• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen, ozon dan oksida lainnya.

2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam.

3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti hidrokarbon.

4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll.

Dampak masing-masing senyawa di dalam gas buang terhadap kesehatan adalah sebagai berikut (Anonim, 2013):

1. CO (Karbon Monoksida) dapat mengurangi jumlah oksigen dalam darah, sehingga bisa mengganggu cara berfikir, penurunan refleks dan gangguan jantung, dan apabila terkomsumsi dalam jumlah besar akan mengkibatkan kematian.

2. HC (Hidrokarbon) dapat mengakibatakan iritasi pada mata, batuk, rasa mengantuk, bercak kulit dan perubahan kode genetik. 3. PM10 (Partikulat) jika masuk dalam sistem pernafasan sampai ke bagian paru-paru terdalam sehingga menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas, jantung, bronchitis, asma.

3. Pb (Timbal) dapat meracuni sistem pembentukan darah merah, sehingga mengakibatkan gangguan pembentukan sel darah merah, anemia, tekanan darah tinggi dan mengurangi fungsi pada ginjal, pengaruh pada anak-anak adalah penurunan kemampuan otak dan kecerdasan.

4. SOx (Oksida Belerang) dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas, sehingga menimbulkan batuk sampai sesak nafas, meningkatkan kasus asma

5. NOx (Oksida Nitrogen) bisa menimbulkan gangguan jaringan paru seperti, melemahkan sistem pertahan paru, asma, infeksi saluran nafas.

Timbal

Definisi. Logam timbal (Pb) merupakan kelompok elemen utama pada grup karbon, dan termasuk logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Timbal juga dapat berasal dari aktivitas manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan timbal alami. Pb dapat digunakan untuk melapisi logam agar tidak terjadi karat, dikarenakan karakteristik kimia dari timbal (Ridhowati, 2013).

Timbal termasuk sebagai logam pascatransisi (post-transition metal) dan juga anggota dari kelompok karbon dengan symbol Pb dan memiliki nomor atom 82 berebntuk logam lembut, stabil, memiliki densitas tinggi, lembut, tahan korosi, memiliki konduktivitas lemah dan paruh waktu sangat lama (stabil) serta terdapat bebas secara alami dalam bumi dalam bentuk isotop, yaitu 204, 206, 207, dan 208 serta kemampuan bereaksi (Lide, 2004 dalam Sembel, 2015).

Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu yang dapat terhirup oleh manusia. Mobil berbahan bakar timbale melepaskan 95% timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Partikel timbal dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, gangguan system reproduksi, menurunkan tingkat

kecerdasan hingga merusak jaringan syaraf (Palar, 2004).

Menurut badan pengawasan obat dan makanan, batasan cemaran logam berat pada makanan adalah 0,25 ppm dan pada minyak adalah 0,10 ppm.

Karakteristik dan sifat timbal. Pb memiliki karakteristik kimia berupa titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif. Selain itu, timbal meleleh pada suhu 328oC, titik didih 1740oC dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timah hitam (Pb) tergolong ke dalam logam berat, yang dalam system periodic unsure ini terletak pada unsure golongan IV A, dan perioda ke 6. Di alam Pb terdapat dalam bentuk senyawa sulfat (PbSO4), karbonat (PbCo3), dan sulfide (PbS). Apabila Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan (Sembel, 2015).

Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifat-sifatnya sebagai berikut:

1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.

2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.

3. Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jika kontak dengan udara lembab.

4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk mempunyai sifat berbeda dengan timbal yang murni.

5. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan merkuri (Fardiaz, 1992).

Manfaat penggunaaan timbal. Timbal biasanya digunakan untuk penahan radiasi. Penggunaan timbal dipermudah oleh sifat-sifatnya yang memiliki titik didih rendah, lunak, dan memiliki densitas tinggi serta tahan terhadap korosi.

Oleh karena sifat-sifat tersebut, maka timbal juga digunakan untuk menjadi tali pengikat scuba diving . sebagian besar produksi timbal di Amerika Serikat, yaitu sekitar 1.15 juta ton (tahun 2000) dipergunakan untuk pabrik kendaraan bermotor, elektroda baterai timbal, dan sebagai beterai mobil. Timbal juga dipergunakan untuk bahan insulasi kabel-kabel listrik bertegangan tinggi, penangkal radiasi (ruangan X-ray), pendingin reactor cepat dan pipa organ. Di zaman Roma, timbal juga digunakan untuk pembuatan pipa air, pengawet makanan dan minuman.

Selain itu timbal juga digunakan untuk pebuatan pestisida. (Sembel, 2015).

Pb memiiki kemampuan membentuk alloy dengan berbagai jenis logam lain sehingga sifat metalurgi Pb meningkat, yaitu :Pb + Sb sebagai kabel telpon, Pb + As +Sn + Bi sebagai kabel listrik, Pb + Ni merupakan senyawa azida sebagai bahan peledak, Pb + Cr + Mo + Cl sebagai pearnaan cat, Pb + asetat digunakan untuk mengkilapkan keramik dan bahan anti api, Pb + Te sebagai pembangkit istrik tenaga panas, Tetrametil – Pb dan tetraetil – Pb sebagai bahan adiktif pada bahan bakar kendaraan bermotor.Pb juga merupakan slaah satu zat yang dicampurkan kedalam bahan bakar, yaitu (C2H5)4Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) sebagai bahan aditif yang berfungsi untuk meningkatkan angka oktan sehingga penggunaannya akan menghindarkan mesin dari gejala “ngelitik” yang berfungsi

sebagai pelumas kerja antar katup mesin. Kendaraan octane booster dibutuhkan dalam bensin agar mesin bisa bekerja dengan baik.

Sumber pencemaran timbal. Pencemaran yang ditimbulkan Pb berasal dari sumber alami maupun limbah hasil kegiatan manusia dengan jumlah yang terus meningkat, baik dilingkungan air, udara maupun darat. Timbal merupakan logam yang bersifat toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb. Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, makanan, minuman, pernafasan, kontak lwat kulit, mata, serta parenteral ( Ridhowati, 2013).

Semakin meningkatnya produksi kendaraan bermotor memperburuk keberadaan timbal (Pb) di udara. Menurut data badan pusat statistic (bps) jumlah kendaraan bermotor menurut jenisnya sebanyak 138.556.669. Diantaranya Mobil Penumpang 15.493.068, Mobil bis 2.509.258, Mobil barang 7.523.550, Sepeda motor 113.030.793.

Peningkatan konsentrasi Pb diudara dapat berasal dari hasil pembakaran bahan bakar bensin dalam berbagai snyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti letupan (anti ketok) yang terdiri ddari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbale oksida. Timbal Oksida ini terdapat dalam partikel-partikel yang tersebar dalam ruang bakar bensin. Snyawa Pb sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau lemak (Fardiaz, 1992 dalam Ridhowati, 2013).

Masuknya timbal kedalam tubuh manusia. Bagi kebanyakan orang, sumber utama asupan Pb adalah makanan yang biasanya menyumbang 100–300 ug per hari. Timbal dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, pemaparan maupun saluran pencernaan. Lebih kurang 90% partikel timbal dalam asap atau debu halus diudara dihisap melalui saluran pernafasan. Penyerapan di usus mencapai 5–15% pada orang dewasa. Pada anak-anak lebih tinggi yaitu 40%

dan akan menjadi lebih tinggi lagi apabila si anak kekurangan kalsium, zat besi dan zinc dalam tubuhnya. Laporan yang dikeluarkan Poison Center Amerika Serikat menyatakan anak-anak merupakan korban utama ketoksikan timbal dengan 49 % dari kasus yang dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun. Yang lebih menghawatirkan adalah efeknya terhadap kecerdasan (IQ) anak–anak, sehingga menurunkan prestasi belajar mereka, walaupun kadar timbal di dalam darah mereka tidak dianggap toksik (Noviyanti, 2012).

Timbal yang telah masuk kedalam tubuh akan didistribusi kedalam darah sebesar 95% (Palar, 2004).Timbal yang terhirup dan masuk sistem pernapasan akan ikut bereda rke seluruh jaringan, terakumulasi dalam tubuh dan sisanya akan dikeluarkan dalam urine yaitu sebanyak 75-80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku. Pada umumnya ekskresi timbal berjalan sangat lambat (Palar, 2004).

Efek timbal terhadap kesehatan. Efek timbal terhadap kesehatan antara lain:

1. Efek Timbal pada Sistem Syaraf

Di antara semua sistem pada organ tubuh, sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam timbal.

Pengamatan yang dilakukan pada pekerja tambang dan pengolahan logam Pb menunjukkan bahwa pengaruh dari keracunan timbal dapat menimbulkan kerusakan pada otak. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak sebagai akibat dari keracunan timbal adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar, dan delirium yaitu sejenis penyakit gula.

2. Efek Timbal pada Sistem Urinaria

Senyawa-senyawa timbal yang terlarut dalam darah akan dibawa oleh darah ke seluruh sistem tubuh. Pada peredarannya, darah akan terus masuk ke glomerulus yang merupakan bagian dari ginjal. Dalam glomerulus tersebut terjadi proses pemisahan akhir dari semua bahan yang dibawa darah. Ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan membentuk aminociduria yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin.

Aminociduria dapat kembali normal setelah selang waktu beberapa minggu

tetapi intranuclear inclusion bodies membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali normal.

3. Efek Timbal pada Sistem Reproduksi

Pada wanita dengan paparan timbal yang tinggi, timbal akan disimpan dalam tulang. Pada wanita hamil, timbal yang terserap dan ditimbun dalam tulang diremobilisasi dan masuk ke peredaran darah, melalui plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, menghambat perkembangan otak dan intelegensia janin. Selanjutnya setelah bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu. Efek toksik timbal pada fungsi reproduksi laki-laki yaitu mempengaruhi proses spermatogenesis sehingga terjadi penurunan kualitas semen dalam jumlah, morfologi, motilitas dan bentuk abnormal spermatozoa.

4. Efek Timbal pada Sistem Endokrin

Efek yang dapat ditimbulkan oleh keracunan timbal terhadap fungsi sistem endokrin merupakan penelitian yang paling sedikit dilakukan dibandingkan dengan sistem-sistem lain dari tubuh. Hal ini bisa disebabkan karena parameter pengujian yang akan dilakukan terhadap sistem endokrin lebih sulit ditentukan dan kurang variatif bila dibandingkan dengan sistem-sistem lainnya.Pengukuran terhadap steroid dalam urin pada kondisi paparan timbal yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan penyerapan Pb oleh sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan paparan timbal yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran

steroid dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus. Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan timbal dari penyulingan alkohol. Endokrin lain yang di uji pada manusia adalah endokrin tiroid.

Fungsi dari tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan I 131 (iodium isotop 131).

5. Efek Timbal pada Jantung

Organ lain yang dapat diserang oleh racun yang dibawa oleh logam timbal adalah jantung. Namun sejauh ini perubahan dalam otot jantung sebagai akibat dari keracunan Pb baru ditemukan pada anak-anak. Perubahan tersebut dapat dilihat dari ketidaknormalan EKG. Tetapi setelah diberikan bahan khelat, EKG akan kembali normal.Sampai sekarang belum ada laporan lain tentang perubahan kerja jantung pada pekerja-pekerja di pertambangan atau industri yang menggunakan timbal. (Palar, 2004).

Pencegahan dan pengendalian timbal secara umum. Gilbert (2012) mengemukakan pendapatnya mengenai pencegahan dan pengendalian secara umum. Jika manusia pindah rumah ke sebuah rumah yang lebih tua dan mempunyai balita atau merencanakan untuk memulai sebuah keluarga, cat dantanah di sekitar rumah yang dimiliki mungkin terkontaminasi timbal. Jika mereka merenovasi sebuah rumah tua, mengampelas atau memindahkan cat memungkinkan terbentuk debu dengan konsentrasi timbal yang tinggi. Balita yang memiliki kebiasaan memasukan tangan ke mulut akan terkontaminasi jumlah timbal yang signifikan hanya dari debu yang dihasilkan dari renovasi rumah

tersebut. Pada pekerja yang bekerja di wilayah yang berinteraksi dengan timbal.

Jika mereka bekerja yang kontak dengan timbal, sesegera mungkin mencuci tangannya. Jika mereka memegang timbal, apa pun yang disentuh dengan tangannya akan mengandung timbal dalam jumlah yang kecil. Memindahkan sepatu mereka sebelum pulang ke rumah akan mengurangi jejak debu yang mengandung timbal.

Landasan Teori

Menurut Mushak (2011), timbal adalah sejenis zat pencemar lingkungan yang menghasilkan laporan penyakit manusia dan risiko dari penyakit manusia, tergantung dari dimana kira-kira garis respon dosis prevalensi dan insidensi yang sebenarnya dari paparan sistemik yang berarti terjadi atau sedang terjadi.

Ardalina (2012) bahwa ada peningkatan kadar timbal dengan pemaparan udara selama 8 jam dimana semua pisang goreng yang disajikan menggunakan penutup dan tidak menggunakan tutup. Kadar timbal pada pisang goreng yang menggunakan penutup mempunyai kadar timbal yang lebih rendah dibanding yang tidak menggunakan tutup.

Marhadi (2017) yang menganalisis kadar timbal pada jajanan pinggiran jalan di Kota Jambi menuturkan dari tiga sampel pisang goreng yang diteliti, dua sampel mempunyai kadar timbal yang melebihi ambang batas standar BPOM yaitu (15,05 ppm) dan (8,5 ppm).

Penelitian yang dilakukan Yuliantini, et al, (2018) menganalisis kandungan timbal pada pangan jajanan anak sekolah yang dijajakan di pinggir jalan raya di dekat sekolah mengemukakan bahwa sampel pada pangan jajanan yang dijual di pinggir jalan raya memiliki kadar timbal 1,4944 – 5,6934 ppm, melebihi batas aman yang telah disyaratkan BPOM, yaitu 0,25 ppm.

Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka penelitian Karakterisktik Penjual : - usia

- jenis kelamin - pendidikan - lama bekerja

- menggunakan penutup / tidak

Kadar Timbal pada Gorengan : -terbuka

-tertutup

Jarak Dagangan dengan Jalan Raya

Minyak Goreng

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk menggambarkan ada tidaknya kandungan timbal pada gorengan dan minyak goreng yang dijual di pinggir jalan Marelan Raya tahun 2019.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di pinggir Jalan Marelan Raya. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :

1. Lokasi tersebut termasuk lokasi yang padat penduduknya sehingga banyak dikunjungi pembeli terutama anak sekolah dan pekerja untuk membeli makanan jajanan jenis gorengan.

2. Makanan jajanan tersebut dijual di pinggir jalan dan padat lalu lintas kendaraan bermotor.

3. Sebagian makanan jajanan tersebut dijual dalam keadaan terbuka tanpa penutup.

Pemeriksaaan timbal diakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah, Sumatera Utara.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Desember 2019.

Populasi dan Sampel

Populasi. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual gorengan di pinggir Jalan Marelan Raya yaitu berjumlah 10 penjual.

Sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini untuk melihat kandungan

timbal yang terpapar pada gorengan dan minyak goreng yaitu sebanyak 20 sampel terhadap 10 penjual gorengan (menggunakan total sampling) yaitu, 10 sampel gorengan dan 10 sampel pada minyak goreng. Menurut Sugiyono (2004) pengambilan sampel menggunakan total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

Variabel dan Definisi Operasional

1. Gorengan adalah makanan jajananyang dijual di pingir Jalan Marelan Raya.

2. Kadar timbal (Pb) pada gorengan adalah banyaknya timbal (Pb) yang ditemukan pada sampel melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan ppm.

3. Karakteristik penjual adalah ciri-ciri penjual seperti usia, jenis kelamin, lama bekerja, menggunakan penutup atau tidak.

4. Jumlah kendaraan bermotor adalah banyaknya kendaraan bermotor yang melewati Jalan Marelan Raya yang dihitung dari pukul 13.00 siang sampai 15.00 sore karena pada jam tersebut banyak kendaraan yang melintas sehingga menyebabkan kemacetan.

5. Jarak lokasi berdagang adalah jarak pedagang yang menjual gorengan dari Jalan Marelan Raya.

6. Minyak goreng adalah minyak yang belum dipakai pedagang untuk menggoreng bakwan.

7. Kadar timbal (Pb) pada minyak goreng adalah banyaknya timbal (Pb) yang ditemukan pada sampel melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan ppm.

8. Kadar timbal pada gorengan yang dijual terbuka adalah gorengan yang dijual menggunakan steling tetapi tidak memakai penutup berupa kain.

9. Kadar timbal pada gorengan yang dijual tertutup adalah gorengan yang dijual menggunakan steling dan memakai penutup berupa kain.

10. NAB adalah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan No. 05 tahun 2018 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan.

11. Memenuhi syarat adalah jika kadar timbal (Pb) dalam makanan jajanan berada di bawah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan No. 05 tahun 2018 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan yaitu 0,25 ppm dan pada minyak goreng adalah 0,10 ppm.

12. Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar timbal (Pb) dalam makanan jajanan berada di atas Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Kepala Badan Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan No. 05 tahun 2018 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan yaitu 0,25 ppm dan pada minyak goreng adalah 0,10 ppm.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Diperoleh dari hasil observasi dan hasil pemeriksan sampel di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah, Sumatera Utara terhadap kadar timbal

(Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan bakwan dan minyak goreng.

Data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini di peroleh dari buku-buku dan literatur lainnya yang mempunyai hubungan dengan penelitian.

Pelaksanaan penelitian. Adapun pelaksanaan penelitian analisis kandungan timbal pada gorengan dan minyak goreng dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah, Sumatera Utara.

Pemeriksaan timbal di laboratorium. Penelitian ini diakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah, Sumatera Utara. Penelitian dimulai dari pengambilan sampel dan membawa sampel langsung ke laboratorium.

Cara pengambilan sampel.Cara pengambilan sampel timbal bisa dilihat dibawah ini:

1. Pemeriksaan pada sampel minyak goreng

Sebelum diperiksa dengan Spektrofotometri Serapan Atom, sampel didestruksi terlebih dahulu. Metode yang digunakan adalah destruksi basah dengan menggunakan asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat. Proses destruksi bertujuan untuk menghilangkan, merombak dan memutuskan ikatan-ikatan senyawa organik yang terdapat dalam sampel sehingga yang tinggal hanya senyawa anorganik saja. Metoda destruksi basah ini digunakan karena pengerjaannya lebih sederhana, oksidasi kontinyu dan cepat dan unsur-unsur yang diperoleh mudah larut sehingga dapat ditentukan dengan metoda analisa tertentu (Raimon, 1992; Lisawati, 1985; Dikutip dari Scientia - Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 2011).

Adapun prosedur destruksi sebagai berikut :

a. Sebanyak 1 gram sampel dimasukan ke dalam labu kjeldahl, b. Ditambahkan 10 ml asam sulfat pekat dan dikocok,

c. Kemudian ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat dan beberapa buah batu didih, dikocok hingga bercampur, diamkan selama 30 menit.

d. Kemudian dipanaskan perlahan-lahan sampai semua sampel larut dan mendidih hingga asam nitro kuning keluar sebanyak mungkin.

e. Dilanjutkan dengan penambahan asam nitrat pekat 1 – 2 ml dan dipanaskan hingga seluruh bahan organik terbakar, dipanaskan hingga asap putih dari sulfat timbul, didinginkan, diencerkan hingga volume 50 ml.

f. Sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 2 ml di diencerkan hingga 25 ml dengan aquadest.

g. Kemudian dilakukan pengukuran emisi nyala sampel dengan fotometer nyala, dimana sebelumnya alat yang digunakan dikalibrasi dengan deretan standar.

h. Larutan siap dibaca menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry).

2. Pemeriksaan sampel pada Gorengan

a. Peralatan yang dibutuhkan seperti botol sampel, termos, dan lembar formulir observasi untuk pengambilan sampel dipersiapkan terlebih dahulu.

b. Formulir disiapkan tentang tanggal pengambilan sampel.

c. Untuk gorengan, sampel diambil :

1. Sampel gorengan dengan penutup sebanyak 4 sampel diberi kode (kode GDP1, GDP2, GDP3, GDP4).

2. Sampel gorengan tanpa penutup sebanyak 6 sampel diberi kode (kode GTP1, GTP2, GTP3, GTP4, GTP5, GTP6)

d. Sampel dikirim secepatnya ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.

Prosedur pengambilan sampel di laboratorium. Prosedur pengambilan sampel terdiri atas :

1. Peralatan antara lain : Atomic Absorption Spectropotometer (AAS), timbangan analitik, blender, cawan porselan, sendok plastic, pipet volumetric, corong kaca, hot plate/bunsen, gelas ukur 56 ml, labu Erlenmeyer, labu ukur 100 ml, kertas whatmen No. 42, batang pengaduk.

2. Bahan antara lain : gorengan (sampel), larutan HNO3, aquades.

3. Cara kerja penelitian

4. Pemeriksaan sampel gorengan ini diperiksadi Balai Laboratorium Kesehatan Daerah, Sumatera Utara yang dilakukan oleh beberapa petugas laboratorium tersebut.

Adapun analisis logam timbal dilakukan denganbeberapa tahapan : a. Sampel disediakan dari masing-masing gorengan.

b. Gorengan tersebut dihaluskan hingga homogen dengan menggunakan blender.

c. Sampel yang telah dihaluskan, ditimbang hinggal mencapai berat10 gr.

d. Sampel dimasukkan ke dalam cawan porselan.

e. Sampel lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C.

f. Kemudian, sampel diarangkan di atas hot plate/Bunsen.

g. Setelah itu, sampel dimasukkan dalam tanur pada suhu 5500Csampai arang menjadi abu berwarna putih keabu-abuan.

h. Sesudahnya, sampel dilarutkan dengan 10 ml asam nitrat PA.

i. Lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.

j. Selanjutnya, dibilas dengan aquades panas dan didinginkan.

k. Sampel dipaskan hingga tanda garis dan dihomogenkan.

l. Kemudian disaring dengan kertas whatmen No. 42.

m. Larutan siap dibaca menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry).

Metode Pengukuran

Pemeriksaan kadar logam timbal (Pb) pada gorengan dan minyak goreng. Untuk mengukur kadar Timbal (Pb) pada sampel gorengan dan minyak goreng, digunakan metode Spektropometri Serapan Atom (SSA). Analisis dengan spektropometri memiliki sistem kerja berdasarkan pengukuran cahaya yang diserap suatu larutan dalam suatu suspensi.

Observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang menyajikan dua kategori jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. Dengan pengukuran

Observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang menyajikan dua kategori jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. Dengan pengukuran

Dokumen terkait