PERAN DAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KOTA MEDAN PERIODE 2009-2014
DALAM PEMBUATAN PERATURAN DAERAH
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Bernando Andika Matondang 100906051
Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P Situmorang, M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan Periode
2009 – 2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Peran dan Fungsi Legislasi DPRD
kota Medan periode 2009 -2014 dalam pembuatan peraturan daerah. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan Ketua DPRD, Ketua
Badan Legislasi Daerah ,serta pihak yang terkait dalam pelaksanaan peran dan
fungsi legilasi DPRD kota Medan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
Sekretariat DPRD. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan baSSDhwa peran DPRD kota Medan
periode 2009 – 2014 dalam melaksanakan fungsi legislasi untuk pembuatan peraturan daerah masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya peraturan
daerah yang berasal dari inisiatif anggota DPRD. Penelitian ini juga menunjukan
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE
ABSTRACT
This thesis is titled Roles and Function of the Legislation DPRD Medan
City Period 2009 - 2014 In Making Local Regulations. The purpose of this study
was to determine and describe the roles and functions of Parliament Legislation
Medan period 2009 -2014 in making local regulations. The data used in this study
are primary and secondary data. Primary data obtained from observations and
interviews with the Chairman of Parliament, Chairman of the Local Legislation,
as well as stakeholders in the implementation of the role and functions of
legislation DPRD Medan. While secondary data obtained from the Secretariat of
the Parliament. Methods of analysis used in this research is descriptive qualitative.
These results of this study indicate that the role of the DPRD Medan
period 2009 - 2014 in carrying out the functions of legislation for the creation of
local regulations still low. This can be seen from at least local regulations
stemming from the initiative legislators. This study also shows that the draft
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:
Nama : Bernando Andika Matondang NIM : 100906051
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Periode 2009-2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah
Menyetujui:
Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing
Dra. T. Irmayani, M.Si Drs. Tonny P Situmorang, M.Si. NIP. 196806301994032001 NIP. 196210131987031004
Mengetahui: Dekan FISIP USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Pengesahan
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:
Nama : Bernando Andika Matondang NIM : 100906051
Judul : Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Periode 2009-2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah
Dilaksanakan Pada:
Hari : Tanggal :
Pukul : 0.00 s/d 12.00 WIB Tempat : Ruang Sidang FISIP USU
Majelis Penguji:
Ketua :
Nama : ( ) NIP :
Penguji Utama:
Nama : ( ) NIP :
Penguji Tamu:
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Periode 2009-2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah”. Penelitian ini dilakukan demi memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Drs. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik USU
3. Bapak Drs. Tonny P Situmorang, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan banyak mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Kedua orang tua penulis, Bapak Freddy Matondang dan Mama Rosmina br Nainggolan atas segala doa, kasih sayang, kepercayaan kepada penulis dari kecil hingga tumbuh dewasa.
5. Kepada abangku Batara Matondang dan istrinya kakak Hanna Debora Sitorus yang selalu berdoa dan mendukung ku dalam segala hal.
6. Kepada seluruh Staf Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, seluruh Dosen dan Asisten Dosen yang selama ini telah memberikan ilmu kepada penulis. Serta kawan-kawan stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
7. Kepada Pimpinan DPRD Bapak Drs.H.Ammiruddin yang memberikan data untuk skripsi ini.
8. Seluruh jajaran pemangku jabatan di DPRD kota Medan yang telah memberi izin penelitian serta memberikan kontribusi terhadap proses penyelesaian skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas kekurangan yang ada pada skripsi ini. Semoga karya penelitian tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak yang membacanya serta menjadikannya sebagai bahan memperluas pengetahuan bagi pembaca maupun penulis sendiri.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Abstrak... ii
Abstact... iii
Halaman Persetujuan... v
Kata Pengantar... vi
Daftar Isi... vii
BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang………. 1
1.2.Rumusan Masalah……… 13
1.3.Tujuan Penelitian………. 13
1.4.Manfaat Penelitian……… 13
1.5.Kerangka Teori………. 14
1.5.1. Fungsi Legislasi……….. 15
1.5.2. Peraturan Daerah…..……….. 18
1.6.Metodologi Penelitian……….. 22
1.6.1. Metode Penelitian……….. 22
1.6.2. Lokasi Penelitian……… 23
1.6.3. Jenis Penelitian……… 23
1.6..4. Teknik Pengumpulan Data………. 24
1.6.5. Teknik Analisia Data………. 24
BAB II Profil DPRD kota Medan
2.1. Gambaran umum Kota Medan ………. 26
2.1.1. Letak Geografis………... 26
2.1.2.Penduduk ………... 27
2.1.3. Pendidikan………... 28
2.1.4. Ketenagakerjaan……….. 28
2.1.5. Ekonomi……….. 29
2.1.6. Sosial dan Budaya……….. 31
2.2. Pemerintahan kota Medan………. 32
2.2.1. Sejarah………. 32
2.2.2. Struktur Pemerintahan………. 34
2.3. Gambaran umum DPRD kota Medan………... 38
2.3.1. Fungsi DPRD kota Medan……….. 38
2.3.2. Tugas dan Wewenang DPRD kota Medan………. 38
2.3.3. Hak dan Kewajiban DPRD kota Medan………. 39
2.4. Struktur Organisasi DPRD kota Medan……… 42
2.4.1. Alat Kelengkapan DPRD kota Medan……… 42
2.4.1.1. Pimpinan DPRD kota Medan………... 43
2.4.1.2. Komisi……….. 44
2.4.1.3. Badan Anggaran………... 47
2.4.1.4. Badan Musyawarah……….. 48
2.4.1.5. Badan Kehormatan………... 49
BAB III Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan
Pembahasan………... 54
3.1.Draft rancangan peraturan daerah oleh DPRD dan Pemerintah kota
Medan……….. 61
3.2.Proses penyaringan rancangan peraturan daerah oleh badan legislasi……... 63 3.3.Pembentukan Panitia khusus (pansus)……… 66 3.4. Peran DPRD kota Medan………. 70
BAB IV Penutup
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan Periode
2009 – 2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Peran dan Fungsi Legislasi DPRD
kota Medan periode 2009 -2014 dalam pembuatan peraturan daerah. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan Ketua DPRD, Ketua
Badan Legislasi Daerah ,serta pihak yang terkait dalam pelaksanaan peran dan
fungsi legilasi DPRD kota Medan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
Sekretariat DPRD. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan baSSDhwa peran DPRD kota Medan
periode 2009 – 2014 dalam melaksanakan fungsi legislasi untuk pembuatan peraturan daerah masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya peraturan
daerah yang berasal dari inisiatif anggota DPRD. Penelitian ini juga menunjukan
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE
ABSTRACT
This thesis is titled Roles and Function of the Legislation DPRD Medan
City Period 2009 - 2014 In Making Local Regulations. The purpose of this study
was to determine and describe the roles and functions of Parliament Legislation
Medan period 2009 -2014 in making local regulations. The data used in this study
are primary and secondary data. Primary data obtained from observations and
interviews with the Chairman of Parliament, Chairman of the Local Legislation,
as well as stakeholders in the implementation of the role and functions of
legislation DPRD Medan. While secondary data obtained from the Secretariat of
the Parliament. Methods of analysis used in this research is descriptive qualitative.
These results of this study indicate that the role of the DPRD Medan
period 2009 - 2014 in carrying out the functions of legislation for the creation of
local regulations still low. This can be seen from at least local regulations
stemming from the initiative legislators. This study also shows that the draft
Bab I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan Otonomi daerah yang bergulir pada saat ini merupakan
bagian dari reformasi atas kehidupan bangsa yang oleh pemerintah dituangkan
dalam Undang - Undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pokok - Pokok Pemerintah
Daerah dan kemudian disempurnakan menjadi Undang - Undang No.32 tahun
2004. Berdasarkan UU No.32 tahun 2004 mengatakan bahwa pemerintah adalah
pemerintah daerah ditambah dengan DPRD, oleh karena itu DPRD bukan hanya
lembaga legislatif tetapi bagian dari pemerintah itu sendiri. Maka fungsi DPRD
menyangkut 3 hal yaitu : legislasi, pengawasan dan anggaran.
Dalam UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pemaknaan
desentralisasi adalah pemberian kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan Otonomi Daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah
atau dengan kata lain daerah diberi keleluasaan untuk mengurus sendiri urusan
pemerintahannya. Lalu UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga
menyebutkan bahwa lembaga legislatif daerah (DPRD) memiliki salah satu fungsi
kepentingan para pihak pemangku kegiatan (stakeholder) untuk menentukan
bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan.1
Pembuatan dan perancangan peraturan daerah sebagai implementasi fungsi
legislasi tersebut. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak hanya bekerja sendiri
melainkan merancang peraturan daerah tersebut bersama Walikota untuk
mendapatkan persetujuan bersama.2 Hal ini juga terdapat pada Pasal 140 ayat (1)
UndangUndang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan
bahwa Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari DPRD, Gubernur, atau
Bupati/Walikota. Selanjutnya, Rancangan Peraturan Daerah harus mendapat
persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Gubernur atau
Bupati/ Walikota untuk dapat dibahas lebih lanjut. Tanpa persetujuan bersama,
rancangan Peraturan Daerah tidak akan dibahas lebih lanjut.
Jimmly Assiddiqie, mengemukakan bahwa fungsi legislasi menyangkut
empat bentuk kegiatan, yaitu Pertama, prakarsa pembuatan undang - undang
(legislative initiation); Kedua, pembahasan rancangan undang - undang (law
making process); Ketiga, persetujuan atas pengesahan rancangan undang - undang
(law enactment approval). Dan Keempat, pemberian persetujuan pengikatan atau
ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan international dan dokumen - dokumen
hukum yang mengikat lainnya.3
1
Sadu Wasistiono, dkk, 2009. Meningkatkan Kinerja DPRD.Fokusmedia.Bandung.hlm58
2Ni’matul huda. 2005. Negara Hukum, Demokrasi & Judicial Re ie .UII P
res Yogyakarta..hal 104
3
Mengacu pada UU No. 32 tahun 2004, maka pada prinsipnya fungsi
membentuk peraturan daerah sebagai implementasi fungsi legislasi itu ada pada
DPRD. Melalui fungsi legislasi tersebut memperlihatkan bahwa DPRD bukan
hanya sebagai lembaga perwakilan daerah, namun juga sebagai lembaga legislatif
daerah yang mempunyai fungsi dalam bidang pembentukan peraturan daerah.
Walaupun fungsi legislasi peraturan daerah di bawah DPRD, namun fungsi
tersebut bukan fungsi yang mandiri, dalam arti tidak dapat diimplementasikan
secara mandiri oleh DPRD itu sendiri. Fungsi legislasi dalam pembuatan
peraturan daerah harus dijalankan secara bersama - sama oleh DPRD dengan
kepala Daerah. Dengan prinsip otonomi seluas – luasnya, daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang
menjadi urusan pemerintah pusat. Karena itu pula daerah memiliki kewenangan
membuat kebijakan daerah, yang salah satunya adalah dengan membentuk
peraturan daerah.4
Hak-hak yang dimiliki oleh DPRD sebagaimana tercantum dalam UU No.
32 tahun 2004 yaitu :
a. Meminta pertanggung jawaban Gubernur, Bupati/Walikota
b. Meminta keterangan kepada Pemerintah Daerah
d. Mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan Daerah
e. Mengajukan pernyataan pendapat
f. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah
g. Menentukan Anggaran Belanja DPRD
h. Menetapkan Peraturan Tata Tertib DPRD
Dari uraian di atas yang dimiliki oleh DPRD tersebut menunjukkan bahwa
DPRD sebagai wakil rakyat dituntut untuk selalu berkomunikasi dengan rakyat
yang diwakilinya agar mampu menyerap aspirasi masyarakat dan mengetahui
permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu,
secara umum peran dan fungsi yang diemban oleh lembaga legislatif daerah
sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dapat dirumuskan ke
dalam 3 ketagori, yakni :
1. Fungsi Legislasi
2. Fungsi Pengawasan
3. Fungsi Anggaran
Penelitian ini akan membahas fungsi DPRD di bidang legislasi yang akan
berhubungan dengan proses pembuatan peraturan daerah. Pembuatan peraturan
daerah merupakan fungsi utama oleh DPRD karena peraturan daerah yang
dihasilkan oleh DPRD dapat menjadi ukuran kemampuan DPRD dalam
DPRD dalam memberikan ataupun mengusulkan rancangan peraturan daerah
menghasilkan peraturan daerah yang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah.
Pembuatan peraturan daerah harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu
yaitu5:
a. Bahwa peraturan daerah harus ditetapkan oleh Kepala daerah dengan
persetujuan DPRD.
b. Peraturan daerah dibuat menurut bentuk yang ditentukan oleh Menteri Dalam
Negeri.
c. Peraturan daerah harus ditandatangani oleh Kepala Daerah serta ditandatangani
oleh Ketua DPRD yang bersangkutan.
d. Peraturan daerah yang memerlukan pengesahan tidak boleh diundangkan
sebelum pengesahan itu diperoleh atau sebelum jangka waktu yang ditentukan
oleh pengesahannya berakhir.
e. Peraturan daerah baru mempunyai kekuatan hukum dan mengikat setelah
diundangkan dalam lembaran daerah yang bersangkutan.
Hasil dari peraturan daerah tersebut harus memenuhi kebutuhan daerah,
aspirasi masyarakat, serta dampak kedepannya bagi perkembangan daerah dan
memenuhi beberapa hal itu. Peraturan daerah yang dihasilkan DPRD kota Medan
periode tahun 2009-2014 yaitu sebanyak 44 peraturan daerah.
Peraturan daerah merupakan wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah
yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan pada dasarnya peraturan daerah
merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dengan melihat ciri khas dari masing-masing daerah. Peraturan Daerah juga
merupakan salah satu sarana dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.
Dengan kata lain Peraturan Daerah merupakan sarana yuridis untuk melaksanakan
kebijakan otonomi daerah dan tugas-tugas pembantuan.6
Tujuan utama dari peraturan daerah adalah memberdayakan masyarakat
dan mewujudkan kemandirian daerah. Pembentukan peraturan daerah harus
didasari oleh asas pembentukan perundang-undangan pada umumnya antara lain;
Memihak kepada kepentingan rakyat, menunjung tinggi hak asasi manusia,
berwawasan lingkungan dan budaya. Kemudian menurut UU No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, peraturan daerah adalah
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dengan persetujuan Kepala Daerah.7 Jadi peraturan daerah merupakan
suatu pemberian kewenangan untuk mengatur daerah dan peraturan daerah juga
dapat dibentuk melalui pelimpahan wewenang (delegasi) dari peraturan.
6
Jimly Assidiqie 2005 Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta: Konpres hal 175
7
Penyusunan rancangan peraturan daerah sangat menentukan bagi
kelancaran pembahasan di DPRD, karena kualitas suatu rancangan peraturan
daerah dan pengambilan keputusan atas rancangan peraturan daerah menjadi
peraturan daerah ditentukan oleh bagaimana manfaat, tujuan dari peraturan daerah
tersebut. Usulan rancangan peraturan harus didahului dengan penyusunan naskah
akademik. Apabila suatu peraturan yang rancangannya didahului dengan
penyusunan naskah akademik maka hal ini telah memberi ruang bagi partisipasi
masyarakat dalam pembentukan peraturan daerah tersebut.
Setiap pembuatan naskah akademik, anggota DPRD memiliki peran
penting dalam memfasilitasi aspirasi masyarakat, baik dengan cara menerima
aspirasi (tidak langsung) maupun secara langsung melalui rapat dengar pendapat.
Ini yang menjadi arti penting perwujudan demokratisasi dalam pemerintahan
daerah. Responsifitas anggota dewan terhadap aspirasi masyarakat menjadi amat
penting guna menampung aspirasi masyarakat dalam bentuk produk hukum.
Keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan peraturan diharapkan menjadi
kekuatan penyeimbang antara kepentingan pemerintah dan masyarakat. Dianutnya
sistem politik yang demokrastis, kesempatan untuk berpartisipasi dalam
Untuk melihat bahwa pemerintah daerah sedang atau telah mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Ruang lingkup
pengawasan oleh DPRD meliputi 3 (tiga) hal yaitu8 :
1.Pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah. Pengawasan ini meliputi
pengawasan terhadap pencapaian tujuan awal saat ditetapkannya Peraturan
Daerah.
2.Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD. Pengawasan ini merupakan
pengawasan terhadap pencapaian tujuan awal saat ditetapkannya Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
3.Pengawasan terhadap Peraturan/ Keputusan Pimpinan Daerah. Pengawasan ini
meliputi pengawasan terhadap kesesuaian Peraturan/ Keputusan pimpinan
daerah dengan Peraturan Daerah, Peraturan dan perundang-undangan lainnya.
Dalam Era otonomi daerah dan didukung dengan UU No 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa lembaga legislatif daerah
(DPRD) memiliki salah satu fungsi yaitu legislasi, dimana DPRD mempunyai
tugas dan wewenang untuk membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan
kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pembentukan peraturan
daerah itu sendiri didasari pada sisi kelembagaan dan kepentingan masyarakat
daerah yaitu dengan memberikan dasar hukum dalam mengimplementasikan
pelayanan kepada masyarakat. Meskipun pembahasannya melalui prosedur yang
8
baik melalui rapat komisi, rapat pansus atau rapat komisi, akan tetapi
kenyataannya dalam pembahasannya menghasilkan peraturan daerah yang tidak
sesuai dengan kebutuhan daerah dan masyarakat.
DPRD kota Medan periode tahun 2009-2014 berisi 50 orang anggota yang
dipimpin oleh 1 ketua dan 3 wakil ketua. DPRD kota Medan mempunyai 5 alat
kelengkapan dewan, yaitu :
1. Komisi : A, B, C, D
2. Badan Anggaran
3. Badan Musyawarah
4. Badan Kehormatan
5. Badan Pembentukan Peraturan daerah
DPRD sebagai badan perwakilan rakyat yang menjalankan fungsi legislasi
harus dapat menggali serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada
di daerah untuk kemudian dituangkan kedalam peraturan daerah yang memiliki
kekuatan memaksa sehingga dapat dilaksanakan secara efektif. DPRD melalui
fungsi legislasinya dituntut untuk berperan aktif dalam proses pengusulan
rancangan peraturan daerah untuk menghasilkan suatu peraturan daerah yang
mampu mendukung penyelenggaraan otonomi daerah dan pembangunan di daerah
DPRD kota Medan kenyataannya tidak demikian, hal ini dilihat dari
kurangnya peran dan partisipasi anggota DPRD kota Medan menggunakan hak
inisiatifnya untuk memberikan draft usulan rancangan peraturan daerah. Ini
diperkuat dengan hanya sedikit peraturan daerah yang disahkan yang berasal dari
usulan hak inisiatif anggota DPRD kota Medan selama periode 2009 -2014.
Dari sini dapat diketahui bahwa anggota DPRD kota Medan hanya
menerima dan menjalankan draft usulan rancangan peraturan daerah yang berasal
dari pemerintah daerah saja. Padahal mereka yang harus mencari dan
mengusulkan rancangan peraturan daerah yang sesuai dengan masyarakat karena
mereka dipilih untuk mewakili setiap masyarakat.
DPRD kota Medan lebih banyak melakukan pengawasan terhadap hasil
dari peraturan daerah tersebut daripada harus membuat atau mengusulkan
peraturan daerah yang baik dan berguna sesuai dengan kebutuhan. Hal ini yang
menjadi kendala bagi setiap pengusulan rancangan peraturan daerah oleh DPRD.
1.2. Perumusan masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran dan fungsi legislasi DPRD kota
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
penelitian. Dalam setiap penelitian jelas mempunyai tujuan tertentu yang
didasarkan pada kepentingan serta motif individu maupun kolektif dengan
penelaahan serta pengembangan bidang yang sedang diteliti. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Mendeskripsikan profil DPRD kota Medan.
b.Melihat dan menganalisis proses pembuatan peraturan daerah yang telah dibuat
oleh DPRD kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik untuk
peneliti sendiri dan terlebih lagi untuk para akademisi dan masyarakat luas yan g
ingin mengetahui tentang proses dan mekanisme pembuatan perda. Untuk itu
menurut penulis manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis, penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan
kemampuan berpikir dan kemampuan untuk menganalisa setiap peraturan yang
telah diterapkan. Serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi program strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera
2. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
maupun literatur tambahan dalam mempelajari masalah – masalah khususnya dalam kinerja dan fungsi legislasi DPRD.
3. Secara teoritis diharapkan memberikan kontribusi khususnya dalam kajian tentang
proses dan dinamika pembuatan peraturan daerah dan menjadi
referensi/kepustakaan.
1.5. Kerangka Teori
Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, instruksi, defenisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antara konsep. Konsep dalam membentuk teori juga mengandung
konsep teoritis, yang berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana dapat
diobservasi. 9 Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti perlu
mengungkapkan dan memakai teori ataupun penjelasan lainnya untuk
mengungkapkan permasalahan yang diteliti sebagai acuan dasar. Untuk itu
diperlukan kerangka teori dalam mebuat pokok – pokok pemikiran yang menggambarkan bagaimana masalah penelitian akan diperdalam. Adapun teori
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :
1.5.1. Fungsi Legislasi
Legislasi merupakan proses pembentukan sebuah undang-undang ataupun
peraturan. Melalui DPRD aspirasi masyarakat ditampung, kemudian dari
9
kehendak rakyat tersebut diimplementasikan dalam undang-undang yang
dianggap sebagai perwakilan keinginan rakyat banyak.
Miriam Budiardjo menyatakan di antara fungsi legislatif yang paling penting adalah10 a.Membuat kebijakan (Policy) dan membuat Undang-Undang.
Untuk ini badan legiskatif diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen
terhadap Undang-Undang yang disusun Pemerintah dan hak budget. b.
Mengontrol Badan eksekutif, dalam arti menjaga supaya semua tindakan eksekutif
sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan
tugas ini Badan Perwakilan diberi hak-hak kontrol khusus. Kedua fungsi legislatif
di atas merupakan fungsi yang paling pokok yang harus dimiliki dan dijalankan
oleh badan legislatif. Apabila kedua fungsi tersebut, terutama fungsi pengawasan
tidak berjalan, maka akan terjadi pergeseran dimana badan eksekutif akan menjadi
sangat kuat. Pengawasan DPRD ini bertujuan untuk mengembangkan kehidupan
berdemokrasi, serta menjamin keterwakilan rakyat dan daerah dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta mengembangkan mekanisme check
and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif demi mewujudkan keadilan
dan kesejahteraan rakyat.
Fungsi legislasi merupakan fungsi dari parlemen untuk membentuk produk
hukum yang bersifat mengatur. Hal ini berkenaan dengan kewenangan untuk
10 Tahun 2004, Pembentukan peraturan daerah pada dasamya dimulai dari: tahap
perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Kedelapan tahapan tersebut
adalah prosedur baku yang harus dilewati oleh setiap pembentukan peraturan
daerah. Rancangan peraturan daerah dapat berasal dari pemerintah daerah atau
berasal dari DPRD (hak inisiatif).
DPRD sebagai lembaga pemerintahan daerah mempunyai kedudukan dan
fungsi yang sama dengan pemerintah daerah untuk membangun dan
mengusahakan dukungan dalam penetapan kebijakan pemerintahan daerah yang
dapat menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Atas kedudukan dan
fungsi yang sama itu maka baik DPRD maupun kepala daerah mempunyai hak
yang sama dalam melakukan amandemen terhadap peraturan daerah dan memiliki
hak yang sama dalam melakukan prakarsa dan inisiatif dalam pengajukan
rancangan peraturan daerah.11
Fungsi legislasi DPRD yaitu untuk membentuk peraturan daerah bersama
kepala daerah. Dibentuknya peraturan daerah sebagai bahan pengelolaan hukum
di tingkat daerah guna mewujudkan kebutuhan - kebutuhan perangkat peraturan
perundang-undangan guna melaksanakan pemerintahan daerah serta sebagai yang
menampung aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Peranan DPRD
dalam menjalankan fungsi legislasinya bertumpu pada tiga pengertian. Mencakup
11
dalam pengertian fungsi legislasi adalah: Prakarsa pembuatan undang-undang
(legislative initiation); Pembahasan rancangan undang - undang (law making
process); serta Persetujuan atas pengesahan rancangan peraturan daerah (law
enactment approval).
Fungsi membentuk peraturan daerah sebagai implementasi fungsi legislasi
itu ada pada legislatif daerah atau DPRD. Melalui fungsi legislasi tersebut secara
jelas memperlihatkan bahwa DPRD bukan semata-mata sebagai lembaga
perwakilan daerah (parlemen daerah), namun juga sebagai lembaga legislatif
daerah yang mempunyai fungsi dalam bidang pembentukan peraturan daerah.
Walaupun fungsi legislasi peraturan daerah di bawah DPRD, namun fungsi
tersebut bukanlah fungsi yang mandiri dalam arti tidak dapat diimplementasikan
secara mandiri oleh DPRD itu sendiri. Fungsi legislasi dalam pembuatan
peraturan daerah harus dijalankan secara bersama – sama oleh DPRD dengan kepala daerah. Untuk melaksanakan fungsi lembaga legislatif tersebut badan
perwakilan rakyat memiliki sejumlah hak, seperti hak prakarsa (inisiatif) yaitu hak
untuk mengajukan usul rancangan undang – undang; hak amandemen yaitu hak untuk mengubah rancangan undang – undang; hak budget yaitu hak untuk ikut menetapkan anggaran belanja.12
Fungsi legislasi meliputi :.
b. Mengusulkan perda baru
c. Perubahan dan revisi perda yang tidak sesuai dengan peraturan di atasnya
d. Membuat perda baru
e. Adanya insiatif dari anggota DPRD untuk perda
f. Adanya insiatif dari masyarakat untuk perda dan memprogram semua
Rancangan Peraturan Daerah (raperda) dalam periode setahun yang
berkoordinasi dengan pihak ekskutif.
1.5.2. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan yang dibuat oleh kepala daerah
provinsi maupun Kabupaten/Kota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dalam ranah
pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah yang menjadi legalitas perjalanan
eksekusi pemerintah daerah13. Peraturan daerah merupakan wujud nyata dari
pelaksanaan otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan pada
dasarnya peraturan daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, dengan melihat ciri khas dari
masing-masing daerah.
13
Kemandirian dalam berotonomi tidak berarti daerah dapat membuat
peraturan perundang-undangan atau keputusan yang terlepas dari sistem
perundang-undangan secara nasional. Peraturan perundang-undangan tingkat
daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan sistem
undangan secara nasional. Karena itu tidak boleh ada peraturan
undangan tingkat daerah yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya atau kepentingan umum.14
Tujuan utama dari peraturan daerah adalah memberdayakan masyarakat
dan mewujudkan kemandirian daerah, dan pembentukan peraturan daerah harus
didasari oleh asas pembentukan perundang-undangan pada umumnya antara lain;
Memihak kepada kepentingan rakyat, menunjung tinggi hak asasi manusia,
berwawasan lingkungan dan budaya.15 Kemudian menurut UU No. 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah
adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan persetujuan Kepala Daerah.16 Jadi peraturan daerah
merupakan suatu pemberian kewenangan (atribusian) untuk mengatur daerahnya
dan peraturan daerah juga dapat dibentuk melalui pelimpahan wewenang
(delegasi) dari peraturan. Prinsip dasar penyusunan peraturan daerah :
14
1. Transparansi/keterbukaan
2. Partisipasi
3. Koordinasi dan keterpaduan.
Rancangan peraturan daerah yang telah memperoleh kesepakatan untuk
dibahas kemudian dilaporkan kembali kepada walikota oleh sekretaris daerah
disertai dengan nota pengantar untuk walikota dari pimpinan DPRD. Proses
pembahasan dilaksanakan berdasarkan peraturan tata tertib DPRD. Sebelum
dilakukan pembahasan di DPRD, terlebih dahulu dilakukan penjadwalan oleh
badan Musyawarah DPRD. Pembahasan pada lingkup DPRD sangat sarat dengan
kepentingan politis masing-masing fraksi. Tim kerja dilembaga legislatif
dilakukan oleh komisi ( A s/d D). Proses pembahasan diawali dengan rapat
paripurna DPRD dengan acara penjelasan walikota. Selanjutnya pandangan umum
fraksi dalam rapat paripurna DPRD. Proses berikutnya adalah pembahasan oleh
Komisi, gabungan Komisi, atau Panitia Khusus (pansus). Dalam proses
pembahasan apabila DPRD memandang perlu dapat dilakukan studi banding ke
daerah lain yang telah memiliki peraturan daerah yang sama dengan substansi
rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas. Dalam hal proses pembahasan
telah dianggap cukup, selanjutnya pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna
Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan
kepala daerah selanjutnya disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala
daerah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. Penyampaian rancangan
peraturan daerah tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Penetapan rancangan peraturan
daerah menjadi peraturan daerah tersebut dilakukan oleh kepala daerah dengan
membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari
sejak rancangan peraturan daerah tersebut.
Proses pembahasan rancangan peraturan daerah pada hakikatnya mengarah
pada ikhtiar musyawarah untuk mencapai mufakat. Pembahasan rancangan
peraturan daerah tidak menyisakan ruang bagi voting karena memang kedudukan
antara pemerintah daerah dan DPRD sederajat. Setiap pembahasan rancangan
peraturan daerah menghendaki persetujuan bersama, sehingga karena
masing-masing pihak memiliki kedudukan yang seimbang, maka tidak mungkin putusan
dapat diambil secara voting. Persetujuan bersama menjadi syarat agar suatu
rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah.
Perturan daerah yang telah disahkan harus diundangkan dengan
menempatkannya dalam lembaran daerah. Pengundangan peraturan daerah dalam
lembaran daerah dilaksanakan oleh sekretaris daerah. Untuk peraturan daerah
daerah merupakan tugas administratif pemerintah daerah. Pengundangan perda
dalam lembaran daerah tersebut menandai perda yang telah sah untuk
diberlakukan dan masyarakat berkewajiban untuk melaksanakannya.
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1. Metode penelitian
Metode penelitian didefenisikan sebagai ajaran mengenai cara-cara yang
digunakan dalam memproses penelitian. Metode berguna untuk memberikan
ketepatan, kebenaran dan pengetahuan yang mempunyai nilai ilmiah yang
tinggi17. Untuk itu, penelitian ini akan memaparkan beberapa cara sebagai batasan
untuk mencapai kebenaran ilmiah, yakni : Jenis penelitian, teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data.
1.6.2. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di kantor DPRD kota Medan
1.6.3. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif.
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mempelajari suatu gejala atau realita
sosial dan mencoba untuk menemukan suatu pemahaman atau interpretasi makna
terhadap masalah tersebut. Orientasi yang ditekankan pada penelitian kualitatif
lebih banyak memfokuskan pada proses dan jalinan peristiwa sehingga penelitian
17
bersifat siklus yang dapat dilakukan berulang - ulang18. Pengumpulan data dan
analisis data diperlukan dalam membangun suatu konsep, hipotesis dan teori
secara mendetail.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang
diterapkan berdasarkan tujuan dan masalah penelitian19. Oleh karena penelitian ini
menggunakan metode kualitatif maka peneliti membutuhkan informasi kunci (key
informan). Key informan yang dipilih yaitu Ketua Badan Legislasi Daerah, ketua
DPRD, sekretaris dewan dengan daftar pertanyaan yang telah disusun. Peneliti
akan melaksanakan wawancara secara langsung dan bertemu dengan informan
yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai judul penelitian.
1.6.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
data primer dan data sekunder.
1. Data Primer, yaitu Data-data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara
mendalam yang dipandu oleh pedoman wawancara secara terstruktur dengan
mengajukan pertanyaan – pertanyaan langsung kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur yang relevan seperti buku –
buku, artikel, undang – undang, peraturan – peraturan, internet, jurnal, dan studi kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.6.5. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas
masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang
akan diteliti dan kemudan dilakukan penarikan kesimpulan. Data – data yang dikumpulkan baik dari buku maupun data hasil wawancara akan dianalisis dengan
teori yang ada sehingga menemukan pemahaman terhadap masalah ini. Hal ini
penting dilakukan agar diperoleh kejelasan atas permasalahan yang telah
1.6.6. Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini terbagi kedalam 4 bab, dengan susunan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I :Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Dalam
Pembuatan Peraturan Daerah.
Pada bab I ini terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian,
Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Profil DPRD Kota Medan
Dalam Bab II ini akan menjelaskan struktur DPRD kota
Medan
BAB III : Analisis Proses Pembuatan Peraturan Daerah
Pada Bab III ini akan menyajikan hasil penelitian tentang
Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Dalam
Pembuatan Peraturan Daerah.
BAB IV : Penutup
BAB II
2.1.Gambaran Umum Kota Medan. 2.1.1. Letak Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan
jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5
meter di atas permukaan laut. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah
hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada
maksimum 32,4°C dan minimum 24°C.
Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan
berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang yaitu sebelah Barat, Selatan
dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat
Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber
Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya
secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber
daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan
158 Kelurahan dan Menara Air Tirtanadi adalah sebuah bangunan yang menjadi
ikon Kota Medan.
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,
Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan
perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri
(ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota
dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota
Medan saat ini
2.1.2. Penduduk
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2012, penduduk Medan
berjumlah 2.122.804 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.050.596 laki-laki dan
1.072.208 perempuan. Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok
umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).
Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa
berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan,
rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara
penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia
dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di
Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan
penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan
Medan Timur.
2.1.3. Pendidikan
Pendidikan di kota Medan sangat bagus karena banyaknya sekolah dari
tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi. Adapun pembagian pendidikan
formal di kota Medan yaitu Tingkat TK – SD negeri dan swasta : 827, SMP negeri
dan Swasta: 337, SMA negeri dan Swasta: 288, serta Perguruan Tinggi: 72.
2.1.4. Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara pada Februari 2012
sebanyak 6,56 juta orang, terdiri dari 6,14 jutaorang bekerja, dan 0,41 juta orang
penganggur sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari
2012 sebesar 74,55 persen dan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada
Februari 2012 sebesar 6,31 persen. Penduduk Medan banyak yang berprofesi di
bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang
komoditas perkebunan. Sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh
etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh
pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas
digeluti oleh orang Minangkabau.
2.1.5. Ekonomi
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti
pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,
dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing retunrn to
scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas)
yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan,
bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses
peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan
struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung
proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.
Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009 berdasarkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 terjadi
peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen,
sektor jasa-jasa 7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor
persen. Besaran PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku
tercapai sebesar Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000
sebesar Rp. 33,43 triliun.
Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56
persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar
2,20 persen Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 1,85 persen, sektor
bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian 0,10
persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan
penggalian menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009
digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen,
disusul oleh ekspor neto 30,53 persen (ekspor 50,82 persen dan impor 20,29
persen), pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen, konsumsi pemerintah 9,54
persen dan pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per Kapita
atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta20.
20
2.1.6. Sosial dan Budaya
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis.
Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari
wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh
suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir
dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi
penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa,
Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah
bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini
dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba,
Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagai.
Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu
suku dengan yang lain.
Bahasa yang digunakan penduduk sehari-hari adalah Bahasa Indonesia,
Bahasa Batak, dan Bahasa Mandailing. Oleh sebab itu perlu mempelajari
beberapa bahasa Batak yang sering digunakan masyarakat setempat agar dapat
menjalin komunikasi yang lebih akrab selama berwisata di kota ini. Suku Melayu
banyak yang memilih tinggal di pinggiran kota sementara untuk suku
Minangkabau dan Tionghoa lebih dominan tinggal di tempat-tempat ramai karena
Islam dan Kristen Protestan adalah agama yang dominan di kota ini.
Setelahnya, secara berurutan adalah agama Katholik, Budha dan Hindu. Kota
Medan, seperti halnya Indonesia secara umumnya, memberikan kebebasan kepada
setiap masyarakat untuk dapat melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan
masing-masing. Sehingga, tidak sulit menemukan rumah ibadah saat anda berada
di kota ini.
2.2.Pemerintahan Kotamadya Medan.
2.2.1. Sejarah.
Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590.
John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833
menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk
200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak
beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan
pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi
memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta
Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di
luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan
secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang
Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa21.
21
Di akhir abad ke- 19 dan awal abad ke- 20 terdapat 2(dua) gelombang
migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa
dan Jawa sebagai kuli perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan
perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari
mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan
kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.
Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedantangan orang
Melayu, Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan
untuk bekerja sebagai buruh perkebunan tetapi untuk berdagang atau menjadi
guru dan ulama.
Pada tahun 1887, Kesultanan Deli dipindahkan dari Labuhan ke Kota
Medan. Bersamaan dengan itu, Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota
Karesidenan Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Dengan
dijadikannya Medan sebagai ibukota Karesidenan Sumatera Timur, maka Medan
menjadi pusat perekonomian Sumatera Timur. Di Kota medan juga dibuka kantor
Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor
Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892. Perkembangan
perekonomian yang begitu pesat menyebabkan dibukanya Belawan sebagai
pelabuhan internasional . Universitas Sumatera Utara etika Medan dijadikan
Kampung Sungai Rengas. Kampung-kampung ini dikepalai oleh seorang kepala
kampung di bawah komando Kontrolir di Labuhan. Kampung Petisah Hulu
disatukan dengan Petisah Hilir yang dikepalai oleh seorang Kepala Kampung.
Kemudian, tumbuh lagi kampung yang baru, yatiu : Kampung Aur dan Kampung
Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala Kampung. Pada tahun 1918 status
Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status
Gementee (Kotapraja) tetapi kota Maksum dan Sungai Kera tidak termasuk ke
dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan
Deli.. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu adalah Baron Daniel Mackay.
Selanjutnya, Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari segi
ekonomi dan pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi kota
otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera.
2.2.2. Struktur Pemerintahan.
Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU
ditetapkan bahwa sejak 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali
lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang.. Keputusan
tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September
1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4
kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan
Dalam perkembangan selanjutnya Medan yang telah menjadi Kotamadya,
mengalami perluasan daerah. Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973
ditetapkan bahwa beberapa wilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten
Deli Serdang, dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Medan, sehingga Medan
memiliki 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Kemudian, melalui sebuah surat
persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya
Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan.
Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan
beberapa Kecamatan di Sumtera Utara, maka Kecamatan yang ada di Kotamadya
Daerah Tingat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kemudian 2 (dua)
wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang
pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut,
Kecamatan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21
Kecamatan.
Pemerintahan kota Medan dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota
yang dipilih oleh rakyat yang menjabat lima tahun setiap periode nya. Saat ini,
jabatan Walikota Medan dijabat oleh Drs. H. Rahudman Harahap, M.M dan
jabatan Wakil Walikota dijabat oleh Drs. H. T. Dzulmi Eldin S, M.Si. Sejak 15
Mei 2013, Rahudman Harahap dinonaktifkan dan Dzulmi Eldin dijadikan
Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 21 dinas yang
membidangi bidang pemerintahan tertentu seperti Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, Dinas Pariwisata, Dinas Pendapatan, Dinas Perikanan dan Kelautan,
Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Kehutanan, Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, Dinas Perkebunan, Dinas Pertamanan dan lainnya yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas (Eselon).
Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam 5
sifat, yaitu :
1. Pemberian pelayanan
2. Fungsi pengaturan (penetapan perda)
3. Fungsi pembangunan
4. Fungsi perwakilan (berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi /Pusat)
5. Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.
Harus diakui UU no 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah
menjembatani aspirasi dan semangat reformasi masyararakat lokal, yang
menginginkan adanya keleluasaan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
Secara filosofis, implimentasi otonomi daerah ternyata dapat mendorong daerah
berkembang dengan prakarsa kreditivitas dan inisiatifnya sendiri, termasuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat, akuntabilitas, transparansi dan komitmen
Adanya keleluasan melaksanakan otonomi daerah, tercermin dari pola
pembagian kewenangan antara pusat dan daerah. Semangat Undang-Undang No
32 Thn. 2004, telah menempatkan kewenangan pusat hanya pada aspek- aspek
yang sangat terbatas seperti politik luar negeri, pertahanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama serta kewenangan lain yang tidak atau belum dapat diselenggarakan
oleh daerah. Untuk itu, Kota Medan dituntut untuk mampu menyelenggarakan
bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, meliputi administrasi
pemerintahan umum, pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian dan
perdagangan, koperasi, penanaman modal, ketenagakerjaan, kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pemukiman, pekerjaan
umum, perhubungan, lingkungan hidup, kependudukan dan olahraga.
Bagi Pemerintah Kota Medan, implementasi otonomi daerah diwujudkan
dalam kewajiban Pemerintah Kota untuk menjamin pelayanan umum yang sangat
mendasar kepada masyarakat dan dunia usaha, berdasarkan kewenangan dan
bidang –bidang wajib yang dilaksanakan Pemerintah Kota. Secara terus menerus,
Pemerintah Kota Medan memperbaiki mutu pelayanan umum yang ada, mulai
dari identifikasi dan standarisasi pelayanan, peningkatan kerja pelayanan
Pemerintah Kota, dan monitoring pelayanan. Usaha ini diharapkan mampu
menciptakan pemberian pelayanan yang adil dan merata bagi seluruh pihak, baik
2.3.Gambaran Umum DPRD Kota Medan
2.3.1 Fungsi DPRD Kota Medan
DPRD Provinsi mempunyai Fungsi :
1. Fungsi Legislasi, membentuk Peraturan Daerah (Perda) bersama Gubernur
2. Fungsi Anggaran, merencanakan, menyususn, dan menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bersama pemerintah.
3. Fungsi Pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan Undang- undang,
Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Kebijakan yang ditetapkan
Pemerintahan Daerah.
2.3.2 Tugas dan Wewenang DPRD Kota Medan
DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
1. Membentuk Perda bersama walikota
2. Membahas dan memberikan persetujuan atau menolak rancangan
peraturan daerah mengenai APBD yang diajukan oleh walikota
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah, APBD
4. Mengusulkan pengangkatan dan atau pemberhentian walikota dan kepada
Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan
5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
terhadap rencana perjanjian internasional di daerah
6. Memberikan persetujuan atau penolakan kepada pemerintah daerah
terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah
daerah
7. Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban walikota dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah
8. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain
atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah
9. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
10.Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang – undangan22.
2.3.3 Hak dan Kewajiban DPRD Kota Medan
Secara Kelembagaan DPRD mempunyai beberapa hak, yaitu;
1. Hak interpelasi adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Gubernur
mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta
2. Hak angket adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap
kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan ;
3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di
daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
Berdasarkan Tatib DPRD Kota Medan anggota DPRD secara personal
Mereka mempunyai hak :
1. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah
2. Mengajukan pertanyaan
3. Menyampaikan usul dan pendapat
4. Memilih dan dipilih
5. Membela diri
6. Imunitas
8. Protokoler
9. Keuangan dan administratif.
Secara Personal, Anggota DPRD mempunyai kewajiban:
a. Mengamalkan Pancasila
b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan menaati Peraturan Perundang-undangan
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan
e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat
f. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
g. Menaati Tata Tertib dan Kode Etik
i.Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja
secara berkala
j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat
k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen
di Daerah Pemilihannya.
2.4. Struktur Organisasi DPRD Kota Medan 2.4.1 Alat kelengkapan DPRD Kota Medan
Alat Kelengkapan DPRD terdiri atas :
a. Pimpinan ;
b. Komisi
c. Badan Anggaran
d. Badan Musyawarah
e. Badan Kehormatan
2.4.1.1 Pimpinan DPRD Kota Medan
Pimpinan DPRD kota Medan terdiri dari 1 (satu) orang ketua yaitu Drs. H.
Amiruddin dan 3 (tiga) orang Wakil Ketua yaitu H. Sabar Syamsurya Sitepu ;
Ikrimah Hamidy ; Agus Napitupulu.
Tugas pimpinan DPRD yaitu:
a. Memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil
keputusan
b. Menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja antara
Ketua dan Wakil Ketua
c. Melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan
materi kegiatan dari Alat Kelengkapan DPRD
d. Menjadi juru bicara DPRD
e. Melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD
f. Mewakili DPRD dalam berhubungan dengan Lembaga/Instansi lainnya
g.Mengadakan konsultasi dengan Walikota dan Pimpinan Lembaga/Instansi
lainnya sesuai dengan keputusan DPRD.
i. Melaksanakan Keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau
rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
j.Menyusun rencana Anggaran DPRD bersama Sekretariat DPRD yang
pengesahannya dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD.
k. Menyampaikan laporan kinerja Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD
yang khusus diadakan untuk itu.23
2.4.1.2. Komisi
Komisi merupakan Alat Kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan
dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Setiap Anggota
DPRD kecuali Pimpinan DPRD, wajib menjadi anggota salah satu Komisi
Jumlah komisi di DPRD kota Medan terdiri dari 4 (empat) komisi yaitu:
1. Komisi A ( Bidang Pemerintahan)
Meliputi secretariat daerah bagian admisnistrasi pemerintahan umum, Humas<
hubungan antar daerah, bagian hukum, bagian organisasi tata laksana,
secretariat DPRD, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas komunikasi
dan informastika, badan penelitian dan pengembangan, badan Kesbag Linmas,
badan ketahanan pangan, badan kepegawaian daerah, kantor arsip, kantor
pendidikan dan penelitian, kantor sandi daerah, kecamatan, kelurahan, KPUD,
23
pertahanan, kehakiman, kejaksaan TNI dan kepolisian, Hankam, maritime,
organisasi masyarakat, imigrasi atau lembaga lain yang dianggap mitra kerja
oleh pimpinan DPRD.
2. Komisi B ( Bidang Kesejahteraan Masyarakat)
Meliputi Sekretariat Daerah Bagian Administrasi bagian agama dan
pendidikan, bagian adiministrasi kemasyakatan, dinas pendidikan, Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Pemuda dan Olahraga, Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan, Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Dinas Kesehatan, RSU
Pirngadi,Badan Narkotika Medan, Kantor Perpustakaan, lembaga lain
yang dianggap mitra kerja oleh pimpinan DPRD
3. Komisi C ( Perekonomian/Keuangan)
Meliputi Sekretariat Daerah bagian adiministrasi perekonomian, bagian
keuangan, bagian perlengkapan dan aset, bagian umum, Dinas Koperasi
UMKM, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, Dinas Perindustrian
Perdagangan, Dinas Pendapatan, Inspektorat Daerah, Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu, Kantor Penanaman Modal, Perusahaan Daerah, PLN,
Pertamina, BULOG, Perbankan, Perusahaan Patungan, PMA, PMD, Dunia
Usaha, BPK, BPKP, dan lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh
4. Komisi D ( Bidang Pembangunan)
Meliputi Sekretariat Daerah bagian administrasi pembangunan,
administrasi sumber daya alam, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga,
Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Tata Ruang Tata Bangunan,
Dinas Pertamanan, Dinas Kebersihan, Dinas Pencegahan Pemadam
Kebakaran, Dinas Pertanian dan Kelautan, BAPPEDA, lembaga lain yang
dianggap mitra kerja oleh pimpinan DPRD.
Komisi DPRD mempunyai tugas:
a.Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
b.Melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah dan rancangan
keputusan DPRD
c.Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD
sesuai dengan ruang lingkup tugas komisi
d.Membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang
disampaikan oleh kepala daerah dan/atau masyarakat kepada DPRD
e.Menerima, menampung, dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat
g.Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan
pimpinan DPRD
h.Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat
i.Mengajukan usul kepada pimpinan DPRD termasuk dalam ruang lingkup bidang
tugas masing – masing komisi
j.Memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan
tugas komisi.
2.4.1.3. Badan Anggaran
Badan Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap
dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Anggota
Badan Anggaran diusulkan oleh masing-masing fraksi dengan
mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap komisi dan paling banyak
1/2 (setengah) dari jumlah anggota DPRD.
Badan Anggaran mempunyai tugas:
a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD
kepada walikota dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan
dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya
b. Melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada komisi
terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan
kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara;
c. Memberikan saran dan pendapat kepada walikota dalam mempersiapkan
rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan
peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD;
d. Melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
rancangan peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan
APBD berda