• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.4. Instrumen Penelitian

5.1.4. Bahan Kimia yang Digunakan PT.Cosmar Indonesia

Dalam proses pembuatan kosmetik, PT.Cosmar Indonesia menggunakan ribuan macam bahan kimia. Pada proses pengambilan data, peneliti hanya diizinkan untuk mengetahui beberapa macam bahan kimia yang digunakan, diantaranya :

Tabel 5.2

List Bahan Kimia yang Digunakan dalam Pembuatan Kosmetik di PT.Cosmar Indonesia Tahun 2011

No Bahan Kimia No Bahan Kimia

1 Paraben 22 Anthemis nobilis flower oil

2 Formaldehid dan cetyl alcohol 23 Polyethylene scrub 20

3 Quarternium-15 24 Sodium ascorbyl phosphate

4 Imidazolidinyl urea 25 Ceramide 3

5 Diazolidinylurea 26 P-toluenediamine

6 Bronopol 27 Isostearyl neopentanoate

7 Dimethyloldimethyl hydantoin 28 Sodium lauryl ether sulfate

8 Methylisothiazolinone (MCI/MI) 29 Ferric ammonium ferrocyanide

No Bahan Kimia No Bahan Kimia

Phenoxyethanol phenylenediamine

10 Iodopropylnyl buthylcarbamate 31 Butylene slycol cocoate

11 P-phenylenediamine (PPD) 32 Tocopheryl acetate

12 Sodium lauryl ether sulfate 33 Caprylic/capric triglyceride

13 Diazodidinyl urea 34 Pentaerythrityl tetraisostearate

14 Paraffin dan petrolatum 35 Calcium patothenate

15 Propylene glycol 36 Maltodextrin

16 Isopropyl alcohol 37 Octyldodecyl neopentanoate

17 Sodium hydroxine 38 Niacinamide

18 Glycerol esters 39 Octylacrylamide copolymer

19 Acrylates/Steareth-20 Methacrylate 40 Synthetic wax

20 Acrylates copolymer 41 Butyl stearete

21 Candelilla (Euphorbia Cerifera) wax 42 Aminopropyl

phenyltrimerthicone

Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), diantara bahan kimia diatas terdapat beberapa bahan kimia yang berpotensi untuk menimbulkan penyakit kulit pada bekerja seperti dermatitis kontak. Bahan-bahan kimia tersebut merupakan pengawet kosmetik yang biasa digunakan dalam setiap pembuatan produk kosmetik di PT.Cosmar Indonesia, diantaranya :

1. Paraben

Konsentrasi paraben yang dipakai pada kosmetik sebesar 0,1-0,8%. Walaupun paraben termasuk pangawet yang cukup ideal tetapi pada tahun 1940 telah dilaporkan dermatitis kontak alergi yang disebabkan karena paraben. Penelitian sensitisasi paraben pada populasi umum yang dilakukan di Eropa dan Amerika Utara pada periode tahun 1985-2000 dilaporkan berkisar 0,5-1%. Sensitisasi dapat terjadi setelah pemakaian obat topikal, termasuk steroid topikal yang memakai bahan pengawet paraben. Sensitisasi paraben pada sediaan kosmetik jarang terjadi walaupun jumlah pemakai kosmetik lebih luas dari pemakai sediaan topikal. Hal ini disebabkan karena adanya fenomena paraben

paradox. Fenomena ini terjadi karena paraben mampu mensensitisasi kulit yang abnormal (trauma, eksim) tetapi tidak mensensitisasi kulit normal.

2. Formaldehid

Formaldehid aqua (formalin, formol, morbicid, veracur) terdiri dari gas formaldehid 37-40% yang berbau menyengat dan ditambahkan 10-15% metanol. Formaldehid dalam kosmetik telah dilaporkan sebagai iritan, sensitizer dan karsinogen sehingga penggunaannya telah banyak dikurangi, bahkan di Swedia dan Jepang formaldehid telah dilarang sebagai pengawet kosmetik. Di Amerika formaldehid 0,2% dalam kosmetik masih diperbolehkan dan di Eropa penggunaan formaldehid lebih dari 0,05% harus dicantumkan dalam label. Pada uji tempel konsentrasi yang digunakan adalah 1% dalam aqua.

Penelitian sensitisasi terhadap formaldehid yang dilakukan oleh North America Contact Dermatitis Group (NACDG) tahun 1998-2000, dilaporkan sebesar 9,2%. Penelitian sensitisasi terhadap formaldehid yang dilakukan pada periode sebelumnya dijumpai peningkatan persentase sensitisasi. Pada tahun 1970-1976 sebesar 3,4%, pada tahun 1985-1990 sebesar 5,3% dan pada tahun 1992-1994 sebesar 6,8 %.

3. Quarternium

Konsentrasi Quarternium dalam kosmetik sebesar 0,02-0,3%. Kosmetik yang banyak menggunakan quarternium adalah kosmetik yang berbasis air (water- based) seperti dalam sampo, conditioner, make-up mata, body lotion, dan sabun cair. Quarternium efektif terhadap jamur, bakteri termasuk Pseudomonas aeruginosa. Frekuensi sensitisasi pada populasi umum didapatkan 1-9%. Quarternium-15 dalam konsentrasi 0,1% dapat melepas formaldehid 100 ppm

(parts per million). Konsentrasi quarternium-15 dalam uji tempel standar adalah 2% dalam petrolatum.

4. Imidazolidinyl Urea

Konsentrasi imidazolidinyl urea dalam kosmetik sebesar 0,03-0,2%, sedangkan konsentrasi uji tempel standar untuk imidazol urea adalah 2% dalam aqua. Pengawet ini bisa menimbulkan sensitisasi untuk penderita yang sensitif terhadap formaldehid.

5. Diazolidilnyl Urea

Konsentrasi diazolidilnyl urea dalam kosmetik 0,1-0,5% dan banyak digunakan pada sedíaan sabun cair, make-up wajah, make-up mata, produk perawatan kulit, dan perawatan rambut. Konsentrasi yang dipakai pada uji tempel standar 1% dalam aqua.

6. Bronopol

Konsentrasi aman dalam produk kosmetik 0,01-1%. Bila konsentrasinya melebihi 1% dapat menimbulkan iritasi. Apabila produk yang diawetkan dengan bronopol disimpan lebih lama, akan melepaskan formaldehid lebih banyak sehingga penggunaannya dewasa ini makin dikurangi. Bronopol dapat juga berinteraksi dengan amine atau amides menghasilkan nitrosamines atau nitrosamides yang dicurigai sebagai bahan karsinogen. Konsentrasi bronopol untuk uji tempel standar adalah 0,5% dalam petrolatum.

7. Dimethyloldimethyl Hydantoin

DMDM hydantoin melepaskan formaldehid 0,5-2% dan konsentrasi aman DMDM hydantoin dalam kosmetik 0,1-1%. Konsentrasi bahan ini dalam uji tempel standar sebesar 1% dalam aqua. Dimethyloldimethyl Hydantoin

mempunyai spektrum antimikroba yang luas dan sangat larut dalam air sehingga dipakai sebagai pengawet sampo.

8. Methylisothiazolinone (MCI/MI)

Bahan pengawet ini merupakan campuran dari MCI dan MI dengan perbandingan 3:1. MCI/MI bersifat sensitizer poten, tetapi dalam konsentrasi di atas 200 ppm bersifat iritan. Penelitian prevalensi sensitisasi pada periode tahun 1985-2000 yang dilakukan di Inggris sebesar 0,4%, di Itali 11,5% dan di Amerika antara 1,8-3%. Untuk kepentingan uji tempel dipakai konsentrasi 100 ppm kandungan aktif dalam air. Reaksi silang dapat terjadi dengan golongan isothiazolinone lainnya. Konsentrasi MCI/MI yang masih diperbolehkan untuk produk kosmetik di Eropa 15 ppm, sedangkan di Amerika 7,5 ppm dalam produk leave-on dan 15 ppm dalam produk rinse-off. Kosmetik dengan kandungan MCI/MI yang paling banyak menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah yang dipakai sebagai produk leave-on misalnya krim moisturizer, lotion, dan gel rambut.

9. Methyldibromoglutaronitrile/Phenoxyethanol

Konsentrasi yang dibolehkan dalam kosmetik antara 0,0075% sampai 0,06%. Phenoxyethanol dipakai sebagai pengganti MCI/MI karena penelitian pada binatang tidak bersifat sensitizer, sehingga saat ini di Jerman bahan ini merupakan pengawet kosmetik terlaris. Tetapi pada penelitian observasi yang dilakukan di Eropa tahun 2000 dijumpai prevalensi sensitisasi sebesar 3,5% sedangkan di Amerika pada periode tahun 1994-1996 sebesar 1,5%, pada periode tahun 1996-1998 sebesar 2,7% dan pada periode tahun 1998-2000 sebesar 3,5%.

Konsentrasi Phenoxyethanol untuk uji tempel sebesar 2,5% dalam petrolatum. Lesi dermatitis kontak alergi yang ditimbulkan umumnya

eksematous dan sebagian besar disebabkan oleh produk kosmetik yang leave-on

seperti lotion, moist toilet paper, gel rambut, gel mata, hair mousse, conditioner rambut, krim tabir surya dan sebagainya.

10. Iodopropylnyl Buthylcarbamate (IPBC)

Pada tahun 1990 bahan ini dipakai sebagai pengawet kosmetik dengan konsentrasi maksimal 0,1%. Pengawet ini didapatkan pada make-up, krim, losion pelembab, sampo, produk bayi, pembersih kontak lens dan kertas toilet.

Selain pengawet kosmetik di atas, terdapat pula bahan-bahan kimia lain yang digunakan PT.Cosmar Indonesia dan berpotensi untuk menyebabkan dermatitis kontak pada pekerja, diantaranya p-phenylenediamine (PPD) dan p-toluenediamine pada pembuatan pewarna rambut, petrolatum, paraffin, cetyl alcohol, propylene glycol, isopropyl alcohol pada pembuatan krim wajah, sodium hydroxine pada pembuatan sabun dan sodium lauryl ether sulfate pada pembuatan sampo (Prasari Sotya, 2009).

Dokumen terkait