• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya pemesanan BBM adalah total biaya yang dikeluarkan SPBU XYZ setiap kali melakukan pemesanan BBM ke Pertamina malalui bank. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah BBM yang dipesan tetapi oleh frekuensi pemesanan. Pada Tabel 8 disajikan total biaya pemesanan BBM dan komponen biaya pemesanan untuk masing – masing BBM.

Tabel 8. Komponen Biaya Pemesanan BBM (per liter) SPBU XYZ

No Komponen Biaya Pesan Premium Solar Pertamax

1 Biaya Pesan Bank Rp. 1.700 1.700 1.700 2 Kebutuhan kantor Rp. 5.430 0 0 3 Biaya Aplikasi Rp. 2.000 2.000 2.000 4 Biaya telpon ke bank Rp. 3.000 0 0

5 Biaya parkir Rp. 1.000 0 0

6 Biaya pegawai Rp. 10.000 0 0

7 Biaya Kurir Rp. 1.000 0 0

8 Biaya telpon dan fax ke Pertamina Rp. 3.000 0 0 9 Materai Rp. 2.000 2.000 2.000 10 Fee Pertamina Rp. 1.600 1.600 0 11 Metrologi Rp. 1.000 1.000 0 12 Jasa sopir tangki Rp. 100.000 25.000 20.000 13 Penguapan Tangki Rp. 180.000 110.000 85.270

Jumlah Rp. 311.730 143.300 110.970

Biaya pemesanan dimulai dari awal proses persiapan pemesanan BBM, pemesanan melalui bank dan pengiriman pesanan BBM ke SPBU XYZ. Komponen biaya awal proses persiapan pemesanan yaitu biaya kebutuhan kantor. Biaya kebutuhan kantor ini hanya dibebankan pada pemesanan produk premium sedangkan untuk solar dan pertamax tidak dibebani. Hal ini disebabkan karena SPBU XYZ menganggap frekuensi pemesanan premium adalah paling tinggi dan dilakukan setiap hari, sehingga ada tidaknya pemesanan solar atau pertamax maka biaya kebutuhan kantor akan tetap ada karena frekuensi pemesanan premium dilakukan setiap hari.

Biaya pemesanan melalui bank meliputi biaya pesan melalui bank, biaya aplikasi, biaya telepon ke bank, biaya parkir, biaya pegawai, biaya kurir dan materai. Untuk produk premium terdapat semua biaya pemesanan melalui bank sedangkan untuk produk solar dan pertamax hanya tedapat komponen biaya pesan melalui bank,biaya aplikasi dan materai. Komponen biaya pemesanan melalui bank yang tidak terdapat pada produk solar dan pertamax dibebankan pada produk premium yaitu biaya telepon ke bank, biaya parkir,biaya pegawai dan biaya kurir. Frekuensi penebusan premium yang dilakukan tiap hari menyebabkan SPBU XYZ menganggap biaya-biaya tersebut akan tetap ada walaupun tidak dilakukan pemesanan solar dan pertamax.

Biaya pengiriman BBM meliputi biaya telpon dan fax ke Pertamina, fee Pertamina, jasa metrologi, jasa sopir tangki BBM dan penguapan tangki. Biaya telpon ke Pertamina hanya terdapat pada produk premium, sedangkan untuk fee Pertamina dan metrologi tidak terdapat pada produk pertamax. Tidak terdapatnya biaya fee Pertamina dan metrologi pada produk pertamax karena frekuensi pemesanan pertamax yang rendah yaitu 13 hari sekali, dianggap oleh SPBU XYZ tidak berpengaruh terhadap biaya pesan.

Biaya penguapan tangki pengiriman untuk masing-masing produk BBM berdasarkan perhitungan sebagai berikut, penguapan pengiriman truk tangki adalah 10 lt untuk setiap tangki pengiriman BBM. Perhitungan melalui persamaan: Penguapan Tangki BBM sama dengan rata-rata kapasitas tangki dibagi 8.000 l dikalikan 10 l kemudian dikalikan dengan harga jual BBM per liter. Kapasitas rata- rata tangki pengiriman adalah 24.000 l (premium), 16.000 l (solar) dan 8.000 l (pertamax) sehingga didapatkan nilai penguapan yang ditunjukkan pada Tabel. 8 yaitu Rp. 180.000,- (premium), Rp. 110.000,- (solar) dan Rp. 85.270,- (pertamax) pada harga jual rata-rata masing-masing yaitu Rp.6.000,- (premium), Rp.5.500,- (solar) dan Rp.8.527,- (pertamax). Harga jual pertamax per liter didapatkan dari nilai rata – rata terbobot.

Total biaya pesan BBM (Tabel 8) yang tertinggi adalah pada produk premium yaitu sebesar Rp. 311.730,- diikuti produk solar Rp. 143.300,- dan yang paling rendah adalah biaya pesan pertamax sebesar Rp. 110.970,-. Biaya pemesanan premium tertinggi karena komponen biaya yang menyertai pemesanan premium adalah paling banyak. Hal ini merupakan konsekuensi dari tingginya frekuensi pemesanan premium (dilakukan setiap hari) Biaya pemesanan BBM sangat tergantung pada frekuensi pemesanan, semakin sering memesan maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar dan sebaliknya.

Biaya Penyimpanan

Biaya persediaan lainnya yang perlu diperhitungkan untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku adalah biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan BBM merupakan biaya yang timbul akibat dilakukan penyimpanan untuk setiap liter BBM. Biaya simpan ini berhubungan langsung dengan kuantitas

persediaan BBM di dalam tangki persediaan BBM.Tabel y menyajikan data biaya penyimpanan BBM dan komponen biaya simpan untuk masing – masing produk BBM di SPBU XYZ.

Tabel 9. Komponen Biaya Peyimpanan BBM (per liter) SPBU XYZ

No Biaya Simpan per liter Premium Solar Pertamax

1 Biaya Penguapan Rp. 18,000 5,500 8,527 2 Biaya simpan tangki pendam Rp. 0,926 0,926 0,926 3 Keamanan Rp. 1,042 0,417 0,208 4 Asuransi Rp. 1,852 4,630 9,259

Jumlah Rp. 21,819 11,472 18,921

Biaya penguapan BBM merupakan biaya yang disebabkan karena penguapan persediaan BBM per satuan liter yang terjadi di dalam tangki pendam persediaan. SPBU XYZ menentukan besarnya nilai penguapan untuk masing- masing produk BBM berdasarkan pengalaman rutinitas harian data penyimpanan stok yang dipengaruhi oleh kapasitas tangki pendam, jumlah tangki dan kondisi cuaca saat itu. Berdasarkan pengalaman SPBU tersebut maka ditentukan nilai penguapan masing-masing produk BBM dalam bentuk persentase yaitu 0,3% untuk premium, serta 0,1% untuk solar dan pertamax. Komponen biaya penguapan diperhitungkan sebagai berikut. Biaya Penguapan adalah nilai penguapan BBM dikalikan harga jual per liter. Harga jual per liter rata-rata diketahui sebesar Rp.6.000,- (premium), Rp.5.500,- (solar) dan Rp.8.527,- (pertamax), sehingga didapatkan nilai biaya penguapan per liter sebesar Rp. 18,- , Rp. 5,5,- dan Rp. 8,527,- , masing-masing untuk produk premium, solar dan pertamax (Tabel 9).

Biaya simpan dalam tangki adalah biaya yang muncul sebagai akibat dari penggunaan tangki pendam persediaan BBM untuk tiap liter produk BBM selama satu hari penyimpanan. Nilai biaya simpan ini ditentukan dari, harga tangki pendam BBM dibagi dengan masa penggunaan tangki pendam yaitu selama dua puluh tahun dan dibagi dengan kapasitas tangki dan dibagi tiga puluh hari. Harga tangki pendam premium untuk kapasitas 75 kl ditentukan adalah Rp. 250 juta, solar dengan kapasitas 30 kl adalah Rp. 100 juta dan untuk pertamax sebesar Rp. 50 juta dengan kapasita 15 kl. Hasil perhitungan menghasilkan bahwa untuk

setiap liter produk BBM dikenakan biaya simpan sebesar Rp. 0,926,- untuk penyimpanan dalam jangka waktu sehari.

Perhitungan penentuan biaya keamanan setiap hari sebagai akibat adanya penjagaan tangki pendam BBM didapatkan dari gaji enam orang pegawai keamanan sebesar Rp 3.000.000,00 setiap bulan dibagi dengan rata – rata lama penyimpanan dalam tangki pendam dan dibagi tiga puluh hari.. Rata-rata lama penyimpanan dalam tangki pendam adalah nilai total kapasitas simpan tangki pendam untuk seluruh produk BBM yaitu 120 kl dibagi dua yaitu 60 kl. Biaya keamanan untuk ketiga produk BBM yang didapatkan dari perhitungan adalah Rp. 1,667,- per liter per hari. Setiap produk BBM mempunyai kapasitas tangki pendam berbeda sehingga biaya keamanan untuk masing – masing produk BBM didapatkan dari hasil pembagian antara kapasitas tangki pendam masing – masing produk dengan kapasitas tangki pendam seluruh produk BBM kemudian dikalikan dengan nilai biaya keamanan total Rp. 1,667,-. Dari perhitungan didapatkan nilai biaya keamanan masing – masing produk BBM dutunjukkan dalam Tabel 9 yaitu Rp. 1,042,- (pemium), Rp. 0,417,- (solar) dan Rp. 0,208,- (pertamax).

Salah satu komponen dalam biaya simpan BBM adalah biaya asuransi per hari. Biaya asuransi didapatkan dari perhitungan, lima per mil per tahun dikalikan dengan nilai aset produksi sebesar Rp. 10 Milyar dibagi dengan kapasitas masing-masing tangki produk BBM dan dibagi 360 hari. Tabel 9. menunjukkan bahwa biaya asuransi untuk setiap produk adalah Rp. 1,852,- (pemium), Rp. 4,630,- (solar) dan Rp. 9,259,- (pertamax). Tabel. 9 menunjukkan bahwa total biaya penyimpanan paling tinggi adalah untuk produk premium dan terendah adalah biaya penyimpanan solar. Nilai biaya penyimpanan masing-masing produk yaitu Rp. 21,819,- (premium), Rp. 11,472 (solar) dan Rp. 18,921,- (pertamax).

Biaya Kehabisan Persediaan

Biaya yang dperhitungkan dalam analisis biaya persediaan BBM adalah biaya kekurangan persediaan. Menurut Baroto (2002), secara umum biaya kehabisan persediaan dapat dihitung dengan dua metode. Pertama, kuantitas yang tidak dapat dipenuhi yang biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan. Kedua, waktu pemenuhan yang dihitung dari

lamanya gudang kosong sehingga proses produksi berhenti sehingga waktu mengganggur dihitung sebagai keuntungan yang hilang. Data biaya kehabisan persediaan BBM dan komponen biaya kehabisan persediaan untuk masing- masing produk BBM di SPBU XYZ disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Komponen Biaya Kehabisan Perediaan BBM per liter

No Biaya Kehabisan Persediaan Premium Solar Pertamax

1 Cek tera mesin Rp. 0,011 0,009 0,018 2 Mesin Rp. 0,278 0,232 0,463 3 Pegawai Rp. 2,000 1,667 3,333 4 Keuntungan yg hilang Rp. 51,250 51,250 175,000

Jumlah Rp. 53,538 53,157 178,814

Biaya cek tera mesin pompa BBM merupakan salah satu komponen biaya kehabisan persediaan, karena biaya cek tera mesin pompa akan tetap ada walaupun mesin pompa tidak sedang beroperasi. Biaya cek tera mesin pompa ini dibebankan setiap bulan sekali, yaitu Rp. 20.000,- untuk lima buah mesin pompa yang dimiliki oleh SPBU XYZ. Perhitungan biaya cek tera mesin pompa BBM untuk setiap liter masing-masing produk BBM adalah, jumlah mesin pompa di bagi lima,dikalikan dengan Rp. 20.000,- , dibagi tiga puluh hari dan dibagi dengan kapasitas simpan tangki rata-rata. Jumlah mesin pompa yaitu tiga buah mesin pompa premium, satu buah mesin pompa solar dan satu buah mesin pompa pertamax. Biaya cek tera yang didapatkan yaitu Rp. 0,011,- (premium), Rp. 0,009 (solar) dan Rp. 0,018,- (pertamax).

Biaya operasional mesin pompa BBM akan tetap ada walaupun mesin tidak beroperasi, sehingga biaya mesin pompa termasuk dalam komponen biaya kehabisan persediaan. Harga mesin pompa adalah Rp. 10 juta untuk masa pakai delapan tahun. Perhitungan biaya mesin untuk masing-masing produk BBM adalah jumlah mesin pompa dikali Rp. 10 juta, dibagi delapan tahun,dibagi dengan tiga ratus enam puluh hari dan dikalikan dengan kapasitas rata-rata tangki pendam masing-masing produk BBM. Biaya mesin pompa untuk produk premium yaitu Rp. 0,278,-, Rp. 0,278 untuk biaya mesin solar dan Rp. 0,463,- untuk biaya mesin pertamax.

Pegawai yang tidak melakukan aktifitas pelayanan selama persedian habis akan dimasukkan ke dalam biaya kehabisan persediaan. Satu mesin pompa ditangani oleh dua orang pegawai dengan uapah seorang pegawai adalah Rp. 12.500,- per hari. Jumlah pegawai untuk premium adalah enam orang, solar dan pertamax menggunakan masing-masing dua pegawai. Biaya pegawai dihitung melalui perhitungan, jumlah pegawai masing-masing produk BBM dikalikan Rp. 12.500,- dibagi dengan kapasitas rata-rata tangki masing-masing produk BBM. Biaya pegawai untuk produk premium yaitu 2.000,-, solar sebesar Rp. 1,667,- dan pertamax sebesar Rp. 3,333,-.

Keuntungan yang hilang yang seharusnya didapatkan oleh SPBU akibat tidak beroperasionalnya pelayanan karena kehabisan persediaan juga termasuk dalam biaya kehabisan persediaan. Keuntungan yang hilang dihitung sebagai berikut, keuntungan penjualan masing-masing produk per liter dikalikan dengan persentase keuntungan yang didapakan dari masing-masing produk. Keuntungan penjualan untuk premium dan solar yaitu Rp. 205,- per liter sedangkan untuk produk pertamax yaitu Rp.350,- per liter. Persentase keuntungan untuk premium dan solar masingm-asing yaitu 25 % dan 50 % untuk pertamax.

Total biaya kehabisan persediaan yang paling besar ditunjukkan oleh produk premium yaitu sebesar Rp. 53,538,- per liter. Produk solar biaya kehabisan persediaannya sebesar Rp. 53,157,- per liter dan yang paling rendah adalah biaya kehabisan persediaan pertamax yaitu sebesar Rp. 178,814,- per liter.

4.5 Kondisi Usulan Pengendalian Persediaan 4.5.1. Bahan Bakar Premium

I. Harapan Pemakaian dalam Masa Pesan (HP)

Tenggang waktu pesan premium adalah satu hari, maka harapan pemakaian premium dalam masa tenggang waktu pesan atau HP adalah = 20.061,055 l per hari (Lampiran 6). Nilai ini menunjukkan bahwa selama masa tenggang pesan satu hari akan ada harapan pemakaian atau penjualan premium sebanyak 20.061,055 lt.

II. Pemesanan optimal (Q) dihitung dengan menggunakan :

Bila diasumsikan bahwa ∑(ki-SP)P(Ki)= 0 maka :

= 2 (20.061, 055) (311.730)

(21,819) = 23.941,916 lt

Nilai Economic Order Quantity (EOQ) sebesar 23.941,916 lt menunjukan bahwa pada jumlah penebusan premium sebesar 23.941,916 l akan didapatkan nilai biaya pesan yang tepat sama dengan biaya simpan dan biaya total persediaan ada pada kondisi minimum. Nilai ini merupakan nilai optimum pemesanan premium dalam setiap kali penebusan.

III. Peluang Kehabisan Persediaan P(KP) optimal dihitung berdasarkan : - Harapan pemakaian per hari = 20.061, 055 lt

- Q optimal = 23.941,916 lt

- Biaya penyimpanan (h) = Rp. 21,819

- Biaya kehabisan persediaan (BKP) = Rp.53,538,-

Dengan demikian :

= (21,819) (23.941,916) (20.061, 0545) (53,538) = 0,4864

P (KP) = 0,4864

Hal ini menunjukkan bahwa nilai peluang kehabisan persediaan P (KP) premium yang akan memberikan tambahan biaya yang paling minimum adalah pada nilai 0,4864. Pada kurva normal(Lampiran 12), nilai P (KP) sebesar 0,4864. Hal ini menunjukkan bahwa nilai z atau faktor keamanan adalah sebesar 2,31.

Nilai faktor keamanan ini selanjutnya akan digunakan dalam analisis perhitungan persediaan cadangan premium.

IV. Persediaan cadangan dihitung berdasarkan : Persediaan Cadangan = Faktor keamanan X σ

Faktor keamanan sudah diketahui yaitu sebesar 2,31. Berdasasarkan data perhitungan persediaan cadangan premium pada Lampiran 9, dan dengan menggunakan persamaan nilai rata – rata adalah jumlah total permintaan di bagi dengan jumlah hari penjualan, maka

_

x = 6.917.605 = 20.649,57 lt 335

Nilai σ didapatkan dari perhitungan

σ = ∑ (Xi – X)2 n σ = (978.001.214,24) (335) = 1.708,627 σ = 1.708,627

Bila faktor keamanan adalah 2,31 maka :

Persediaan cadangan = 2,31 X 1.708,627 = 3.946,928 lt

V. Saat Pesan Ulang Ekonomis dihitung dengan :

Saat Pesan Ulang = Persediaan Cadangan + Harapan Pemakaian Persediaan Saat Pesan

= 3.946,928 lt + 20.061,055 lt = 24.007,983 lt

Berarti saat pesan ulang untuk premium adalah pada saat persediaan premium sebesar 24.007,983 lt.

Hasil penggunaan metode pengendalian EOQ probabilistik untuk premium diusulkan bahwa nilai pemesanan persrsediaan optimum setiap kali melakukan

penebusan adalah pada 23.941,916 lt. Sesuai dengan ketersediaan truk tangki pengangkut BBM, maka nilai jumlah penebusan BBM premium SPBU XYZ adalah sebesar 24.000 kl. Saat pemesanan ulang BBM SPBU XYZ yang tepat adalah pada saat ketersediaan stok di tangki pendam adalah pada kondisi ketersediaan sebesar 24.007,983 l.

4.5.2 Bahan Bakar Solar

I. Harapan Pemakaian dalam Masa Pesan (HP)

Hasil perhitungan nilai harapan pemakaian solar dalam masa tenggang ditunjukkan pada lampiran 7, dengan tenggang waktu pesan adalah sehari. Menunjukkan bahwa nilai harapan pemakaian dalam masa tenggang pesan atau HP adalah 4.784,374 l per hari. Selama masa tenggang pemesanan solar akan ada harapan pemakaian atau penjualan sebesar 4.784,374 lt.

II. Pemesanan optimal (Q) dihitung dengan menggunakan :

diasumsikan bahwa ∑(ki-SP)P(Ki)= 0 maka :

= 2 (4.784,3736) (143.300) (11,472)

= 10.932,681 lt

Nilai ini merupakan nilai optimum pemesanan solar dalam setiap kali penebusan. Nilai biaya pesan yang tepat sama dengan biaya simpan dan pada saat biaya total persediaan minimum akan didapatkan pada nilai pemesanan sebesar 10.932,681 lt.

III. Peluang Kehabisan Persediaan P (KP) optimal dihitung berdasarkan : - Harapan pemakaian per hari = 4.784,374 lt

- Q optimal = 10.932,681 lt

- Biaya penyimpanan (h) = Rp. 11,472,-

- Biaya kehabisan persediaan (BKP) = Rp. 53,157,- Dengan demikian :

= (11,472) (10.932,681) (4.784,3736) (53,15704)

= 0,4932

Hal ini menunjukkan bahwa nilai peluang kehabisan persediaan P (KP) solar yang akan memberikan tambahan biaya yang paling minimum adalah pada nilai 0,4932. Nilai kurva normal pada (Lampiran 12) menunjukkan nilai z atau faktor keamanan adalah sebesar 2,47 untuk nilai P(KP) sebesar 0,4932. Selanjutnya nilai faktor keamanan ini akan digunakan dalam analisis perhitungan persediaan cadangan solar.

IV. Persediaan cadangan dihitung berdasarkan : Persediaan Cadangan = Faktor keamanan X σ

Faktor keamanan sudah diketahui yaitu sebesar 2,47. Berdasarkan data perhitungan persediaan cadangan solar pada Lampiran 10 dan dengan menggunakan persamaan nilai rata – rata adalah jumlah total permintaan di bagi dengan jumlah hari penjualan, maka

x¯ = 1.649.784 = 4.924,73l 335

Nilai σ didapatkan dari perhitungan :

σ = ∑ (Xi – X)2

n

σ = (338.331.164,28)) = 1.004,959 (335)

Bila faktor keamanan adalah 2,47 maka :

V. Saat Pesan Ulang Ekonomis dihitung dengan :

Saat Pesan Ulang = Persediaan Cadangan + Harapan Pemakaian Persediaan Saat Pesan

= 2.482,250 lt + 4.784,374 lt = 7.266,6234 lt

Bearti nilai saat pesan ulang untuk solar adalah pada saat persediaan sebesar 7.266,624 lt.

Metode pengendalian EOQ probabilistik untuk produk solar menunjukkan bahwa nilai pemesanan persediaan optimum setiap kali melakukan penebusan adalah pada 10.932,681 lt. Sesuai dengan ketersediaan truk tangki pengangkut BBM, maka nilai jumlah penebusan solar SPBU XYZ yang tersedia adalah pada kapasitas sebesar 8,000 kl. Terjadi selisih kekurangan jumlah pemesanan sebesar 2.932,681 lt akibat terjadinya keterbatasan kapasitas tangki truk pengeriman BBM. Nilai kekurangan ini dapat ditambahkan pada nilai persediaan cadangan solar yaitu 2.482,250 lt + 2.932,681 lt sehingga nilai persediaan solar adalah pada nilai 5.414,931 lt. Nilai persediaan cadangan solar ini akan berpengaruh terhadap saat pesan ulang solar yang disarankan metode EOQ probabilistik yaitu pada nilai persediaan stok adalah 5.414,931 lt + 4.784,374 lt (harapan pemakaian saat pesan) sehingga didapatkan nilai saat pesan adalah sebesar 12.681,555 lt. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa saat pemesanan ulang solar SPBU XYZ yang tepat adalah pada saat ketersediaan stok solar di tangki pendam sebesar 12.681,555 lt.

4.5.3 Bahan Bakar Pertamax

I. Harapan Pemakaian dalam Masa Pesan (HP)

Nilai harapan pemakaian pertamax dalam masa tenggang hasil perhitungan ditunjukkan pada Lampiran 8 dan tenggang waktu pesan adalah sehari. Perhitungan menunjukkan bahwa nilai harapan pemakaian dalam masa tenggang pesan atau HP adalah 526,162 lt per hari. Masa tenggang pesan pertamax selama sehari akan ada harapan pemakaian atau penjualan pertamax sebesar 526,162 lt.

II. Pemesanan optimal (Q) dihitung dengan menggunakan :

Bila diasumsikan bahwa ∑(ki-SP)P(Ki)= 0 maka :

= 2 (526,1615) (110.970) (18,921)

= 2.484,338 lt

Jumlah pemesanan kebutuhan pertamax yang optimum adalah sebanyak 2.484,338 l setiap kali pemesanan ke Pertamina. Pada nilai pemesanan optimum pertamax yang ditunjukkan oleh nilai Q sebesar 2.484,338 lt , biaya pesan pertamax tepat sama dengan biaya simpan dan biaya total ada pada persediaan minimum. Nilai ini merupakan nilai optimum pemesanan dalam setiap kali penebusan petamax.

III. Peluang Kehabisan Persediaan P (KP) dihitung berdasarkan : - Harapan pemakaian per hari = 526,162 lt

- Q optimal = 2.484,338 lt

- Biaya penyimpanan (h) = Rp. 18,921,-

- Biaya kehabisan persediaan (BKP) = Rp. 178,814,- Dengan demikian :

= (18,921) (2.484,338) = 0,499 (526,1615) (178,81407)

Hal ini menunjukkan bahwa nilai peluang kehabisan persediaan P (KP) pertamax yang akan memberikan tambahan biaya yang paling minimum adalah pada nilai 0,4996. Nilai kurva normal pada Lampiran 12 menunjukkan nilai z atau faktor keamanan adalah sebesar 3,35 untuk nilai P(KP) sebesar 0,4996. Nilai

faktor keamanan ini akan digunakan dalam analisis perhitungan persediaan cadangan pertamax.

IV. Persediaan cadangan dihitung berdasarkan :

Persediaan Cadangan = Faktor keamanan X σ

Faktor keamanan sudah diketahui yaitu sebesar 3,35. Berdasasarkan data perhitungan persediaan cadangan pertamax yang ditunjukkan pada lampiran 11, dan dengan menggunakan persamaan nilai rata – rata adalah jumlah total permintaan di bagi dengan jumlah hari penjualan, maka

_

x = 181.435 = 541,60l 335

Nilai σ didapatkan dari perhitungan

σ = ∑ (Xi – X)2 n

= (30.333.214,60) (335)

σ = 300,910

Karena faktor keamanan adalah 3,35 maka nilai persediaan cadangan pertamax adalah

Persediaan cadangan = 3,35 X 300,910 = 1.008,049 lt

Nilai persediaan cadangan pertamax yang didapatkan dari persamaan analisis diatas didapatkan nilai persediaan cadangan sebesar 1.008,049 lt.

V. Saat Pesan Ulang Ekonomis

Saat Pesan Ulang = Persediaan Cadangan + Harapan Pemakaian Persediaan Saat Pesan

= 1.008,0489 lt + 526,162 lt = 1.534,210 lt

Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai saat pesan ulang untuk pertamax adalah pada saat persediaan berada pada nilai 1.534,210 lt. Pemesanan penebusan pertamax yang optimum dapat dilakukan pada saat nilai stok persediaan pertamax adalah 1.534 lt.

Hasil keseluruhan penggunaan metode pengendalian EOQ probabilistik untuk produk BBM pertamax diusulkan bahwa nilai pemesanan persediaan optimum setiap kali melakukan penebusan adalah pada 2.484,338 lt. Ketersediaan truk tangki pengangkut BBM terendah pada kapasitas 8.000 lt, sehingga terjadi kelebihan jumlah pemesanan sebesar 5.516 lt setiap kali penebusan pertamax. Kelebihan pemesanan ini akan berakibat pada tambahan biaya simpan persediaan pertamax. Biaya simpan persediaan untuk produk pertamax diketahui adalah Rp. 18,921 per liter, sehingga setiap kali penebusan pertamax SPBU XYZ akan mengalami tambahan biaya simpan sebesar Rp. 18,921 dikalikan 5.516 lt yaitu sebesar Rp. 104.361,841,-. Tambahan biaya ini merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh SPBU XYZ yang disebabkan karena keterbatasan pada kapasitas angkut truk tangki BBM Pertamina.

a) Pengendalian persediaan BBM di SPBU XYZ dalam menentukan nilai pemesanan BBM adalah pertama melalui prediksi penjualan, ke dua menentukan minimal stok yang harus ada didalam tangki pendam dan ketiga adalah menentukan frekuensi maksimal pemesanan dalam waktu satu minggu adalah dua kali.

b) Biaya persediaan SPBU XYZ terdiri dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kehabisan persediaan. Total biaya persediaan yang paling tinggi adalah untuk produk premium. Hal ini karena frekuensi pemesanan premium adalah yang paling tinggi yaitu dilakukan hampir setiap hari. Frekuensi pemesanan premium tinggi karena jumlah penjualan produk premium adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan produk solar dan pertamax.

c) Hasil penggunaan metode pengendalian EOQ probabilistik untuk premium diusulkan bahwa nilai pemesanan optimum adalah pada 23.942 lt, untuk solar nilai pemesanan optimum adalah pada 10.933 lt, sedangkan untuk pertamax diusulkan bahwa nilai pemesanan optimum adalah pada 2.484 lt.

d) Saat pemesanan ulang premium yang tepat oleh SPBU XYZ adalah pada saat ketersediaan stok di tangki pendam sebesar 24.008 lt. Pemesanan ulang solar yang tepat pada saat kondisi persediaan di tangki pendam sebesar 12.682 lt, sedangkan pemesanan ulang pertamax yang optimum dapat dilakukan pada saat nilai stok persediaan sebanyak 1.534 lt.

5.2

Saran

a) Prediksi penjualan penting untuk diperhatikan karena hasil usulan nilai pemesanan penerimaan BBM ini sangat tergantung pada prediksi hasil penjualan yang dilakukan dan penerapan usulan ini didasarkan pada prediksi penjualan harian selama hampir satu tahun.

b) Kapasitas truk tangki pengangkut BBM yang terbatas pada nilai angkut BBM tertentu merupakan kendala bagi SPBU untuk melakukan jumlah pemesanan penerimaan BBM yang optimum. Kendala ini menyebabkan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pengendalian biaya total persediaan. Keterbatasan ini dapat disikapi oleh SPBU XYZ dengan konsistensi pengendalian persediaan dalam tangki pendam dan melakukan pemesanan ulang pada waktu yang tepat sehingga tidak melebihi stok persediaan yang diusulkan.

Anonim. 1999. Pemberdayaan Usaha Menengah. Instruksi Presiden Republik Indonesia No.10 . Jakarta.

Anonim. 2008. Laporan Tahunan SPBU XYZ. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum ZYZ. Bogor

Dokumen terkait