• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemanfaatan Kompos Bioaktif untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Ketahanan Padi Gogo Terhadap Penyakit Blas di Lapangan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008 Sigid Handoko NIM A451060161

ABSTRACT

SIGID HANDOKO. Bioactive Compost Utilization to Increase Upland Rice Growth and Blast Resistance under Farm Condition. Under direction of BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO and SURYO WIYONO.

Rice provides Indonesian staple food with high strategic and economical values, which consequently always demand availability and sustainability. Increasing production by farm extension is still considered not being equal to its controversy as non-agricultural land. Upland rice plantation by utilizing dry land appears to have potential for rice improvement and supporting food sustainability, respectively. Pathogen and insect attack have been challenges for upland rice farmers. Blast is one of critical diseases for upland rice as it affects in highly reduced yield. So far, its control application through chemical fungicide, likely, has been the first choice. However, beside its chemical risk, this approach is believed to be less effective. Unfortunately, bio pesticide utilization seemingly also gives less satisfying result because of its reduced antagonistic effect or another higher virulent pathogenic race appearance. Improvement can be applied on this bio pesticide utilization by using microbe ability as plant defense inducer. Plant defense inducing microbes grow well whenever there is sufficient nutrition and proper environment. Rice stem-made compost has enough nutrition content for microbial growth. The compost utilization with additional microbial activator potentially increases plant defense and provides nutrition source for upland rice. This study is aimed to improve upland rice blast resistance through microbial induction and obtain combination of bioactive compost which can increase growth and blast resistance of upland rice. The research was accomplished at Mycology Laboratory of Plant Protection Department, Bogor Agricultural University; Bioproccess Engineering Laboratory, PAU, Bogor Agricultural University; and rice farm endemic with blast, courtesy of Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, started from December 2007 until May 2008. This research covered seed blast treatment, microbe addition to the medium, blast intensity observation, peroxide activity measurement, seed-born fungi assessment, plant growth observation and yield measurement. The result is that challenged Trichoderma harzianum and PGPR can increase upland rice blast resistance as it showed by reducing blast symptom and increasing plant peroxide activity. Additional T. harzianum compost and seed treatment, additional PGPR compost and seed treatment were optimal treatment combinations to increase upland rice blast resistance and improve maximal growth potential and plant seed viability, plant height, rice tiller increase, total of productive rice tiller, shoot weight and yield weight.

RINGKASAN

SIGID HANDOKO. Pemanfaatan Kompos Bioaktif untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Ketahanan Padi Gogo Terhadap Penyakit Blas di Lapangan. Dibimbing oleh BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO dan SURYO WIYONO.

Padi merupakan bahan pangan pokok Bangsa Indonesia yang memiliki nilai strategis dan nilai ekonomi tinggi, yang mengharuskan ketersediaannya selalu mencukupi dan sinambung. Produksi padi pada 2007 sebesar 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG) meningkat 4,76% dibandingkan dengan produksi 2006, yaitu sebesar 3,5 juta ton gabah kering giling. Selanjutnya pemerintah menargetkan produksi padi 2008 mencapai 61 juta ton GKG.

Peningkatan produksi yang diharapkan dari penanaman padi di lahan sawah serta peningkatan produksi padi dari perluasan sawah masih belum sebanding dengan konversi sawah menjadi lahan non pertanian. Di sisi lain, penanaman padi gogo dengan memanfaatkan lahan kering merupakan potensi yang bisa dikembangkan. Ketersediaan lahan kering nasional yang lebih luas dari luas sawah nasional yang dapat dioptimalkan manfaatnya dengan penanaman padi gogo yang lebih intensif, berikut dengan pengelolaan hama dan penyakitnya dapat diharapkan mendukung ketahanan pangan secara nasional.

Kendala yang dijumpai petani padi gogo adalah serangan hama dan timbulnya penyakit. Blas merupakan penyakit penting pada padi gogo, menempati ruang dan waktu yang panjang, mulai awal dari fase vegetatif sampai dengan fase generatif tanaman padi gogo. Keadaan yang demikian dapat menyebabkan kegagalan panen atau puso. Pengendalian penyakit blas dilakukan dengan berbagai cara antara lain pemupukan seimbang yang sering berbenturan dengan sikap petani yang lebih suka memupuk nitrogen tinggi dengan harapan tanaman menjadi lebih hijau dan lebih bagus, tetapi pemupukan nitrogen yang berlebihan justru meningkatkan kerentanan tanaman terhadap patogen. Penggunaan jenis padi yang tahan seringkali segera terpatahkan ketahanannya sebab muncul patogen ras baru. Kebutuhan benih padi yang belum tercukupi menyebabkan menanam tanpa ada pilihan benih sehingga benih ditanam tanpa memerhitungkan mutu kesehatan benih. Pemakaian fungisida selain kurang efektif merupakan cara pengendalian yang seharusnya dihindari karena meninggalkan residu bahan kimia yang membahayakan. Pengendalian hayati dengan pemanfaatan Pseudomonas fluorescens telah diujicobakan sebagai agen antagonis, dan belum berhasil menekan perkembangan penyakit blas di lapangan.

Penggunaan pestisida hayati dapat dikembangkan lebih luas dengan memanfaatkan kemampuan mikrob sebagai penginduksi ketahanan tanaman. Mikrob penginduksi ketahanan mampu berkembang dengan baik bila kebutuhan nutrisinya terpenuhi dan kondisi lingkungan yang mendukung. Disisi lain pemanfaatan jerami belum maksimal dilakukan sebagai kompos karena jerami langsung dibakar dengan tujuan mengurangi sumber infeksi. Lebih jauh di dalam kompos jerami padi memiliki kandungan nutrisi yang cukup dan lingkungan yang cocok bagi perkembangan mikrob. Kemudian keberadaan mikrob pengurai dan mikrob-mikrob lain di dalam kompos secara langsung bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Pemanfaatan kompos jerami padi yang diperkaya dengan mikrob aktivator, berpotensi meningkatkan ketahanan tanaman dan sebagai sumber hara bagi tanaman padi gogo. Peningkatan ketahanan tanaman padi gogo diperoleh dari induksi mikrob aktivator yang berada di dalam kompos, merupakan ketahanan horisontal atau ketahanan di dalam tanaman yang dapat menghambat invasi penyakit tanaman padi gogo. Sebagai sumber hara, kompos jerami memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap, merupakan hasil penguraian mikrob dalam kompos, yang dapat dimanfaatkan oleh mikrob dan dapat diambil oleh tanaman.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan peningkatan ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas melalui induksi oleh mikrob dan mendapatkan kombinasi kompos bioaktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Cendawan Departemen Proteksi Tanaman IPB, Laboratorium Rekayasa Bioproses PAU IPB, dan lahan pertanian endemik blas milik Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, dari Desember 2007 sampai dengan Mei 2008. Penelitian ini meliputi penambahan dan pengayaan Trichoderma harzianum dan PGPR pada lahan pertanaman padi gogo, perlakuan benih dengan T. harzianum dan PGPR, pengamatan keparahan dan kejadian penyakit blas, pengukuran aktivitas peroksidase, pengujian cendawan terbawa benih, pengamatan pertumbuhan agronomis tanaman padi gogo meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan dan anakan produktif, serta pengukuran bobot tajuk dan bobot gabah hasil panen.

Hasil penelitian adalah T. harzianum atau PGPR yang diujikan mampu meningkatkan ketahanan tanaman padi gogo terhadap penyakit blas, yang ditunjukkan dengan penurunan gejala penyakit blas (keparahan dan kejadian penyakit menurun) dan peningkatan aktivitas peroksidase tanaman. Penambahan dan pengayaan kompos dengan T. harzianum yang dikombinasikan perlakuan benih dengan T. harzianum, serta penambahan dan pengayaan kompos dengan PGPR dan perlakuan benih dengan PGPR, merupakan kombinasi perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan ketahanan tanaman, aktivitas peroksidase tanaman padi gogo, potensi tumbuh maksimum dan daya berkecambah tanaman, tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot tajuk, serta bobot hasil padi gogo.

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Penyutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PEMANFAATAN KOMPOS BIOAKTIF UNTUK MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN PADI GOGO

TERHADAP PENYAKIT BLAS DI LAPANGAN

SIGID HANDOKO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Proteksi Tanaman

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Judul Tesis : Pemanfaatan Kompos Bioaktif untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Ketahanan Padi Gogo terhadap Penyakit Blas di Lapangan

Nama Mahasiswa : Sigid Handoko, SP NRP : A451060161

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bonny PW Soekarno, M.Si. Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr. Ketua Anggota

Diketahui Ketua Program Studi

Entomologi-Fitopatologi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc

Tanggal ujian tesis: 22 Juli 2008

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Pemanfaatan Kompos Bioaktif untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Ketahanan Padi Gogo terhadap Penyakit Blas di Lapangan” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Badan Ltbang Deptan yang telah memberikan kesempatan studi dan bantuan penelitian ini. Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Bonny PW Soekarno, MS. selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr. selaku anggota komisi pembimbing, dan Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si. sebagai dosen penguji luar komisi. Terima kasih juga disampaikan kepada Bp. HA. Zakaria yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di lahan pertanian Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy Kec. Cigombong Kab. Bogor.

Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis haturkan kepada Bapak dan seluruh keluarga besar di Blitar, serta mertua dan seluruh keluarga besar di Yogyakarta, juga Dr. Bambang Prayudi, yang selalu memberikan dukungan. Terima kasih kepada istri tercinta, Titiek Mulani atas perjuangannya, dan anak-anakku yang jagoan, Alif Lammim Al Azhar, Alif Lamro Al Azhar, Hamim Al Azhar, serta anakku tercantik Kafhaya Ainshod El Zahro, yang selalu mendampingi dan mendukung di setiap waktu. Penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semuanya.

Terima kasih disampaikan juga kepada teman-teman Fitopatologi 43, Khamdan & Helen, Erniawati, Mimi, dan Endang Opriana, beserta seluruh teman- teman di Lab. Mikologi, Lab. Virologi, dan Lab. Bakteriologi Dept. Proteksi Tanaman IPB.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat membawa manfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2008 Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blitar pada 8 Maret 1974 dari Bapak Marsaid dan Ibu Misginah (almh). Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Setelah lulus SMA Negeri I Blitar pada 1992, penulis melanjutkan studi di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta, lulus pada 1998. Tahun 1999 penulis diterima sebagai staf peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi, hingga pada 2006 penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi S-2 Fitopatologi di Sekolah Pascasarjana IPB.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... Tujuan Penelitian ... Manfaat ... Hipotesis ... TINJAUAN PUSTAKA ... Penanaman Padi Gogo ... Sifat Biologi Penyakit Blas ... Pengendalian Penyakit Blas ... Pemanfaatan Kompos ... BAHAN DAN METODE ... Tempat dan Waktu ... Penyiapan Kompos Jerami Padi ... Penyiapan Mikrob Aktivator ... Penyiapan biakan Trichoderma harzianum ...... Penyiapan biakan PGPR: Pseudomonas fluorescens dan

Bacillus polymixa ...

Penyiapan Media Tanam Padi Gogo ... Pengamatan Media Tumbuh ... Pengukuran Keragaman Mikrob di dalam Media Tumbuh ... Pengukuran Kandungan Hara di dalam Media Tumbuh ... Pengujian Cendawan Terbawa Benih ... Penyiapan Tanaman ... Perancangan Percobaan ... Pengukuran Aktivitas Peroksidase ... Pemeliharaan dan Pengamatan Penyakit Tanaman ... Pemanenan ... HASIL DAN PEMBAHASAN ... Hasil ... xiii xiv xiv 1 1 3 3 3 4 4 5 5 7 9 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 12 12 13 14 15 16 16

Kompos Jerami Padi ... Mikrob Aktivator ... Biakan Trichoderma harzianum ... Biakan PGPR: Pseudomonas fluorescens dan

Bacillus polymixa ... Media Tumbuh Padi Gogo ... Keragaman Mikrob di dalam Tanah Media Tumbuh ... Kandungan Hara di Dalam Tanah Media Tumbuh ... Pengujian Cendawan Terbawa Benih ... Gejala Penyakit Blas ... Keparahan Penyakit Blas Daun ... Kejadian Penyakit Blas Leher ... Pengukuran Aktivitas Peroksidase ... Pertumbuhan Tanaman ...

Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) dan Daya

Berkecambah (DB) ... Tinggi Tanaman ... Anakan ... Anakan Produktif ... Hasil Tanaman Padi Gogo ... Bobot Tajuk ... Bobot Gabah ... Pembahasan ...

Ketahanan Tanaman Padi Gogo ... Pertumbuhan Tanaman Padi Gogo ... KESIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 16 16 16 17 18 18 18 19 22 22 23 23 25 25 26 27 28 29 29 30 32 31 35 40 40 40 41 44

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Keragaman mikrob dalam media tumbuh padi gogo ...

2. Sifat kimia tanah lokasi penelitian ... 3. Cendawan terbawa benih padi yang digunakan dalam penelitian ... 4. Cendawan terbawa benih padi hasil panen ... 5. Potensi tumbuh maksimum dan daya berkecambah tanaman padi

gogo di laboratorium serta di lapangan ...

18 19 20 21

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kompos jerami padi yang telah matang ...

2. Biakan T. harzianum pada media jagung, umur 14 hari ... 3. Biakan P. fluorescens, B. polymixa dalam media NPK, danmedia

NPK ... 4. Keparahan penyakit blas daun padi gogo pada 14 MST-17 MST ... 5. Kejadian penyakit blas leher padi gogo pada 14 MST-17 MST ... 6. Aktivitas enzim peroksidase tanaman padi gogo pada 7 MST ... 7. Tinggi tanaman padi gogo pada 4 MST-10 MST ... 8. Jumlah anakan tanaman padi gogo pada 4 MST-12 MST ... 9. Jumlah anakan produktif tanaman padi gogo pada 12 MST-16 MST 10. Bobot tajuk tanaman sampel padi gogo pada 17 MST ... 11. Bobot gabah tanaman sampel padi gogo pada 17 MST ...

16 17 17 22 23 24 27 28 29 30 30

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Keparahan penyakit blas daun tanaman padi gogo umur 17 MST ....

2. Kejadian penyakit blas leher tanaman padi gogo umur 17 MST ... 3. Aktivitas enzim peroksidase tanaman padi gogo umur 7 MST ... 4. Tinggi tanaman padi gogo umur 10 MST ... 5. Jumlah anakan tanaman padi gogo umur 12 MST ... 6. Jumlah anakan produktif tanaman padi gogo umur 16 MST ... 7. Bobot tajuk tanaman sampel padi gogo umur 17 MST ... 8. Bobot gabah tanaman sampel padi gogo umur 17 MST ... 9. Deskripsi varietas Situ Bagendit ... 10. Gejala penyakit blas pada tanaman padi gogo ...

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan bahan pangan pokok bangsa Indonesia yang memiliki nilai ekonomi dan nilai strategis tinggi. Sebagai bahan pangan utama, diperlukan ketersediaan yang sinambung. Produksi padi 2007 sebesar 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG), meningkat 2,6 juta ton (4,76%) dibandingkan 2006. Dari produksi itu, produksi padi gogo menyumbang sekitar 5,17% atau 2,95 juta ton GKG yang berasal dari penanaman padi di lahan kering. Dalam upaya memantapkan ketahanan pangan, target pemerintah pada produksi 2008 sebesar 61 GKG juta ton atau meningkat 5 % daripada 2007 (Mentan 2008). Penanaman padi gogo akan sangat mendukung dicapainya ketahanan pangan nasional, karena dapat membantu memenuhi kebutuhan beras nasional dengan potensi penanaman 25,33 juta ha, jauh lebih besar dari luasan sawah nasional 13,26 juta ha. Padi gogo dapat ditanam dengan memanfaatkan lahan kering, lahan gambut, dan lahan pasang surut (Litbang Deptan 2005).

Kendala yang sering dijumpai petani padi gogo adalah penyakit blas yang disebabkan cendawan Pyricularia grisea. Cendawan ini mampu menyerang tanaman padi mulai fase vegetatif sampai fase reproduktif. Kejadian penyakit yang menempati rentang waktu cukup lama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 100% (Toha et al. 2005).

Semangun (2004) mengemukakan, pengendalian penyakit blas dalam budi daya padi gogo dilakukan dengan beberapa cara, 1) pemupukan yang seimbang dengan dosis N tidak lebih dari 90 kg/ha, 2) penanaman jenis-jenis tahan, 3) tidak memakai benih dari daerah asal yang terjangkit, 4) perlakuan benih dengan fungisida, 5) membakar jerami untuk mengurangi sumber infeksi, dan 6) dengan cara kimiawi, menggunakan fungisida berbahan aktif benomil dan tiram atau karbendazim dan mankozeb.

Cara-cara pengendalian di atas masih memiliki kelemahan sehingga kurang efektif di lapangan. Pemupukan seimbang sering berbenturan dengan sikap petani yang lebih suka memupuk nitrogen tinggi dengan harapan tanaman menjadi lebih hijau dan lebih bagus, tetapi pemupukan nitrogen yang berlebihan justru meningkatkan kerentanan tanaman terhadap patogen (Suprapta 2003, Agrios 2005). Suparyono & Sudir (1996) menyebutkan, jenis padi yang tahan

Kebutuhan benih padi yang belum tercukupi menyebabkan menanam tanpa ada pilihan benih. Pemakaian fungisida selain kurang efektif merupakan cara pengendalian yang seharusnya dihindari karena meninggalkan residu bahan kimia yang membahayakan. Disisi lain pemanfaatan jerami belum maksimal dilakukan sebagai kompos karena jerami langsung dibakar dengan tujuan mengurangi sumber infeksi. Pengendalian hayati dengan pemanfaatan

Pseudomonas fluorescens telah diujicobakan sebagai agen antagonis, dan belum berhasil menekan perkembangan penyakit blas di lapangan (Amir & Anggiani 2002).

Pengendalian hayati dengan pemanfaatan mikrob untuk menginduksi ketahanan tanaman padi telah dilaporkan, dapat dilakukan karena lebih efektif dan lebih aman. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan ketahanan tanaman padi, serangan patogen mutan yang lebih virulenpun akan dapat ditekan serendah-rendahnya (Kuyek 2000).

Beberapa mikrob telah digunakan dalam pengendalian penyakit tanaman dengan mekanisme induksi ketahanan tanaman, diantaranya: Pseudomonas fluorescens yang memroduksi fenazin dalam menekan penyakit akar mahkota gandum yang disebabkan oleh Gaeumannomyces graminis var. tritici

(Thomashow & Weller 1988). Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Serratia sp. memroduksi asam indol asetat (IAA) yang dapat memacu pertumbuhan serta meningkatkan ketahanan bibit tanaman cabai terhadap penyakit rebah kecambah (Sutariati et al. 2006), Pseudomonas putida Pf-20 memroduksi pseudobaktin dalam menginduksi ketahanan tembakau terhadap Cucumber Mosaic Virus

(Wahyuni 2003), Trichoderma hamatum mengekspresikan gen kitinase untuk meningkatkan ketahanan tanaman tembakau terhadap infeksi Botrytis cinerea

(Kalai et al. 2006), dan Trichoderma harzianum yang memroduksi etilen dalam meningkatkan ketahanan tanaman kacang tanah terhadap Pseudomonas syringae pv. phaseolicola (Gailite et al. 2005).

Pseudomonas spp., Bacillus spp, dan Trichoderma spp. adalah mikrob yang sering terdapat dalam kompos, karena kompos merupakan media hidup sesuai bagi mikrob dengan ketersediaan nutrisi yang cukup (Michel et al. 2002; Elorrieta et al. 2002). Selain itu, kompos jerami padi mengandung unsur hara yang lengkap, diantaranya kalium dan silikat cukup tinggi (Anas 1999), yang

bermanfaat dalam peningkatan ketahanan tanaman dengan menguatkan dinding sel. Pemanfaatan kompos yang berbahan utama jerami padi yang diperkaya dengan mikrob aktivator memiliki potensi meningkatkan ketahanan tanaman dan sebagai sumber hara bagi tanaman (Tanabe et al. 2006).

Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan peningkatan ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas melalui induksi oleh T. harzianum dan PGPR,

2. Mendapatkan kombinasi kompos bioaktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas di lapang.

Manfaat

1. Membantu petani memanfaatkan jerami padi sebagai kompos bioaktif yang dapat dikembangkan di pertanian padi gogo,

2. Dapat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas di lapang.

Hipotesis

1. T. harzianum dan PGPR dapat menginduksi ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas,

2. Kompos yang diperkaya dengan T. harzianum, atau dengan PGPR dapat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan padi gogo terhadap penyakit blas di lapang.

TINJAUAN PUSTAKA

Penanaman Padi Gogo

Di Indonesia, padi (Oryza sativa L.) sebagai tanaman pangan pokok utama, memiliki nilai ekonomi dan nilai strategis yang tinggi. Nilai ekonomi padi terletak pada nilai jual hasil padi yang masih mampu mendorong keinginan petani untuk tetap menanamnya. Perbandingan keuntungan dengan biaya produksi padi masih memberikan keuntungan bagi petani. Pada 2006, berdasarkan perkiraan kebutuhan beras nasional lebih besar daripada stok yang tersedia, mengharuskan pemerintah menjalankan impor beras mencapai 2 juta ton, jumlah yang besar dan menyedot devisa negara.

Departemen Pertanian RI melalui program revitalisasi pertanian, berusaha mencapai kembali swasembada beras pada 2007 seperti yang telah tercapai pada 1984. Produksi padi pada 2007 sebesar 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG) meningkat 4,76% dibandingkan dengan produksi 2006, yaitu sebesar 3,5 juta ton gabah kering giling (Mentan 2008). Selanjutnya pemerintah menargetkan produksi padi 2008 mencapai 61 juta ton GKG.

Berbagai upaya dilakukan guna meningkatkan produksi beras nasional: 1) perluasan tanam lahan sawah baru, 2) perbaikan cara budi daya, 3) pemanfaatan padi pasang surut, dan 4) penanaman padi gogo. Penanaman padi gogo diharapkan turut mendukung ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan kering yang sangat luas. Tercatat secara nasional lahan kering yang bisa digunakan adalah seluas 25,33 juta hektar, sedangkan lahan sawah seluas 13,26 juta hektar, serta lahan pasang surut seluas 3,51 juta hektar (Litbang Deptan 2005).

Padi merupakan tanaman pangan semusim, dapat dibudidayakan di lahan sawah (padi sawah), dan lahan kering (padi gogo). Padi gogo pada umumnya ditanam petani pada: a) lahan terbuka (ladang/tradisional) dan sekitar bantaran sungai, b) sekitar perbukitan daerah aliran sungai (DAS), dan c) sebagai tanaman sela tanaman perkebunan dan hutan tanaman industri (HTI) muda. Petani padi gogo umumnya termasuk golongan petani miskin yang mempunyai banyak keterbatasan dan belum mengenal teknologi maju (Toha et al. 2005).

jauh di bawah rata-rata padi sawah 4,7 ton/ha (BPS 2004). Berdasarkan hasil

Dokumen terkait