• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

Dalam dokumen TINJAUAN PUSTAKA Karateristik Tanaman Nenas (Halaman 52-73)

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian IPB, Sawah Baru, Darmaga pada tanah Inceptisol dari Maret 2004 sampai Desember 2006. Analisis tanah dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium

Departemen IlmuTanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, Bogor, dan Laboratotrium Pusat Penelitian Tanah Bogor.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Petak Terpisah dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Sebagai petak utama adalah status hara fosfor (P) yang terdiri atas lima taraf: Psr = 0 kg P2O5 ha-1, Pr = 270 kg P2O5 ha-1, Pm = 540 kg P2O5 ha-1, Pt = 810 kg P2O5 ha-1, dan Pst = 1080 kg P2O5 ha-1 . Sebagai anak petak adalah perlakuan dosis pupuk P yang terdiri atas lima taraf: P0 = 0 kg P2O5 ha-1, P1 = 100 kg P2O5 ha-1, P2 = 200 kg P2O5 ha-1, P3 = 300 kg P2O5 ha-1, dan P4 = 400 kg P2O5 ha-1. Dengan demikian jumlah kombinasi perlakuan adalah 25 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga jumlah unit perlakuan adalah 75 unit perlakuan.

Pengolahan Tanah

Tanah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan gulma, selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul sebanyak dua kali. Pengolahan pertama dilakukan untuk membuat bongkah-bongkahan tanah, selanjutnya dilakukan pengolahan kedua untuk menghaluskan tanah dan membersihkan tanah dari sisa-sisa akar tanaman. Setelah pengolahan tanah selesai, maka dilakukan pembuatan petak-petak percobaan dengan ukuran 3 m x 2 m dengan tinggi 20 cm. Jarak antar petak percobaan adalah 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Pembuatan Status Hara P

Kegiatan awal untuk kalibrasi uji tanah yang menggunakan pendekatan lokasi tunggal adalah pembuatan status hara yaitu mulai dari sangat rendah (OX), rendah (1/4 X), sedang (1/2 X), tinggi (3/4 X) dan sangat tinggi (X). Untuk hara P, X adalah jumlah P yang diberikan untuk mencapai 0.02 ppm P dalam larutan tanah (Fox dan Kamprath 1970). Takaran pupuk P ditentukan berdasarkan pada hasil kurva erapan dengan menggunakan model Langmuir (Syers et al., 1973). Berdasarkan kurva hubungan P dalam larutan dengan P dierap, maka jumlah pupuk P yang diperlukan untuk mencapai batas kritis konsentrasi P terlarut sebesar 0.02 ppm adalah 1080 kg P2O5 ha-1. dapat ditentukan.

Sumber hara untuk pembuatan status hara P adalah SP-36 (36% P2O5). Cara pemberiannya dilakukan dengan cara sebar secara merata pada permukaan tanah di setiap unit percobaan, kemudian dicangkul sehingga tercampur secara merata dengan tanah dan diinkubasi selama 8 bulan. Sebelum dilakukan aplikasi pemupukan pada setiap status hara P, dilakukan analisis tanah untuk mengetahui kadar P tanah dengan menggunakan berbagai metode ekstraksi sebagai berikut: Mehlich, Truog, HCl 25%, Olsen, Bray-1, Bray-2, dan Morgan Wolf. Metode analisis tanah dilakukan berdasarkan metode analisis uji tanah yang disusun oleh Suleman dan Eviati (2002).

Aplikasi Pupuk P pada Setiap Status Hara P

Kegiatan tahap kedua adalah aplikasi pemupukan yaitu aplikasi pupuk P pada setiap status hara P. Dosis pupuk P pada setiap status hara P dalam penelitian kalibrasi uji tanah hara P adalah terdiri dari: 0, 100, 200, 300 dan 400 kg P2O5 ha-1. Pada aplikasi berbagai dosis pupuk P tersebut, juga diberikan pupuk dasar berupa Urea (46% N) dan KCl (60% K2O) dengan dosis masing-masing 300 kg N ha-1 dan 400 kg K2O ha-1. Pemupukan dilakukan 3 kali secara larikan sejajar barisan tanaman yaitu bersamaan waktu tanam, 6 bulan sesudah tanam dan 9 bulan sesudah tanam. Setiap kali aplikasi diberikan sepertiga dari dosis pupuk tersebut.

Pengapuran dan Penanaman

Sebelum pengapuran, contoh tanah secara komposit diambil pada setiap status hara P tanah yang telah dibuat, kemudian dianalisis untuk mengetahui kadar hara P tanah. Pengapuran dengan kapur dolomit (CaMg(CO)2) dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1 x Al-dd yang dilakukan dengan cara sebar secara merata keseluruh permukaan petak unit percobaan, dan dicangkul hingga merata dengan tanah. Selanjutnya pada petak percobaan yang berukuran 3 m x 2 m ditanami bibit tanaman nenas Smooth Cayenne Subang dengan jarak tanam 75 cm x 30 cm satu tanaman per lubang.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian gulma, hama dan penyakit. Untuk mengendalikan serangan patogen yang merusak akar, maka setiap lubang tanam diberi Furadan-3G sebanyak 2 g per lubang tanam sebelum penanaman.

Tanaman juga disemprot dengan Diazinon untuk mengendalikan penyakit dengan volume semprotan 400 liter ha-1 pada konsentrasi 1.5 ppm. Sedangkan penyiangan dilakukan setiap bulan sekali.

Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu hara, pertumbuhan dan produksi tanaman sebagai berikut :

1. Kadar hara P tanah pada setiap status hara P tanah dilakukan 1 kali yaitu sebelum pengolahan tanah.

2. Kadar hara N, P dan K daun dilakukan satu kali pada saat tanaman mulai berbunga. Sampel helai daun yang dianalisis adalah daun paling muda yang sudah mencapai pertumbuhan maksimal, biasanya juga merupakan daun yang paling panjang. Bahagian dasar daun yang putih yang tidak mengandung klorofil dibuang (Jones et al. 1991).

3. Serapan hara = Kadar hara x berat kering daun “D” tanaman nenas.

4. Jumlah daun pada saat tanaman berumur 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanam dan pada saat tanaman mulai berbunga.

5. Tinggi tanaman saat tanaman berumur 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanam dan pada saat tanaman mulai berbunga.

6. Umur tanaman pada saat berbunga dan umur tanaman pada saat panen, 7. Panjang buah dan diameter buah.

8. Berat buah, dan berat mahkota per tanaman, serta produksi buah per hektar. 9. Kadar padatan terlarut total buah nenas dianalisis setelah panen dengan Hand

refraktor meter.

Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam. Apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf nyata 0.05, dilakukan uji ortogonal untuk mengetahui pola respon tanaman terhadap pemberian berbagai dosis pupuk P, sedangkan untuk mengetahui dosis pupuk P yang optimal terhadap produksi tanaman nenas, dilakukan analisis regresi.

Analisis Korelasi

Untuk menghitung korelasi antara kadar hara P tanah yang terekstrat oleh berbagai metode ekstraksi dengan kadar hara, serapan hara P daun”D” dan produksi buah tanaman nenas (ton ha-1), dianalisis dengan analisis korelasi linier sederhana sebagai berikut :

]

)

(

[

]

)

(

[

)

)(

(

2 2 2 2 i i i i i i i i xy

Y

Y

n

x

X

X

n

Y

X

Y

X

n

r

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

=

Penetuan Kelas Ketersediaan Hara P

Kelas ketersediaan hara P tanah ditentukan dengan melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Menghitung persen hasil relatif sebagai berikut; % 100 x Y Yi relatif Hasil maks =

Yi = produksi buah (ton ha-1) pada perlakuan status hara P ke-i. Ymaks = produksi buah (ton ha-1) maksimum pada status hara P.

2. Selanjutnya nilai hasil relatif (Y) dihubungkan dengan nilai kadar hara P tanah (X) pada setiap status hara P untuk dilakukan analisis regresi. 3. Berdasarkan model regresi yang telah diperoleh, maka ditarik garis

untuk menghubungkan antara kadar hara P tanah dengan hasil relatif untuk menentukan kelas ketersediaan hara P. Kidder (1993) membagi nilai uji tanah atas lima kategori berdasarkan persentase hasil relatif : (1) sangat rendah (lebih rendah dari 50 persen), (2) rendah (50 sampai 75 persen), (3) sedang (75 sampai 100 persen), (4) tinggi (100 persen), dan sangat tinggi (kurang dari 100 persen).

Penentuan Batas Kritis Hara P Tanaman Nenas

Untuk menentukan batas kritis hara P tanaman nenas, juga menggunakan prosedur tersebut diatas, namun sebagai variabel bebasnya (X) adalah kadar hara P daun tanaman nenas yang diukur pada saat tanaman mulai berbunga. Batas

kritis kadar hara P daun tanaman nenas ditentukan berdasarkan metode Cate dan Nelsol (1971).

Penyusunan Rekomendasi Pemupukan P

Data respon tanaman nenas terhadap pemupukan P pada setiap status hara P diperoleh dari percobaan kalibrasi. Selanjutnya kurva respon dari setiap kelas uji tanah ditentukan dengan menggunakan analisis regresi dengan bentuk persamaan sebagai berikut :

Y = a + bX + cX2

Selanjutnya berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, kurva dibuat dalam satu grafik pada masing-masing kelompok uji tanah. Berdasarkan kurva ini, takaran pupuk P yang optimum ditentukan dengan persamaan berikut :

dY/dX = b + 2cX = 0 X = b/2c

Dimana :

X = takaran pupuk P ( kg ha-1) Y = Produksi buah (ton ha-1) b dan c = konstanta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai P Terekstrak Pada Berbagai Status Hara P Tanah

Selang waktu antara pemberian pupuk P untuk pembuatan status hara dan pengambilan contoh tanah adalah 8 bulan. Selama waktu inkubasi tersebut diharapkan kondisi P tanah dapat mencapai steady state, dimana P pupuk yang diberikan sudah berubah menjadi P tanah. Namun demikian faktor heterogenitas tanah berpengaruh terhadap kadar dan dinamika P tanah sehingga akan berpengaruh pula terhadap pertumbuhan tanaman.

Nilai uji P tanah terekstrak oleh beberapa metode ekstraksi pada berbagai perlakuan status hara P tanah disajikan pada Tabel 11. Nilai uji P tanah terekstrak HCl 25%, Olsen, Bray-1, Bray-2, Truog, Mechlich, dan Morgan umumnya meningkat dengan semakin meningkatnya status hara P tanah. Namun demikian, ada nilai uji P tanah yang menurun dengan meningkatnya perlakuan status hara P tanah.

Tabel 11 Nilai uji hara P tanah Inceptisols Darmaga yang terekstrak oleh berbagai metode ekstraksi pada bebargai kondisi status hara P tanah

Nilai uji tanah hara P (ppm P2O5) yang terekstrak oleh Kondisi

Status P HCl 25% Olsen Bray1 Bray2 Truog Mechlich Morgan

SR1 1160 34 17 15 8 31 26 SR2 1180 33 23 20 4 55 32 SR3 1380 36 22 20 15 37 28 R1 1480 74 58 53 17 90 78 R2 1600 91 88 256 16 132 106 R3 1780 116 104 266 32 167 134 M1 1810 125 130 365 50 184 161 M2 1840 133 119 368 44 193 162 M3 2700 209 216 563 72 310 404 T1 2390 231 228 637 109 362 380 T2 2620 285 232 668 108 363 421 T3 2530 265 226 619 86 306 385 ST1 2720 271 236 674 124 387 406 ST2 2270 244 183 504 77 278 302 ST3 3560 326 285 793 117 438 603

Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Tanah Bogor (dihitung berdasarkan contoh kering 105oC).

Nilai uji P tanah yang terekstrak oleh berbagai metode uji tanah juga sangat bervariasi, karena setiap metode mempunyai kemampuan yang berbeda untuk mengekstrak hara P tanah. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan bahan, dan konsentrasi bahan pengekstrak serta perbandingan antara tanah dengan pengekstrak (Tan 1996). Nilai uji tanah tersebut belum mempunyai arti agronomis sebelum dikorelasikan dengan hasil tanaman yang bernilai ekonomis atau serapan hara tanaman. Metode ekstraksi yang baik adalah metode ekstraksi yang hanya mengekstrak hara P yang dapat diserap oleh tanaman nenas. Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai korelasi antara kadar hara tanah yang terekstrak oleh suatu metode ekstraksi dengan produksi atau serapan hara tanaman nenas.

Pemilihan Metode Ekstraksi Hara P

Tidak semua hara P tanah yang terekstrak oleh suatu bahan pengekstrak dapat diserap tanaman nenas, oleh karena itu dalam program uji tanah metode ekstraksi yang digunakan harus dapat mengekstrak bentuk-bentuk hara fosfor yang dapat diserap oleh tanaman nenas. Untuk memperoleh metode ekstraksi yang baik maka dilakukan analisis korelasi antara kadar hara P tanah yang

terkstrak oleh suatu metode ekstraksi dengan kadar hara P daun“D” dan serapan hara P daun“D” serta produksi tanaman nenas. Hasil analisis korelasi antara kadar hara P tanah yang terekstrak oleh pengekstrak HCl 25%, Olsen, Bray-1, Bray-2, Truog, Mechlich, dan Morgan dengan kadar hara P dan serapan hara P daun“D” serta produksi tanaman nenas disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil analisis korelasi antara kadar P tanah yang terekstrak oleh berbagai metode ekstraksi dengan kadar hara P daun“D”, serapan hara P daun“D”, dan produksi tanaman nenas

Metode Kadar hara P Serapan hara P Produksi

HCl 25% 0.37tn 0.38tn -0.26tn Olsen 0.46tn 0.46tn -0.28tn Bray-1 0.37tn 0.36tn -0.31tn Bray-2 0.36tn 0.36tn -0.27tn Truog 0.42tn 0.47tn -0.24tn Mechlich 0.41tn 0.40tn -0.25tn Morgan 0.38tn 0.43tn -0.24tn Keterangan : n = 15; r 0.05 = 0.514; r 0.01 = 0.641. tn = tidak nyata.

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel 12 menunjukkan bahwa tidak ada metode ekstraksi yang mempunyai nilai korelasi yang. Namun demikian, karena metode Bray-1 merupakan metode ekstraksi hara yang banyak digunakan sebagai penegekstrak hara P pada laboratium uji tanah di seluruh dunia, maka metode Bray-1 merupakan metode eksrtraksi hara terpilih untuk menduga kebutuhan pupuk P tanaman nenas, sehingga untuk analisis selanjutnya yang berkaitan dengan kadar hara P tanah akan menggunakan nilai uji tanah yang terkstrak oleh metode Bray-1. Widjaya-Adhi dan Widjik (1984) melaporkan bahwa Bray-1 merupakan pengekstrak terbaik pada tanah Hydric Dystrandep untuk tanaman kentang. Pada tanah Inceptisol Sukabumi, pengekstrak Truog, HCl 25%, Bray-1, dan Colwel terpilih dalam menduga kebutuhan pupuk P untuk tanaman jagung (Nursyamsi 2002). Menurut Tan (1996) Metode Bray-1 dan Bray-2 yang mempunyai pereaksi HCl dan NH4F umumnya sesuai untuk menduga status P di tanah-tanah masam yang banyak mengandung P dalam bentuk Al-P dan Fe-P. Ion F- dalam pengekstrak tersebut dapat membebaskan P dari bentuk Al-P dan Fe-P pada permukaan mineral membentuk ikatan komplek AlF63- atau FeF63- . Selain itu ion H+ juga berperan dalam meningkatkan kelarutan P yang berasal dari kedua bentuk P tersebut.

Hal tersebut di atas mungkin erat kaitannya dengan kondisi pH tanah yang diinginkan untuk pertumbuhan tanaman nenas yang lebih sesuai pada tanah yang relatif masam. Wee dan Thongtham (1997) mengemukakan bahwa tanah liat berpasir yang dapat dikeringkan dengan baik dan bahan organik tinggi dengan pH 4.5 sampai 6.5 merupakan tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman nenas. Dengan demikian maka bentuk P yang dapat diekstrak oleh akar tanaman nenas adalah Al-P dan Fe-P yang biasanya banyak dijumpai pada tanah-tanah bereaksi masam.

Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk fosfor dan status kadar hara fosfor tanah terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman nenas pada saat tanaman berumur 6 bulan, 9 bulan dan pada saat berbunga, tidak menunjukkan pengaruh yang yata baik secara mandiri maupun pengaruh interaksinya. Namun demikian ada kecenderungan bahwa jumlah daun dan tinggi tanaman tertinggi dicapai pada kadar hara P tanah 20.67 ppm P2O5, sedangkan peningkatan kadar hara P tanah cenderung mengurangi jumlah daun dan tinggi tanaman nenas.

Tabel 13 Pengaruh kadar hara P tanah terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman berbunga

Jumlah Daun (helai) Tinggi Tanaman (cm)

Kadar P tanah

(ppm P2O5) 6 Bulan 9 Bulan Berbunga 6 Bulan 9 Bulan Berbunga 20.67 31.60 44.37 49.80 68.70 92.53 105.01 83.33 29.67 41.15 46.67 62.33 86.27 97.54 155.00 30.62 42.22 47.20 63.17 86.83 98.98 228.67 32.45 43.70 48.77 66.97 90.45 98.74 234.67 29.80 40.02 46.65 60.47 86.45 97.81 F test tn tn tn tn tn tn Pola respon Ltn Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh pupuk P terhadap

jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman berbunga. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik, tn = tidak nyata.

Tabel 13 menunjukkan bahwa dengan kadar hara P tanah 20.67 ppm P2O5 sudah dapat memenuhi kebutuhan P untuk pertumbuhan daun dan tinggi tanaman nenas. Sedangkan peningkatan kadar hara P tanah 83.33 ppm P2O5 menyebabkan penghambatan terhadap pertumbuhan daun dan tinggi tanaman nenas. Berarti

bahwa pada tanah yang mempunyai kadar P 20.67 ppm P2O5 tidak perlu dilakukan pemupukan P pada awal pertumbuhan tanaman karena pemupukan P pada tanah tersebut akan menurunkan pertumbuhan daun dan tinggi tanaman.

Tabel 14 menunjukkan bahwa pemupukan P tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman nenas, tetapi peningkatan dosis P dapat menurunkan petumbuhan daun dan tinggi tanaman. Kelly (1993) mengemukakan bahwa pemberian P yang berlebihan dapat menurunkan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan karena pemupukan P yang berlebihan mengurangi ketersediaan atau penggunaan hara mikro (Bennet 1993).

Tabel 14 Pengaruh pupuk P terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman berbunga

Jumlah Daun (helai) Tinggi Tanaman (cm)

Dosis pupuk P

(kg P2O5 ha-1) 6 Bulan 9 Bulan Berbunga 6 Bulan 9 Bulan Berbunga

0 30.92 42.15 48.18 65.83 88.66 100.31 100 30.37 42.28 48.42 65.44 89.21 100.07 200 30.68 42.37 47.77 63.16 87.82 100.15 300 30.97 41.83 46.53 63.13 87.39 98.40 400 31.20 42.82 48.18 64.08 89.74 99.15 F test tn tn tn tn tn tn Pola respon Ltn Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn Ltn Qtn Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh pupuk P terhadap

jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman berbunga. Pola respon L = Linier, dan Pola responQ = kuadratik, tn = tidak nyata.

Pemupukan P selain meningkatkan kadar P tanah juga akan meningkatkan pH tanah sehingga menyebabkan hara mikro menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Defisiensi unsur hara Zn selain dipengaruhi oleh meningktanya pH tanah, juga secara langsung dipengaruhi oleh tingginya kadar P tanah (Havlin et

al. 1999). Defisiensi Zn terjadi pada tanah dengan pH 6.0 atau lebih atau pada

pemberian Ca atau P berlebihan (Malezieux dan Bartholomew 2003). Purnomo et

al. (2003) mengemukakan bahwa, pemupukan P dari sumber SP-36 meningkatkan

kadar P-tersedia dan kadar P-tanaman tetapi menurunkan kadar Zn-tanaman jagung.

Peranan Zn dalam tanaman umumya sebagi bagian penting dan aktivator enzim. Fungsi penting Zn berkaitan dengan pembentukan asam indolasetat atau auksin. Tanaman yang kahat Zn berakibat tertekannya pembentukan enzim

katalisator ini. Pada tanaman jeruk yang mengalami kekurangan Zn, pertumbuhan tanaman secara keseluruhan terlambat, pembentukan bunga berkurang, berat buah dan kualitas buah yang dihasilkan sangat rendah (Bennet 1993).

Hasil tersebut di atas masih perlu dikaji lebih lanjut pada parameter produksi, karena menurut Kelly (1993) bahwa serapan hara P tanaman nenas pada saat inisiasi pembungaan dapat meningkat 100% jika dibandingkan dengan serapan hara P tanaman nenas pada saat fase vegetatif. Hal ini memberi indikasi bahwa kebutuhan P tanaman nenas meningkat 100% setelah mamasuki fase generatif, dengan demikian maka kebutuhan suplai pupuk P juga akan semakin meningkat jika dibandingkan dengan kebutuhan P pada saat fase vegetatif. Hal ini bisa terjadi karena pada saat fase generatif, tanaman nenas membutuhkan lebih banyak suplai hara dan karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan buah, serta pertumbuhan tunas baru.

Umur Berbunga dan Saat Panen

Hasil analisis ragam pengaruh kadar hara P tanah dan pemupukan P serta interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter umur berbunga dan umur tanaman pada saat panen. Hal ini sama dengan pengaruhnya terhadap pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman. Berarti bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman nenas sangat mempengaruhi saat tanaman memasuki fase reproduktif dan akhirnya terhadap saat panen. Tabel 15 menunjukkan bahwa peningkatan kadar hara P tanah maupun dosis pemupukan P dapat menyebabkan saat berbunga dan saat panen tanaman nenas terlambat.

Hambatan pertumbuhan akibat tingginya kadar hara P tanah dan kelebihan pupuk P juga dapat menghambat tananan nenas untuk memasuki fase berbunga dan saat panen. Py et al. (1987) mengemukakan bahwa pembungaan pada tanaman nenas secara alami selain dipengaruhi oleh faktor eksternal lingkungan tumbuh, juga dipengaruhi oleh faktor tanaman tertutama ukuran tanaman. Nenas “Smoth Cayenne” harus mencapai berat tanaman minimum sebelum induksi secara alami terhadap pembungaan bisa terjadi. Selanjutnya Taiz dan Zeiger (1991) mengemukakan bahwa kemampuan untuk berbunga suatu tanaman dapat tercapai ketika tanaman telah mencapai suatu ukuran atau umur tertentu. Oleh karena itu tanaman nenas yang mengalami hambatan pertumbuhan karena

kelebihan P juga akan mengalami keterlambatan untuk masuk pada fase reproduksi dan pemasakan buah.

Tabel 15 Pengaruh kadar hara P tanah dan pupuk P terhadap umur tanaman nenas pada saat berbunga dan saat panen

Umur tanaman (minggu) Kadar P tanah (ppm P2O5)

Saat Berbunga Saat Panen

20.67 72.14 88.33 83.33 77.69 93.68 155.00 73.10 89.49 228.67 72.41 88.50 234.67 76.24 93.08 F test tn tn Pola respon Ltn Qtn Ltn Qtn

Dosis pupuk P (kg P2O5 ha-1)

0 73.92 90.40 100 74.13 89.82 200 73.43 90.48 300 74.91 90.92 400 75.19 91.46 F test tn tn Pola respon Ltn Qtn Ltn Qtn

Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh kadar P tanah dan pupuk P terhadap umur tanaman pada saat berbunga dan saat panen. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik, tn = tidak nyata.

Kadar Hara dan Serapan Hara N, P, K

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan P pada berbagai status kadar hara P memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar hara N, P, K daun“D” dan serapan hara N, P, K tanaman nenas. Hasil uji ortogonal menunjukkan bahwa pemupukan P secara nyata dapat meningkatkan kadar hara dan serapan hara P tanaman nenas secara linier, yang berarti bahwa semakin tinggi dosis pupuk P yang diberikan, akan diikuti oleh peningkatkan serapan dan kadar hara P daun tanaman nenas (Tabel 16). Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk P dapat meningkatkan kadar hara P larutan tanah sehingga tanaman dapat menyerap hara P dalam jumlah yang banyak. Peningkatan kadar hara P tanah selain disebabkan oleh penambahan hara P dari pupuk juga disebabkan oleh meningkatnya kelarutan P tanah (Duffera dan Robarge 1999).

Tabel 16 Pengaruh pupuk P pada berbagai kadar hara P tanah terhadap kadar dan serapan hara P daun “D” pada saat tanaman berbunga

Kadar P tanah (ppm P2O5) Dosis Pupuk P

(kg P2O5 ha-1) 20.67 83.33 155.00 228.67 234.67

Kadar P daun “D” (% Bobot kering)

0 0.15 0.18 0.13 0.17 0.19 100 0.18 0.22 0.15 0.20 0.23 200 0.20 0.24 0.19 0.21 0.26 300 0.23 0.27 0.22 0.26 0.29 400 0.26 0.31 0.25 0.29 0.34 F test ** ** ** ** ** Pola respon L** Qtn L** Qtn L** Qtn L** Qtn L** Q** Dosis Pupuk P (kg P2O5 ha-1) Serapan P daun “D” (g) 0 19.13 17.19 13.77 20.81 21.65 100 21.44 27.57 17.75 21.11 25.51 200 23.97 25.31 21.48 22.96 31.90 300 28.38 30.37 24.15 27.16 35.03 400 31.75 36.28 27.58 31.79 39.67 F test ** ** ** ** ** Pola respon L** Qtn L** Qtn L** Qtn L** Qtn L** Q**

Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh pupuk P pada setiap kadar hara P tanah terhadap kadar hara dan serapan hara P tanaman nenas. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik. ** = nyata pada taraf nyata 0.01, tn = tidak nyata.

Pemberian pupuk P akan menambah jumlah P-tersedia tanah. Besarnya P-tersedia di dalam tanah mempengaruhi kecepatan penyerapan P dan akumulasi P dalam tanaman. Akan tetapi, kecepatan penyerapan P oleh tanaman juga ditentukan oleh besarnya biomass yang diproduksi tanaman. Besarnya jumlah P di dalam tanaman berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman dan akumulasi bahan kering tanaman hingga batas tertentu yang dipengaruhi oleh iklim, kesuburan tanah, dan pengelolaan pertanian (Makarim et al. 1993). Walaupun rata-rata kadar hara dan serapan hara P daun menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya dosis pupuk P yang diberikan, tetapi pada tanah yang mempunyai kadar hara 234.67 ppm P2O5, sudah memunjukan pola respon yang bersifat kuadratik, fenomena ini merupakan suatu indikasi bahwa apabila dosis pupuk P masih ditingkatkan jumlahnya, akan memberikan pengaruh terhadap penurunan serapan hara P. Hal ini disebabkan karena tanaman mempunyai kemampuan maksimal dalam meyerap hara walaupun kadar hara P-tersedia dalam tanah mengalami peningkatan dengan meningkatnya jumlah pupuk yang diberikan

(Kasno et al. 2000; Hanum 2004). Pemupukan P selain meningkatkan kadar dan serapan hara P daun tanaman nenas, juga meningkatkan kadar dan serapan hara N dan K daun tanaman nenas. Tabel 17 dan 18 menunjukkan bahwa peningkatan dosis pemupukan P pada setiap kadar hara P tanah diikuti oleh peningkatan kadar dan serapan hara N dan K tanaman nenas secara linier.

Tabel 17 Pengaruh pupuk P pada berbagai kadar hara P tanah terhadap kadar dan serapan hara N daun “D” pada saat tanaman berbunga

Kadar P tanah (ppm P2O5) Dosis Pupuk P

(kg P2O5 ha-1) 20.67 83.33 155.00 228.67 234.67

Kadar N daun “D” (% bobot kering)

0 0.52 0.57 0.53 0.54 0.60 100 0.54 0.59 0.55 0.60 0.65 200 0.55 0.63 0.59 0.63 0.69 300 0.61 0.67 0.61 0.66 0.75 400 0.66 0.72 0.63 0.70 0.79 F test ** ** ** ** ** Pola respon L** Q** L** Qtn L** Qtn L** Qtn L** Qtn Dosis Pupuk P

(kg P2O5 ha-1) Serapan N daun “D” (g/helai)

0 64.61 55.09 54.35 65.21 67.55 100 62.73 74.57 63.23 64.05 72.64 200 65.36 66.81 65.50 68.90 83.61 300 73.78 76.28 67.54 70.20 91.18 400 79.16 84.89 70.86 76.69 91.71 F test ** ** * ** * Pola respon L** Q* L** Qtn L** Qtn L** Qtn L** Qtn

Keterangan: F test digunakan untuk mengetahui pengaruh pupuk P pada setiap kadar hara P tanah terhadap kadar dan serapan hara N tanaman nenas. Pola respon L = Linier, dan Pola respon Q = kuadratik.

Dalam dokumen TINJAUAN PUSTAKA Karateristik Tanaman Nenas (Halaman 52-73)

Dokumen terkait