• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

2.2 Kerangka Teori

2.2.2 Badan Permusyawaratan Desa

Optimalisasi adalah suatu proses, cara atau perbuatan untuk menjadikan sesuatu paling baik dan paling tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:705). Dalam hal ini, yang dijadikan untuk menjadi lebih baik dan paling tinggi adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD merupakan sesuatu yang harus dioptimalkan keberadaannya karena merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa yang berperan sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat serta pembuat dan pengesah peraturan desa.

2.2.2. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dimana demokrasi yang dimaksud adalah bahwa agar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus memperhatikan aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD dan lembaga masyarakat lainnya. Dalam Pemerintahan Desa BPD dapat dianggap sebagai "parlemen"-nya desa karena memiliki peran sebagai pembuat dan pengesah peraturan desa. BPD mempunyai kedudukan sejajar dengan pemerintah desa (kepala desa) dengan kata lain BPD dan Pemerintah Desa merupakan mitra yang saling bekerja sama dalam

mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa, maka disini terjadi mekanisme check

and balance system dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004 pasal 209), oleh karenanya BPD sebagai badan

23 permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi dari masyarakat. Dalam melaksanakan perannya sebagai sarana yang melancarkan keputusan kolektif di desa maka BPD yang merupakan wakil dari masyarakat desa tersebut, harus menjembatani antara masyarakat dengan Pemerintah Desa agar minimal adanya kesamaan pendapat dalam menetukan keputusan–keputusan kolektif di desa dan apabila tidak dijembatani maka setidaknya BPD mampu menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah desa agar nantinya setiap keputusan–keputusan yang diambil merupakan kesepakatan bersama dan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berkedudukan sebagai unsur penyelenggara dalam pemerintahan desa. Pada Pasal 30 ayat 1 (satu) disebutkan bahwa anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, ayat 2 (dua) anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, Golongan Profesi, Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka Masyarakat lainnya, ayat 3 (tiga) masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Kemudian dalam pasal 32 ayat 1(satu) disebutkan peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota, dan pada ayat 2 (dua) anggota

24 BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota.

Dalam pencapaian tujuan mensejahterakan masayarakat desa, masing-masing unsur Pemerintah Desa dan BPD dapat menjalankan fungsinya dengan mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Oleh karena itu hubungan yang bersifat kemitraan antara BPD dengan Pemerintah Desa harus didasari pada filosofi antara lain :

1. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra

2. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai

3. Adanya niat baik untuk membantu dan saling mengingatkan

4. Adanya prinsip saling menghormati (Wasistiono 2006:36).

2.2.2.1 Tugas Badan Permusyawaratan Desa

Berdasarkan pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, diamanatkan bahwa tugas Badan Permusyawaratan Desa yaitu :

a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan

Peraturan Kepala Desa.

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.

d. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa.

e. Menggali, menampung, menghimpun merumuskan dan menyalurkan aspirasi

masyarakat.

25 2.2.2.2 Hak dan Kewajiban BPD

Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun2005, BPD mempunyai hak yaitu :

a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa.

b. Menyatakan pendapat.

Anggota BPD juga mempunyai hak yaitu :

a. mengajukan rancangan peraturan desa

b. mengajukan pertanyaan

c. menyampaikan usul dan pendapat

d. memilih dan dipilih

e. memperoleh tunjangan

selain hak, anggota BPD juga mempunyai kewajiban yaitu :

a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan Demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Desa.

c. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta keutuhan Negara

Republik Indonesia.

d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi

26 Adapun jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan menurut Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang desa, sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk desa sampai dengan 1.500 jiwa, jumlah anggota BPD

sebanyak 5 (lima) orang.

b. Jumlah penduduk desa antara 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, jumlah

anggota BPD sebanyak 7 (tujuh) orang.

c. Jumlah penduduk desa antara 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, jumlah

anggota BPD sebanyak 9 (Sembilan) orang.

d. Jumlah penduduk desa antara 2.501 sampai dengan 3.000 jiwa, jumlah

anggota BPD sebanyak 11 (sebelas) orang.

e. Jumlah penduduk lebih dari 3.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 13

(tiga belas) orang.

Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan.Anggota BPD dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh kalangan adat, agama, organisasi social-politik, golongan profesi dan unsur pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan :

a. Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan

berkembang di desa yang bersangkutan, sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan.

b. Legalisis, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa

27

c. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanana peraturan

desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) serta Keputusan Kepala Desa.

d. Menampung aspirasi yang diterima dari masyarakat dan menyalurkan

kepada pejabat instansi yang berwenang (Widjaja 2001:13).

2.2.2.3 Peran Badan Permusyawaratan Desa

Adapun peran BPD dalam penelitiaan ini dikelompokkan dalam 2 (dua) peran secara umum, yakni: pembuat kebijakan dan penampung aspirasi masyarakat (Hurlock,1979 dan Ali, 2007). Peran dari BPD ini selanjutnya akan dijelaskan pada uraian berikut:

a. Penampung aspirasi masyarakat, “aspirasi memiliki sasaran dan

melibatkan diri individu itu sendiri serta menimbulkan suatu usaha untuk mencapainya, sehinggatujuan yang telah dirancangnya akan mempunyai makna yang berarti bagi dirinya” (Hurlock, 1979:264). BPD sebagai aktor yang memobilisasi masyarakat harus mampu merangsang pikiran masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang ada, untuk kemudian menyampaikan apa yang menjadi cita-cita dan keinginan masyarakat demi terciptanya kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat.

b. Pembuat Kebijakan, “Kebijakan merupakan keputusan-keputusan publik

yang diambil oleh negara dan dilaksanakan oleh aparat birokrasi” (Ali, 2007: 51). Kebijakan ini tentunya merupakan sebuah proses politik yang kompleks. Prosesnya meliputi tujuan-tujuan kebijakan dan cara

Dokumen terkait