• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3. Bahan Bakar Minyak (BBM)

2.3.3. Bahan Bakar Solar

Minyak Solar (HSD), High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka performa octane number mencapai 45, jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin transportasi diesel yang umum dipakai dengan sistem injeksi pompa mekanik (injection pump) dan electronic injection. Jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor transportasi dan mesin industri. Minyak solar atau Automotive Diesel Oil (ADO) sebagai salah satu hasil kilang minyak merupakan bahan bakar destilasi menengah (middle destilate) yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi khususnya bahan bakar minyak (BBM) untuk bahan bakar di sektor transportasi, industri dan kelistrikan di Indonesia. Sekitar 10 tahun terakhir dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2004, penggunaan minyak solar diperkirakan mencapai rata-rata lebih 41 persen dari total penggunaan BBM dalam negeri.

Minyak solar sebenarnya adalah BBM yang diperuntukkan untuk sektor transportasi. Namun dalam kenyataannya bahan bakar tersebut banyak pula yang dipergunakan untuk sektor-sektor lainnya seperti sektor industri dan pembangkit listrik. Selama sepuluh tahun terakhir, yaitu dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2004 total kebutuhan minyak solar untuk semua sektor meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sekitar lima persen per tahun, sehingga total kebutuhan atau penggunaan minyak solar tersebut meningkat lebih dari 1,5 kali lipat selama periode tersebut. Sesuai dengan peruntukkannya, sebagian besar dari dari minyak solar dipergunakan untuk sektor transportasi, disusul untuk sektor industri dan pembangkit listrik. Meskipun pangsa penggunaan minyak solar untuk sektor pembangkit listrik paling kecil, namun kebutuhan minyak solar pada sektor tersebut yang paling pesat pertumbuhannya, yaitu meningkat lebih dari sembilan persen per tahun, sedangkan kebutuhan minyak solar pada sektor transportasi dan industri, masing-masing hanya meningkat 4,26 persen dan 4,69 persen per tahun.

Sahlan (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengukuran kapasitas bahan bakar pada tangki pendam di sebuah SPBU seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3, merupakan suatu hal mutlak yang harus dilakukan, yaitu untuk mengetahui persediaan bahan bakar dalam tangki. Pengukuran bahan bakar yang dilakukan saat ini kurang efisien, hal ini

dikarenakan pengukuran kapasitas bahan bakar dalam tangki pendam SPBU dilakukan manual. Pengukuran dengan menggunakan sensor merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam proses pengukuran kapasitas tangki. Salah satu sensor yang dapat digunakan dalam pengukuran kapasitas bahan bakar dalam tangki pendam SPBU yaitu dengan menggunakan potensiometer yang hasilnya ditampilkan secara visual secara ke dalam layer. Ukuran tangki pendam BBM SPBU disajikan pada Tabel 4.

Sumber : CV.Sinar Baru Perkasa

Gambar 2. Tangki Pendam BBM SPBU

Sumber : CV.Sinar Baru Perkasa

Tabel 4. Ukuran Tangki Pendam SPBU Pertamina

Sumber : CV.Sinar Baru Perkasa

Kamarga (2008) mengungkapkan bahwa SPBU juga menimbulkan polusi udara akibat penguapan bensin yang terjadi pada tangki timbun maupun dispenser. Polusi udara tersebut dapat menimbulkan bahaya kebakaran, bahaya kesehatan, maupun kerugian ekonomi. Untuk itu, perlu dikembangkan sebuah sistem vapor recovery yang dapat mengurangi polusi udara sekaligus me-recover kehilangan akibat penguapan bensin yang tidak terkendali tersebut.

2.4. Persediaan

Inventory atau persediaan adalah barang-barang yang berada di gudang atau dalam proses produksi (Work in Process) yang digunakan untuk mendukung kesuksesan manufaktur sebuah produk dan mendistribusikannya ke konsumen. Inventory dapat berupa produk jadi yang siap dijual, produk pelengkap atau produk pendukung, produk setengah jadi atau dapat juga berupa bahan mentah (Fogarty, 1991).

Inventory pada kenyataannya memakan tempat untuk penyimpanan, memerlukan perlakuan tertentu atau handling, dapat menjadi usang dan mengalami penurunan, memerlukan asuransi, dikenakan beban pajak, dan terkadang juga dapat hilang atau dicuri. Dan pada kasus tertentu inventory hanya akan meningkatkan biaya tanpa meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu dibutuhkan Inventory Management, yaitu suatu pendekatan untuk mengatur aliran produk dalam sebuah supply chain dan mendapatkan level pelayanan yang dibutuhkan dengan biaya yang dapat diterima. Pergerakan dan aliran produk adalah kunci dari konsep inventory management dan juga pada seluruh supply

chain, sehingga bila aliran itu terhenti, maka biaya akan bertambah. Oleh karena itu bila memungkinkan, maka inventory akan dibuat sekecil mungkin.

Mulyana (2007) menyatakan bahwa, persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk digunakan memenuhi tujuan tertentu. Persediaan dapat berbentuk bahan mentah, bahan penolong, barang dalam proses maupun barang jadi. Sebagai salah satu asset penting perusahaan pengelolaan persediaan pun memperoleh perhatian dari manajemen. Tanpa persediaan sama sekali adalah tidak baik dan persediaan banyak sekali juga itu tidak baik. Unsur biaya yang terdapat dalam persediaan diklasifikasikan menjadi tiga.yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan persediaan. Biaya pemesanan dikeluarkan terkait aktifitas pemesanan bahan atau barang sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedia di gudang. Dalam kegiatan produksi biaya pemesanan ini disebut set up costs atau biaya untuk menyiapkan mesin-mesin proses manufaktur dari suatu rencana produksi. Selain biaya pemesanan dalam persediaan pun terkandung biaya penyimpanan. Yang termasuk dalam biaya penyimpanan diantaranya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksana pergudangan, biaya listrik. Biaya penyimpanan dalam keberadaannya dapat sebagai persentase dari rata-rata per tahun maupun rupiah per tahun per unit barang. Sedangkan biaya kekurangan persediaan ini timbul sebagai akibat tidak adanya persediaan pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan ini bukan biaya riil melainkan suatu kehilangan kesempatan termasuk di dalamnya karena proses produksi terhenti dari sebab tidak ada persediaan dalam proses, biaya administrasi tambahan, tertundanya permintaan, bahkan pelanggan yang kabur. Biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya kekurangan persediaan terkandung di dalam persediaan.

Oka Sudana (2007), menyampaikan bahwa sistem Informasi Manajemen Inventory adalah sistem informasi yang mengelola data transaksi dan persediaan dalam gudang. Perusahaan yang bergerak dibidang produksi umumnya memerlukan Sistem Inventory. Sistem Inventory biasanya terdiri dari Sistem Penerimaan Barang, Sistem Pembelian Barang dan Sistem Gudang. Sistem ini harus dapat memberikan informasi inventory seperti informasi pengeluaran

barang, pembelian barang, penerimaan barang dan informasi lain secara cepat dan akurat, selain itu sistem dapat mempermudah kerja user.

Siswanto (2007), menyatakan bahwa salah satu persoalan manajemen yang potensial adalah persediaan. Dalam hal ini, istilah persediaan mencakup persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Manajemen yang tidak baik terhadap persediaan bisa berakibat serius terhadap organisasi. Kondisi situasi serba pasti dan tidak pasti yang dihadapi oleh manajemen memunculkan model-model persediaan deterministik dan nir-deterministik. Pengelompokan ini murni dipengaruhi oleh karakteristik permintaan dan waktu pesanan datang.

Berdasarkan dua karakteristik utama parameter-parameter masalah persediaan, yaitu tingkat permintaan dan periode kedatangan pesanan, model-model persediaan dibedakan menjadi Model Deterministik dan Model Probablistik (Gambar 5). Kelompok model Deterministik ditandai oleh karakteristik tingkat permintaan dan periode kedatangan pesanan yang bisa diketahui sebelumnya secara pasti. Sebaliknya, jika salah satu atau kedua parameter itu tidak diketahui secara pasti sebelumnya sehingga harus didekati dengan distribusi probabilitas, maka hal itu menandai Model Probabilistik.Tujuan yang hendak dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah meminimumkan biaya total persediaan. Biaya-biaya yang digunakan dalam analisis adalah :

a. Biaya Pesan (Ordering Cost)

Biaya pesan timbul pada saat terjadi proses pemesanan suatu barang. Biaya biaya pembuatan surat, telepon, fax dan biaya-biaya overhead lain yang secara proporsional timbul karena proses pembuatan sebuah pesanan.

b. Biaya simpan (Carrying Cost)

Biaya simpan timbul pada saat terjadi proses penyimpanan barang. Sewa gudang, premi asuransi, biaya keamanan, dan biaya-biaya overhead lain yang relevan atau timbul karena proses penyimpanan suatu barang. Dalam hal ini, jelas sekali bahwa biaya-biaya tetap muncul meskipun persediaan tidak ada adalah bukan termasuk dalam kategori biaya simpan.

c. Biaya Kehabisan Persediaan (Stockout Cost)

Biaya kehabisan persediaan timbul pada saat persediaan habis atau tidak tersedia. Termasuk dalam kategori ini adalah kerugian karena mesin berhenti, atau karyawan tidak bekerja, peluang yang hilang untuk memperoleh keuntungan.

d. Biaya Pembelian (Purchase Cost)

Biaya pembelian timbul pada saat pembelian suatu barang. Secara sederhana biaya-biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pembelian barang.

Sumber : Siswanto (2007)

Gambar 5. Model Deterministik vs Probabilistik

Namun demikian Gambar 6 menunjukkan, biaya-biaya yang digunakan tersebut muncul karena proses pengendalian persediaan sehingga relevan digunakan sebagai parameter model persediaan. Kesalahan dalam penggunaan atau proses penetapan kategori biaya-biaya tersebut sebagai parameter model akan

Masalah-masalah persediaan Deterministik Probabilistik 1. P System 2. Q System 3. EOQ dasar 4. EOQ potongan pembelian

5. EOQ back Order

6. EPQ

7. Wagner and Within

8. Silver and Meal

9. MRP

1. Analisis Marginal 2. EOQ Probabilistik 3. Simulasi

mengakibatkan kesalahan dalam proses pembuat keputusan manajemen persediaan.

Sumber : Siswanto 2007

Gambar 6. Masalah Persediaan

Model-model persediaan probabilistik ditandai oleh perilaku permintaan D(j) dan lead time L yang tidak dapat diketahui sebelumnya secara pasti sehingga perlu didekatidengan distribusi probabilitas. Jika salah satu bersifat probabilistik, maka asumsi pesanan datang pada saat persediaan habis mungkin tidak terpenuhi. Masalah kehabisan persediaan Ketika salah satu demand (permintaan) atau lead time (saat tenggang pesan) tidak bisa diketahui secara pasti sebelumnya, ada tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu persediaan habis ketika pesanan tiba, persediaan habis tepat pada saat pesanan tiba dan persediaan belum habis saat pesanan tiba.

Keempat kasus di atas telah memberi gambaran bagaimana perilaku permintaan (demand) dan saat pesanan datang (lead time), yang menyimpang dari perkiraan semula, bisa membawa akibat yang merugikan. Ini dapat berupa kehabisan atau kelebihan persediaan. Oleh karena itu, jalan keluar untuk mengantisipasi penyimpangan itu perlu dibentuk cadangan keras (iron stock) atau safety stock melalui pendekatan distribusi probabilitas. Persediaan Cadangan (safety stock) yaitu ketika permintaan (demand) selama periode kedatangan

Masalah-masalah Persediaan

Peminimuman biaya total persediaan

Biaya Pesan Biaya Pembelian

Biaya Simpan Biaya Kehabisan

pesanan (lead time) tidak bisa diketahui sebelumnya secara pasti, maka deviasi kapan persediaan dibutuhkan dan kapan persediaan datang harus diketahui. Distribusi normal akan digunakan untuk menggambarkan perilaku penyimpangan tersebut.

Model Probabilistik

Berbeda dengan EOQ model deterministik, model EOQ probabilistik memperhitungkan perilaku permintaan dan tenggang waktu pesanan datang (lead time) yang tidak pasti atau tidak bisa ditentukan sebelumnya secara pasti. Perilaku yang selalu berubah itu membawa akibat pada timbulnya masalah kehabisan persediaan, dimana sebagai jalan keluarnya, persediaan cadangan atau safety stock diadakan.

Ketidakpastian permintaan dan tenggang waktu pesanan memunculkan dua masalah baru. Pertama, keinginan untuk membangun persediaan cadangan yang tentu saja akan menimbulkan tambahan jenis biaya baru yang belum diperhitungkan oleh model EOQ dasar, yaitu biaya persediaan cadangan yang bersifat tetap. Kedua, jika persediaan cadangan tidak diadakan maka kehabisan persediaan akan menimbulkan biaya sebagai akibat berhentinya sistem, penurunan produktivitas, dan lain-lain. Kedua jenis biaya itu tentu saja berlawanan arah. Jika persediaan cadangan semakin besar, maka sebaliknya biaya kehabisan persediaan akan semakin kecil. Perlu ditambahkan kedua biaya tersebut sehingga berubah menjadi :

BTP = DS + Q h + BS + BKP Q 2

Di mana :

BTP = Biaya Total Persediaan (Rp) D = Kebutuhan (lt)

Q = Jumlah yang dipesan setiap kali pesanan dibuat (lt) S = Biaya pemesanan setiap kali pesanan dibuat (Rp) h = Biaya penyimpanan setiap unit persediaan (Rp) BS = Biaya Simpan (Rp)

Kehabisan persediaan disebabkan oleh kemungkinan tingkat pemakaian persediaan yang berbeda dari yang direncanakan atau tenggang waktu pesanan yang berbeda dari yang telah dijanjikan, maka besar kecilnya biaya kehabisan persediaan atau BKP sangat tergantung kepada sampai seberapa besar peluang kehabisan persediaan selama masa tenggang pesanan.

BKP = DBK ∑ ( Ki – SP ) P (Ki) Q

Dimana :

BK = Biaya Kehabisan Persedian per unit (Rp) Ki = Kebutuhan masa tenggang

SP = Saat Pesan Ulang P = Siklus Pesan Ulang

Biaya simpan dalam probabilistik terdiri atas dua macam. Pertama, biaya simpan untuk setiap siklus pesanan. Kedua, biaya simpan persediaan cadangan

BS = h (SP – HP)

HP = Harapan pemakaian masa tenggang pesan Biaya total persediaan untuk model probabilistik adalah : BTP = DS + Q h + h (SP – HP) + DBK ∑ ( Ki – SP ) P (Ki)

Q 2 Q Q optimal model probabilistik adalah :

Q = (S + BK ∑ ( Ki – SP ) P (Ki) h

Dokumen terkait