• Tidak ada hasil yang ditemukan

hara unsur kurang perlakuan pada Hasil H = Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam. Apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 0.05, dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan News Multiple Range Test) pada taraf nyata 0.05 untuk mengetahui perbedaan pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan untuk mengetahui pengaruh perlakuan minus one test terhadap pertumbuhan tanaman menggunakan uji Kontras.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol, Andisol dan Inceptisol

Hasil analisis tanah pada Tabel 2, menunjukkan bahwa tanah Inceptisol Ciawi lebih subur jika dibandingkan dengan Tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, dan Inceptisol Darmaga. Namun demikian, keempat jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai status hara N yang rendah (Pusat Penelitian Tanah Bogor 1995). Hal tersebut menyebabkan tanaman nenas akan respon terhadap pemupukan N karena selain status hara N tanah rendah, tanaman nenas membutuhkan unsur hara N dalam jumlah yang banyak.

Status hara P tanah adalah rendah pada tanah Andisol Ciapus dan Inceptisol Darmaga, sedangkan pada tanah Ultisol Jasinga mempunyai status hara P sedang, dan pada Inceptisol Ciawi mempunyai nilai status hara P sangat tinggi. Hal ini akan menyebabkan pemberian pupuk P tanah Inceptisol Ciawi dan Ultisol Jasinga tidak akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan

tanaman nenas. Tanah yang mempunyai status hara K sangat tinggi adalah Inceptisol Ciawi, selanjutnya tanah Ultisol Jasinga mempunyai status hara K yang tinggi, sedangkan status hara K pada tanah Inceptisol Darmaga dan Andisol Ciapus adalah rendah. Hal ini akan menyebabkan tanaman nenas tidak akan respon terhadap pemupukan kalium pada tanah Inceptisol Ciawi dan Ultisol Jasinga. Sedangkan pada tanah Inceptisol Darmaga dan Andisol Ciapus perlu dilakukan pemupukan kalium untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman nenas, karena tanaman nenas membutuhkan unsur kalium dalam jumlah yang banyak untuk mendukung pertumbuhannya.

Tabel 2 Hasil analisa beberapa sifat fisik dan kimia tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi.

Jenis tanah Sifat tanah Metode/ ekstraktan Ultisol

Jasinga Andisol Ciapus Inceptisol Darmaga Inceptisol Ciawi

pH H2O pH meter 4.37SM 5.55AM 4.50M 5.34AM

pH KCl pH meter 3.61 4.67 4.36 4.47 C-org (%) Kurmies 1.39R 3.31T 1.49R 1.68R N total (%) Kjeldahl 0.11R 0.13R 0.10R 0.11R P-Bray1 (ppm P) Bray-1 7.50S 4.80R 7.40R 15.40ST P-HCl 25% (ppm P) HCl 25% 131.4ST 85.4ST 55.8T 187.2ST Ca (me/100 g) 1N NH4OAc pH 7.0 7.12S 3.25R 1.26SR 14.32T Mg (me/100 g) 14.32ST 0.20R 0.37S 4.68T K (me/100 g) 0.62T 0.15R 0.15R 1.08ST Na (me/100 g) 0.78T 0.52S 0.43S 1.48ST KTK (me/100 g) 1N NH4OAc pH 7.0 15.38R 23.07S 18.97S 14.35R Al (me/100 g) 1 N KCl 13.00 2.52 2.42 1.21 H (me/100 g) 0.66 0.45 0.36 0.36 Fe (ppm) 0.05 N HCl 3.40 4.04 1.36 0.12 Cu (ppm) 0.56 0.36 0.32 0.08 Zn (ppm) 5.36 1.88 1.68 1.32 Mn (ppm) 13.56 62.92 17.44 15.52 Tekstur: Pipet Pasir (%) 6.77 7.07 16.66 6.85 Debu (%) 23.18 39.44 22.99 27.92 Liat (%) 70.05 53.49 60.35 65.23

Keterangan: Dihitung berdasarkan contoh kering 105oC. SM(sangat masam), M (masam), AM (agak masam), SR (sangat rendah), R (rendah), S(sedang), T (tinggi), dan ST (sangat tinggi).

Selain unsur hara N, P dan K tanaman nenas juga membutuhkan unsur hara lain seperti Ca dan Mg. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa, status hara

Ca dan Mg pada tanah Inceptisol Ciawi dan Ultisol Jasinga adalah tinggi, sedangkan pada tanah Ultisol Darmaga dan Andisol Ciapus sangat rendah. Selain unsur hara makro, tanaman nenas juga membutuhkan unsur hara mikro seperti Fe, Cu, Mn, dan Zn. Namun apabila ketersediaan unsur hara mikro tersebut berada dalam jumlah yang banyak, akan meracuni tanaman Tanah dengan pH sangat masam adalah Ultisol Jasinga, sedangkan tanah Inceptisol Ciawi dan Inceptisol Darmaga mempunyai pH masam dan Andisol Ciapus agak masam.

Pertumbuhan Nenas padaTanah Ultisol, Andisol dan Inceptisol

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan minus one test hara N, P dan K pada berbagai jenis tanah menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering total, dan nisbah tajuk akar. Untuk mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman nenas, dilakukan uji perbandingan berpasangan dengan uji DMRT pada taraf nyata 0.05 seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), bobot kering akar (g), bobot kering tajuk (g), bobot kering total tanaman(g), dan nisbah tajuk akar (g/g) pada tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi

Jenis Tanah Parameter Ultisol Jasinga Andisol Ciapus Inceptisol Darmaga Inceptisol Ciawi

Tinggi Tanaman (cm) 67.02b 67.71b 71.31a 71.98a

Jumlah Daun (helai) 34.20b 33.00b 36.09a 35.99a

Bobot Kering Akar (g) 62.93a 46.72b 43.66b 38.76b

Bobot Kering Tajuk (g) 143.54b 147.47b 216.55a 205.50a

Bobot Kering Total (g) 206.47b 194.18b 260.21a 244.26a

Nisbah Tajuk Akar (g/g) 2.28b 3.16b 4.96a 5.30a

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT.

Hasil uji DMRT pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Inceptisol lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan

tanaman nenas pada tanah Ultisol maupun Andisol. Hal ini disebabkan karena tanah Inceptisol Darmaga mempunyai kandungan pasir yang lebih tinggi sehingga mempunyai aerasi yang lebih baik. IFA (2005) melaporkan bahwa, untuk pertumbuhan tanaman nenas yang lebih baik adalah pada tanah yang bertekstur ringan sampai sedang dengan pH tanah 4.5 sampai 6.5.

Tanah Ultisol yang mempunyai kandungan liat yang tinggi, dan tanah Andisol yang mempunyai fraksi debu yang tinggi kurang ideal untuk pertumbuhan tanaman nenas. Selain sifat fisik tanah yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Ultisol dan Andisol, ada beberapa sifat kimia tanah yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman nenas yaitu tingginya kadar Al dan Zn pada tanah Ultisol, sedangkan pada tanah Andisol disebabkan oleh tingginya kadar Mn (Tabel 2) yang kemungkinan sudah berada pada tingkat konsentrasi yang meracuni tanaman nenas. Tanah-tanah masam biasanya mengandung ion-ion Al3+, Fe3+, dan Mn2+ terlarut dan tertukarkan dalam jumlah yang cukup nyata (Tan 1982). Ketiga unsur tersebut dapat mengikat P sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman, dan apabila diserap oleh tanaman dalam jumlah yang banyak dapat meracuni tanaman. Kadang-kadang kelebihan Mn dapat menginduksi defisiensi unsur hara Fe, Mg dan Ca (Mengel dan Kirkby 1987). Sedangkan keracunan Zn mengiduksi defesiensi Fe, Mg, dan Mn (Marschner 1995). Hal ini akan menyebabkan hasil fotosintat akan berkurang dan selanjutnya mengurangi laju pertumbuhan tanaman nenas.

Pertumbuhan akar tanaman nenas pada tanah Ultisol dan Andisol, lebih dominan sedangkan pertumbuhan bagian tajuk tanaman terhambat sehingga menyebabkan rendahnya nisbah tajuk akar. Hal ini merupakan mekanisme tanaman nenas untuk dapat menyerap hara terutama fosfor yang banyak terjerap oleh Al yang tinggi pada tanah Ultisol dan Mn yang tinggi pada Andisol. Demikian juga dengan unsur hara kalium yang juga terjerap oleh liat yang tinggi pada tanah Ultisol. Marschner (1995) mengemukakan bahwa, kerapatan akar yang tinggi dan rambut-rambut akar yang panjang merupakan faktor yang penting dalam penyerapan hara. Namun demikian, pada kondisi yang tidak optimal, pertumbuhan akar yang dominan akan menghambat pertumbuhan bahagian atas tanaman.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikemukakan bahwa, nisbah tajuk akar yang rendah pada tanah Ultisol Jasinga dan Andisol Ciapus menunjukkan bahwa tanah Ultisol Jasinga dan Andisol Ciapus mempunyai kesuburan yang rendah. Marschner (1995) mengemukakan bahwa nisbah tajuk akar umumnya menurun pada tanah tanah yang kesuburannya rendah. Dalam kondisi demikian sebahagian besar fotosintat yang dihasilkan akan ditranslokasikan ke akar untuk pemeliharaan dan perkembangan akar. Proporsi pertumbuhan akar yang dominan berhubungan dengan peningkatan kemampuan untuk penyerapan air dan hara khususnya pada tanah yang kesuburannya rendah. Pada tanah yang kekurangan hara nitrogen dan fosfor walaupun dapat menurunkan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, tetapi dalam kondisi kekurangan hara N dan P pertumbuhan bahagian tajuk lebih tertekan dari pada pertumbuhan akar sehingga menyebabkan nisbah tajuk akar menurun, karena pembagian hasil fotosintat lebih banyak ditranlokasikan ke akar (Fichtner et al. 1995).

Terhambatnya pertumbuhan bahagian tajuk tanaman nenas pada fase pertumbuhan, identik dengan penghambatan pertumbuhan daun baik jumlah maupun ukurannya, karena sebahagian besar tajuk tanaman nenas pada fase pertumbuhan tersusun oleh daun. Menurut Hanafi dan Halimah (2004) bahwa sebahagian besar (45%) akumulasi bahan kering tanaman adalah daun. Tanaman nenas yang mempunyai total luas daun yang rendah akan menghasilkan fotosintat yang rendah sehingga total bobot kering tanaman yang dihasilkan juga akan semakin berkurang, karena daun merupakan organ tanaman yang utama tempat berlangsungnya proses fotosintesis.

Hasil uji Kontras pada tabel 4 menunjukkan bahwa pupuk N, P, K yang diberikan secara lengkap pada tanaman nenas menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah daun yang dihasilkan pada perlakuan tanpa P (NK), namun demikian perlakuan tanpa P (NK) menghasilkan bobot kering akar, bobot kering tajuk dan bobot kering total yang tinggi serta nisbah tajuk akar yamg tinggi. Berarti bahwa tanaman nenas yang mendapat perlakuan tanpa P (NK), walaupun mempunyai jumlah daun yang sedikit jika dibandingkan dengan perlakuan NPK (lengkap), tetapi tanaman yang memperoleh pupuk N dan K mempunyai daun yang lebar dan tebal serta batang yang lebih

besar sehingga dapat menghasilkan bobot kering akar , bobot kering tajuk dan bobot kering total yang tinggi.

Tabel 4 Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), bobot kering akar (g), bobot kering tajuk (g), bobot kering total tanaman (g), dan nisbah pupus akar (g/g) pada perlakuan minus one test hara N, P dan K

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Bobot Kering Akar Bobot Kering Tajuk Bobot Kering Total Nisbah Tajuk Akar Kontrol (TP) 67.80** 34.61 46.18 165.10 211.28** 3.58 PK (L-N) 69.89 35.67 46.06 181.64 227.71 3.94 NK (L-P) 69.58 33.97* 51.58 184.52 236.10 3.58 NP (L-K) 69.64 34.78 49.29 177.03 226.32 3.55 NPK (Lengkap) 70.61 35.06 46.96 183.03 229.99 3.90

Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh tanda bintang (**=berbeda nayata pada taraf nyata 0.01, *= berbeda nyata pada taraf nyata 0.05) dengan perlakuan NPK (Lengkap) berdasarkan uji Kontras.

Menurut Sarief (1984) bahwa pada umumnya nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Pengaruh nitrogen dalam penambahan pertumbuhan daun tidak hanya pada daun semata-mata, sebab semakin tinggi pemberian nitrogen, semakin cepat sintesis karbohidrat menjadi protein dan protoplasma, sebaliknya pada tanaman yang defisiensi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel (Gardner et al. 1985), sedangkan kalium membantu dalam pembentukan protein dan karbohidrat. Tabel 4 menunjukkan bahwa tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering akar dan bobot kering total pada perlakuan tanpa pupuk (TP) lebih rendah jika dibandingkan dengan tinggi tanaman dan bobot kering total yang dihasilkan pada perlakuan pupuk N, P, K secara lengkap. Berarti bahwa untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman nenas, perlu dilakukan pemupukan terutama dengan pupuk nitrogen dan kalium.

Malo dan Campbell (1994) mengemukakan bahwa, tanaman nenas lebih respon terhadap nitrogen dari pada kalium meskipun demikian, kalium harus diberikan pada tanah-tanah di Florida, dan pemberian fosfor hanya diperlukan pada tanah yang defisien terhadap unsur hara tersebut. Sedangkan Bartholomew et al. (2002) mengemukakan bahwa, status kalium tanah yang tinggi sangat dibutuhkan oleh tanaman nenas.

Kebutuhan unsur hara N dan K yang tinggi pada tanaman nenas disebabkan karena tanaman ini merupakan tanaman yang sukulen. Untuk mempertahankan sukulensinya maka tanaman memerlukan unsur hara N yang banyak. Poerwowidodo (1992) mengemukakan bahwa, pasok nitrogen yang tinggi mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan kemudian diubah menjadi protoplasma dan sebagian kecil dipergunakan menyusun dinding sel. Pengaruh nitrogen dalam meningkatkan bagian protoplasma dibandingkan bagian bahan dinding sel, menimbulkan beberapa akibat seperti peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma. Sedangkan pemupukan K pada tanaman akan menurunkan koefisien transpirasi. Peningkatan konsentrasi K di dalam sel akan mempertahankan potensial osmotik dan meningkatkan kemampuan sel-sel untuk mengangkut air dan menahannya.

Status Hara N, P dan K Tanah Ultisol, Andisol dan Inceptisol

Penelitian untuk mengetahui dosis pemupukan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman nenas sangat penting dilakukan, agar pemupukan dapat diberikan secara efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman untuk memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini bisa dilakukan apabila telah diketahui status hara tanah yang akan digunakan untuk pengembangan tanaman nenas, karena setiap jenis tanah mempunyai tingkat kesuburan yang berbeda. Oleh karena itu, hasil uraian pada Tabel 4 masih perlu dikaji pada setiap jenis tanah untuk mengetahui status hara N, P dan K tanah Ultisol jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi. Berdasarkan persen hasil relatif bobot kering total tanaman nenas pada setiap perlakuan minus one test terhadap bobot kering total tanaman nenas pada perlakuan N, P, K (lengkap) maka status hara N, P, K tanah dapat ditentukan seperti disajikan pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil rata-rata persen hasil relatif bobot kering total tanaman nenas pada Tabel 5 maka dapat dikemukakan bahwa, pada tanahInceptisol Ciawi yang mempunyai kandungan hara 0.11% N, 15.40 ppm P dan 1.08 me K/100 g (Tabel 2), kebutuhan hara P dan K untuk pertumbuhan tanaman nenas sudah terpenuhi oleh tanah tersebut. Menurut Kelly (1993) bahwa kadar K tanah yang

optimum untuk tanaman nenas pada saat tanam adalah 0.4 me K/100 g dan hara fosfor sebanyak 20 ppm P, sedangkan status hara N masih berada dibawah status hara optimum untuk pertumbuhan tanaman nenas, sehingga untuk memperoleh pertumbuhan tanaman nenas yang optimal masih perlu dilakukan pemupukan nitrogen. Pada tanah Inceptisol Darmaga yang mempunyai kadar hara N 0.10% N, 7.40 ppm P dan 0.15 me K/100 g masih perlu dilakukan pemupukan N, P dan K untuk memperoleh pertumbuhan tanaman nenas yang optimal. Berdasarkan persen hasil relatif bobot kering total tanaman nenas pada perlakuan minus one test tersebut diatas diketahui urutan tingkat kekahatan unsur hara N, P, K pada tanah Inceptisol Darmaga. Unsur hara yang mempunyai status hara paling rendah atau unsur hara yang menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Inceptisol Darmaga adalah K kemudian N, sedangkan unsur hara yang menjadi faktor pembatas paling ringan adalah hara P.

Tabel 5 Rata-rata persen hasil relatif (%) bobot kering total tanaman nenas pada perlakuan minus one test hara N, P, K pada tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi.

Perlakuan Ultisol Jasinga Andisol Ciapus Inceptisol Darmaga Inceptisol Ciawi Kontrol (TP) 92.48 91.36 86.06 99.00 PK (L-N) 109.11 110.82 88.13 94.44 NK (L-P) 108.93 104.92 94.21 106.04 NP (L-K) 106.77 100.95 74.27 119.38 NPK (Lengkap) 100.00 100.00 100.00 100.00

Tanah Ultisol Jasinga yang mempunyai kadar hara 0.11% N, 7.50 ppm P dan 0.62 me K/100 g dan pada tanah Andisol Ciapus yang mempunyai kadar hara 0.13% N, 4.8 ppm P dan 0.15 me K/100 g, menunjukkan bahwa perlakuan PK, NK, dan NP mempunyai hasil relatif bobot kering total lebih besar dari pada perlakuan N, P, K lengkap tetapi perlakuan tanpa pupuk hanya mempunyai hasil relatif bobot kering total sebesar 92.48% pada tanah Ultisol Jasinga dan 91.36% pada Andisol Ciapus. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk N, P, K pada tanah Ultisol Jasinga dan Andisol Ciapus masih diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman nenas. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) bahwa apabila produksi dari perlakuan lengkap lebih kecil dari salah satu perlakuan lain,

maka berarti dosis pupuk tersebut terlalu tinggi. Berati bahwa dosis pupuk N, P, K yang digunakan dalam penelitian ini 400 kg N ha-1, 200 kg P2O5 ha-1 , dan 400 kg K2O ha-1 sudah melebihi dosis optimal untuk pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Ultisol Jasinga dan Andisol Ciapus.

Berdasarkan hasil uji Minus One Test pada Tabel 5, dapat diketahui urutan tingkat kekahatan unsur hara N, P, K pada Ultisol Jasinga dan Andisol Ciapus. Unsur hara yang paling kahat pada tanah Ultisol Jasinga dan Andisol Ciapus adalah kalium kemudian diikuti oleh fosfor, dan faktor pembatas yang paling ringan adalah unsur hara nitrogen.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Unsur hara yang menjadi faktor pembatas utama karena kurang tersedia untuk pertumbuhan tanaman nenas pada Ultisol Jasinga yang mempunyai kandungan N (0.11%), P (7.50 ppm), K (0.62 me/100 g) dan Andisol Ciapus yang mempunyai kandungan N (0.13%), P (4.80 ppm), K (0.15 me/100 g) adalah unsur hara K kemudian P dan faktor pembatas paling ringan adalah hara N. 2. Unsur hara yang menjadi faktor pembatas utama karena kurang tersedia untuk

pertumbuhan tanaman nenas pada Inceptisl Darmaga yang mempunyai kandungan N (0.10%), P (7.40 ppm), K (0.15 me/100 g) adalah unsur hara K kemudian N dan faktor pembatas paling ringan adalah hara P. Sedangkan pada Inceptisol Ciawi yang mempunyai kandungan N (0.11%), P (15.40 ppm), K (1.08 me/100 g) adalah unsur hara N.

3. Tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga dan Inceptisol Ciawi membutuhkan dosis pupuk N, P, K yang berbeda untuk pertumbuhan tanaman nenas yang optimal. Diantara tanah tersebut, Inceptisol Darmaga membutuhkan pupuk N, P dan K yang lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhan tanaman nenas.

4. Tanaman nenas menunjukkan pertumbuhan yang berbeda pada tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian pupuk nitrogen mempengaruhi serapan hara N, P dan K serta pertumbuhan dan produksi tanaman nenas. Penelitian ini juga menentukan dosis pupuk nitrogen yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi tanaman nenas serta batas kritis hara N daun tanaman nenas. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan, yang terdiri atas lima taraf perlakuan dosis pupuk nitrogen: N0 = Tanpa pupuk N, N1 = 150 kg N ha-1, N2 = 300 kg N ha-1, N3 = 450 kg N ha-1, N4 = 600 kg N ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk N memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman nenas. Pemberian pupuk N dapat meningkatkan serapan hara N dan K, tetapi menurunkan serapan hara P. Pada tanah Inceptisol yang mempunyai kandungan N tanah 0.14%, produksi buah tanaman nenas yang optimal dicapai pada dosis pupuk nitrogen 578 kg N ha-1. Batas kritis hara N daun ”D” tanaman nenas adalah 0.70% bobot kering.

Kata kunci: pupuk, nitrogen, nenas.

EFFECT OF NITROGEN FERTILIZER ON GROWTH AND

Dokumen terkait