• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 56-75)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman

Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika di DKI Jakarta dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Data penggunaan narkotika dan psikotropika di Puskesmas juga dapat terlihat pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan. Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur ada sepuluh, yaitu Puskesmas Kecamatan Makasar, Matraman, Jatinegara, Cakung, Duren Sawit, Kramat Jati, Pulo Gadung, Pasar Rebo, Ciracas, dan Cipayung. Suku Dinas Kesehatan hanya menerima laporan pemakaian obat di puskesmas setiap bulannya sebagai pengawasan terhadap penggunaan obat di Puskesmas. Puskesmas Kecamatan merencanakan sendiri kebutuhan obat untuk pemakaian satu tahun. Pemakaian obat tersebut untuk Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas

Kelurahan. Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur merencanakan pengadaan obat berdasarkan jumlah pemakaian obat selama setahun, jumlah resep, dan pola penyakit yang berkembang.

Unit pelayanan kesehatan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan / atau pengeluaran narkotika dan psikotropika sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara terintegrasi melalui program yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yaitu program SIPNAP. Program ini telah dikembangkan sejak tahun 2008 dan mengalami pembaharuan pada tahun 2012. Program ini rencananya akan mulai diberlakukan pada tahun 2013.

Pada program SIPNAP baru ini sistem dapat langsung melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika masing-masing unit pelayanan kesehatan ke Suku Dinas Kesehatan Kota / Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kementerian Kesehatan. Masing-masing unit pelayanan kesehatan dapat langsung memasukkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropikanya ke program SIPNAP. Adanya program SIPNAP ini akan lebih mempermudah pemerintah dalam melakukan pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika. Dengan adanya program ini diharapkan pula unit pelayanan kesehatan lebih patuh dalam melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika. Pada saat ini masih banyak unit pelayanan kesehatan yang terlambat mengirimkan laporan penggunaan setiap bulannya. Keterlambatan ini tidak hanya menghambat proses rekapitulasi, tetapi juga dapat mengakibatkan tercampurnya laporan yang satu dengan yang lain, serta ada resiko kehilangan laporan tersebut.

Rekapitulasi data pelaporan penggunaan narkotika menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang baru. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek pada bulan Oktober tahun 2012 adalah Codein tablet 20 mg sejumlah 10606 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek bulan November tahun 2012 adalah Codein 20 mg sejumlah 9065 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Rumah sakit bulan

Oktober tahun 2012 adalah Codein 20 mg sejumlah 9861 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Rumah sakit bulan November tahun 2012 adalah Codein 20 mg sejumlah 7563 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Puskesmas bulan Oktober dan November tahun 2012 adalah kodein 10 mg sejumlah 4283 tablet dan 4238 tablet. Berdasarkan hasil rekapitulasi bulan Oktober dan November maka narkotika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober dan November adalah Codein tablet 20 mg.

Apotek yang paling banyak menggunakan narkotika pada bulan Oktober dan November tahun 2012 adalah Apotek Rini dengan jumlah masing-masing 9313 item dan 7977 item. Rumah Sakit yang paling banyak menggunakan narkotika pada bulan Oktober dan November tahun 2012 adalah Rumah Sakit Ketergantungan Obat dengan jumlah penggunaan narkotika masing-masingnya sejumlah 8170 item dan 5975 item. Puskesmas yang paling banyak menggunakan narkotika pada bulan Oktober dan November adalah Puskesmas Pulo Gadung dengan jumlah penggunaan narkotika masing-masingnya 2500 tablet kodein.

Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh Puskesmas Kecamatan pada bulan Oktober dan November 2012 adalah diazepam tablet 2 mg, yaitu sejumlah 18387 buah dan 34182 buah. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh rumah sakit adalah alprazolam tablet 1 mg pada bulan Oktober 2012, yaitu sejumlah 6150 buah dan phenobarbital tablet 30 mg pada bulan November 2012, yaitu sejumlah 10088 buah. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh apotek pada bulan Oktober dan November 2012 adalah phenobarbital tablet 30 mg, yaitu sejumlah 22038 buah dan 26560 buah.

Unit pelayanan kesehatan yang paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Oktober dan November 2012 adalah Apotek Rini, yaitu sejumlah 54077 buah dan 49315 buah. Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika adalah PKC Cipayung pada bulan Oktober 2012, yaitu sejumlah 5480 buah dan PKC Ciracas pada bulan November 2012, yaitu sejumlah 16404 buah. Rumah sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Oktober dan November 2012 adalah RS Persahabatan, yaitu sejumlah 11191 buah dan 16559 buah. Apotek yang paling banyak menggunakan

psikotropika pada bulan Oktober dan November 2012 adalah Apotek Rini, yaitu sejumlah 54077 buah dan 49315 buah.

Harga obat generik di pasaran juga perlu dimonitoring. Berdasarkan hasil monitoring harga obat generik tahun 2012 pada 2 Apotek rakyat dan 17 Apotek diperoleh data :

a. Dua apotek rakyat menjual obat generik dengan harga tidak melebihi HET berdasarkan KepMenKes RI Nomor 092 / MENKES / SK / II / 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

b. Tiga belas apotek menjual obat generik dengan harga melebihi HET berdasarkan KepMenKes RI Nomor 092 / MENKES / SK / II / 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan (dengan pergantian apoteker) di wilayah Jakarta Timur tahun 2012

No Sarana Total Sarana Sarana yang memenuhi Sarana yang tidak memenuhi Jumlah Jumlah 1 Apotek 17 4 13 2 Apotek Rakyat 2 2 0 Jumlah 19 6 13 % Sarana 31,5% 68,4%

Pemenuhan persyaratan Harga Obat Generik berdasarkan HET KepMenKes RI Nomor 092 / MENKES / SK / II / 2012 pada sarana apotek rakyat dan apotek di wilayah Jakarta Timur tahun 2012 diperoleh data:

a. Persentase dari 2 apotek rakyat sebanyak 100% item obat generik yang dijual dengan harga memenuhi HET dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Persentase per item hasil monitoring obat generik periode tahun 2012 pada sarana apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur

No Sarana

Item obat yang sesuai HET

Item obat yang tidak sesuai HET

Jumlah % Jumlah %

1 Apotek Rakyat Zuhra Farma 29 100 0 0

2 Apotik Rakyat Berkat Sehat

Jaya 25 100 0 0

Jumlah 54 0

Rata-rata 100 0

b. Pada 9 apotek diperoleh persentase sebanyak 76,4% item obat generik yang dijual memenuhi HET dan 11,84 % item obat generik dijual tidak memenuhi HET dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Persentase per item hasil monitoring obat generik periode tahun 2012 pada sarana apotek di wilayah Jakarta Timur

No Sarana

Item obat yang sesuai HET

Item obat yang tidak sesuai HET

Jumlah % Jumlah %

1 Apotek K-24 Cililitan Besar 27 93,1 2 6,9

2 Apotek K24 Haji Ten 29 96,7 1 3,3

3 Apotek Sehati Farma 29 96,7 1 3,3

4 Apotek KF No.4 27 96,4 1 3,6

5 Instalasi Farmasi RSGM AU 8 100 0 0

6 Apotek K24 Wisma Kentjana 28 96,6 1 3,4

7 Apotek Damai 28 100 0 0

8 Apotek KSC 6 37,5 10 62,5

9 Apotek Dianindra 1 50 1 50

10 Apotek Century Farma Kayu

Manis 24 80 6 20

11 Apotek Sahabat Sehat 27 100 0 0

12 Apotek Marga Bhakti Husada 27 96,4 1 3,57

13 Apotek Medicor Clinik 8 88,9 1 11,1

14 Apotek Generik Hj Hasan 22 84,6 4 15,4

15 Apotek Kimia Farma 49 28 100 0 0

16 Apotek Kimia Farma, Jl.Duren

Sawit Raya B-3/29 27 96,4 1 0,4

17 Apotek Century Pondok Kelapa 23 82,1 5 17,9

Jumlah 369 35

Tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman, di antaranya adalah melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengawasan persediaan obat dan perbekalan kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Timur. Persediaan yang dimaksud juga termasuk narkotika dan psikotropika. Selanjutnya, di antara tupoksi Bagian Farmakmin berdasarkan Peraturan Gubernur No. 150 tahun 2009, yaitu melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) pelayanan sarana kesehatan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, dan industri makanan dan minuman rumah tangga, dan juga melaksanakan kegiatan pemantauan dan monitoring harga obat generik dan persediaan cadangan obat essensial. Dari hasil binwasdal yang dilakukan Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman masih terdapat beberapa sarana kesehatan, yaitu instalasi farmasi rumah sakit, dan apotek yang masih terdapat kekurangan.

Kegiatan tupoksi Bagian Farmakmin lainnya, yaitu monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur, hal ini bertujuan dapat dipantau seberapa besar dan banyaknya sarana pelayanan kesehatan khususnya sarana pelayanan farmasi yang harga jual obat generiknya melebihi harga eceran tertinggi yang tidak sesuai dengan KepMenKes RI No. 092 / Menkes / SK / II / 2012 dalam penjualan obat generik. Monitoring obat generik berdasarkan daftar sebanyak 30 item obat generik yang umum digunakan oleh masyarakat dilakukan sesuai program kerja bersamaan pemantauan pada sarana pelayanan farmasi, diantaranya apotek dan apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur. Pada periode 2012 terdapat 19 sarana pelayanan farmasi yang dipantau, yaitu 2 diantaranya adalah apotek rakyat dan 17 Apotek. Dari ke-19 sarana tersebut terdapat 6 sarana yang menjual obat generik sesuai dengan HET, sedangkan 13 sarana lainnya menjual obat generik melebihi HET dari 30 obat generik yang dipantau. Untuk mengatasi hal tersebut monitoring harga obat generik sarana pelayanan kesehatan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sebaiknya dilakukan secara rutin dan terhadap sarana pelayanan kesehatan yang menjual obat generik melebihi HET perlu ditindak lanjuti dengan memberikan surat peringatan.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari laporan ini adalah:

a. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur mempunyai fungsi :

1) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

2) Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

3) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian;

4) Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB);

5) Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular;

6) Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian; 7) Pelaksanaan surveilans kesehatan;

8) Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan; 9) Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan, baik pemerintah maupun swasta;

10) Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas;

11) Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan;

12) Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi;

13) Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat;

14) Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi;

15) Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas;

16) Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang;

17) Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan;

18) Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas;

19) Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan dan Kota Administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas;

20) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

b. Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1) Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman 2) Koordinator Tenaga Kesehatan

3) Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan

Tugas dan fungsi seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. Seksi Sumber Daya Kesehatan melaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi:

1) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;

2) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;

3) Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman;

4) Memberikan rekomendasi atau perizinan praktik tenaga kesehatan; 5) Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan;

6) Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan;

7) Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan;

8) Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu;

9) Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan;

10) Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas;

11) Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator; 12) Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator,

instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan;

13) Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga;

14) Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial;

15) Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi;

16) Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan;

17) Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan;

18) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah:

a. Peningkatan kompetensi petugas melalui pengikutsertaaan pada seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

b. Penambahan sarana dan prasarana, seperti komputer dan printer.

c. Implementasi sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008 yang telah dijalankan saat ini harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

DAFTAR REFERENSI

Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (2009). Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. (2009). Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. (1999). Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. (1997). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom Presiden RI. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 092 / MENKES / SK / II / 2012 tentang Harga Eceran Tertinggi. (2012). Keputusan Menteri Kesehatan No. 092 / MENKES / SK / II / 2012 tentang Harga Eceran Tertinggi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 889 / MENKES / Per / V / 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan No. 889 / MENKES / Per / V / 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052 / MENKES / Per / X / 2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052 / MENKES / Per / X / 2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1191 / MENKES / Per / VIII / 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1191 / MENKES / Per / VIII / 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan No 284 / MENKES / PER / III / 2007 tentang Apotek Rakyat. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No. 284 / MENKES / PER / III / 2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202 / MENKES / SK / VIII / 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202 / MENKES / SK / VIII / 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332 / MENKES / SK / X / 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332 / MENKES / SK /X / 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 142 / MENKES / PER / III / 1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142 / MENKES / PER / III / 1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 246 / MENKES / PER / V / 1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 246 / MENKES / PER / V / 1990 Tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 114 Tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap. (2011). Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 114 Tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap. Jakarta : Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta: Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2009). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi, Makanan, dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi, Makanan, dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009;Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013

UJI COBA SOFTWARE SIPNAP TERBARU UNTUK

PELAPORAN PSIKOTROPIKA DI SUKU DINAS

KESEHATAN JAKARTA TIMUR BULAN OKTOBER DAN

NOVEMBER 2012

MERRIE NATALIA, S.Farm.

1206313356

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013

UJI COBA SOFTWARE SIPNAP TERBARU UNTUK

PELAPORAN PSIKOTROPIKA DI SUKU DINAS

KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BULAN OKTOBER DAN NOVEMBER 2012

MERRIE NATALIA, S.Farm.

1206313356

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Mawardinur, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.

2. Dr. Fadlina Chany Saputri, M.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.

3. Dr. Safaruddin, MARS selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA.

4. Dra. Dian Sulistyowati, Apt., selaku Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.

5. drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.

6. drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.

7. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

8. Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA.

9. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. 10. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 11. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan

moral dan finansial kepada penulis.

12. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis 2013

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i HALAMAN JUDUL ... ii KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... v DAFTAR GAMBAR ... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4 2.1. Tugas Sumber Daya Kesehatan ... 4 2.2. Psikotropika ... 5 2.2.1. Definisi dan Penggolongan Psikotropika ... 5 2.2.2. Peredaran dan Pelaporan Penggunaan Psikotropika ... 6 2.3. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) ... 7 BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN SISTEM PELAPORAN DAN

DATA LAPORAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA ... 12 3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian ... 12 3.2. Metode Pengumpulan, Pengolahan, serta Pengkajian Data dan

Sistem ... 12 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14 4.1. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika ... 14 4.2. Laporan Penggunaan Psikotropika ... 16 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 56-75)

Dokumen terkait