• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan Periode 2009 – 2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan Periode 2009 – 2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN DAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KOTA MEDAN PERIODE 2009-2014

DALAM PEMBUATAN PERATURAN DAERAH

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Bernando Andika Matondang 100906051

Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P Situmorang, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan Periode

2009 – 2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Peran dan Fungsi Legislasi DPRD

kota Medan periode 2009 -2014 dalam pembuatan peraturan daerah. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan Ketua DPRD, Ketua

Badan Legislasi Daerah ,serta pihak yang terkait dalam pelaksanaan peran dan

fungsi legilasi DPRD kota Medan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

Sekretariat DPRD. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan baSSDhwa peran DPRD kota Medan

periode 2009 – 2014 dalam melaksanakan fungsi legislasi untuk pembuatan peraturan daerah masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya peraturan

daerah yang berasal dari inisiatif anggota DPRD. Penelitian ini juga menunjukan

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ABSTRACT

This thesis is titled Roles and Function of the Legislation DPRD Medan

City Period 2009 - 2014 In Making Local Regulations. The purpose of this study

was to determine and describe the roles and functions of Parliament Legislation

Medan period 2009 -2014 in making local regulations. The data used in this study

are primary and secondary data. Primary data obtained from observations and

interviews with the Chairman of Parliament, Chairman of the Local Legislation,

as well as stakeholders in the implementation of the role and functions of

legislation DPRD Medan. While secondary data obtained from the Secretariat of

the Parliament. Methods of analysis used in this research is descriptive qualitative.

These results of this study indicate that the role of the DPRD Medan

period 2009 - 2014 in carrying out the functions of legislation for the creation of

local regulations still low. This can be seen from at least local regulations

stemming from the initiative legislators. This study also shows that the draft

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Bernando Andika Matondang NIM : 100906051

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Periode 2009-2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Dra. T. Irmayani, M.Si Drs. Tonny P Situmorang, M.Si. NIP. 196806301994032001 NIP. 196210131987031004

Mengetahui: Dekan FISIP USU

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Bernando Andika Matondang NIM : 100906051

Judul : Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Periode 2009-2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah

Dilaksanakan Pada:

Hari : Tanggal :

Pukul : 0.00 s/d 12.00 WIB Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Majelis Penguji:

Ketua :

Nama : ( ) NIP :

Penguji Utama:

Nama : ( ) NIP :

Penguji Tamu:

(6)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Periode 2009-2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah”. Penelitian ini dilakukan demi memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Drs. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik USU

3. Bapak Drs. Tonny P Situmorang, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan banyak mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kedua orang tua penulis, Bapak Freddy Matondang dan Mama Rosmina br Nainggolan atas segala doa, kasih sayang, kepercayaan kepada penulis dari kecil hingga tumbuh dewasa.

5. Kepada abangku Batara Matondang dan istrinya kakak Hanna Debora Sitorus yang selalu berdoa dan mendukung ku dalam segala hal.

6. Kepada seluruh Staf Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, seluruh Dosen dan Asisten Dosen yang selama ini telah memberikan ilmu kepada penulis. Serta kawan-kawan stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

7. Kepada Pimpinan DPRD Bapak Drs.H.Ammiruddin yang memberikan data untuk skripsi ini.

8. Seluruh jajaran pemangku jabatan di DPRD kota Medan yang telah memberi izin penelitian serta memberikan kontribusi terhadap proses penyelesaian skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas kekurangan yang ada pada skripsi ini. Semoga karya penelitian tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak yang membacanya serta menjadikannya sebagai bahan memperluas pengetahuan bagi pembaca maupun penulis sendiri.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Abstrak... ii

Abstact... iii

Halaman Persetujuan... v

Kata Pengantar... vi

Daftar Isi... vii

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang………. 1

1.2.Rumusan Masalah……… 13

1.3.Tujuan Penelitian………. 13

1.4.Manfaat Penelitian……… 13

1.5.Kerangka Teori………. 14

1.5.1. Fungsi Legislasi……….. 15

1.5.2. Peraturan Daerah…..……….. 18

1.6.Metodologi Penelitian……….. 22

1.6.1. Metode Penelitian……….. 22

1.6.2. Lokasi Penelitian……… 23

1.6.3. Jenis Penelitian……… 23

1.6..4. Teknik Pengumpulan Data………. 24

1.6.5. Teknik Analisia Data………. 24

(8)

BAB II Profil DPRD kota Medan

2.1. Gambaran umum Kota Medan ………. 26

2.1.1. Letak Geografis………... 26

2.1.2.Penduduk ………... 27

2.1.3. Pendidikan………... 28

2.1.4. Ketenagakerjaan……….. 28

2.1.5. Ekonomi……….. 29

2.1.6. Sosial dan Budaya……….. 31

2.2. Pemerintahan kota Medan………. 32

2.2.1. Sejarah………. 32

2.2.2. Struktur Pemerintahan………. 34

2.3. Gambaran umum DPRD kota Medan………... 38

2.3.1. Fungsi DPRD kota Medan……….. 38

2.3.2. Tugas dan Wewenang DPRD kota Medan………. 38

2.3.3. Hak dan Kewajiban DPRD kota Medan………. 39

2.4. Struktur Organisasi DPRD kota Medan……… 42

2.4.1. Alat Kelengkapan DPRD kota Medan……… 42

2.4.1.1. Pimpinan DPRD kota Medan………... 43

2.4.1.2. Komisi……….. 44

2.4.1.3. Badan Anggaran………... 47

2.4.1.4. Badan Musyawarah……….. 48

2.4.1.5. Badan Kehormatan………... 49

(9)

BAB III Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan

Pembahasan………... 54

3.1.Draft rancangan peraturan daerah oleh DPRD dan Pemerintah kota

Medan……….. 61

3.2.Proses penyaringan rancangan peraturan daerah oleh badan legislasi……... 63 3.3.Pembentukan Panitia khusus (pansus)……… 66 3.4. Peran DPRD kota Medan………. 70

BAB IV Penutup

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan Periode

2009 – 2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Peran dan Fungsi Legislasi DPRD

kota Medan periode 2009 -2014 dalam pembuatan peraturan daerah. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan Ketua DPRD, Ketua

Badan Legislasi Daerah ,serta pihak yang terkait dalam pelaksanaan peran dan

fungsi legilasi DPRD kota Medan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

Sekretariat DPRD. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan baSSDhwa peran DPRD kota Medan

periode 2009 – 2014 dalam melaksanakan fungsi legislasi untuk pembuatan peraturan daerah masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya peraturan

daerah yang berasal dari inisiatif anggota DPRD. Penelitian ini juga menunjukan

(11)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ABSTRACT

This thesis is titled Roles and Function of the Legislation DPRD Medan

City Period 2009 - 2014 In Making Local Regulations. The purpose of this study

was to determine and describe the roles and functions of Parliament Legislation

Medan period 2009 -2014 in making local regulations. The data used in this study

are primary and secondary data. Primary data obtained from observations and

interviews with the Chairman of Parliament, Chairman of the Local Legislation,

as well as stakeholders in the implementation of the role and functions of

legislation DPRD Medan. While secondary data obtained from the Secretariat of

the Parliament. Methods of analysis used in this research is descriptive qualitative.

These results of this study indicate that the role of the DPRD Medan

period 2009 - 2014 in carrying out the functions of legislation for the creation of

local regulations still low. This can be seen from at least local regulations

stemming from the initiative legislators. This study also shows that the draft

(12)

Bab I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan Otonomi daerah yang bergulir pada saat ini merupakan

bagian dari reformasi atas kehidupan bangsa yang oleh pemerintah dituangkan

dalam Undang - Undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pokok - Pokok Pemerintah

Daerah dan kemudian disempurnakan menjadi Undang - Undang No.32 tahun

2004. Berdasarkan UU No.32 tahun 2004 mengatakan bahwa pemerintah adalah

pemerintah daerah ditambah dengan DPRD, oleh karena itu DPRD bukan hanya

lembaga legislatif tetapi bagian dari pemerintah itu sendiri. Maka fungsi DPRD

menyangkut 3 hal yaitu : legislasi, pengawasan dan anggaran.

Dalam UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pemaknaan

desentralisasi adalah pemberian kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan Otonomi Daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah

atau dengan kata lain daerah diberi keleluasaan untuk mengurus sendiri urusan

pemerintahannya. Lalu UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga

menyebutkan bahwa lembaga legislatif daerah (DPRD) memiliki salah satu fungsi

(13)

kepentingan para pihak pemangku kegiatan (stakeholder) untuk menentukan

bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan.1

Pembuatan dan perancangan peraturan daerah sebagai implementasi fungsi

legislasi tersebut. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak hanya bekerja sendiri

melainkan merancang peraturan daerah tersebut bersama Walikota untuk

mendapatkan persetujuan bersama.2 Hal ini juga terdapat pada Pasal 140 ayat (1)

UndangUndang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan

bahwa Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari DPRD, Gubernur, atau

Bupati/Walikota. Selanjutnya, Rancangan Peraturan Daerah harus mendapat

persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Gubernur atau

Bupati/ Walikota untuk dapat dibahas lebih lanjut. Tanpa persetujuan bersama,

rancangan Peraturan Daerah tidak akan dibahas lebih lanjut.

Jimmly Assiddiqie, mengemukakan bahwa fungsi legislasi menyangkut

empat bentuk kegiatan, yaitu Pertama, prakarsa pembuatan undang - undang

(legislative initiation); Kedua, pembahasan rancangan undang - undang (law

making process); Ketiga, persetujuan atas pengesahan rancangan undang - undang

(law enactment approval). Dan Keempat, pemberian persetujuan pengikatan atau

ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan international dan dokumen - dokumen

hukum yang mengikat lainnya.3

1

Sadu Wasistiono, dkk, 2009. Meningkatkan Kinerja DPRD.Fokusmedia.Bandung.hlm58

2Ni’matul huda. 2005. Negara Hukum, Demokrasi & Judicial Re ie .UII P

res Yogyakarta..hal 104

3

(14)

Mengacu pada UU No. 32 tahun 2004, maka pada prinsipnya fungsi

membentuk peraturan daerah sebagai implementasi fungsi legislasi itu ada pada

DPRD. Melalui fungsi legislasi tersebut memperlihatkan bahwa DPRD bukan

hanya sebagai lembaga perwakilan daerah, namun juga sebagai lembaga legislatif

daerah yang mempunyai fungsi dalam bidang pembentukan peraturan daerah.

Walaupun fungsi legislasi peraturan daerah di bawah DPRD, namun fungsi

tersebut bukan fungsi yang mandiri, dalam arti tidak dapat diimplementasikan

secara mandiri oleh DPRD itu sendiri. Fungsi legislasi dalam pembuatan

peraturan daerah harus dijalankan secara bersama - sama oleh DPRD dengan

kepala Daerah. Dengan prinsip otonomi seluas – luasnya, daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang

menjadi urusan pemerintah pusat. Karena itu pula daerah memiliki kewenangan

membuat kebijakan daerah, yang salah satunya adalah dengan membentuk

peraturan daerah.4

Hak-hak yang dimiliki oleh DPRD sebagaimana tercantum dalam UU No.

32 tahun 2004 yaitu :

a. Meminta pertanggung jawaban Gubernur, Bupati/Walikota

b. Meminta keterangan kepada Pemerintah Daerah

(15)

d. Mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan Daerah

e. Mengajukan pernyataan pendapat

f. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah

g. Menentukan Anggaran Belanja DPRD

h. Menetapkan Peraturan Tata Tertib DPRD

Dari uraian di atas yang dimiliki oleh DPRD tersebut menunjukkan bahwa

DPRD sebagai wakil rakyat dituntut untuk selalu berkomunikasi dengan rakyat

yang diwakilinya agar mampu menyerap aspirasi masyarakat dan mengetahui

permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu,

secara umum peran dan fungsi yang diemban oleh lembaga legislatif daerah

sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dapat dirumuskan ke

dalam 3 ketagori, yakni :

1. Fungsi Legislasi

2. Fungsi Pengawasan

3. Fungsi Anggaran

Penelitian ini akan membahas fungsi DPRD di bidang legislasi yang akan

berhubungan dengan proses pembuatan peraturan daerah. Pembuatan peraturan

daerah merupakan fungsi utama oleh DPRD karena peraturan daerah yang

dihasilkan oleh DPRD dapat menjadi ukuran kemampuan DPRD dalam

(16)

DPRD dalam memberikan ataupun mengusulkan rancangan peraturan daerah

menghasilkan peraturan daerah yang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah.

Pembuatan peraturan daerah harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu

yaitu5:

a. Bahwa peraturan daerah harus ditetapkan oleh Kepala daerah dengan

persetujuan DPRD.

b. Peraturan daerah dibuat menurut bentuk yang ditentukan oleh Menteri Dalam

Negeri.

c. Peraturan daerah harus ditandatangani oleh Kepala Daerah serta ditandatangani

oleh Ketua DPRD yang bersangkutan.

d. Peraturan daerah yang memerlukan pengesahan tidak boleh diundangkan

sebelum pengesahan itu diperoleh atau sebelum jangka waktu yang ditentukan

oleh pengesahannya berakhir.

e. Peraturan daerah baru mempunyai kekuatan hukum dan mengikat setelah

diundangkan dalam lembaran daerah yang bersangkutan.

Hasil dari peraturan daerah tersebut harus memenuhi kebutuhan daerah,

aspirasi masyarakat, serta dampak kedepannya bagi perkembangan daerah dan

(17)

memenuhi beberapa hal itu. Peraturan daerah yang dihasilkan DPRD kota Medan

periode tahun 2009-2014 yaitu sebanyak 44 peraturan daerah.

Peraturan daerah merupakan wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah

yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan pada dasarnya peraturan daerah

merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi dengan melihat ciri khas dari masing-masing daerah. Peraturan Daerah juga

merupakan salah satu sarana dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

Dengan kata lain Peraturan Daerah merupakan sarana yuridis untuk melaksanakan

kebijakan otonomi daerah dan tugas-tugas pembantuan.6

Tujuan utama dari peraturan daerah adalah memberdayakan masyarakat

dan mewujudkan kemandirian daerah. Pembentukan peraturan daerah harus

didasari oleh asas pembentukan perundang-undangan pada umumnya antara lain;

Memihak kepada kepentingan rakyat, menunjung tinggi hak asasi manusia,

berwawasan lingkungan dan budaya. Kemudian menurut UU No. 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, peraturan daerah adalah

peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dengan persetujuan Kepala Daerah.7 Jadi peraturan daerah merupakan

suatu pemberian kewenangan untuk mengatur daerah dan peraturan daerah juga

dapat dibentuk melalui pelimpahan wewenang (delegasi) dari peraturan.

6

Jimly Assidiqie 2005 Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta: Konpres hal 175

7

(18)

Penyusunan rancangan peraturan daerah sangat menentukan bagi

kelancaran pembahasan di DPRD, karena kualitas suatu rancangan peraturan

daerah dan pengambilan keputusan atas rancangan peraturan daerah menjadi

peraturan daerah ditentukan oleh bagaimana manfaat, tujuan dari peraturan daerah

tersebut. Usulan rancangan peraturan harus didahului dengan penyusunan naskah

akademik. Apabila suatu peraturan yang rancangannya didahului dengan

penyusunan naskah akademik maka hal ini telah memberi ruang bagi partisipasi

masyarakat dalam pembentukan peraturan daerah tersebut.

Setiap pembuatan naskah akademik, anggota DPRD memiliki peran

penting dalam memfasilitasi aspirasi masyarakat, baik dengan cara menerima

aspirasi (tidak langsung) maupun secara langsung melalui rapat dengar pendapat.

Ini yang menjadi arti penting perwujudan demokratisasi dalam pemerintahan

daerah. Responsifitas anggota dewan terhadap aspirasi masyarakat menjadi amat

penting guna menampung aspirasi masyarakat dalam bentuk produk hukum.

Keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan peraturan diharapkan menjadi

kekuatan penyeimbang antara kepentingan pemerintah dan masyarakat. Dianutnya

sistem politik yang demokrastis, kesempatan untuk berpartisipasi dalam

(19)

Untuk melihat bahwa pemerintah daerah sedang atau telah mencapai

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Ruang lingkup

pengawasan oleh DPRD meliputi 3 (tiga) hal yaitu8 :

1.Pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah. Pengawasan ini meliputi

pengawasan terhadap pencapaian tujuan awal saat ditetapkannya Peraturan

Daerah.

2.Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD. Pengawasan ini merupakan

pengawasan terhadap pencapaian tujuan awal saat ditetapkannya Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

3.Pengawasan terhadap Peraturan/ Keputusan Pimpinan Daerah. Pengawasan ini

meliputi pengawasan terhadap kesesuaian Peraturan/ Keputusan pimpinan

daerah dengan Peraturan Daerah, Peraturan dan perundang-undangan lainnya.

Dalam Era otonomi daerah dan didukung dengan UU No 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa lembaga legislatif daerah

(DPRD) memiliki salah satu fungsi yaitu legislasi, dimana DPRD mempunyai

tugas dan wewenang untuk membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan

kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pembentukan peraturan

daerah itu sendiri didasari pada sisi kelembagaan dan kepentingan masyarakat

daerah yaitu dengan memberikan dasar hukum dalam mengimplementasikan

pelayanan kepada masyarakat. Meskipun pembahasannya melalui prosedur yang

8

(20)

baik melalui rapat komisi, rapat pansus atau rapat komisi, akan tetapi

kenyataannya dalam pembahasannya menghasilkan peraturan daerah yang tidak

sesuai dengan kebutuhan daerah dan masyarakat.

DPRD kota Medan periode tahun 2009-2014 berisi 50 orang anggota yang

dipimpin oleh 1 ketua dan 3 wakil ketua. DPRD kota Medan mempunyai 5 alat

kelengkapan dewan, yaitu :

1. Komisi : A, B, C, D

2. Badan Anggaran

3. Badan Musyawarah

4. Badan Kehormatan

5. Badan Pembentukan Peraturan daerah

DPRD sebagai badan perwakilan rakyat yang menjalankan fungsi legislasi

harus dapat menggali serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada

di daerah untuk kemudian dituangkan kedalam peraturan daerah yang memiliki

kekuatan memaksa sehingga dapat dilaksanakan secara efektif. DPRD melalui

fungsi legislasinya dituntut untuk berperan aktif dalam proses pengusulan

rancangan peraturan daerah untuk menghasilkan suatu peraturan daerah yang

mampu mendukung penyelenggaraan otonomi daerah dan pembangunan di daerah

(21)

DPRD kota Medan kenyataannya tidak demikian, hal ini dilihat dari

kurangnya peran dan partisipasi anggota DPRD kota Medan menggunakan hak

inisiatifnya untuk memberikan draft usulan rancangan peraturan daerah. Ini

diperkuat dengan hanya sedikit peraturan daerah yang disahkan yang berasal dari

usulan hak inisiatif anggota DPRD kota Medan selama periode 2009 -2014.

Dari sini dapat diketahui bahwa anggota DPRD kota Medan hanya

menerima dan menjalankan draft usulan rancangan peraturan daerah yang berasal

dari pemerintah daerah saja. Padahal mereka yang harus mencari dan

mengusulkan rancangan peraturan daerah yang sesuai dengan masyarakat karena

mereka dipilih untuk mewakili setiap masyarakat.

DPRD kota Medan lebih banyak melakukan pengawasan terhadap hasil

dari peraturan daerah tersebut daripada harus membuat atau mengusulkan

peraturan daerah yang baik dan berguna sesuai dengan kebutuhan. Hal ini yang

menjadi kendala bagi setiap pengusulan rancangan peraturan daerah oleh DPRD.

1.2. Perumusan masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran dan fungsi legislasi DPRD kota

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah

penelitian. Dalam setiap penelitian jelas mempunyai tujuan tertentu yang

didasarkan pada kepentingan serta motif individu maupun kolektif dengan

penelaahan serta pengembangan bidang yang sedang diteliti. Tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Mendeskripsikan profil DPRD kota Medan.

b.Melihat dan menganalisis proses pembuatan peraturan daerah yang telah dibuat

oleh DPRD kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik untuk

peneliti sendiri dan terlebih lagi untuk para akademisi dan masyarakat luas yan g

ingin mengetahui tentang proses dan mekanisme pembuatan perda. Untuk itu

menurut penulis manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis, penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan

kemampuan berpikir dan kemampuan untuk menganalisa setiap peraturan yang

telah diterapkan. Serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

studi program strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera

(23)

2. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

maupun literatur tambahan dalam mempelajari masalah – masalah khususnya dalam kinerja dan fungsi legislasi DPRD.

3. Secara teoritis diharapkan memberikan kontribusi khususnya dalam kajian tentang

proses dan dinamika pembuatan peraturan daerah dan menjadi

referensi/kepustakaan.

1.5. Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, instruksi, defenisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antara konsep. Konsep dalam membentuk teori juga mengandung

konsep teoritis, yang berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana dapat

diobservasi. 9 Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti perlu

mengungkapkan dan memakai teori ataupun penjelasan lainnya untuk

mengungkapkan permasalahan yang diteliti sebagai acuan dasar. Untuk itu

diperlukan kerangka teori dalam mebuat pokok – pokok pemikiran yang menggambarkan bagaimana masalah penelitian akan diperdalam. Adapun teori

yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :

1.5.1. Fungsi Legislasi

Legislasi merupakan proses pembentukan sebuah undang-undang ataupun

peraturan. Melalui DPRD aspirasi masyarakat ditampung, kemudian dari

9

(24)

kehendak rakyat tersebut diimplementasikan dalam undang-undang yang

dianggap sebagai perwakilan keinginan rakyat banyak.

Miriam Budiardjo menyatakan di antara fungsi legislatif yang paling penting adalah10 a.Membuat kebijakan (Policy) dan membuat Undang-Undang.

Untuk ini badan legiskatif diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen

terhadap Undang-Undang yang disusun Pemerintah dan hak budget. b.

Mengontrol Badan eksekutif, dalam arti menjaga supaya semua tindakan eksekutif

sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan

tugas ini Badan Perwakilan diberi hak-hak kontrol khusus. Kedua fungsi legislatif

di atas merupakan fungsi yang paling pokok yang harus dimiliki dan dijalankan

oleh badan legislatif. Apabila kedua fungsi tersebut, terutama fungsi pengawasan

tidak berjalan, maka akan terjadi pergeseran dimana badan eksekutif akan menjadi

sangat kuat. Pengawasan DPRD ini bertujuan untuk mengembangkan kehidupan

berdemokrasi, serta menjamin keterwakilan rakyat dan daerah dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta mengembangkan mekanisme check

and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif demi mewujudkan keadilan

dan kesejahteraan rakyat.

Fungsi legislasi merupakan fungsi dari parlemen untuk membentuk produk

hukum yang bersifat mengatur. Hal ini berkenaan dengan kewenangan untuk

(25)

10 Tahun 2004, Pembentukan peraturan daerah pada dasamya dimulai dari: tahap

perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan,

pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Kedelapan tahapan tersebut

adalah prosedur baku yang harus dilewati oleh setiap pembentukan peraturan

daerah. Rancangan peraturan daerah dapat berasal dari pemerintah daerah atau

berasal dari DPRD (hak inisiatif).

DPRD sebagai lembaga pemerintahan daerah mempunyai kedudukan dan

fungsi yang sama dengan pemerintah daerah untuk membangun dan

mengusahakan dukungan dalam penetapan kebijakan pemerintahan daerah yang

dapat menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Atas kedudukan dan

fungsi yang sama itu maka baik DPRD maupun kepala daerah mempunyai hak

yang sama dalam melakukan amandemen terhadap peraturan daerah dan memiliki

hak yang sama dalam melakukan prakarsa dan inisiatif dalam pengajukan

rancangan peraturan daerah.11

Fungsi legislasi DPRD yaitu untuk membentuk peraturan daerah bersama

kepala daerah. Dibentuknya peraturan daerah sebagai bahan pengelolaan hukum

di tingkat daerah guna mewujudkan kebutuhan - kebutuhan perangkat peraturan

perundang-undangan guna melaksanakan pemerintahan daerah serta sebagai yang

menampung aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Peranan DPRD

dalam menjalankan fungsi legislasinya bertumpu pada tiga pengertian. Mencakup

11

(26)

dalam pengertian fungsi legislasi adalah: Prakarsa pembuatan undang-undang

(legislative initiation); Pembahasan rancangan undang - undang (law making

process); serta Persetujuan atas pengesahan rancangan peraturan daerah (law

enactment approval).

Fungsi membentuk peraturan daerah sebagai implementasi fungsi legislasi

itu ada pada legislatif daerah atau DPRD. Melalui fungsi legislasi tersebut secara

jelas memperlihatkan bahwa DPRD bukan semata-mata sebagai lembaga

perwakilan daerah (parlemen daerah), namun juga sebagai lembaga legislatif

daerah yang mempunyai fungsi dalam bidang pembentukan peraturan daerah.

Walaupun fungsi legislasi peraturan daerah di bawah DPRD, namun fungsi

tersebut bukanlah fungsi yang mandiri dalam arti tidak dapat diimplementasikan

secara mandiri oleh DPRD itu sendiri. Fungsi legislasi dalam pembuatan

peraturan daerah harus dijalankan secara bersama – sama oleh DPRD dengan kepala daerah. Untuk melaksanakan fungsi lembaga legislatif tersebut badan

perwakilan rakyat memiliki sejumlah hak, seperti hak prakarsa (inisiatif) yaitu hak

untuk mengajukan usul rancangan undang – undang; hak amandemen yaitu hak untuk mengubah rancangan undang – undang; hak budget yaitu hak untuk ikut menetapkan anggaran belanja.12

Fungsi legislasi meliputi :.

(27)

b. Mengusulkan perda baru

c. Perubahan dan revisi perda yang tidak sesuai dengan peraturan di atasnya

d. Membuat perda baru

e. Adanya insiatif dari anggota DPRD untuk perda

f. Adanya insiatif dari masyarakat untuk perda dan memprogram semua

Rancangan Peraturan Daerah (raperda) dalam periode setahun yang

berkoordinasi dengan pihak ekskutif.

1.5.2. Peraturan Daerah

Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan yang dibuat oleh kepala daerah

provinsi maupun Kabupaten/Kota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dalam ranah

pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah yang menjadi legalitas perjalanan

eksekusi pemerintah daerah13. Peraturan daerah merupakan wujud nyata dari

pelaksanaan otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan pada

dasarnya peraturan daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, dengan melihat ciri khas dari

masing-masing daerah.

13

(28)

Kemandirian dalam berotonomi tidak berarti daerah dapat membuat

peraturan perundang-undangan atau keputusan yang terlepas dari sistem

perundang-undangan secara nasional. Peraturan perundang-undangan tingkat

daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan sistem

undangan secara nasional. Karena itu tidak boleh ada peraturan

undangan tingkat daerah yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya atau kepentingan umum.14

Tujuan utama dari peraturan daerah adalah memberdayakan masyarakat

dan mewujudkan kemandirian daerah, dan pembentukan peraturan daerah harus

didasari oleh asas pembentukan perundang-undangan pada umumnya antara lain;

Memihak kepada kepentingan rakyat, menunjung tinggi hak asasi manusia,

berwawasan lingkungan dan budaya.15 Kemudian menurut UU No. 10 Tahun

2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah

adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan persetujuan Kepala Daerah.16 Jadi peraturan daerah

merupakan suatu pemberian kewenangan (atribusian) untuk mengatur daerahnya

dan peraturan daerah juga dapat dibentuk melalui pelimpahan wewenang

(delegasi) dari peraturan. Prinsip dasar penyusunan peraturan daerah :

14

(29)

1. Transparansi/keterbukaan

2. Partisipasi

3. Koordinasi dan keterpaduan.

Rancangan peraturan daerah yang telah memperoleh kesepakatan untuk

dibahas kemudian dilaporkan kembali kepada walikota oleh sekretaris daerah

disertai dengan nota pengantar untuk walikota dari pimpinan DPRD. Proses

pembahasan dilaksanakan berdasarkan peraturan tata tertib DPRD. Sebelum

dilakukan pembahasan di DPRD, terlebih dahulu dilakukan penjadwalan oleh

badan Musyawarah DPRD. Pembahasan pada lingkup DPRD sangat sarat dengan

kepentingan politis masing-masing fraksi. Tim kerja dilembaga legislatif

dilakukan oleh komisi ( A s/d D). Proses pembahasan diawali dengan rapat

paripurna DPRD dengan acara penjelasan walikota. Selanjutnya pandangan umum

fraksi dalam rapat paripurna DPRD. Proses berikutnya adalah pembahasan oleh

Komisi, gabungan Komisi, atau Panitia Khusus (pansus). Dalam proses

pembahasan apabila DPRD memandang perlu dapat dilakukan studi banding ke

daerah lain yang telah memiliki peraturan daerah yang sama dengan substansi

rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas. Dalam hal proses pembahasan

telah dianggap cukup, selanjutnya pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna

(30)

Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan

kepala daerah selanjutnya disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala

daerah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. Penyampaian rancangan

peraturan daerah tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)

hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Penetapan rancangan peraturan

daerah menjadi peraturan daerah tersebut dilakukan oleh kepala daerah dengan

membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari

sejak rancangan peraturan daerah tersebut.

Proses pembahasan rancangan peraturan daerah pada hakikatnya mengarah

pada ikhtiar musyawarah untuk mencapai mufakat. Pembahasan rancangan

peraturan daerah tidak menyisakan ruang bagi voting karena memang kedudukan

antara pemerintah daerah dan DPRD sederajat. Setiap pembahasan rancangan

peraturan daerah menghendaki persetujuan bersama, sehingga karena

masing-masing pihak memiliki kedudukan yang seimbang, maka tidak mungkin putusan

dapat diambil secara voting. Persetujuan bersama menjadi syarat agar suatu

rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah.

Perturan daerah yang telah disahkan harus diundangkan dengan

menempatkannya dalam lembaran daerah. Pengundangan peraturan daerah dalam

lembaran daerah dilaksanakan oleh sekretaris daerah. Untuk peraturan daerah

(31)

daerah merupakan tugas administratif pemerintah daerah. Pengundangan perda

dalam lembaran daerah tersebut menandai perda yang telah sah untuk

diberlakukan dan masyarakat berkewajiban untuk melaksanakannya.

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Metode penelitian

Metode penelitian didefenisikan sebagai ajaran mengenai cara-cara yang

digunakan dalam memproses penelitian. Metode berguna untuk memberikan

ketepatan, kebenaran dan pengetahuan yang mempunyai nilai ilmiah yang

tinggi17. Untuk itu, penelitian ini akan memaparkan beberapa cara sebagai batasan

untuk mencapai kebenaran ilmiah, yakni : Jenis penelitian, teknik pengumpulan

data dan teknik analisis data.

1.6.2. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di kantor DPRD kota Medan

1.6.3. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif.

Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mempelajari suatu gejala atau realita

sosial dan mencoba untuk menemukan suatu pemahaman atau interpretasi makna

terhadap masalah tersebut. Orientasi yang ditekankan pada penelitian kualitatif

lebih banyak memfokuskan pada proses dan jalinan peristiwa sehingga penelitian

17

(32)

bersifat siklus yang dapat dilakukan berulang - ulang18. Pengumpulan data dan

analisis data diperlukan dalam membangun suatu konsep, hipotesis dan teori

secara mendetail.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu

pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang

diterapkan berdasarkan tujuan dan masalah penelitian19. Oleh karena penelitian ini

menggunakan metode kualitatif maka peneliti membutuhkan informasi kunci (key

informan). Key informan yang dipilih yaitu Ketua Badan Legislasi Daerah, ketua

DPRD, sekretaris dewan dengan daftar pertanyaan yang telah disusun. Peneliti

akan melaksanakan wawancara secara langsung dan bertemu dengan informan

yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai judul penelitian.

1.6.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

data primer dan data sekunder.

1. Data Primer, yaitu Data-data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara

mendalam yang dipandu oleh pedoman wawancara secara terstruktur dengan

mengajukan pertanyaan – pertanyaan langsung kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan

(33)

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur yang relevan seperti buku –

buku, artikel, undang – undang, peraturan – peraturan, internet, jurnal, dan studi kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.6.5. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas

masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang

akan diteliti dan kemudan dilakukan penarikan kesimpulan. Data – data yang dikumpulkan baik dari buku maupun data hasil wawancara akan dianalisis dengan

teori yang ada sehingga menemukan pemahaman terhadap masalah ini. Hal ini

penting dilakukan agar diperoleh kejelasan atas permasalahan yang telah

(34)

1.6.6. Sistematika Penelitian

Penulisan skripsi ini terbagi kedalam 4 bab, dengan susunan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I :Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Dalam

Pembuatan Peraturan Daerah.

Pada bab I ini terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian,

Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : Profil DPRD Kota Medan

Dalam Bab II ini akan menjelaskan struktur DPRD kota

Medan

BAB III : Analisis Proses Pembuatan Peraturan Daerah

Pada Bab III ini akan menyajikan hasil penelitian tentang

Peran dan Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan Dalam

Pembuatan Peraturan Daerah.

BAB IV : Penutup

(35)

BAB II

2.1.Gambaran Umum Kota Medan. 2.1.1. Letak Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan

jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°

30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5

meter di atas permukaan laut. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah

hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada

maksimum 32,4°C dan minimum 24°C.

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang yaitu sebelah Barat, Selatan

dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat

Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber

Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya

secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber

daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,

(36)

menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai

kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat

dengan daerah-daerah sekitarnya. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan

158 Kelurahan dan Menara Air Tirtanadi adalah sebuah bangunan yang menjadi

ikon Kota Medan.

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,

Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan

perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri

(ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota

dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota

Medan saat ini

2.1.2. Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2012, penduduk Medan

berjumlah 2.122.804 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.050.596 laki-laki dan

1.072.208 perempuan. Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok

umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa

berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan,

rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara

(37)

penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia

dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di

Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan

penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan

Medan Timur.

2.1.3. Pendidikan

Pendidikan di kota Medan sangat bagus karena banyaknya sekolah dari

tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi. Adapun pembagian pendidikan

formal di kota Medan yaitu Tingkat TK – SD negeri dan swasta : 827, SMP negeri

dan Swasta: 337, SMA negeri dan Swasta: 288, serta Perguruan Tinggi: 72.

2.1.4. Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara pada Februari 2012

sebanyak 6,56 juta orang, terdiri dari 6,14 jutaorang bekerja, dan 0,41 juta orang

penganggur sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari

2012 sebesar 74,55 persen dan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada

Februari 2012 sebesar 6,31 persen. Penduduk Medan banyak yang berprofesi di

bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang

komoditas perkebunan. Sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh

etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh

(38)

pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas

digeluti oleh orang Minangkabau.

2.1.5. Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti

pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,

dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing retunrn to

scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas)

yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan,

bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses

peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan

struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung

proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.

Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009 berdasarkan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 terjadi

peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi

dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh

sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen,

sektor jasa-jasa 7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor

(39)

persen. Besaran PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku

tercapai sebesar Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000

sebesar Rp. 33,43 triliun.

Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56

persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar

2,20 persen Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 1,85 persen, sektor

bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian 0,10

persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan

penggalian menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.

Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009

digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen,

disusul oleh ekspor neto 30,53 persen (ekspor 50,82 persen dan impor 20,29

persen), pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen, konsumsi pemerintah 9,54

persen dan pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per Kapita

atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta20.

20

(40)

2.1.6. Sosial dan Budaya

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis.

Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari

wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh

suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir

dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi

penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa,

Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah

bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini

dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba,

Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagai.

Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu

suku dengan yang lain.

Bahasa yang digunakan penduduk sehari-hari adalah Bahasa Indonesia,

Bahasa Batak, dan Bahasa Mandailing. Oleh sebab itu perlu mempelajari

beberapa bahasa Batak yang sering digunakan masyarakat setempat agar dapat

menjalin komunikasi yang lebih akrab selama berwisata di kota ini. Suku Melayu

banyak yang memilih tinggal di pinggiran kota sementara untuk suku

Minangkabau dan Tionghoa lebih dominan tinggal di tempat-tempat ramai karena

(41)

Islam dan Kristen Protestan adalah agama yang dominan di kota ini.

Setelahnya, secara berurutan adalah agama Katholik, Budha dan Hindu. Kota

Medan, seperti halnya Indonesia secara umumnya, memberikan kebebasan kepada

setiap masyarakat untuk dapat melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan

masing-masing. Sehingga, tidak sulit menemukan rumah ibadah saat anda berada

di kota ini.

2.2.Pemerintahan Kotamadya Medan.

2.2.1. Sejarah.

Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590.

John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833

menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk

200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak

beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan

pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi

memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta

Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di

luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan

secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang

Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa21.

21

(42)

Di akhir abad ke- 19 dan awal abad ke- 20 terdapat 2(dua) gelombang

migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa

dan Jawa sebagai kuli perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan

perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari

mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan

kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.

Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk

mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedantangan orang

Melayu, Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan

untuk bekerja sebagai buruh perkebunan tetapi untuk berdagang atau menjadi

guru dan ulama.

Pada tahun 1887, Kesultanan Deli dipindahkan dari Labuhan ke Kota

Medan. Bersamaan dengan itu, Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota

Karesidenan Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Dengan

dijadikannya Medan sebagai ibukota Karesidenan Sumatera Timur, maka Medan

menjadi pusat perekonomian Sumatera Timur. Di Kota medan juga dibuka kantor

Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor

Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892. Perkembangan

perekonomian yang begitu pesat menyebabkan dibukanya Belawan sebagai

pelabuhan internasional . Universitas Sumatera Utara etika Medan dijadikan

(43)

Kampung Sungai Rengas. Kampung-kampung ini dikepalai oleh seorang kepala

kampung di bawah komando Kontrolir di Labuhan. Kampung Petisah Hulu

disatukan dengan Petisah Hilir yang dikepalai oleh seorang Kepala Kampung.

Kemudian, tumbuh lagi kampung yang baru, yatiu : Kampung Aur dan Kampung

Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala Kampung. Pada tahun 1918 status

Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status

Gementee (Kotapraja) tetapi kota Maksum dan Sungai Kera tidak termasuk ke

dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan

Deli.. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu adalah Baron Daniel Mackay.

Selanjutnya, Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari segi

ekonomi dan pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi kota

otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera.

2.2.2. Struktur Pemerintahan.

Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU

ditetapkan bahwa sejak 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali

lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang.. Keputusan

tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September

1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4

kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan

(44)

Dalam perkembangan selanjutnya Medan yang telah menjadi Kotamadya,

mengalami perluasan daerah. Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973

ditetapkan bahwa beberapa wilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten

Deli Serdang, dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Medan, sehingga Medan

memiliki 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Kemudian, melalui sebuah surat

persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya

Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan.

Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan

beberapa Kecamatan di Sumtera Utara, maka Kecamatan yang ada di Kotamadya

Daerah Tingat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kemudian 2 (dua)

wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang

pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut,

Kecamatan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21

Kecamatan.

Pemerintahan kota Medan dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota

yang dipilih oleh rakyat yang menjabat lima tahun setiap periode nya. Saat ini,

jabatan Walikota Medan dijabat oleh Drs. H. Rahudman Harahap, M.M dan

jabatan Wakil Walikota dijabat oleh Drs. H. T. Dzulmi Eldin S, M.Si. Sejak 15

Mei 2013, Rahudman Harahap dinonaktifkan dan Dzulmi Eldin dijadikan

(45)

Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 21 dinas yang

membidangi bidang pemerintahan tertentu seperti Dinas Pendidikan, Dinas

Kesehatan, Dinas Pariwisata, Dinas Pendapatan, Dinas Perikanan dan Kelautan,

Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Kehutanan, Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi, Dinas Perkebunan, Dinas Pertamanan dan lainnya yang

dipimpin oleh seorang kepala dinas (Eselon).

Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam 5

sifat, yaitu :

1. Pemberian pelayanan

2. Fungsi pengaturan (penetapan perda)

3. Fungsi pembangunan

4. Fungsi perwakilan (berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi /Pusat)

5. Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.

Harus diakui UU no 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah

menjembatani aspirasi dan semangat reformasi masyararakat lokal, yang

menginginkan adanya keleluasaan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.

Secara filosofis, implimentasi otonomi daerah ternyata dapat mendorong daerah

berkembang dengan prakarsa kreditivitas dan inisiatifnya sendiri, termasuk

menumbuhkan partisipasi masyarakat, akuntabilitas, transparansi dan komitmen

(46)

Adanya keleluasan melaksanakan otonomi daerah, tercermin dari pola

pembagian kewenangan antara pusat dan daerah. Semangat Undang-Undang No

32 Thn. 2004, telah menempatkan kewenangan pusat hanya pada aspek- aspek

yang sangat terbatas seperti politik luar negeri, pertahanan, peradilan, moneter dan

fiskal, agama serta kewenangan lain yang tidak atau belum dapat diselenggarakan

oleh daerah. Untuk itu, Kota Medan dituntut untuk mampu menyelenggarakan

bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, meliputi administrasi

pemerintahan umum, pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian dan

perdagangan, koperasi, penanaman modal, ketenagakerjaan, kesehatan,

pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pemukiman, pekerjaan

umum, perhubungan, lingkungan hidup, kependudukan dan olahraga.

Bagi Pemerintah Kota Medan, implementasi otonomi daerah diwujudkan

dalam kewajiban Pemerintah Kota untuk menjamin pelayanan umum yang sangat

mendasar kepada masyarakat dan dunia usaha, berdasarkan kewenangan dan

bidang –bidang wajib yang dilaksanakan Pemerintah Kota. Secara terus menerus,

Pemerintah Kota Medan memperbaiki mutu pelayanan umum yang ada, mulai

dari identifikasi dan standarisasi pelayanan, peningkatan kerja pelayanan

Pemerintah Kota, dan monitoring pelayanan. Usaha ini diharapkan mampu

menciptakan pemberian pelayanan yang adil dan merata bagi seluruh pihak, baik

(47)

2.3.Gambaran Umum DPRD Kota Medan

2.3.1 Fungsi DPRD Kota Medan

DPRD Provinsi mempunyai Fungsi :

1. Fungsi Legislasi, membentuk Peraturan Daerah (Perda) bersama Gubernur

2. Fungsi Anggaran, merencanakan, menyususn, dan menetapkan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bersama pemerintah.

3. Fungsi Pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan Undang- undang,

Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Kebijakan yang ditetapkan

Pemerintahan Daerah.

2.3.2 Tugas dan Wewenang DPRD Kota Medan

DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

1. Membentuk Perda bersama walikota

2. Membahas dan memberikan persetujuan atau menolak rancangan

peraturan daerah mengenai APBD yang diajukan oleh walikota

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah, APBD

4. Mengusulkan pengangkatan dan atau pemberhentian walikota dan kepada

Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan

(48)

5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

terhadap rencana perjanjian internasional di daerah

6. Memberikan persetujuan atau penolakan kepada pemerintah daerah

terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah

daerah

7. Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban walikota dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah

8. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain

atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah

9. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan

10.Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang – undangan22.

2.3.3 Hak dan Kewajiban DPRD Kota Medan

Secara Kelembagaan DPRD mempunyai beberapa hak, yaitu;

1. Hak interpelasi adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Gubernur

mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta

(49)

2. Hak angket adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap

kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas

pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan

dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan ;

3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat

terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di

daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut

pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Berdasarkan Tatib DPRD Kota Medan anggota DPRD secara personal

Mereka mempunyai hak :

1. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah

2. Mengajukan pertanyaan

3. Menyampaikan usul dan pendapat

4. Memilih dan dipilih

5. Membela diri

6. Imunitas

(50)

8. Protokoler

9. Keuangan dan administratif.

Secara Personal, Anggota DPRD mempunyai kewajiban:

a. Mengamalkan Pancasila

b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dan menaati Peraturan Perundang-undangan

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia

d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan

golongan

e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat

f. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

g. Menaati Tata Tertib dan Kode Etik

(51)

i.Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja

secara berkala

j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat

k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen

di Daerah Pemilihannya.

2.4. Struktur Organisasi DPRD Kota Medan 2.4.1 Alat kelengkapan DPRD Kota Medan

Alat Kelengkapan DPRD terdiri atas :

a. Pimpinan ;

b. Komisi

c. Badan Anggaran

d. Badan Musyawarah

e. Badan Kehormatan

(52)

2.4.1.1 Pimpinan DPRD Kota Medan

Pimpinan DPRD kota Medan terdiri dari 1 (satu) orang ketua yaitu Drs. H.

Amiruddin dan 3 (tiga) orang Wakil Ketua yaitu H. Sabar Syamsurya Sitepu ;

Ikrimah Hamidy ; Agus Napitupulu.

Tugas pimpinan DPRD yaitu:

a. Memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil

keputusan

b. Menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja antara

Ketua dan Wakil Ketua

c. Melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan

materi kegiatan dari Alat Kelengkapan DPRD

d. Menjadi juru bicara DPRD

e. Melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD

f. Mewakili DPRD dalam berhubungan dengan Lembaga/Instansi lainnya

g.Mengadakan konsultasi dengan Walikota dan Pimpinan Lembaga/Instansi

lainnya sesuai dengan keputusan DPRD.

(53)

i. Melaksanakan Keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau

rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

j.Menyusun rencana Anggaran DPRD bersama Sekretariat DPRD yang

pengesahannya dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD.

k. Menyampaikan laporan kinerja Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD

yang khusus diadakan untuk itu.23

2.4.1.2. Komisi

Komisi merupakan Alat Kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan

dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Setiap Anggota

DPRD kecuali Pimpinan DPRD, wajib menjadi anggota salah satu Komisi

Jumlah komisi di DPRD kota Medan terdiri dari 4 (empat) komisi yaitu:

1. Komisi A ( Bidang Pemerintahan)

Meliputi secretariat daerah bagian admisnistrasi pemerintahan umum, Humas<

hubungan antar daerah, bagian hukum, bagian organisasi tata laksana,

secretariat DPRD, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas komunikasi

dan informastika, badan penelitian dan pengembangan, badan Kesbag Linmas,

badan ketahanan pangan, badan kepegawaian daerah, kantor arsip, kantor

pendidikan dan penelitian, kantor sandi daerah, kecamatan, kelurahan, KPUD,

23

(54)

pertahanan, kehakiman, kejaksaan TNI dan kepolisian, Hankam, maritime,

organisasi masyarakat, imigrasi atau lembaga lain yang dianggap mitra kerja

oleh pimpinan DPRD.

2. Komisi B ( Bidang Kesejahteraan Masyarakat)

Meliputi Sekretariat Daerah Bagian Administrasi bagian agama dan

pendidikan, bagian adiministrasi kemasyakatan, dinas pendidikan, Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Pemuda dan Olahraga, Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan, Badan Pemberdayaan Masyarakat,

Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Dinas Kesehatan, RSU

Pirngadi,Badan Narkotika Medan, Kantor Perpustakaan, lembaga lain

yang dianggap mitra kerja oleh pimpinan DPRD

3. Komisi C ( Perekonomian/Keuangan)

Meliputi Sekretariat Daerah bagian adiministrasi perekonomian, bagian

keuangan, bagian perlengkapan dan aset, bagian umum, Dinas Koperasi

UMKM, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, Dinas Perindustrian

Perdagangan, Dinas Pendapatan, Inspektorat Daerah, Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu, Kantor Penanaman Modal, Perusahaan Daerah, PLN,

Pertamina, BULOG, Perbankan, Perusahaan Patungan, PMA, PMD, Dunia

Usaha, BPK, BPKP, dan lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh

(55)

4. Komisi D ( Bidang Pembangunan)

Meliputi Sekretariat Daerah bagian administrasi pembangunan,

administrasi sumber daya alam, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga,

Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Tata Ruang Tata Bangunan,

Dinas Pertamanan, Dinas Kebersihan, Dinas Pencegahan Pemadam

Kebakaran, Dinas Pertanian dan Kelautan, BAPPEDA, lembaga lain yang

dianggap mitra kerja oleh pimpinan DPRD.

Komisi DPRD mempunyai tugas:

a.Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

b.Melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah dan rancangan

keputusan DPRD

c.Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD

sesuai dengan ruang lingkup tugas komisi

d.Membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang

disampaikan oleh kepala daerah dan/atau masyarakat kepada DPRD

e.Menerima, menampung, dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi

masyarakat

(56)

g.Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan

pimpinan DPRD

h.Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat

i.Mengajukan usul kepada pimpinan DPRD termasuk dalam ruang lingkup bidang

tugas masing – masing komisi

j.Memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan

tugas komisi.

2.4.1.3. Badan Anggaran

Badan Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap

dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Anggota

Badan Anggaran diusulkan oleh masing-masing fraksi dengan

mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap komisi dan paling banyak

1/2 (setengah) dari jumlah anggota DPRD.

Badan Anggaran mempunyai tugas:

a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD

kepada walikota dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan

dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya

(57)

b. Melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada komisi

terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan

kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara;

c. Memberikan saran dan pendapat kepada walikota dalam mempersiapkan

rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan

peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD;

d. Melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan

rancangan peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan

APBD berda

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya adanya peningkatan hasil belajar siswa terhadap mendengarkan cerita anak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dari sebelum tindakan dilaksanakan sampai

dalam menyikapi keluhan dan komplain yang dilakukan oleh pelanggan. 2) Credibility (kredibilitas), perlunya jaminan atas suatu kepercayaan yang diberikan kepada

Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return on Assets (ROA) terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di

Pengukuran elektrokimia dilakukan untuk mengukur nilai arus dan potensial setiap konsentrasi sampel dengan meneteskan sampel sebanyak 50 µL pada permukaan sensor

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

1) Keamanan, definisi keamanan menurut (Kim dan Shim, 2002) dalam Ling (2010) adalah sejauh mana pelanggan percaya bahwa seberapa aman internet bagi mereka untuk

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab secara lisan antara pewawancara dengan responden atau nara sumber. Tipe wawancara yang dilakukan adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran media pada aktivitas komunikasi kelompok masyarakat adat kampung Cireundeu dalam mempertahankan tradisi dan nilai adat yaitu melalui