Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan PT. Langkat Nusantara Kepong Tanjung Beringin, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat Sumatera Utara pada bulan Maret 2020 sampai Desember 2020.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diambil bawah vegetasi sawit sehat, sawit terinfeksi Ganoderma, sawit yang diberi perlakuan Syncephalastrum racemosum, alkohol 70%, aquades, air steril dan diphenylamine, Serbuk nutrient agar siap pakai sebagai bahan utama media, aquades sebagai pelarut, kapas steril sebagai penutup, aluminium foil sebagai pembungkus, plastik wrap sebagai perekat, Bacto peptone, MgSO4.7H2O, K2HPO4, Streptomisin sulfat, Chloramphenicol, Etanol, Ridomil 25% WP, dan Asam Laktat sebagai bahan komposisi media selektif, agar sebagai pengeras media, aquades sebagai pelarut, label sebagai penanda, kapas steril sebagai penutup, aluminium foil sebagai pembungkus, plastik wrap sebagai perekat.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System), kamera digital, termometer, monolith kuadrat, pH meter, spectrophotometer, bor tanah, timbangan analitik, pipet skala, dan mikroskop stereo, Erlenmeyer 250 ml sebagai wadah media, timbangan analitik untuk menimbang bahan, gelas ukur untuk mengukur larutan, autoclave untuk mensterilkan bahan, kompor untuk memanaskan bahan yang digunakan, tabung
reaksi sebagai wadah pengenceran, mikropipet sebagai alat bantu mengambil hasil pengenceran, laminar air flow sebagai tempat isolasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan GPS lapangan (Peta), dimana penentuan titik pengambilan sampel tanah (Lampiran 2), Pengamatan yang dilakukan adalah dengan melihat Makrofauna, Mesofauna, dan Mikroorganisme diambil pada 3 jenis perlakuan (i) areal rhizosfer tanaman yang telah beri perlakuan kitosan, (ii) areal rhizosfer kelapa sawit terserang Ganoderma, (iii) areal rhizosfer kelapa sawit tanpa gejala serangan Ganoderma. Pengamatan makrofauna juga dilakukan dengan metode Pitfall Trap dan metode kuadrat hand sorting, Pengamatan mesofauna dengan metode Barlese Tullgren Funnel dan mikroorganisme dilakukan di laboratorium, Makro, meso dan mikroorganisme yang diperoleh diidentifikasi. Khusus untuk mikroorganisme, menggunakan pemarkahan gen. Sampel tanah juga diuji sifat fisik : tekstur, bulk density, permeabilitas, sifat kimia: pH, kapasitas tukar kation, kadar N, P , sifat biologi: C organik tanah.
Pelaksanaan Percobaan Penentuan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah dengan kedalaman 0-30 cm, sampel tanah diambil dari daerah 5 rhizosfer tanaman sawit dengan perlakuan kitosan, 5 rhizosfer tanaman sawit terserang Ganoderma dan 5 rhizosfer tanaman sawit tanpa gejala serangan Ganoderma. Perlakuan kelapa sawit yang telah diberi kitosan dari areal
penelitian uji coba kitosan dan potongan batang sawit yang dilakukan Pakpahan (2020).
Pengambilan Sampel Makrofauna Tanah Metode Pitfall Trap
Pitfall trap digunakan untuk menangkap makrofauna yang hidup di atas permukaan tanah, serangga yang aktif pada siang hari dan malam hari. Prinsip dari metode ini yaitu hewan tanah yang berkeliaran di atas permukaan tanah atau secara kebetulan menuju ke perangkap akan jatuh terjebak ke dalam perangkap.
Pengambilan sampel makrofauna tanah yang aktif (beraktivitas atau bergerak secara cepat) di permukaan tanah dilakukan dengan metode Pitfall Trap, yaitu: pada masing-masing titik sampling yang telah ditentukan, ditempatkan dan ditanam ember plastik berdiameter permukaan 8,3 cm sebanyak 5 ember pada 3 rhizosfer kelapa sawit. Bagian permukaan ember tersebut ditanam sejajar dengan permukaan tanah dan diberi atap dari terpal dengan ukuran 30×30 cm setinggi 15 cm dari tanah untuk menghindari masuknya air hujan dan sinar matahari ke dalamnya. Kemudian ember diisi dengan larutan alkohol 30% sebanyak 5 cm dari dasar ember dan sedikit deterjen untuk menghilangkan tegangan permukaan agar spesimen tidak bergerak-gerak pada saat tenggelam. Ember Pitfall Trap ini dipasang pada sore hari dan dibiarkan selama 24 jam diambil dalam rujukan buku BPPP (2013). Makrofauna tanah yang terperangkap dimasukkan ke dalam botol sampel sesuai dengan kode sampel dan diawetkan dengan alkohol 70%.
Metode Kuadrat dan Hand Sorting
Metode hand sorting merupakan salah satu metode penyortiran dengan tangan. Dimana metode ini menggunakan tangan untuk mengambil atau meneliti suatu sampel. Pada metode ini tanah diambil pada kuadrat yang telah ditentukan
luas dan kedalamannya, dan tanah itu diletakkan diatas sebuah alas dan tanah dan langsung disortir.
Metode kuadrat digunakan untuk pengambilan sampel makrofauna tanah yang kurang aktif (beraktifitas atau bergerak secara lambat) di permukaan tanah tetapi lebih aktif di dalam tanah. Sampel tanah pada masing-masing titik sampling diambil sebanyak 5 titik di setiap pengamatan menggunakan alat monolit kuadrat ukuran 25×25 cm, tanah diambil sampai kedalaman 30 cm. Tanah yang diperoleh dimasukkan ke dalam goni plastic diambil dalam rujukan buku BPPP (2013).
Pengambilan sampel dilakukan antara pukul 06.00–09.00 WIB. Selanjutnya makrofauna tanah yang ditemukan pada tanah tersebut diambil dengan metode hand sorting (disortir dengan tangan) secara teliti. Makrofauna tanah yang didapat kemudian dikumpulkan dan dibersihkan dengan air lalu dimasukkan ke dalam botol sampel sesuai dengan plotnya dan diawetkan dengan alkohol 40%.
Pengambilan Sampel Mesofauna Tanah Metode Berlese Tullgren Funnel
Berlese merupakan metode ekstraksi mesofauna tanah dengan menempatkan sampel tanah pada alat Berlese extractor, dimana prinsip kerja Balese adalah bagian corong dipengaruhi suhu dengan dilengkapi sumber pencahayaan dan mengarahkan mesofauna tanah menjauhi sumber cahaya sehingga mengumpul pada wadah penampung.
Pengambilan sampel mesofauna tanah, sampel tanah pada masing masing titik sampling diambil sebanyak 5 titik pada setiap satu sampel menggunakan bor tanah sedalam 10-20 cm, kemudian dimasukkan contoh tanah sebanyak 1000 g ke dalam corong Berlese-Tullgren. Digoyang-goyangkan dan pukul pelan-pelan di
sekeliling tabung sedemikian rupa sehingga partikel tanah atau bahan organik yang berukuran ≤ 1,5 mm jatuh ke bawah. Penggoyangan dihentikan setelah tidak ada lagi partikel tanah yang jatuh. Tampung semua partikel tanah yang jatuh dengan botol dan masukkan kembali ke dalam corong. Isi tabung penampung yang telah berlabel dengan alkohol 60% setinggi 3-5 cm, diletakkan tepat di bawah lubang corong Berlese-Tullgren, dan pastikan semua fauna yang keluar dari tabung jatuh ke dalam tabung penampung. Pasang penutup corong, nyalakan lampu di dalam corong, dan biarkan selama 2-4 hari diambil dalam rujukan buku BPPP (2013).
Fauna tanah yang telah tertampung pada botol penampung kemudian dipisah-pisahkan menggunakan mikroskop lalu dihitung.
Pengambilan Sampel Mikroorganisme Tanah
Pengambilan sampel mikroorganisme tanah, sampel tanah pada masing masing rhizosfer diambil sebanyak 4 titik menggunakan bor tanah sedalam 10-20 cm, tanah diambil tanah sebanyak 1000 g yang dikompositkan dan dimasukkan kedalam kantong plastik agar tanah tetap basah contoh, dan contoh tanah tersebut dibawa ke laboratorium.
Persiapan Media
Pembuatan Media Potato Dextrose Agar
Kentang yang telah dikupas dan dipotong–potong dengan ukuran ± 1 x 1 x1 cm sebanyak 200 g direbus dalam 500 ml air suling sampai cukup empuk. Hal ini dapat diketahui dengan menusuk kentang dengan garpu. Jika di tusuk terasa mudah, berarti kentang telah mengeluarkan sarinya. Kemudian 15 g agar-agar larut, selanjutnya dekstrosa (dapat diganti dengan gula pasir) sebanyak 15 g dimasukkan ke dalamnya. Air ekstrak kentang selanjutnya dituangkan ke dalam larutan
agar-agar. Larutan ini kemudian disaring dengan kain katun yang tipis, larutan ditambahkan air steril sampai volumenya menjadi 1000 ml. Setelah dididihkan, larutan PDA dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditutup dengan kapas steril dan ditutup lagi dengan menggunakan aluminium foil. Kemudian disterilkan dalam autoclave selama kurang lebih 15 menit dengan suhu 121 -124 pada tekanan 1,25 atm. Setelah itu PDA dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin (10 -20 oC).
Pembuatan Media Nutrien Agar
Media Nutrient Agar (NA) dibuat dengan cara menimbang 23 g serbuk NA siap pakai, dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter dengan pH 6,6- 6,7., kemudian ditutup dengan kapas steril dan ditutup lagi dengan menggunakan aluminium foil. Kemudian disterilkan di dalam autoclave selama kurang lebih 15 menit dengan suhu 121-124oC pada tekanan 1,25 atm. Setelah itu NA dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin (10 -20 oC).
Pembuatan Media Selektif Ganoderma
Media selektif digunakan untuk membiakkan cendawan G. boninense sehingga jumlah populasinya dapat diketahui. Komposisi media selektif menurut penelitian Risanda (2008) sebagai berikut; bagian A: Bacto-pepton (5 g), Agar (20 g), MgSO4.7H2O (0,25 g), K2HPO4 (0,5 g), dan air destilata (900 ml); bagian B: Streptomisin sulfat (0,3 g), Chloramphenicol (0,1 g), Etanol (3 ml), Ridomil 25%
WP (0,13 g), Asam Laktat (2 ml), Benlate (0,15 g), Tannic Acid (1.25 g).
Isolasi Mikroba
Isolasi mikroba dilakukan menggunakan metode agar tuang dengan membuat seri pengenceran. Pengenceran 10-2 digunakan untuk mengisolasi fungi yang diulang sebanyak 2 kali, sedangkan pengenceran 10-3 digunakan untuk
mengisolasi bakteri yang diulang sebanyak 2 kali. Media NA digunakan untuk menumbuhkan dan mengisolasi bakteri tanah, sedangkan media PDA dengan modifikasi penambahan antibiotik digunakan untuk menumbuhkan dan mengisolasi fungi. Proses inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 3-7 hari.
Pemurnian
Pemurnian (purification) bertujuan agar diperoleh biakan murni yang diinginkan tanpa ada kontaminan dari mikroba lain. Pemilihan koloni mikroba yang dimurnikan berdasarkan perbedaan kenampakan morfologi koloni, baik dari segi warna, elevasi, tekstur permukaan, garis-garis radial, lingkaran konsentris maupun tetes eksudat sehingga diperoleh isolat murni. Pemurnian isolat bakteri dilakukan dengan cara memindahkan bakteri menggunakan metode garis yang kemudian ditumbuhkan pada media NA, sedangkan pada pemurnian isolat fungi menggunakan metode titik dalam proses pemindahan ke dalam media PDA.
Teknik Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram merupakan suatu metode untuk membagi spesies bakteri menjadi 2 kelompok besar, yaitu gram positif dan gram negatif. Pengamatan sel bakteri dilakukan dengan meneteskan 1 tetes aquades pada kaca preparat ditambahkan 1 ose isolat, lalu fiksasi diatas api. Selanjutnya bakteri diwarnai dengan kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditetesi iodine, dibiarkan selama 1 menit dan kembali dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya bakteri ditetesi etil alkohol dan dibiarkan selama 30 detik, dicuci dengan air mengalir dan ditambahkan safranin kemudian dibiarkan selama 30 detik lalu dicuci lagi dengan air mengalir. Selanjutnya kaca preparat dikeringkan dengan menggunakan kertas serap dan ditambahkan minyak emersi.
Bentuk dan warna sel bakteri diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Bakteri gram negatif berwarna merah dan bakteri gram positif berwarna biru (Schaad et al., 2001).
Uji Molekuler Bakteri
Isolat bakteri yang dipilih untuk dilakukannya uji molekuler telah diamati terlebih dahulu dari morfologi dan pewarnaan gram. Pemiilihan isolat yang diuji secara molekuler didasari dari bentuk morfologi bakteri yang belum dapat dilihat jelas.
Isolasi DNA dilakukan dengan metode isolat bakteri murni ditumbuhkan pada media cair LB (Luria Bertani). Sebanyak satu ose isolat disuspensikan ke dalam tabung eppendorf yang berisi 100 µl aquabidest steril dan dipanaskan pada suhu 95 oC selama 15 menit. Kemudian diputar dengan sentrifugasi pada kecepatan 12.000xg selama 5 menit. Supernatan (yang telah mengandung DNA bakteri) disimpan pada suhu 40 oC. DNA hasil isolasi digunakan untuk amplifikasi gen 16S rRNA dengan menggunakan mesin Polymerase Chain Reaction (PCR). Primer
yang digunakan untuk untuk amplifikasi gen 16S rRNA adalah primer 63f (5’ – CAG GCC TAA CAC ATG CAA GTC - 3’) dan 1387r (5’ – GGG CGG WGT
GTA CAA GGC - 3’) yang merupakan primer universal untuk berbagai strain bakteri. Sebanyak 5 µl DNA template; 2,5 µl 10 x PCR buffer (PCR core, Promega); 2,5 µl MgCl2; 0,5 µl dNTP; 1 µl (5pmol) masing-masing primer; 0,2 µl (1 unit) Taq DNA polymerase dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 500 µl. PCR dilakukan pada volume total 25 µl dengan menambahkan 12,3 µl aquabidest.
Kemudian mesin PCR diprogram dan dijalankan pada kondisi pradenaturasi 94 oC
selama 2 menit 45 detik, annealing 45 oC selama 45 menit, ekstensi 72 oC selama 5 menit.
Hasil PCR divisualisasi pada gel agarosa 1% dan diwarnai dengan etidium bromida. DNA hasil amplifikasi tersebut dimurnikan lalu disekuens secara komersial untuk mengetahui urutan basa DNA-nya. Lalu data sekuens tersebut dibandingkan dengan data di GenBank dari database The National Center for Biotechnology Information (NCBI) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov), menggunakan program Basic Local Alignment Search Tool (BLAST).
Uji Molekuler Jamur
Isolat jamur yang dipilih untuk dilakukannya uji molekuler telah diamati terlebih dahulu dari morfologi mikroskopis. Pemiilihan isolat yang diuji secara molekuler didasari dari bentuk morfologi jamur yang belum dapat dilihat jelas dari bentuk konidia dan konidiofor dari jamur.
Identifikasi isolat fungi dilakukan secara molekuler berdasarkan analisis genetika secara parsial pada lokus Internal Transcribed Spacer (ITS) ribosomal DNA fungi. Isolasi DNA diawali dengan menumbuhkan isolat fungi dalam media cair Potato Dextrose Broth (PDB) dan diinkubasi selama 72 jam.
Amplifikasi PCR pada ITS menggunakan Primer ITS 4: 5`-- TCC TCC GCT TAT TGA TAT GC – 3` dan Primer ITS 5: 5`--GGA AGT AAA AGT CGT AAC AAG G –3` (White et al., 1990). Amplifikasi DNA dilakukan dengan membuat volume 25 µl yang mengandung 10 µl nuclease free water, 12,5 µl DreamTaq®
green master mix (Thermo scientific, USA), 0,5 µl forword dan reverse primer, 0,5 µl DMSO, dan 1 µl DNA template. Reaksi amplifikasi dilakukan sebanyak 35 siklus sebagai berikut: pre-denaturasi pada 95 oC selama 5 menit, denaturasi pada
94 oC selama 1,5 menit, annealing pada 50 oC selama 30 detik, pemanjangan pada 72 oC selama 2 menit, dan terakhir ekstensi pada suhu pada suhu 72 oC selama 10 menit.
Hasil PCR divisualisasi pada gel agarosa 1% dan diwarnai dengan etidium bromida. DNA hasil amplifikasi tersebut dimurnikan lalu disekuens secara komersial untuk mengetahui urutan basa DNA-nya. Lalu data sekuens tersebut dibandingkan dengan data di GenBank dari database The National Center for Biotechnology Information (NCBI) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov), menggunakan program Basic Local Alignment Search Tool (BLAST).
Parameter Amatan
Karakterisasi Morfologi dan Molekuler Bakteri
Pengamatan morfologi koloni dan sel bakteri dilakukan untuk mengetahui morfologi dari isolat bakteri. Uji sifat fisiologi bakteri untuk mengetahui bakteri tersebut gram positif atau gram negatif dari pewarnaan yang dilakukan dan uji biokimia. Uji molekuler bakteri dengan menggunakan analisa Polymerase Chain Reaction (PCR).
Karakterisasi Morfologi dan Molekuler Jamur
Pengamatan mikroskopis dapat dilihat dengan bantuan alat mikroskop yang meliputi bersekat atau tidaknya hifa dari jamur, bercabang atau tidaknya hifa dari jamur, warna hifa (transparan atau gelap), ada atau tidak adanya konidia (bulat, lonjong, berantai, atau tidak beraturan dengan menggunakan buku acuan Watanabe (2010). Uji molekuler jamur dengan menggunakan analisa Polymerase Chain Reaction (PCR).
Identifikasi Sampel Makrofauna Tanah
Sampel makrofauna tanah yang dibawa dari lapangan dikelompokkan sesuai dengan kesamaan ciri-ciri morfologinya kemudian diawetkan dalam alkohol 70% dan formalin 5%. Proses determinasi dan identifikasi dilakukan dengan memperhatikan morfologi (bentuk luar tubuhnya) melalui loup dan mikroskop stereo serta menggunakan buku acuan Borror (1992).
Identifikasi Sampel Mesofauna Tanah
Mesofauna yang didapatkan dari hasil ekstraksi dalam botol koleksi berisi alkohol 70% selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop untuk menentukan jenis dan populasinya. Pengamatan terhadap mesofauna hanya dilakukan sampai dapat ditentukan famili dari mesofauna tersebut serta menggunakan buku acuan Borror (1992).
Populasi G. boninense
Perhitungan dilakukan dengan cara mengencerkan 10 g tanah dari masing- masing sampel dengan metode pengenceran bertingkat 10-1 pada media biakan spesifik Ganoderma saat, lalu diinkubasi pada suhu ruang, antara 25-30°C selama 5-7 hari dan dengan metode direct plate count (Hermana et al., 2018).
Populasi Mikroba Tanah
Perhitungan dilakukan dengan cara mengencerkan 1 g tanah dari masing- masing sampel, kemudian tanah tersebut diencerkan dengan pengenceran bertingkat 10-3 dan dibiakkan pada media biakan Nutrient Agar, serta diinkubasi pada suhu ruang, antara 25-30°C selama 5-7 hari dan dihitung dengan metode direct plate count (Hermana et al., 2018).
Derajat Infeksi Mikoriza
Pengamatan Derajat Infeksi mikoriza dilakukan dengan metode Kormanik dan Mc Graw. Akar dilihat di bawah mikroskop dengan cara menghitung berapa banyak akar yang terinfeksi mikoriza. Kriteria akar yang terinfeksi adalah terdapatnya struktur mikoriza pada akar.
Tekstur Tanah, Bulk Density Tanah, Permeabilitas Tanah
Pengukuran Tekstur tanah dengan menggunakan metode hidrometer, Bulk Density Tanah diambil pada setiap titik dengan menggunakan ring sampel.
Permeabilitas tanah di lakukan di laboratorium dengan menggunakan ring sampel.
pH, Kelembaban Tanah, Suhu Tanah
Pengukuran kelembaban tanah, suhu tanah dilakukan di lapangan sebelum tanah diambil dari plot kuadrat. Kelembaban tanah menggunakan alat soil tester dan suhu tanah menggunakan alat soil thermometer. Pengukuran pH tanah dan C-Organik tanah dilakukan di laboratorium. pH tanah diukur menggunakan alat pH meter.
KTK , C- Organik Tanah
Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan metode Ekstraksi NH4OAc pH 7, dan C-Organik metode Walkley and Black (modifikasi).
Analisis Makrofauna Tanah
a. Kepadatan Populasi (K) K = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡)
b. Kepadatan Relatif (KR) KR = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝑥 100%
c. Frekuensi Kehadiran (FK)
FK = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑥 100%
Suin (2006) menerangkan nilai FK berdasarkan konstansinya sebagai berikut:
Nilai FK = 0-25% : Konstansinya Aksidental (sangat jarang) Nilai FK = 25-50% : Konstansinya Assesori (jarang)
Nilai FK = 50-75% : Konstansinya Konstan (sering) Nilai FK = >75% : Konstansinya Absolut (sangat sering) d. Indeks Diversitas/Keanekaragaman Shannon-Wienner (H')
Untuk mengetahui nilai keanekaragaman makrofauna tanah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
H' = Indeks diversitas Shannon-Wiener pi = ni / N
ln = Logaritma natural
ni = Jumlah individu spesies ke-i S = Total jumlah spesies
N = Total jumlah individu
Fachrul (2007) menerangkan Nilai H' sebagai berikut:
Nilai H' = < 1 : Keanekaragaman rendah
Nilai H' = 1 ≤ H' ≥ 3 : Keanekaragaman sedang Nilai H' = > 3 : Keanekaragaman tinggi
e. Indeks Similaritas/Kesamaan Sorensen (Q/S)
Untuk mengetahui nilai kesamaan setiap makrofauna tanah antar lokasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Q/S = Indeks Similaritas antar lokasi
J = Jumlah jenis yang sama pada dua lokasi yang berbeda A = Jumlah jenis pada lokasi I
B = Jumlah jenis pada lokasi II
Suin (2002) menerangkan nilai Q/S sebagai berikut:
Nilai Q/S = < 25% : Kesamaan jenisnya sangat tidak mirip Nilai Q/S = 25% - 50% : Kesamaan jenisnya tidak mirip Nilai Q/S = 50% - 75% : Kesamaan jenisnya mirip Nilai Q/S = > 75% : Kesamaan jenisnya sangat mirip Analisis Mesofauna Tanah
a. Kepadatan Populasi (K) K = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡)
b. Kepadatan Relatif (KR) KR = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝑥 100%
c. Frekuensi Kehadiran (FK)
FK = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑥 100%
Suin (2006) menerangkan nilai FK berdasarkan konstansinya sebagai berikut:
Nilai FK = 0-25% : Konstansinya Aksidental (sangat jarang) Nilai FK = 25-50% : Konstansinya Assesori (jarang)
Nilai FK = 50-75% : Konstansinya Konstan (sering) Nilai FK = >75% : Konstansinya Absolut (sangat sering)
d. Indeks Diversitas/Keanekaragaman Shannon-Wienner (H')
Untuk mengetahui nilai keanekaragaman mesofauna tanah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
H' = Indeks diversitas Shannon-Wiener pi = ni / N
ln = Logaritma natural
ni = Jumlah individu spesies ke-i S = Total jumlah spesies
N = Total jumlah individu
Fachrul (2007) menerangkan Nilai H' sebagai berikut:
Nilai H' = < 1 : Keanekaragaman rendah Nilai H' = 1 ≤ H' ≥ 3 : Keanekaragaman sedang Nilai H' = > 3 : Keanekaragaman tinggi
e. Indeks Similaritas/Kesamaan Sorensen (Q/S)
Untuk mengetahui nilai kesamaan setiap mesofauna tanah antar lokasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Q/S = Indeks Similaritas antar lokasi
J = Jumlah jenis yang sama pada dua lokasi yang berbeda A = Jumlah jenis pada lokasi I
B = Jumlah jenis pada lokasi II
Suin (2002) menerangkan nilai Q/S sebagai berikut:
Nilai Q/S = < 25% : Kesamaan jenisnya sangat tidak mirip Nilai Q/S = 25% - 50% : Kesamaan jenisnya tidak mirip Nilai Q/S = 50% - 75% : Kesamaan jenisnya mirip Nilai Q/S = > 75% : Kesamaan jenisnya sangat mirip Analisis Korelasi
Untuk mengetahui korelasi antara mesofauna tanah yang ditemukan dengan faktor fisik kimia tanahnya dilakukan Analisis Korelasi Pearson (r).
Usman dan Akbar (2000) menerangkan nilai r sebagai berikut:
a. Nilai r terbesar adalah +1 dan nilai r terkecil adalah -1
b. r = +1 menunjukkan hubungan positif sempurna (searah), sedangkan r = -1 menunjukkan hubungan negatif sempurna (berlawanan arah).
c. r tidak mempunyai satuan atau dimensi.
d. Tanda + atau – hanya menunjukkan arah hubungan.
Interpretasi nilai r adalah sebagai berikut:
Jika r = 0 : Tidak berkorelasi
Jika r = 0,01 – 0,2 : Korelasi sangat rendah Jika r = 0,21 – 0,4 : Korelasi rendah Jika r = 0,41 – 0,6 : Korelasi agak rendah Jika r = 0,61 – 0,8 : Korelasi cukup Jika r = 0,81 – 0,99 : Korelasi tinggi
Jika r = 1 : Korelasi sangat tinggi (korelasi sempurna)