• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Penanaman Padi Gogo

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Cendawan Departemen Proteksi Tanaman IPB, Laboratorium Rekayasa Bioproses PAU IPB, dan lahan pertanian endemik penyakit blas milik Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, dari Desember 2007 sampai dengan Mei 2008.

Penyiapan Kompos Jerami Padi

Sebanyak 100 kg kompos dibuat dengan bahan-bahan terdiri atas: 5 kg dedak (5%), 20 kg pupuk kandang (20%), 1 kg urea (1%), 1 liter yeast (1 l/kwt), 0,5 kg kapur (0,5%) yang dilarutkan dalam air, 0,5 kg gula (0,5%), 73 kg jerami padi (73%). Pengomposan dilakukan dengan cara jerami padi dicacah, kemudian dicampur dan diaduk merata dengan semua bahan. Penyiraman air dilakukan sampai dengan merata seluruh bahan kompos, kemudian ditutup plastik dengan kondisi ada bagian terbuka untuk sirkulasi udara. Waktu yang diperlukan ± 1 bulan (Hadisumitro 2000).

Penyiapan Mikrob Aktivator

Penyiapan biakan Trichoderma harzianum

T. harzianum (isolat koleksi Prof. Dr. Ir. Meity SS., M.Sc) dibiakkan dengan cara mengambil 5 lingkaran cork borer 0,5 cm biakan murni dalam cawan petri dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi media jagung steril sebanyak 100 g. Biakan diinkubasi selama 14 hari pada suhu kamar. Biakan diukur kepadatannya dengan cara mengambil 1 g dan disuspensikan dalam air kemudian disebar pada cawan petri yang berisi PDA (200 g kentang, 20 g dekstrosa, 15 g agar dalam 1000 ml air). Cawan petri diinkubasi selama 72 jam pada suhu kamar. Kepadatan T. harzianum yang tumbuh dihitung, sehingga diperoleh kepadatan minimal 106 spora/g. Biakan ini digunakan untuk perlakuan selanjutnya.

P. fluorescens dan B. polymixa (isolat koleksi Dr. Ir. Widodo, M.Sc.) dibiakkan dengan cara mengambil masing-masing 1 ml suspensi starter dan dimasukkan ke dalam dua erlenmeyer berbeda berisi media NPK (terdiri atas 5 g NPK (15:15:15) dan 10 g gula dalam 1 liter air) sebanyak 200 ml. Biakan digojok terus menerus selama 24 jam (Nurhadiansyah 2008). Masing-masing biakan dihitung kepadatan populasinya dengan cara mengambil 1 ml dan dilakukan pengenceran berseri, kemudian disebar dalam cawan petri berisi media King’s B (20 g protease pepton, 1,5 g MgSO4.7H2O, 1,5 g K2HPO4, 15 ml gliserol, 15 g

agar dalam 1000 ml air). Cawan petri diinkubasi selama 48 jam pada suhu kamar, sehingga diperoleh kepadatan populasi minimal 108 cfu/ml. Biakan ini digunakan untuk perlakuan selanjutnya.

Penyiapan Media Tumbuh Padi Gogo

Tanah media tumbuh padi dicampur dengan kompos jerami padi, dengan dosis 5 ton/ha. Pupuk buatan anorganik urea dan SP-36 digunakan sesuai dosis anjuran (urea 200 kg/ha, SP-36 100 kg/ha), sedangkan KCl digunakan ¼ dari dosis anjuran (25 kg/ha). Perlakuan aktivator pada kompos dilakukan dengan cara menambahkan suspensi campuran PGPR dengan kerapatan ± 108 cfu/ml sebanyak 10 ml/kg kompos (10 l/ton kompos), dan biakan T. harzianum

(kerapatan ± 106 spora/ml) sebanyak 10 g/kg kompos (10 kg/ton kompos), dikondisikan kelembapan cukup selama 4 hari, kemudian kompos dicampur dengan tanah untuk media tumbuh sebelum dilakukan penanaman benih. Sebagai pembanding I: tanah ditambahkan kompos tanpa mikrob aktivator. Pembanding II: tanah tanpa penambahan kompos dan tanpa mikrob aktivator.

Pengamatan Lahan

Pengukuran keragaman mikrob di dalam tanah

Pengukuran ini dilakukan dengan memasukkan 10 g tanah sampel ke dalam 90 ml air steril kemudian digojok pada 200 rpm selama 30 menit. Suspensi tanah ini adalah pengenceran 10-1, selanjutnya diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml air steril sehingga menjadi pengenceran 10-2, begitu seterusnya pengenceran berseri sampai dengan 10-8. Pada pengenceran 10-3 dan 10-4 diambil 0,1 ml kemudian disebar pada media MA (1 g KH2PO4; 0,5 g

MgSO4.7H2O; 5 g pepton; 10 g dekstrosa; 30 mg streptomisin; 20 g agar; 10 ml

rosebengal 0,03% dalam 1000 ml air) dalam cawan petri dan diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu ruang. Cendawan yang tumbuh diisolasi dan dimurnikan selanjutnya diidentifikasi. Pengenceran 10-7 dan 10-8 diambil 0,1 ml kemudian disebar pada media NA (5 g pepton bakto, 3 g ekstrak beef, 2,5 g glukosa, 15 g agar dalam 1000 ml air) dan diinkubasi selama 2 hari pada suhu ruang. Bakteri dan aktinomisetes yang tumbuh diisolasi dan dimurnikan selanjutnya diidentifikasi.

Pengukuran kandungan hara di dalam tanah

Pengukuran kandungan hara dilakukan pada tanah sebelum ditambahkan kompos, dan setelah ditambahkan kompos, dengan cara analisa kimia tanah menurut Sudjadi et al. (1971).

Pengujian Cendawan Terbawa Benih

Benih padi sebelum ditanam, diuji dengan cara Blotter Test menurut Mew & Gonzales (2002) sebagai berikut:

1. cawan petri polystirene yang sudah disetrilkan dengan alkohol dan diinapkan semalam dibawah sinar ultraviolet digunakan sebagai wadah untuk inkubasi, 2. sebanyak lima lembar kertas stensil lembab yang telah di potong sesuai

dengan ukuran lingkaran cawan petri kemudian diletakan di dalam cawan petri,

3. diletakkan di atas kertas stensil lembab 25 benih padi, ditata sedemikian rupa sehingga jarak antar benih tidak terlalu berdekatan,

4. diinkubasikan di bawah lampu near-ultraviolet (N-UV) selama 24 jam, kemudian dipindahkan ke dalam lemari es bersuhu -20°C selama 24 jam, selanjutnya diletakkan kembali di bawah N-UV selama 120 jam (5 hari),

5. cendawan-cendawan yang tumbuh diamati. Kunci determinasi dan identifikasi cendawan digunakan untuk dapat menentukan jenis dari cendawan-cendawan yang tumbuh.

Pengujian cendawan terbawa benih juga dilakukan pada hasil panen padi setelah percobaan.

1. Sebagian benih padi varietas Situ Bagendit direndam dalam campuran suspensi P. fluorescens dan B. polymixa dengan kerapatan masing-masing ± 108 cfu/ml selama 12 jam, kemudian dikeringanginkan,

2. Sebagian benih direndam dalam suspensi biakan/spora T. harzianum

(kerapatan ± 106 spora/ml) selama 1 jam, kemudian dikeringanginkan,

3. Sebagai pembanding, sebagian benih direndam dalam air, dan larutan fungisida, selama 1 jam, kemudian dikeringanginkan,

4. Benih padi ditanam di petak percobaan yang sesuai perlakuan dengan cara ditugal, 3 butir benih/lubang.

Perancangan Percobaan

Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, dengan perlakuan sebagai berikut:

A) perlakuan benih dengan T. harzianum dan perlakuan kompos yang diperkaya T. harzianum,

B) perlakuan benih dengan T. harzianum dan perlakuan kompos, C) perlakuan kompos yang diperkaya T. harzianum,

D) perlakuan benih dengan PGPR dan perlakuan kompos yang diperkaya dengan PGPR,

E) perlakuan benih dengan PGPR dan perlakuan kompos, F) perlakuan kompos yang diperkayadengan PGPR,

G) perlakuan kompos (tanpa perlakuan benih dan tanpa penambahan mikrob), H) pembanding/kontrol negatif (tanpa perlakuan benih, tanpa perlakuan

kompos, dan tanpa penambahan mikrob),

P) pembanding/kontrol positif (perlakuan benih dan penyemprotan sekali tiap dua minggu, setelah tanaman padi berumur 6 minggu, sebanyak 4 kali, menggunakan fungisida berbahan aktif methyl thiophanate.)

Satuan percobaan adalah petak lahan luasan 4 m2, jarak tanam 30 x 30 cm, dengan 4 ulangan setiap perlakuan. Sampel diambil dengan cara sistematis diagonal sebanyak 6 rumpun tanaman setiap satuan percobaan.

Bahan yang digunakan adalah tanaman padi umur 7 minggu yang sesuai perlakuan di atas. Cara yang digunakan adalah prosedur Cohen Cit yang dikemukakan oleh Simons & Ross (1970) dan telah dimodifikasi:

1. Daun padi dihancurkan dengan mortar dan ditambah 0,01 M buffer fosfat pH 6,0 dengan perbandingan 1 : 4,

2. Hasil hancuran disaring dan disentrifugasi selama 30 menit 5000 rpm pada 4oC. Supernatan digunakan sebagai sediaan enzim,

3. Menjelang pengamatan aktivitas enzim dibuat larutan pirogalol, (10 ml pirogalol 0,5 M ditambah dengan 12,5 ml buffer fosfat 0,066 M pH 6,0 selanjutnya diencerkan dengan air sampai volume menjadi 100 ml). 4. Sebanyak 0,2 ml sediaan enzim yang telah diencerkan ditambahkan pada

pereaksi yang terdiri dari 5 ml larutan pirogalol 0,5 M dan 0,5 ml H2O2 1%

di dalam kuvet. Campuran tersebut dihomogenkan selama 5 hingga 10 detik dan diamati dengan spektrofotometer panjang gelombang (λ) 420 nm. Nilai absorban diamati setiap 30 detik selama 180 detik.

5. Kadar Protein total dihitung dengan reagen Bradford menggunakan

bovine serum albumin (BSA; Sigma Aldrich USA) sebagai standar, melalui persamaan regresi. Sebagian lain sediaan enzim diukur nilai absorbansinya menggunakan larutan cooper alkaline dan pereaksi Folin Ciocalteu fenol, dengan spektrofotometer λ 500 nm.

6. Penghitungan unit aktivitas enzim (UAE) yang dinyatakan dengan perubahan nilai absorbansi (Unit menit -1 mg -1 protein), dilakukan sebagai berikut :

¾ Nilai absorban yang diperoleh dikurangi dengan blanko,

¾ Rata-rata atau slope nilai absorban (b) dari satu pengamatan dicari dengan menggunakan persamaan regresi (Y = a + bx)

¾ UAE = ∆ OD sediaan enzim X Berat total daun uji

Volume uji Kadar protein total ∆ OD: optical-density (nilai absorban) rata-rata/slope

Penyiraman atau drainase dilakukan pada saat media tanam mengalami kekeringan atau terlalu banyak air. Pengendalian hama yang muncul selama penanaman dilakukan dengan cara mekanis.

Pengamatan dilakukan pada:

A. Potensi tumbuh maksimum (PTM) tiap petak percobaan pada 2 minggu setelah tanam (mst),

B. pengukuran tinggi tanaman sampel selama fase vegetatif setiap minggu, mulai 4 mst,

C. jumlah anakan yang muncul tiap rumpun setiap minggu, mulai 4 mst,

D. pengamatan Intensitas penyakit blas mulai padi berumur 8 mst, selang pengamatan 7 hari, menurut IRRI (1996) dengan cara sebagai berikut:

1. sampel diamati sebanyak 6 rumpun per petak percobaan yang diambil secara sistematis diagonal,

2. diamati 3 daun paling atas,

3. Pengamatan blas daun, menggunakan tingkat keparahan penyakit : IP = Σ ( ni x v ) x 100%

( N x V )

IP: intensitas penyakit ni: banyak sampel dengan skala i N : banyak semua sampel V : skala keparahan tertinggi v : skala keparahan penyakit (0-9)

0 = tidak ada bercak

1 = bercak sebesar ujung daun

2 = bercak lebih besar dari ujung daun

3 = bercak nekrotik, abu-abu, bundar, sedikit memanjang, ukuran 1-2 mm, tepi coklat

4 = bercak khas blas (belah ketupat), luas daun terserang kurang 2 % 5 = bercak khas blas, luas daun terserang 2 – 10 %

6 = bercak khas blas, luas daun terserang 11– 25 % 7 = bercak khas blas, luas daun terserang 26 – 50 %

8 = bercak khas blas, luas daun terserang 51– 75 %, beberapa daun mulai mati

9 = semua daun mati

4. Pengamatan blas leher, menggunakan tingkat kejadian penyakit: IP = a x 100%

a+b

IP: intensitas penyakit busuk leher

a: banyak malai terinfeksi b : banyak malai tidak terinfeksi

Data pengamatan ditabulasi kemudian diolah dengan analisis varian menggunakan program Statistical product and solution services (SPSS) volume 11.5, dengan F hit taraf α = 5%, beda nyata diuji dengan DMRT, α = 5%.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada tanaman sampel umur 17 mst, dengan cara disabit. Bobot tajuk setiap satuan percobaan ditimbang. Padi dirontokkan dari malai dengan cara ditebaskan pada kayu yang dialasi plastik, kemudian padi dikumpulkan. Bulir padi setiap satuan percobaan dikumpulkan dan ditimbang bobotnya.

Dokumen terkait