a.Belum maksimalnya kemampuan anggota DPRD dalam memberikan usulan rancangan peraturan daerah.

b.Kurangnya sosialisasi peraturan daerah terhadap masyarakat.

c.Kurang adanya konsultasi publik, sehingga masyarakat kurang berpartisipasi dalam pembuatan peraturan daerah yang partisipatif.

d.Belum adanya staf ahli di bidang hukum untuk pendalaman dan perancangan peraturan daerah inisiatif DPRD.

Selain dari permasalahan diatas juga diharapkan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Medan untuk lebih memaksimalkan lagi pelaksanaan fungsi legislasinya dalam hal pembentukan peraturan daerah. Serta diharapkan agar hak inisiatif yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan dapat dimanfaatkan dengan baik dalam pembentukan peraturan daerah karena mereka yang menampung setiap aspirasi masyarakat dan dalam fungsi legislasinya setiap peraturan daerah yang sudah direncanakan dalam rancangan peraturan daerah dapat terealisasi semua dengan baik dan lancar tanpa ada kendala dalam pelaksanaan dan pembentukannya. Sebab pelaksanaan peran dan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan dapat dikatakan baik apabila peraturan daerah yang diusulkan oleh para anggotanya dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.

BAB IV PENUTUP

4.1.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian langsung yang telah penulis lakukan diatas, beberapa kesimpulan antara lain :

1. Peraturan daerah harus mempunyai alasan dan latar belakang dalam setiap pembuatannya, apakah peraturan daerah tersebut bermanfaat untuk saat ini ataupun untuk kedepannya. Peraturan daerah juga harus menyangkut kepentingan masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban daerah karena peraturan daerah ini yang nantinya akan mengikat masyarakat.

2. Peran dan Fungsi legislasi oleh DPRD kota Medan pada periode 2009 -2014 terbilang minim dalam pengusulan rancangan peraturan daerah. Hak inisiatif yang didapat oleh setiap anggota DPRD seharusnya wajib dipergunakan. Tidak hanya bertugas mengawasin peraturan daerah saja tapi juga harus bisa melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

4.2. SARAN

Dalam pelaksanaan fungsi legislasi yang lebih baik lagi maka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah seharusnya:

1. Perlu dilakukan peningkatan kualitas anggota DPRD, baik dari segi pendidikan, pengalaman dan juga pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan tugas serta fungsi yang dimiliki oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan agar kualitasnya lebih

Dokumen terkait