• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Bahan Baku Beton Polimer 1 Pasir

Agregat yang digunakan untuk pembuatan beton adalah pasir lolos ayakan (ASTM E 11-70) yang diameternya lebih kecil dari 5 mm. Adapun kegunaan pasir ini adalah untuk mencegah keretakan pada beton apabila sudah mongering. Karena dengan adanya pasir akan mengurangi penyusutuan yang terjadi mulai dari percetakan hingga pengeringan.

Pasir ini memang sangat penting dalam pembuatan beton, tetapi apabila kadarnya terlalu besar akan mengakibatkan kerapuhan jika sudah mongering. Ini disebabkan daya rekat antara partikel-partikel berkurang dengan adanya pasir dalam jumlah yang besar, sebab pasir tersebut tidak bersifat merekat akan tetapi hanya sebagai pengisi (filler).

Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi,sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tigamacam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai. Pada konstruksi bahan bangunan pasir digunakan sebagai agregat halus dalam campuran beton, bahan spesi perekat pasangan bata maupun keramik, pasir urug,

screed lantai dll. Menurut standar nasional indonesia (SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 28) disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan adalah sebagai berikut :

- Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks kekerasan < 2,2.

- Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut: a. Jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.

b. Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.

- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.

- Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans–Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%.

- Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.

- Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali harus negatif.

- Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan bangunan yang diakui.

- Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus memenuhi persyaratan pasir pasangan.

(http://www.forumbebas.com/thread-145579.html)

2.7.2 Limbah Pulp Dregs

Kandungan limbah pulp dregs yang diambil pada tanggal 27 Mei 2015 dari PT. Toba Pulp Lestari, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kandungan Senyawa Limbah Pulp Dregs

(%) 1 SiO2 10,6 2 Fe2O3 1,68 3 CaO 31,1 4 MgO 1,04 5 K2O 0,62 6 Na2O 0,04 7 Al2O3 12,30

Bahan cair ini disebut sebagai bubur. Bahan ini dikirim ke tangki di mana air ditambahkan ke dalam tangki tersebut.Cairan yang dihasilkan dikenal sebagai cairan hijau (green liquor). Dari tangki peleburan sungai dikirim ke tangki cairan stabilisasi hijau.Cairan hijau juga mengandung sejumlah kecil padatan tersuspensi, disebut ampas (dregs).

Ampas-ampas yang berbahaya dipisahkan dan kemudian dibuang. Hal ini biasanya dilakukan dalam cairan stabilisasi hijau. Ampas dari cairan stabilisasi hijau dikirim ke filter vakum perputaran disebut ampas filter. Di sini ampas dicuci untuk menghilangkan sisa bahan kimia dan airnya sebelum dibuang. Cairan didaur ulang ke tangki cairan stabilisasi hijau. (http://www.westech-inc.com/en-usa/industry-solutions/industrial-overview/pulp-and-paper)

Adapun apabila limbah pulp dregs ini dimasukkan atau dicampurkan ke dalam pembutan bahan bangunan maka limbah pulp dregs itu sendiri tidak memiliki dampak resiko kesehatan maupun pencemaran lingkungan, dikarenakan limbah pulp dregs itu sendiri dapat didaur ulang sebagai bahan baku dari pembuatan bahan bangunan seperti beton, sehingga secara tidak langsung limbah ini dapat dimanfaatkan dan mengurangi sampah akibat pembuangan limbah pabrik itu sendiri.

2.7.3 Resin Epoksi

Epoksi adalah suatu kopolimer yang terbentuk dari dua bahan kimia yang berbeda, yang disebut sebagai "resin" dan "pengeras". Resin ini terdiri dari monomer atau polimer rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung. Resin epoksi paling umum dihasilkan dari reaksi antara epiklorohidrin dan bisphenol-A, tetapi tidak jarang yang terakhir akan

digantikan dengan bahan kimia yang serupa. Sedangkan pengeras terdiri dari monomer

polyamine, misalnya Triethylenetetramine(Teta).

Ketika senyawa ini dicampur, kelompok amina bereaksi dengan kelompok epoksida untuk membentuk ikatan kovalen. Setiap kelompok NH dapat bereaksi dengan kelompok epoksida, sehingga polimer yang dihasilkan demikian kaku dan kuat. Proses polimerisasi disebut "curing" dan dapat dikontrol melalui suhu. Atau bahasa sederhananya epoksi adalah cat dua komponen yang terdiri dari resin sebagai basenya dan polymed sebagai hardenernya. (Finishing Floor Harderner. 2012).

Resin epoksi atau secara umum dipasaran dikenal dengan bahan epoksi adalah salah satu dari jenis polimer yang berasal dari kelompok termoset. Resin termoset adalah polimer cair yang diubah menjadi bahan padat secara polimerisasi jaringan silang dan juga secara kimia, membentuk formasi rantai polimer tiga dimensi. Sifat mekanisnya tergantung pada unit molekuler yang membentuk jaringan rapat dan panjang jaringan silang.

Proses pembuatannya dapat dilakukan pada suhu kamar dengan memperhatikan zat- zat kimia yang digunakan sebagai pengontrol polimerisasi jaringan silang agar didapatkan sifat optimum bahan. Thermoset memiliki sifat isotropis dan peka terhadap suhu, mempunyai sifat tidak bisa meleleh, tidak bisa diolah kembali, atomnya berikatan dengan kuat sekali, tidak bisa mengalami pergeseran rantai. Bentuk resin epoksi sebelum pengerasan berupa cairan seperti madu dan setelah pengerasan akan berbentuk padatan yang sangat getas.

Karakteristik Resin Epoksi

Epoksi secara umum mempunyai karakteristik yang baik, yaitu: 1) Kemampuan mengikat paduan metalik yang baik

Kemampuan ini disebabkan oleh adanya gugus hidrolik yang memiliki kemampuan membentuk ikatan via ikatan hidrogen. Gugus hidrosil ini juga dimiliki oleh oksida metal, dimana pada kondisi normal menyebar pada permukaan metal. Keadaan ini menunjang terjadinya ikatan antara atom pada epoksi dengan atom yang berada pada material metal. 2) Ketangguhan

Keguanaan epoksi sebagai bahan matrik dibatasi oleh ketangguhan yang rendah dan cenderung rapuh. Oleh sebab itu saat ini terus dilakukan penelitian untuk meningkatkan ketangguhan bahan matrik atau epoksi.

Resin epoksi banyak digunakan untuk bahan komposit di beberapa bagian struktural, resin ini juga dipakai sebagai bahan campuran pembuatan kemasan, bahan cetakan (moulding compound) dan perekat. Resin epoksi sangat baik digunakan sebagai matriks pada komposit dengan penguat serat gelas. Pada beton penggunaan resin epoksi dapat mempercepat proses pengerasan, karena resin epoksi menimbulkan panas sehingga membantu percepatan pengerasan.

2.7.4 Thinner

Thinner digunakan pada pembuatan beton sebagai bahan pencampur agar terjadi reaksi kimiawi dengan resin. Disini thinner berfungsi untuk membasahi agregat dan untuk melumasi bahan campuran lain agar mudah pengerjaannya. Thinner yang akan dicampurkan ini akan menguap sesaat dan meninggalkan resin dan agregat yang kemudian akan membentuk lapisan yang keras, sehingga dapat mengubah sifat-sifat resin dan menurunkan kekuatannya.

Selain berguna untuk menurunkan viskositas, thinner juga berguna untuk mengatur sifat-sifat dari bahan finishing sehingga bahan tersebut bisa diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggunakan thinner suatu bahan finishing bisa diatur kecepatan waktu pengeringannya serta ketebalan lapisan finishing bisa ditentukan dengan ukuran tertentu sesuai dengan kebutuhan.

(http://mugiabadi.blogspot.com/2012/06/macam-macam-thinner.html)

Dokumen terkait