• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Deskripsi Area

Secara administratif PTPN II Tembakau Deli terletak di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, memiliki luas ± 2500 Ha yang terdiri dari beberapa tanaman perkebunan yaitu tembakau dan tebu serta kawasan perumahan penduduk.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lokasi PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) II Sampali, kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, yaitu pada areal tembakau dan tebu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2009.

A.Lokasi 1 (Ladang 25)

Merupakan lahan penanaman tembakau yang berumur ± 2 bulan, terletak pada titik koordinat 03º 38’ 18,22” LU, 98º 43’ 57,01” BT (Gambar 3.1)

B. Lokasi 2 (Ladang 2)

Merupakan lahan penanamam tebu yang berumur ± 20 hari, terletak pada titik koordinat 03º 38’ 05,45” LU, 98º 43’ 56,01” BT (Gambar 3.2)

Gambar 3.2 Foto lokasi areal tebu

C.Lokasi 3 (Ladang 23)

Merupakan lahan tembakau yang terdapat banyak semak (kontrol) terletak pada titik koordinat 03º 38’ 13,72” LU, 98º 43’ 59,12” BT (Gambar 3.3)

Gambar 3.3 Foto lokasi areal semak

3.2.1 Vegetasi

Vegetasi di PTPN II Tembakau Deli terdiri atas tanaman dari famili Papilionaceae, Zingiberaceae, Amaranthaceae, Cyperaceae, Asteraceae.

3.2.2 Fauna

Di PTPN II Tembakau Deli terdapat populasi fauna diantaranya Bos sp, Ardea cinerea, Passer montanus, Egreta sp, Picnunotus sp, Nectar sp, Ichinura sp, ordo Lepidoptera dan ordo Odonata.

3.3 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Kamera digital, kompas, sekop, cangkul, parang, soil tester, soil termometer, GPS (Global Position System), ember plastik (volume 2,5 liter), kantong plastik, terpal transparan, pinset, spidol permanent, buku catatan, buku identifikasi, pensil, meteran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah : formalin 4 %, alkohol 70 %, dan deterjen.

3.4 Metoda Penelitian

Penentuan lokasi plot sampling dilakukan dengan metoda ”Purposive Random Sampling” di areal Perkebunan tembakau Deli, yaitu secara acak pada 3 lokasi yang berbeda yaitu tanaman tembakau berumur ± 2 bulan (lokasi 1), tanaman tebu berumur ± 20 hari (lokasi 2), dan tanaman tembakau yang terdapat banyak semak sebagai kontrol (lokasi 3). Sedangkan pengambilan sampel makrofauna tanah dilakukan dengan metoda Kuadarat dan metoda Hand Sorting serta metoda Pit Fall Trap, tiap-tiap lokasi diambil 15 titik sebagai ulangan.

3.5 Cara Kerja

3.5.1. Pengambilan Sampel Makrofauna Tanah 3.5.1.1. Metode Pit Fall Trap

yang telah ditentukan ditempatkan dan ditanam ember plastik berdiameter permukaan ± 16 cm, dimana bagian permukaan ember tersebut sejajar dengan permukaan tanah, dengan jarak antara Pit Fall Trap yang satu dengan lainnya paling dekat 10 m. Kemudian masing-masing ember diisi dengan larutan formalin 4% sebanyak ± 400 ml dan ditambah sedikit larutan detergen sebagai perangkap jebak. Perangkap jebak ini dibiarkan selama 24 jam, yaitu dipasang jam 06.00 WIB dan diambil besok jam 06.00 pagi, kemudian makrofauna tanah yang terperangkap dimasukkan kedalam botol sampel. Selanjutnya semua sampel makrofauna tanah yang didapatkan di bawa ke Laboratorium Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA USU untuk diidentifikasi.

3.5.1.2. Metode Kuadrat dan Hand Sorting

Sampel makrofauna tanah pada masing-masing titik sampling diambil sebanyak 15 plot yang berukuran 30 x 30 cm2 dengan jarak antara setiap kuadrat paling dekat 10 m. Tanah dari tiap kuadrat diambil dengan kedalaman 30 cm dan tanahnya dimasukkan ke dalam karung (goni plastik). Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 07.00 – 09.00 Wib. Selanjutnya makrofauna tanah yang ada pada tanah tersebut disortir. makrofauna tanah yang didapat dikumpulkan dan dibersihkan dengan air serta dihitung jumlahnya, kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diawetkan dengan formalin 4% dan alkohol 70% selanjutnya dibawa ke Laboratorium Ekologi Hewan Departemen Biologi FMIPA USU Medan untuk diidentifikasi.

3.5.1.3 Identifikasi Spesies Makrofauna Tanah

Sampel makrofauna tanah yang dibawa dari lapangan dilakukan pengelompokan sesuai dengan kesamaan ciri-ciri morfologinya, kemudian diawetkan dalam alkohol 70% selanjutnya dideterminasi dan diidentifikasi dengan memperhatikan bentuk luar (morfologi) dengan bantuan Loup dan Mikroskop Stereo Binokuler, serta menggunakan beberapa buku acuan seperti Suin (1997), Dindal (1990), Cheung (1995) dan Borror (1992), Ruppert et al. (1994), Hegner et al. (1968).

3.6 Pengukuran Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Tanah pada masing-masing plot kuadrat diukur kelembaban relatif, suhu, kadar air, dan kadar organik tanah. Pengukuran kelembaban relatif, pH dan suhu tanah dilakukan sebelum tanah diambil dari kuadrat tersebut. Kelembaban relatif dan pH tanah diukur dengan menggunakan “Soil Tester” dan suhu tanah diukur pada kedalaman 10 cm dengan menggunakan “Soil Thermometer”.

Pengukuran kadar air dan kadar organik tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU. Tanah yang telah disortir makrofauna tanah dibersihkan dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan tanah lainnya yang masih ada, kemudian diaduk-aduk sampai rata dan diambil 20 gram tanah untuk dianalisis. Selanjutnya sampel tanah ini dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C selama 2 jam sehingga beratnya konstan dan ditentukan kadar air tanahnya dengan rumus sebagai berikut :

A - B

Kadar air tanah (%) = x 100% A

Keterangan: A = Berat basah tanah

B = Berat konstan tanah (Wilde, 1972 dalam Adianto, 1993)

Selanjutnya diambil sebanyak 0,5 gram tanah kering udara di masukkann kedalam erlenmeyer 500cc, lalu ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 0,1 N, lalu diguncang dengan tangan setelah itu ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian guncang 3-4 menit, selanjutnya diamkan selama 30 menit. Tambahkan 100ml air suling dan 5 ml H3PO4 85%, NaF 4% 2,5 ml, kemudian tambahkan 5 tetes diphenilamine, guncang, larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Titrasikan dengan Fe (NH4)2(SO4)2 0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. Lakukan kembali prosedur diatas dari No 2 s/d 5 (tanpa tanah) untuk mendapatkan volume titrasi Fe (NH4)2(SO4)2 0,5 N untuk Blanko. Dengan menggunakan rumus dibawah ini:

Dimana : T = Volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 S = Volume titrasi Fe(NH

0,5 N dengan tanah 4)2(SO4)2

0,003 = 1 ml K

0,5 N blanko (tanpa tanah) 2Cr2O7 0,1 N + H2SO4

1/0,77 = metode ini hanya 77% C. Organik yang dapat dioksidasi

mampu mengoksidasi 0,003 gram C. Organik

BCT = Berat Contoh Tanah.

(Muklis, 2007)

3.7 Analisis Data

Jenis makrofauna tanah dan jumlah individu masing-masing jenis yang didapatkan dihitung nilai: Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif, Frekuensi Kehadiran (konstansi), Distribusi dengan tujuan agar diketahui keberadaan jenis dan komposisi komunitas makrofauna tanah dengan menggunakan rumus menurut Wallwork (1976) dan Krebs (1985) sebagai berikut :

a. Kepadatan populasi

Jml. individu suatu jenis =

Jml. unit sampel b. Kepadatan Relatif (KR)

Kepadatan suatu jenis

= X 100 %

Jml. kepadatan semua jenis c. Frekuensi Kehadiran (FK)

Jml. plot sampel yang ditempati suatu jenis

= X 100 %

Jml. total unit sampel

0-25% = frekuensi kehadiran sangat jarang 25-50% = frekuensi kehadiran jarang 50%-75% = frekuensi kehadiran sering

>75% = frekuensi kehadiran sangat sering (Suin,1998)

d. Komposisi Komunitas

Komposisi komunitas ditentukan dengan cara mengurutkan nilai kepadatan relatif tertinggi hingga yang terendah.

e. Indikator Biotik

Indikator biotik ditentukan terhadap makrofauna tanah yang memiliki nilai KR> 10% dan FK> 25% yang menunjukkan bahwa makrofauna tanah ini karakteristik didapat di areal tersebut, karena dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik (Suin, 2002).

BAB 4

Dokumen terkait