• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN, DAN KERANGKA

A. Bahan Ajar

informasi. Rowntree (dalam Setiawan, 2007, hal 10) mengakategorikan bahan ajar cetak sebagai berikut.

1) Buku, pamflet, dan lain-lain bahan cetaj yang dipublikasikan atau khusus ditulis dan dikembangkan untuk keperluan tertentu.

2) Panduan belajar siswa yang sengaja dikembangkan untuk melengkapi buku baku atau buku utama yaitu buku suplemen.

3) Bahan belajar mandiri, yang sengaja dikembangkan untuk program pendidikan jarak jauh, contohnya modul.

4) Buku kerja guru maupun siswa yang sengaja dikembangkan untuk melengkapi program-program audio, video, komputer, dan lain-lain. 5) Panduan praktikum dan lain-lain.

b. Bahan ajar noncetak untuk keperluan pembelajaran tersedia di pasaran dalam jumlah yang terus meningkat. Bahan ajar noncetak berupa

program audio, bahan ajar display, model, overhead trasparencies (OHT), video dan bahan ajar berbantuan komputer.

Tabel 2.1 Jenis dan Karakteristik Bahan Ajar Noncetak Jenis Bahan Ajar Noncetak Karakteristik 1) Bahan ajar display

Semua materi tulisan maupun gambar yang dapat ditampilkan di dalam kelas, kelompok kecil ataupun siswa secara perorangan tanpa menggunakan alat proyeksi. Contohnya flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto, dan realia

2) Overhead

Transparen cies (OHT)

Biasanya berupa imej tekstual dan grafik dalam lembar transparan yang dapat dipresentasikan di depan kelas atau kelompok dengan menggunakan OHP.

3) Audio Suara, musik, dan kata-kata yang dapat digunakan untuk pembelajaran langsung, terutama untuk pengajaran bahasa. Contoh radio dan kaset audio. 4) Video Segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio

dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contoh kaset video dan siaran televisi.

5) Berbasis Komputer

Berbagai jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Memudahkan pembelajaran seperti penggunaan internet untuk pembelajaran, power point.

4. Ciri-Ciri Bahan Ajar yang Baik

Sebuah buku teks dikatakan baik jika buku tersebut mampu menyampaikan pesan (ilmu pengetahuan) melalui penggunaan kata-kata dan ilustrasi gaya penyajian yang jelas, logis, kreatif dan mudah dipahami oleh pembacanya. Sementara itu, berdasarkan kriteria penilaian bahan ajar berupa buku pelajaran, setidaknya ada empat syarat terpenuhi bila sebuah bahan ajar dikatakan baik, diantaranya cakupan materi atau isi sesuai dengan kurikulum, penyajian materi memenuhi prinsip belajar, bahasa dan keterbacaan baik, format buku atau grafika menarik (Riyanto, 2013, hal. 29).

5. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip dalam pemilihan bahan ajar, yaitu sebagai berikut: (Zulfiani, dkk. 2009, hal. 39-40)

a. Prinsip relevansi atau keterkaitan materi sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar;

b. Prinsip konsistensi atau keajegan, dimaksudkan jika kompetensi dasar yang harus dicapai siswa ada empat macam, maka bahan ajarnya pun harus empat macam;

c. Prinsip adukasi atau kecukupan adalah kecukupan materi dalam bahan ajar untuk mencapai kompetensi seperti yang diajarkan oleh guru.

6. Peranan Pengembang Pembelajaran

Yaumi (2013, hal 247-249) berpendapat bahwa terdapat dua macam pengembangan pembelajaran, yaitu:

a. Pengembang pembelajaran sekaligus sebagai guru, dosen, atau instruktur. Peran guru, dosen, atau instruktur bukan hanya sebagai pemberi pelajaran yang menyajikannya di depan kelas, namun sebagai pengembang pembelajaran termasuk juga mengembangkan bahan pembelajaran (bahan ajar), karena yang mengetahui secara komprehensif kebutuhan peserta didik adalah guru, dosen, dan instruktur.

b. Pengembang pembelajaran yang bukan sebagai guru, dosen, dan instruktur. Sebaiknya bekerja sama dengan tim yang bertanggung jawab pada desain, pengembangan dan implementasi pendidikan dan pelatihan. Serta melibatkan tim yang berasal dari konsultasi pengembang pembelajaran, personel pelatih atau intruktur, guru dan staf pengajar yang terdapat di universitas khususnya dalam fakultas dan jurusan pendidikan.

7. Langkah-langkah pembuatan bahan ajar

Direktorat Pembinaan SMA memaparkan langkah-langkah penyusunan bahan ajar antara lain: (Direktorat Pembinaan SMA, 2010, hal. 28-29) a. Analisis kebutuhan bahan ajar, meliputi:

1) Analisis KI/KD

Analisis KI-KD adalah kegiatan yang menelaah setiap kompetensi dasar yang ada pada standar kompetensi yang memerlukan bahan ajar, sehingga dapat diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih.

2) Analisis sumber belajar.

Analisis sumber belajar adalah kegiatan menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan bahan ajar yang akan dikembangkan, sehingga diperoleh kesesuaian dan kemudahan dalam pengembangan bahan ajar.

3) Pemilihan dan penentuan bahan ajar

Pemilihan dan penentuan bahan ajar dilakukan agar bahan ajar yang akan digunakan menarik dalam proses pembelajaran dan dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi.

b. Penyusunan peta bahan ajar

Penyusunan peta bahan ajar adalah pemetaan terhadap ruang lingkup dan urutan bahan ajar yang akan dikembangkan. Pemetaan ini diperlukan untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya. Sekuensi bahan ajar sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan dan penentuan sifat bahan ajar apakah dependen (tergantung) atau independen (berdiri sendiri).

c. Pembuatan atau pengembangan bahan ajar

Pembuatan/pengembangan bahan ajar memperhatikan struktur dan komponen-komponen setiap jenis bahan ajar yang akan dikembangkan

yang terdiri atas identitas mata pelajaran, kompetensi dasar, judul, petunjuk/pedoman, latihan, tugas/langkah kerja, dan penilaian.

d. Evaluasi dan revisi

Evaluasi dan revisi dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik atau masih ada hal yang perlu diperbaiki. komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.

Menurut Warsita (2008, hal 226-227) pengembangan media dan bahan belajar dikelompokkan ke kadalam tiga tahap besar, diantaranya: tahap perancangan, tahap produksi, dan tahap evaluasi. Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Tahapan Pengembangan Media dan Bahan Belajar a. Perencanaan

1) Analisis Kebutuhan adalah suatu kegiatan ilmiah yang melibatkan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber informasi untuk mengetahui kesenjangan antara keadaan seharusnya terjadi dengan keadaan yang senyatanya terjadi.

2) Penyusunan Garis Besar Isi Media dan Jabaran Materi merupakan acuan utama dalam tahap pengembangan media dan bahan belajar. Komponen GBIM minimal berisikan Kompetensi Dasar (tujuan pembelajaran umum), Indikator keberhasilan (tujuan pembelajaran khusus), alternatif judul media dan bahan belajar, dan referensi.

Perencanaan Produksi Evaluasi

Analisis Kebutuhan Persiapan Evaluasi Penyusunan GBIM & JM Pelaksanaan Revisi Penulisan Naskah

3) Penulisan Naskah ini disesuaikan dengan jenis media yang berisi berbagai ketentuan mengenai produksi.

b. Produksi

1) Persiapan dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatunya sehingga proses produksi berjalan lancar dan hasilnya memuaskan. 2) Pelaksanaan merupakan kegiatan produksi yang secara rinci

melibatkan tenaga ahli/pembimbing.

3) Penyelesain melaksanakan kegiatan preview dan perbaikan (revisi) program serta reproduksi (penggandaan).

c. Evaluasi

1) Evaluasi prasemester minimal tiga bentuk, yaitu evaluasi oleh ahli, evaluasi orang per orang, dan evaluasi kelompok kecil untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kelemahan media dan bahan belajar yang dikembangkan. Berbagai kelemahan inilah yang akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan (revisi).

2) Uji Coba Lapangan pada intinya dilakukan untuk mengetahui apakah program media dan bahan belajar yang dilembangkan benar-benar berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, sesuai/cocok dengan lingkungan dimana program media dan bahan belajar tersebut akan digunakan atau tidak, dan dapar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan atau tidak.

Setiawan (2007, hal 24-34) terdapat lima langkah utama untuk mengembangkan bahan ajar, diantaranya:

a. Analisis. Pada tahap ini, dilakukan identifikasi perilaku awal siswa dan karakteristik siswa.

b. Perancangan. Pada tahap ini terdiri atas perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan peta konsep mata pelajaran, pemilihan media dan sumber belajar, serta pemilihan strategi pembelajaran.

c. Pengembangan. Diawali dengan memilih salah satu tujuan pembelajaran, lengkapi matero, media, dan strateginya.

d. Evaluasi dan revisi. Ada empat cara untuk mengevalluasi bahan ajar yaitu: telaah oleh ahli materi, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, uji coba lapangan.

Gambar 2.2 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar B.Buku Suplemen

1. Pengertian Buku Suplemen

Buku suplemen atau bisa disebut juga dengan buku pengayaan adalah buku yang dipergunakan untuk mendampingi buku utama (Kurniasari, 2014, hal. 463). “Bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum” (Direktorat Pembinaan SMA, 2008, hal. 8). Menurut Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 “buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan, menengah, dan perguruan tinggi”. Buku pengayaan atau buku pelengkap adalah berupa informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok. Sitepu menjelaskan bahwa pelengkap yang dimaksud adalah memberikan informasi tentang bahasan pokok tertentu yang ada di dalam kurikulum seacra lebih luas dan/atau lebih dalam (Sitepu, 2012, hal. 16). Buku pengayaan menurut Suherli (dalam Riyanto, 2013, hal. 29) merupakan buku yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks, keterampilan, dan membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Buku suplemen tidak semata-mata dimaksudkan hanya untuk peserta didik namun dapat pula digunakan oleh pihak lain atau masyarakat pada umumnya.

Analisis Perancangan Pengembangan Evaluasi Revisi Umpan balik

Buku suplemen sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya. Buku suplemen diartikan buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat pembaca lainnya (Pusat Perbukuan, 2008, hal. 8). Menurut Pusat Perbukuan (2008, hal. 3) bahwa

buku suplemen termasuk ke dalam jenis buku nonteks pelajaran. Buku nonteks pelajaran adalah buku-buku yang berisi materi pendukung, pelengkap, dan penunjang buku teks pelajaran yang berfungsi sebagai bahan pengayaan, referensi, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan menggunakan penyajian yang longgar, kreatif, dan inovatif serta dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang dan tingkatan kelas atau pembaca umum.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa buku suplemen adalah buku pelajaran yang dapat memperkaya wawasan pembacanya dan digunakan untuk melengkapi materi pembelajaran.

2. Perbedaan Buku Suplemen dan Buku Teks

Berdasarkan karakteristiknya terdapat beberapa perbedaan antara buku teks pelajaran dengan buku suplemen. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Perbedaan antara Buku Teks dan Buku Suplemen

No Karakteristik Buku Teks Buku Suplemen

1 Target Terdiri dari materi yang ditulis dan harus

dipahami siswa dalam satuan pendidikan

Menambah

pengetahuan siswa dan guru dalam satuan pendidikan 2 Kegunaan dalam

satuan pendidikan

Sumber utama Bukan sumber utama, hanya pelengkap 3 Kedudukan dalam

satuan pendidikan

Wajib Bukan sebagai

sumber utama, melainkan pendukung. 4 Kegunaan sebagai

alat pendukung

No Karakteristik Buku Teks Buku Suplemen 5 Keterangan penulisan Berkaitan dengan kurikulum Tidak terkait kurikulum (mata pelajaran sains, kebutuhan hidup, perencanaan atau pertumbuhan zaman, pengalaman hidup)

6 Bantuan guru Wajib Tidak wajib

7 Anatomi buku Selalu berisi pelajaran, diskusi, latihan, dan evaluasi secara lengkap

-

8 Pengguna Mayoritas siswa Tidak didominasi siswa 9 Tempat penggunaan Kebanyakan di kelas/sekolah Tidak didominasi dikelas/ sekolah (rumah, ruang tunggu, tempat umum, dll) (Maryam, 2012, hlm.46) Berdasarkan Tabel 2.3 menunjukkan bahwa buku suplemen termasuk ke dalam buku nonteks yang memberikan banyak manfaat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika siswa kurang dalam minat membaca buku suplemen, sebaiknya seorang guru mengintegrasikan penggunaan buku suplemen dalam proses pembelajaran (Maryam, 2012). Buku suplemen memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan buku teks pelajaran. Buku suplemen dapat disajikan secara bervariasi, baik dengan menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku suplemen bersifat mengembangkan dan meluaskan kompetensi siswa, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.

3. Jenis-Jenis Buku Suplemen

Buku suplemen dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu buku suplemen pengetahuan, buku suplemen keterampilan, dan buku suplemen kepribadian. Jenis-jenis buku suplemen terdapat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Buku Suplemen

Jenis-Jenis Buku Suplemen Pengertian dan karakteristik Buku suplemen pengetahuan Buku-buku yang diperuntukkan bagi

pelajar untuk memerkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah maupun pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau pembaca pada umumnya agar dapat membantu peningkatan kompetensi kognitifnya.

Buku suplemen keterampilan Buku-buku yang memuat materi yang dapat memerkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memerkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama,

menghubungkan, dan

mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara praktis.

Buku suplemen kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan, buku suplemen kepribadian diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara umum

(Pusat Perbukuan, 2008, hal. 11-15) 4. Langkah-Langkah Mengembangkan Buku Suplemen

Pusat kurikulum dan perbukuan (2008, hal. 59-64) menyebutkan bahwa dalam menulis buku nonteks, penulis harus memerhatikan makna buku nonteks bagi pembacanya dan tidak harus berhubungan secara langsung pada standar kompetensi dalam Standar Isi. Ada beberapa tahapan penulisan, yaitu:

a. Menyiapkan konsep dasar tulisan;

Konsep dasar yang disiapkan berkaitan dengan jenis tulisan yang akan disusun, contohnya suplemen pengetahuan, keterampilan,

kepribadian, ensiklopedia, kamus, atlas, atau panduan pendidik. Dalam menulis buku nonteks, seorang penulis lebih leluasa dalam mengembangkan isi atau materi buku. Penulis buku nonteks lebih bebas dalam menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan. Konsep dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang berhubungan dengan ilmu lain, baik dari sisi isi maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu dapat dijelaskan secara ilmiah.

b. Memerhatikan proses kreatif

Menulis buku nonteks adalah sebuah proses kreatif. Bahan tulisan diperoleh dari hasil menggali, menghidupkan imajinasi, intuisi, memunculkan potensi-potensi baru, membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman, serta dapat merangsang pikiran-pikiran yang tidak terduga.

Dalam menulis buku nonteks terbangun suatu aktivitas mental penulis mulai dari merencanakan tulisan untuk menjadi buku nonteks, tahap pengolahan informasi, tahap kemunculan berbagai gagasan, tahap memverifikasi berbagai gagasan yang dihubungkan dengan realitas.

c. Menetapkan aspek yang akan dikembangkan

Dalam menulis buku nonteks seharusnya dapat menetapkan aspek-aspek dari domain kognitif, afektif, atau psikomotorik yang dipandang perlu dikembangkan dalam menulis buku nonteks pelajaran. Hal ini dikarenakan dalam buku teks pelajaran mengacu pada ketentuan dan tuntutan Standar Isi, sementara ketiga aspek tersebut memerlukan pengembangan dan pendalaman materi, sehingga pembaca memeroleh pegetahuan yang lebih luas, leih kaya, dan lebih menyeluruh.

d. Menyesuaikan dengan kemampuan berpikir pembaca.

Penulisan buku nonteks khususnya buku suplemen selayaknya lebih menyesuaikan pada kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan berpikir peserta didik dapat dipengaruhi oleh kompetensi dirinya dan lingkungan tempat mereka berada. Kemampuan berpikir peserta didik juga sangat berhubungan dengan perkembangan budaya suatu masyarakat. Dengan demikian, seorang penulis buku nonteks seharusnya dapat menulis materi buku nonteks yang sesuai dengan kemampuan peserta didik pada umumnya dan perkembangan budaya Indonesia.

5. Komponen Dasar dan Komponen Utama Buku Suplemen

Dalam menulis buku nonteks berkualitas, selain harus memahami langkah-langkah penyusunan buku, juga harus memahami komponen dasar dan komponen utama dalam pembuatan buku nonteks pelajaran (Pusat Perbukuan, 2008, hal. 64-70).

a. Komponen Dasar

Terdapat beberapa komponen, diantaranya:

Tabel 2.4 Komponen Dasar Buku Suplemen

Komponen Dasar Kriteria

Karakteristik buku a) Materi buku yang dikembangkan bukan merupakan acuan wajib bagi peserta didik dalam mengikuti salah satu mata pelajaran tertentu.

b)Materi buku tidak dilengkapi dengan instrumen evaluasi dalam bentuk pertanyaan, tes, ulangan, LKS, atau bentuk lainnya.

c) Penerbitan buku tidak disajikan secara serial berdasarkan tingkat kelas.

d)Pengembangan materi tidak terait secara langsung dengan atau sebagian Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar dalam Standar Isi. e) Materi buku dapat dimanfaatkan oleh

pembaca lintas jenjang pendidikan dan tingkat kelas.

Struktur buku a) Bagian awal minimal terdiri dari kata pengantar atau prakata dan daftar isi.

b) Bagian isi merupakan materi buku.

c) Bagian akhir minimal terdapat bagian daftar pustaka yang dapat dilengkapi dengan indeks, glosarium, atau lampiran.

Komponen grafika a) Buku dijilid dengan rapi dan kuat.

b) Buku menggunakan huruf dan/atau

Dokumen terkait