• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

6.2.2 Bagi Pihak Tenaga Kesehatan

Diharapkan para tenaga kesehatan untuk lebih sering mengadakan penyuluhan kesehatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif

2.1.1. Definisi ASI Eksklusif

Pengertian ASI eksklusif dalam Bab I pasal 1 ayat 2 PP, yakni ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. (Menkes RI, 2012).

Pemberian ASI eksklusif berarti bahwa bayi hanya menerima ASI. Tidak ada cairan atau makanan padatan lain yang diberikan kecuali larutan rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineral atau obat-obatan. (WHO, 2014)

2.1.2. ASI menurut Stadium Laktasi 2.1.2.1. Kolostrum

Kolostrum adalah tahap pertama dari ASI yang terjadi selama kehamilan dan berlangsung selama beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum bewarna kekuningan atau krem. Kolostrum juga lebih tebal dari susu yang dihasilkan setelah menyusui. Kolostrum mengandung tinggi protein, vitamin larut lemak, mineral, dan imunoglobulin. Imunoglobulin adalah antibodi yang memberikan kekebalan pasif untuk bayi. Kekebalan pasif melindungi bayi dari berbagai penyakit bakteri dan virus (American Pregnancy Association, 2013). Hal ini dikarenakan kolostrum mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada bayi. ( Astutik, 2014)

Kolostrum berfungsi memberikan gizi dan proktesi, yang terdiri atas zat sebagai berikut.

1. Imunoglobulin untuk melapisi dinding usus yang berfungsi untuk mencegah penyerapan protein yang mungkin menyebabkan alergi.

2. Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang

tinggi terhadap zat besi. Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan air susu ibu akan mencegah perkembangan bakteri patogen.

3. Lisosom memiliki fungsi sebagai antibakteri dan menghambat

pertumbuhan berbagai virus. Kadar lisosom pada kolostrum dan air susu jauh lebih besar kadarnya dibanding susu sapi.

4. Faktor antitripsin berfungsi menghambat kerja tripsin sehingga akan menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh tripsin.

5. Faktor bifidus adalah gula yang mengandung nitrogen. Lactobasillus membutuhkan faktor bifidus untuk pertumbuhannya dan menghasilkan berbagai asam yang mencegah pertumbuhan bakteri patogen. (Astutik, 2014)

2.1.2.2. Air Susu Masa Peralihan

Air susu masa peralihan terjadi setelah kolostrum dan berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Kandungan susu transisi ini tinggi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam air, dan mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum. (American Pregnancy Association, 2013)

2.1.2.3. Air Susu Matang (Matur)

Susu matang adalah susu terakhir yang dihasilkan. Air susu matang ini mengandung 90% air, yang diperlukan untuk mempertahankan hidrasi bayi. 10% lainnya terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan dan energi. Ada dua jenis susu matang: foremilk dan hindmilk. (American Pregnancy Association, 2013)

1. Foremilk

Foremilk adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa, serta nutrisi lainnya, tetapi rendah lemak. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada lima menit pertama. Foremilk lebih encer dibandingkan hindmilk dan cocok untuk menhilangkan rasa haus pada bayi. (Astutik, 2014)

2. Hindmilk

Hindmilk adalah ASI yang mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat energi dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui. ASI ini keluar setelah foremilk habis saat menyusui hampir selesai. Hindmilk sangat kental dan penuh lemak bervitamin. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali dibanding foremilk. (Astutik, 2014)

2.1.3. Komposisi ASI

ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dalam 6 bulan pertama kehidupan, termasuk lemak, karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan air. Hal ini karena zat-zat tersebut mudah dicerna oleh bayi. ASI juga mengandung faktor bioaktif yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang belum sempurna, memberikan perlindungan terhadap infeksi, dan faktor-faktor lain yang membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi. (WHO, 2009)

1. Lemak

Kadar lemak dalam ASI sangat tinggi. Kadar lemak yang tinggi inilah yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan otak yang cepat. Lemak omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI dan berperan pada perkembangan otak bayi. ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata. DHA dan ARA tidak ada pada kandungan susu sapi, maka hampir semua produk susu formula menambahkan DHA dan ARA. Tetapi kandungan DHA dan ARA pada susu formula tidak sebaik yang terdapat di dalam ASI.

2. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan laktosa yang ada pada susu sapi atau susu formula. Bayi yang mendapatkan ASI jarang mengalami diare yang disebabkan intoleransi laktosa. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi kadar karbohidrat meningkat pada saat laktosa ASI transisi (7-14

hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI kembali stabil.

3. Protein

Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dari susu sapi. Komposisi protein dalam ASI yaitu whey, sedangkan pada susu sapi yaitu casein. Protein whey lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan protein casein lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Komposisi protein casein pada ASI hanya 30% dibandingkan susu sapi yg mengandung protein casein sangat tinggi, yaitu sebesar 80% . ASI juga mempunyai asam amino yang lebih lengkap daripada susu sapi. Asam amino taurin adalah salah satu contohnya. Asam amino taurin kadarnya sedikit dalam susu sapi. Asam amino ini memiliki peran dalam perkembangan otak bayi. Hal ini karena asam amino ini banyak ditemukan pada jaringan otak yang sedang berkembang. ASI juga kaya akan nukleotida. Nukleotida ini berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang bakteri baik dalam usus, meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.

4. Vitamin 1. Vitamin K

Vitamin K berfungsi sebagai pembekuan. Namun, vitamin K dalam ASI sedikit. Bayi yang hanya dapat ASI beresiko terjadi perdarahan, walaupun kejadian ini sangat jarang. Maka dari itu bayi yang baru lahir diberikan vitamin K dalam bentuk injeksi.

2. Vitamin D

Sama seperti vitamin K, vitamin D di ASI juga sedikit. Dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi mendapatkan tambahan vitamin D dari sinar matahari. Sehingga dengan memberikan bayi ASI eksklusif

dan menjemur bayi di pagi hari akan mencegah bayi menderita penyakit tulang.

3. Vitamin E

Kandungan vitamin E dalam ASI sangat tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan anemia hemolitik.

4. Vitamin A

Jumlah kandungan vitamin A dalam ASI sangat tinggi dan berfungsi untuk kesehatan mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Hal ini yang memperjelas bahwa bayi yang diberikan ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.

Mineral

Kandungan mineral yang ada pada ASI memiliki kualiats yang baik dibandingan kandungan mineral yang ada pada susu sapi. Kalsium merupakan mineral utama yang ada pada ASI. Kalsium memiliki fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf, dan pembekuan darah. Banyak ditemukan bayi yang kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot pada bayi yang mendapatkan susu formula dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI.

Selain kalsium, mineral yang ada pada ASI yaitu zat besi. Kadar zat besi yang ada pada ASI jumlahnya sedikit, akan tetapi bayi yang diberikan ASI mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan karena dengan pemberian makanan pendamping ASI yang mengandung zat besi masalah kekurangan zat besi ini bisa teratasi. Namun, pemberian makanan tersebut mulai dari usia 6 bulan. (Hendarto & Pringgadini, 2013)

2.1.4. Manfaat ASI

1. Manfaat ASI menurut (Astutik, 2014)

1. Dengan memberikan ASI saja sampai 6 bulan, dapat menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat.

2. ASI menunjang perkembangan penglihatan. 3. Dapat memperkuat ikatan batin ibu dan bayi.

4. Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

5. Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama.

2. Manfaat ASI menurut (Yarnoff et al, 2013) 1. Mengurangi resiko diare

2. Mengurangi resiko terjadinya infeksi pernapasan bawah 3. Mengurangi resiko pengerdilan

4. Mengurangi resiko kematian pada bayi 5. Dapat meningkatkan perkembangan motorik.

2.1.5. Langkah Perlekatan ASI yang Benar

Seringkali kegagalan menyusui disebabkan karena kesalahan memposisikan dan melekatkan bayi. Puting ibu menjadi lecet sehingga ibu jadi malas atau bahkan tidak mau menyusui, produksi ASI berkurang dan bayi tidak mau menyusu. Langkah menyusui yang benar yaitu :

1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.

2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya.

Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

3. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung. 4. Posisikan bayi dengan benar:

a) Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

b) Perut bayi menempel ke tubuh ibu. c) Mulut bayi berada di depan puting ibu.

d) Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu.

e) Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.

1. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan bayi akan membuka lebar mulutnya, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

2. Lihat apakah perlekatan sudah benar:

a) Dagu menempel ke payudara ibu. b) Mulut terbuka lebar.

c) Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi.

d) Bibir bayi terlipat keluar.

e) Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI).

f) Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunti menelan. g) Ibu tidak kesakitan.

2.1.6. Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI 2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau

lainnya

3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah

keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV positif

4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 – 1 jam setelah lahir)

5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara)

6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir 7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi

8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi 9. Tidak memberikan dot/ kempeng.

10. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan (Satgas ASI, 2013)

2.1.7. Faktor Penghambat Wanita untuk Menyusui

1. Adanya hadiah gratis dari pruduk makanan pengganti ASI.

2. Iklan produk makanan pengganti ASI di majalah dan televisi dianggap sebagai norma budaya sementara menyusui tidak dimotivasi di masyarakat.

3. Anggota keluarga dan teman sebaya yang menghalangi wanita untuk menyusui.

4. Takut nyeri dan malu.

5. Takut akan keadekuatan suplai ASI

2.1.8. Faktor yang Mempengaruhi Durasi Pemberian ASI 1. Menyusui yang terjadwal, tertunda, atau diberi batas waktu. 2. Frekuensi menyusui yang tidak adekuat.

3. Asupan ASI untuk bayi tidak adekuat.

4. Puting inversi yang tidak juga eversi saat dihisap.

5. Ketakutan ibu bahwa ibu tidak memiliki ASI yang cukup. Hal ini juga merupakan alasan yang umum untuk memperkenalkan makanan pengganti ASI dan makanan penyapih sebelum usia yang dianjurkan.

6. Pembedahan payudara yang merusak duktus lakiferus dan/ atau inervasi puting.

7. Bayi memiliki kemampuan menghisap yang tidak adekuat, seperti bayi prematur atau bayi yang mengalami anomali wajah atau anomali lainnya yang mengurangi kemampuan bayi untuk mendapat makanan secara efektif. (Cadwell & Maffei, 2013)

2.1.9. Frekuensi Menyusui

Sulit diprediksi berapa kali sehari bayi harus disusui, saat pemberian ASI dilakukan berdasarkan permintaan bayi. Sebagian ibu berharap agar mereka dapat mengetahui berapa lama bayi mereka dapat menyusui. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam menentukan kisaran frekuensi pemberian ASI untuk bayi yang sedang menyusu.

1. Ibu memiliki kapasitas jumlah penyimpanan ASI yang berbeda dalam payudara mereka. Kapasitas penyimpanan ASI ini adalah jumlah ASI yang dapat terakumulasi sebelum memberikan sel – sel suatu pesan untuk mengurangi jumlah ASI. Seorang ibu dapat memiliki kapasitas penyimpanan yang memungkingkan payudara menyimpan ASI lebih lama atau lebih singkat dibandingkan ibu yang lain.

2. Bayi memiliki kisaran keterampilan dalam melekat dan mengisap ASI. Semakin sering bayi menyusu, semakin terampil bayi dalam

3. Bayi yang kekurangan kalori biasannya tampak mengantuk dan enggan menyusu. Kadang kala, ibu dan bayi pengasuh tidak bisa membedakan bayi mengantuk, kekurangan nutrisi, dan kekurangan kalori dengan bayi kenyang.

4. ASI sangat sempurna bagi manusia; ASI sangat mudah dicerna. Hal ini berarti bahwa ASI harus lebih sering diberikan dibandingkan makanan yang bukan berasal dari manusia, seperti susu formula. Bayi baru lahir menyusu 10 sampai 12 kali sehari.

5. Banyak orang mengira bahwa tangisan bayi sebagai isyarat untuk memulai menyusui. Tangisan sebenarnya merupakan isyarat menyusui yang terakhir. Pada saat bayi menangis, bayi tidak dapat diatur dan tidak mau makan dengan baik. (Cadwell & Maffei, 2013)

2.1.10.Isyarat Bayi ingin Menyusu

Isyarat bayi ingin menyusu adalah tanda bahwa bayi dalam keadaan yang baik untuk diberi makan (disusui). Tanda ini dimulai pada saat fase tidur aktif (diidentifikasi dengan adanya REM pada bayi). Saat bayi menjadi lapar dan semakin sering terbangun, isyarat bayi ingin menyusu lebih jelas. Bayi mulai mendekatkan kepalanya ke mulut; mencari makanan dengan bibir atau menjulurkan lidah; dan lainnya, yang meliputi:

1. Rooting, menggerakkan kepala terutama dengan gerakan mulut

mencari – cari

2. Semakin sering terbangun, khusunya REM dengan kelopak mata tertutup

3. Memfleksikan tungkai dan lengan 4. Berupaya mendekatkan tangan ke mulut 5. Mengisap jari atau kepalan tangan 6. Gerakan mouthing pada bibir dan lidah

7. Tangisan merupakan isyarat yang paling akhir bayi ingin menyusu karena tangisan pada bayi yang cukup bulan biasannya tidak

dimulai dari tangisan yang nyata sampai isyarat bayi ingin menyusu yang lebih samar telah gagal mendapatkan perhatian ibu. Bayi yang tidak cukup bulan dan lebih sulit diatur berpindah dari tidur dalam (ditandai dengan tidak adanya REM) menjadi menangis. Kontak langsung kulit ibu dan bayi dapat membantu bayi yang memiliki keadaan motorik yang baik. Bayi yang menunjukkan isyarat ingin menyusu yang samar harus digendong dengan kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi di antara menyusui. (Cadwell & Maffei, 2013)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2001 World Health Organitation (WHO) merevisi pemberian ASI eksklusif dari 4 – 6 bulan menjadi 6 bulan. Hal itu didasari setelah menelaah artikel secara sistemik dan berkonsultasi dengan para ahli. Berdasarkan hasil telaah tersebut didapatkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan penuh pada umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal dan lebih sedikit mengalami gangguan pertumbuhan. (WHO, 2002)

Maka dari itu WHO merekomendasikan bahwa bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, perkembangan dan kesehatan yang baik. Para ibu harus terus menyusui anak-anak mereka lebih dari usia enam bulan, sampai mereka berusia dua tahun atau lebih, pada saat yang sama mereka diberikan makanan pendamping yang aman dan tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. (WHO, 2013)

Sejumlah penelitian telah menggarisbawahi keuntungan dari pemberian ASI eksklusif, yaitu untuk pertumbuhan, kekebalan tubuh dan pencegahan penyakit pada bayi. Sebaliknya, beberapa studi mengaitkan kekurangan ASI eksklusif dengan kematian bayi yang tinggi dan morbiditas dari malnutrisi dan infeksi. (Kuzma, 2013)

Prevalensi menyusui di hampir setiap negara di dunia terus menurun secara signifikan. The Lancet’s Child Survival Series memperkirakan bahwa 13% dari kematian anak di negara-negara berpenghasilan rendah dapat dicegah jika prevalensi menyusui ditingkatkan secara optimal. Pentingnya ASI didukung oleh dua penilaian risiko komparatif baru-baru ini. The Global Burden of Diseases, Injuries, and Risk Factors Study 2010 (GBD 2010) memperingkatkan menyusui yang suboptimal sebagai faktor risiko terbesar

kedua untuk anak-anak balita, tercatat sekitar 47,5 juta Disability Adjusted Life Years (DALYs) hilang pada tahun 2010. (Roberts et al, 2013)

Praktek pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi angka kematian bayi sebesar 13% dan diperkirakan akan terus memberikan kontribusi bagi Millennium Developmental Goals (MDGs) untuk mengurangi angka kematian bayi di Indonesia. Upaya ini telah terus menerus dibuat untuk mempromosikan praktik pemberian ASI di Indonesia. Namun, jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif masih saja tetap rendah. (Marzuki et al, 2014)

Menurut (Ramadhani et al, 2013) ada beberapa alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif seperti budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, dan ibu ingin mencoba susu formula.

Di Indonesia persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2012 sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 69,84%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67,01%, dan Bali sebesar 66,94%. Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 20,57%, diikuti oleh Sulawesi Tengah 30,41% dan Sumatera Utara sebesar 32,22%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2012)

Di Sumatera Utara sendiri pencapaian tuntasnya pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan yang terdapat di 8 Kab/Kota yaitu Kabupaten Tapanuli Tengah, Dairi, Karo, Langkat, Pakpak Bharat, Padang Lawas, Kota Medan dan Gunung Sitoli hanya 0%. (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2012). Hal tersebut terjadi karena banyak anak bayi dibawah 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI. (KemenKes, 2012)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakterisitik responden yang mencakup umur, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan.

2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang berapa lama pemberian ASI eksklusif pada bayi.

3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif pada bayi.

4. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI eksklusif pada bayi.

1.4.Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1.4.1. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian 1.4.2. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa pentingnya pemberian ASI eksklusif.

ABSTRAK

Pada tahun 2001 World Health Organitation (WHO) merevisi pemberian ASI eksklusif dari 4 – 6 bulan menjadi 6 bulan. Hal itu didasari setelah menelaah artikel secara sistemik dan berkonsultasi dengan para ahli. Berdasarkan hasil telaah tersebut didapatkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan penuh pada umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal dan lebih sedikit mengalami gangguan pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang berada di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 370 sampel.

Pada penelitian ini dijumpai kelompok responden tertinggi memiliki gambaran pengetahuan sedang yaitu sebanyak 275 responden (74,3%), didikuti dengan pengetahuan kurang 75 responden (14,3%), pengetahuan baik 42 responden (11,4%) , dan pengetahuan buruk 0 responden (0%).

Disimpulkan bahwa informasi merupakan hal penting dalam mengetahui tentang ASI eksklusif.

ABSTRACT

In 2001 the World Health Organitation (WHO) revised its exclusive breastfeeding from 4-6 months to 6 months. It was constituted after reviewing the article systemically and consult with experts. Based on the results of the study found that babies who were breastfed exclusively for 6 full months in general had fewer gastrointestinal illnesses and fewer impaired growth. This study aims to determine the level of knowledge about exclusive breastfeeding mothers in Secanggang Langkat.

The method used was a descriptive study with a cross-sectional design. The population in this study were mothers who were in Secanggang Langkat. The number of subjects in this study were 370 samples.

This study found the highest group of respondents had moderate knowledge 275 respondents (74,3%), followed with lack of knowledge 75 respondents (14,3%), good knowledge 42 responden (11,4%), and poor knowledge 0 respondents ( 0 % )

Concluded that the information is important to know about exclusive breastfeeding

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SECANGGANG LANGKAT

Oleh:

MUHAMMAD HENDY 110100126

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SECANGGANG LANGKAT

Hasil Karya Tulis Ilmiah

Oleh:

MUHAMMAD HENDY 110100126

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul:

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SECANGGANG LANGKAT

Yang dipersiapkan oleh:

MUHAMMAD HENDY 110100126

Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui

Medan, Desember 2014

Dokumen terkait