• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan mulai Januari hingga Mei 2008. Objek penelitian merupakan hamparan lahan tanaman hortikultura yang diusahakan sesuai dengan tipe penggunan lahan (LUT) yang ada di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Topografi Tanjung Beringin 1:50.000 (sumber: Bakorsurtanal), Peta Geologi 1:50.000, tanaman pada areal pertanaman dan bahan-bahan untuk keperluan analisis laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah abney level untuk mengukur lereng, altimeter, pisau, bor, meteran, kompas untuk penunjuk arah, cangkul, alat-alat tulis untuk mencatat di lapangan dan alat-alat untuk keperluan analisis laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu: (1) Penentuan satuan lahan homogen (2) Pengumpulan data dan pengambilan contoh lapangan yang mencakupdata sumber daya lahan dan data tanaman (3) Klasifikasi kesesuaian lahan (4) Penyusunan kriteria kesesuaian lahan dan (5) Analisis kelayakan finansial. Bagan alir kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir kegiatan Penelitian

Peta Satuan Lahan Interpretasi

Verifikasi lapang Pengukuran lereng

Satuan Lahan Homogen (Pengamatan)

Karakteristik lahan Karakteristik Tanaman

Sampel Tanaman

Produksi Tanaman Analisa tanah Sampel tanah Sifat kimia Sifat fisik tanah Data iklim

Klasifikasi kesesuaian lahan

Kelas kesesuaian lahan

Saran Kriteria Analisis Regresi,cluster Kelas Kesesuaian Lahan

Pembentukan Satuan Lahan Homogen

Kegiatan awal yang dilakukan adalah menentukan satuan lahan homogen pada daerah penelitian di desa Nagalingga. Satuan lahan homogen merupakan areal lahan di daerah pengamatan yang mempunyai ciri-ciri relatif homogen. Satuan lahan homogen dibentuk berdasarkan pada keseragaman fisik komponen karakteristik lahan yang bersifat permanen yaitu kemiringan lereng, memperhatikan sebaran tingkat produksi, serta pengelolahan tanaman yang diusahakan pada areal pertanaman. Banyaknya faktor pembentuk satuan lahan homogen disesuaikan dengan keragaman lokasi. Peta satuan lahan homogen Desa Nagalingga disajikan pada Gambar 2.

Dasar pertimbangan faktor-faktor sebagai pembentuk satuan lahan homogen adalah fisiografi dan lereng. Pendekatan penelitian melalui lereng dilakukan karena sifat morfologi tanah merupakan sifat yang mudah diukur. Pembagian lereng dilakukan dengan pertimbangan adanya perbedaan sifat-sifat tanah berdasarkan pembentukannya yang akan berpengaruh terhadap produksi tanaman. Karakteristik lahan spesifik ditentukan dengan kebutuhan tanaman dan hal ini berpengaruh terhadap kandungan hara pada masing-masing lereng.

Evaluasi lahan dilakukan pada setiap penggunaan lahan dan dirinci ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan yang dipilih di desa Nagalingga adalah tomat var. Marta, kubis var. KR-1, dan caisin var. Tropica Dalat yang ditanam secara monokultur. Berdasarkan LUT yang ada maka dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan.

Pembentukan satuan lahan homogen perlu memperhatikan aspek-aspek lain sebagai berikut:

1. Sebaran tingkat produksi yang dapat ditentukan berdasarkan data produksi pada masing-masing komoditas pada areal pertanaman tersebut dan pengamatan langsung di lapangan dengan membuat plot pengamatan.

2. Teknik budidaya yang diterapkan dalam penggunaan pupuk, penggunaan varietas tanam pada areal pertanaman, bentuk/tipe tanaman, cara tanaman secara monokultur dan tumpang sari, misalnya : tomat tipe indeterminate atau determinate, kubis bentuk bulat atau gepeng. Informasi keragaman

tanaman akan mempengaruhi hasil panen sebagai bahan pertimbangan untuk keperluan analisis ekonomi.

3. Keseragaman waktu tanam dan informasi waktu tanam diperoleh dari data sekunder melalui wawancara kepada petani.

Pengumpulan Data dan Pengambilan Contoh Lapang

Kegiatan pengumpulan data dan pengambilan contoh lapang terdiri dari pengambilan data sumber daya lahan maupun produksi tanaman. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer yang berasal dari pengamatan langsung di lapangan. Dalam kegiatan lapang selanjutnya dilakukan pengamatan kenampakan morfologi tanah dan pengukuran lereng di areal kebun pertanaman.

Penetapan lereng ditentukan dengan mengukur secara langsung di lapang yaitu pada lereng yang paling homogen dengan menggunakan abney level dan setelah tingkat homogenitas berdasarkan lereng ditentukan maka satuan lahan didelineasi melalui pengukuran di lapangan. Pengambilan contoh lereng harus dicari yang dapat mewakili bagian sangat datar sampai bergelombang.

Satuan lahan di daerah penelitian dibagi menjadi 9 (sembilan) satuan lahan homogen yaitu:

1. A (Tomat var. Marta, kemiringan 0-3%) dengan ulangan A1, A2, dan A3. 2. B (Tomat var. Marta, kemiringan 3-8%) dengan ulangan B1, B2, dan B3. 3. C (Tomat var. Marta, kemiringan 8-15%) dengan ulangan C1, C2, dan C3. 4. D (Kubis var. KR-1, kemiringan 0-3%) dengan ulangan D1, D2, dan D3. 5. E (Kubis var. KR-1, kemiringan 3-8%) dengan ulangan E1, E2, dan E3. 6. F (Kubis var. KR-1, kemiringan 8-15%) dengan ulangan F1, F2, dan F3. 7.G (Caisin var. Tropica Dalat, kemiringan 0-3%) dengan ulangan G1, G2,

dan G3.

8. H (Caisin var. Tropica Dalat, kemiringan 3-8%) dengan ulangan H1, H2, dan H3.

9. I (Caisin var. Tropica Dalat, kemiringan 8-15%) dengan ulangan I1, I2, dan I3.

Data Sumber Daya Lahan

Dalam kegiatan lapang dilakukan pengamatan, pengambilan sampel tanah dan pengumpulan data produksi. Observasi dilakukan dengan menjelajahi seluruh areal sampel penelitian, kemudian menentukan dan membatasi satuan sampel pengamatan. Dalam pengambilan contoh setiap satuan lereng diusahakan memiliki pewakil. Pengambilan contoh tanah berdasarkan perpaduan fisiografi dengan lereng sebagai satuan lahan diambil masing-masing 3 contoh tanah setiap unit lahan. Ulangan pada unit lahan dilakukan secara terstruktur agar dapat mewakili unit lahan sebagai ulangan yang digunakan untuk analisis laboratorium. Untuk keperluan evaluasi lahan data sumberdaya lahan yang dikumpulkan meliputi data tanah dan iklim sebagai berikut:

Data Tanah

Data tanah meliputi data lapang dan hasil analisis laboratorium. Data lapang terdiri atas : lereng, batuan di permukaan, bahaya banjir, bahaya erosi, draenase, kemudahan pengolahan dan data morfologi tanah. Pengamatan morfologi tanah mengikuti petunjuk pengisian pengamatan tanah di lapang dengan menggunakan sistem klasifikasi Soil Taxonomy oleh Soil Survey Staff (2003) .

Data tanah untuk keperluan analisis disesuaikan dengan persyaratan tumbuh tanaman (land use requirement). Data tanah untuk analisis laboratorium terdiri atas : pH tanah, C-organik, N-total, P-tersedia, K-total, kation-kation basa, kapasitas tukar kation (KTK), dan tekstur tiga fraksi (pasir, debu, dan liat). Setiap satuan lahan pengamatan diambil contoh tanah komposit hingga kedalaman 30 cm untuk analisa sifat fisik dan kimia, masing-masing 1 (satu) kg.

Data Iklim

Data iklim diperlukan untuk mengetahui keadaan iklim secara umum di daerah penelitian. Data iklim yang diamati dan yang tersedia di lapangan ialah komponen iklim yang berpengaruh kepada pertumbuhan dan produksi tanaman sayuran (Land Use Requirement). Komponen iklim meliputi curah hujan bulanan, suhu udara, dan kelembaban udara disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hujan, Suhu Udara dan Kelembaban Stasiun Klimatologi Merek Pada Tahun 1997-2007

Suhu Udara (0C) Bulanan Curah

Hujan

Rata-Rata (mm) max min rata

Kelembaban Relatif Rata-rata (%) Januari 77 20.00 18.30 19.13 89.67 Februari 100 20.10 18.50 19.33 89.79 Maret 161 20.17 18.80 19.32 89.64 April 164 20.13 18.90 19.41 89.82 Mei 149 20.92 19.00 19.67 89.26 Juni 81 20.32 18.90 19.53 89.02 Juli 102 19.86 18.80 19.23 88.56 Agustus 87 19.90 18.70 19.22 87.27 September 111 19.38 18.40 18.96 87.89 Oktober 223 19.30 18.80 19.00 87.62 November 202 19.40 18.76 19.10 85.49 Desember 194 19.40 17.60 18.82 89.09 Rata-rata Tahunan 137.58 19.90 18.62 19.22 88.59 Sumber:Dinas Pertanian Kabupaten Karo 2007

Berdasarkan Tabel 1, jumlah curah hujan tahunan untuk desa Nagalingga adalah 1651 mm/tahun dengan rata-rata hujan bulanan 137 mm/bulan. Curah hujan terendah terdapat pada bulan Januari sedangkan tertinggi pada bulan Oktober. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, desa Nagalingga termasuk zona iklim E2

yaitu memiliki 2 (dua) bulan basah (≥ 200mm/bln) dan 3 (tiga) bulan kering (≤ 100 mm/bln). Suhu udara tertinggi terdapat pada bulan Mei sedangkan terendah

pada bulan Desember dan kelembaban tertinggi terdapat pada bulan April sedangkan terendah pada bulan Agustus.

Data Tanaman

Pengumpulan data dan informasi produksi serta tindakan pengelolaan diperoleh melalui pengamatan lapang dengan membuat plot-plot pengamatan yang diamati dan dikontrol pada masing-masing tipe penggunaan lahan dan data sekunder dengan melakukan wawancara dengan petani. Pengumpulan data pengamatan produksi dan komponen produksi yang dikumpulkan meliputi: bobot biomassa tanaman berupa buah dan daun.

Penentuan dalam pengukuran hasil panen merupakan marketable yield

serta total yield. Untuk tanaman tomat dan kubis marketable yield berupa bobot buah, sedangkan untuk caisin digunakan bobot tanaman. Grading merupakan kegiatan untuk memisah-misahkan hasil panen ke dalam kelas-kelas tertentu. Grade pada masing-masing komoditi disajikan pada Lampiran 1.

Pengukuran hasil panen bermanfaat untuk analisis usaha tani bagi seluruh tanaman pada setiap tipe penggunaan lahan yang ada. Pengambilan data produksi pada tanaman yang memiliki waktu panen lebih banyak dibatasi sampai lima kali masa petik, seperti pada tomat. Sedangkan data produksi untuk tanaman kubis dan caisin dilakukan 3-4 kali masa petik (tergantung pembeli).

Untuk standarisasi petak tanaman hortikultura maka dibuat standar petak tanaman dengan ukuran 1.5 x 5 m dengan luasan 7.5 m2. Petak standar tanaman disajikan pada Gambar 3.

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Berdasarkan data pengamatan lapang, hasil analisis tanah di laboratorium dan data sekunder kemudian dilakukan pengolahan data yaitu dengan menjawab lima pertanyaan dalam evaluasi lahan menurut FAO (1976):

1. Bagaimana pengelolaan lahan saat ini dan apa yang akan terjadi bila praktek pengolahan saat ini tidak diubah sama sekali?

2. Perbaikan apa yang mungkin dilaksanakan dalam praktek pengelolaan pada penggunaan sekarang?

3. Jenis penggunaan lahan yang bagaimana lagi yang secara fisik memungkinkan dan relevan secara ekonomi dan sosial?

Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan kriteria yang disusun oleh Deptan (1997) dan Sys et al. (1991). Kesesuaian lahan dilakukan dengan cara fisik kualitatif untuk seluruh tipe penggunaan lahan di desa Nagalingga.

Gambar. 3. Petak standard tanaman 1,5 m 0,9 m 0,3m 0,3 m 5 m luas plot = 1,5 m x 5 m = 7,5 m2 1,5 m

Berdasarkan deskripsi penggunaan lahan usahatani tanaman kering dataran tinggi maka untuk keperluan evaluasi lahan diringkaskan tiga LUT utama di daerah penelitian, disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tipe Penggunaan Lahan (LUT) Daerah Penelitian

No Atribut LUT LUT Tomat var. Marta (Solanum

lycopersicum)

LUT Kubis (Brassica oleracea)

LUT Caisin var. Tropica Dalat (Brassica rapa L.) 1 Produksi rata-rata selama umur ekonomis (ton/ha) 30.28 ton/ha/ musim tanam 19.06 ton/ha/ musim tanam 2.38 ton/ha/ musim tanam 2 Orientasi pasar

komersial komersial komersial

3 Tingkat kepadatan modal

rendah, berasal dari petani sendiri

rendah , berasal dari petani sendiri

rendah, berasal dari petani sendiri 4 Tingkat

kepadatan tenaga kerja

tinggi: semua tenaga kerja dibayar tinggi: semua tenaga kerja dibayar tinggi: semua tenaga kerja dibayar 5 Sumber tenaga

tenaga manual dengan peralatan yang berkembang tenaga manual dengan peralatan tangan tenaga manual dengan peralatan tangan 6 Penguasaan teknis sedang,; mengikuti arahan dlm praktek budidaya sedang,; mengikuti arahan dlm praktek budidaya sedang,; mengikuti arahan dlm praktek budidaya

7 Teknologi Benih bersertifikat, dipupuk, PHT kimia tidak bijaksana Benih bersertifikat, dipupuk, PHT kimia tidak bijaksana Benih bersertifikat, dipupuk, PHT kimia tidak bijaksana 8 Kebutuhan infrastruktur Pemasaran pada pedagang pengumpul Pemasaran pada pedagang pengumpul Pemasaran pada pedagang pengumpul 9 Luas dan bentuk penguasaan lahan 0.08-1 ha lahan terpisah 0.8-1 ha 0.08-0.3 ha

10 Status lahan Hak milik Hak milik Hak milik 11 Manfaat bersih selama umur ekonomis (Rp/ha/musim tanam)

1-2 juta 3-4 juta 1-2 juta

Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan kualitas/karakteristik lahan pada setiap satuan lahan pengamatan dengan kriteria

kesesuaian lahan yang disusun oleh Deptan (1997) dan Sys et al. (1991) pada masing-masing komoditas tanaman berdasarkan tipe penggunaan lahan sebagai berikut:

Klasifikasi Deptan (1997)

Penetapan kelas kesesuaian lahan berdasarkan faktor pembatas terberat dan mengikuti hukum minimum. Kelas kesesuaian lahan yang terbentuk terdiri dari 4 kelas, yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai saat ini (N). Hasil kelas kesesuaian lahan selanjutnya dibandingkan dengan produksi untuk mengetahui kecocokan kriteria dan metode evaluasi kesesuaian lahan tersebut, sebagai kajian awal dalam upaya perbaikan dan pengembangan kesesuaian lahan. Faktor-faktor pembatas penggunaan lahan pada lokasi pertanaman di desa Nagalingga juga diindentifkasi sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan karakteristik atau kualitas lahan yang digunakan dalam penyusunan kriteria evaluasi lahan khusus desa Nagalingga.

Klasifikasi Sys et al. (1991)

Penetapan kelas kesesuaian lahan dengan menggunakan metode Sys et al. (1991) adalah membandingkan karakteristik lahan dengan mempertimbangkan jumlah faktor pembatas. Kelas kesesuaian lahan yang terbentuk terdiri dari 5 (lima) kelas yaitu sangat sesuai (S1), bila unit lahan tidak memiliki faktor pembatas atau memiliki 4 (empat) faktor pembatas ringan; agak sesuai (S2), bila unit lahan memiliki lebih dari 4 (empat) faktor pembatas, dan/atau tidak lebih dari tiga (tiga) pembatas sedang; sesuai marginal (S3), bila unit lahan memiliki lebih dari 3 (tiga) pembatas sedang, dan/atau tidak lebih dari 2 (dua) pembatas berat; tidak sesuai dan sesuai potensial (N1), bila unit lahan memiliki pembatas berat yang dapat diperbaiki; Tidak sesuai (N2), bila unit lahan memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.

Penyusunan Kriteria Kesesuaian Lahan

Beberapa pengujian dilakukan untuk menganalisis kesesuaian lahan yaitu analisis regresi berganda, korelasi, dan analisis gerombol. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik lahan terhadap produksi pada setiap satuan lahan pengamatan. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik lahan secara linier terhadap produksi. Analisis gerombol dilakukan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan yang sejalan dengan produksi sehingga membentuk kelompok karakteristik lahan yang mempunyai selang nilai tertentu.

Set kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang dihasilkan sejalan dengan kelas kesesuaian lahan berdasarkan indeks produksi sesuai FAO (1983) diverifikasi dengan melakukan evaluasi lahan kembali, menggunakan data karakteristik lahan yang ada dan data produksi hasil pengamatan langsung di lapangan pada saat penelitian. Evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan faktor pembatas. Apabila kelas kesesuaian lahan hasil verifikasi sejalan dengan produksinya dan telah sesuai dengan kelas kesesuaian lahan yang terbentuk berdasarkan produksi optimal, set kriteria tersebut ditetapkan sebagai kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman yang ada berdasarkan tipe penggunaan lahan di desa Nagalingga. Jika belum sesuai maka dilakukan modifikasi kriteria kesesuaian lahan kembali. Tujuan modifikasi kriteria dilakukan bukan karena kriteria yang sudah ada bermasalah tetapi untuk menentukan kriteria spesifik lokasi desa Nagalingga agar selaras dengan penilaian kelas kesesesuaian lahan berdasarkan FAO (1983).

Analisis Kelayakan Finansial

Kelayakan pengembangan komoditas unggulan sebagai komoditas alternatif di Desa Nagalingga, dilakukan melalui analisis kelayakan finansial untuk setiap tingkat produksi. Kriteria layak atau tidak layak dikembangkannya usaha tani bagi komoditas alternatif mengacu pada nilai Benefit Cost Ratio (BCR).

Benefit Cost Ratio, dihitung untuk mengetahui besarnya manfaat bersih yang diterima untuk setap satu rupiah investasi. BCR dihitung dengan rumus:

( ) ( ) + + =

∑ ∑

= = n t t t n t t t i C i B BCR 1 1 1 / / 1 /

Bt = pendapatan pada tahun ke-t

Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t

i= discount rate yang berlaku pada tahun yang bersangkutan t = waktu yang dinyatakan dalam tahun

Jika net B/C ≥1, maka budidaya komoditas alternatif layak diusahakan pada tingkat produksi tertentu, tetapi bila B/C<1, maka tidak layak diusahakan.

Analisis kelayakan finansial memerlukan data komponen biaya yaitu biaya tenaga kerja (persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran), dan biaya sarana produksi (bibit, pestisida, herbisida, pupuk). Perhitungan dalam analisis ini menyangkut biaya yang bermanfaat langsung secara kuantitatif atau yang dapat diuangkan.

Dokumen terkait