• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitiandilaksanakandi sebagian besar wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utarayaitu di empat kecamatan dari 5 kecamatan yang ada, meliputi Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan Pinolosian Tengah dan Kecamatan Pinolosian Timur. Kabupaten ini terdiri dari empat kecamatan yaitu Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari2012 sampai dengan Januari 2013.Analisis tanah dilakukan di laboratorium Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Peta Satuan Lahan dari BBSDLP tahun 2012 skala 1 : 50.000, data luas areal tanam tahun 2007 – 2011, data produksi tahun 2008 dan 2011 (Lampiran 3, 4 dan 6)danbahan kimia untuk analisis contoh tanah.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data pertanian dan sosial ekonomi (Lampiran 1 dan 2), form isian basisdata, Buku Taksonomi Tanah, buku petunjuk isian basisdata, buku Munsell Soil Colour Charts,abney level, altimeter, kompas, GPS (Geographic Positional System), peralatan pengambilan contoh tanah di lapang,alat tulis kantor, komputer, sofware ALES(1997) serta Arcview 3.3

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan keluaran tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Matrik Hubungan antaraJenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan Keluaran.

Tujuan Jenis data Sumber data Teknik Analisa data Keluaran 1 2 Menganalisis komoditas unggulan Menganalisis kesesuaian lahan komoditas unggulan - Data luas areal tanam - Data produksi - Peta Satuan Lahan Skala 1 : 50.000 - Peta RTRW Kabupaten skala 1 : 100.000 - Data sosial ekonomi Data sekunder - Dinas Pertanian & Peternakan kabupaten Data sekunder : - BBSDLP - Bappeda - Kuesioner dan wawancara petani - Analisis LQ

- Shift Share Analysis

(SSA)

- Overlay peta satuan lahan dan peta RTRW - Menentukan titik pengambilan contoh tanah - Analisis tanah di laboratorium - Metode matching - Program ALES (Automatic Land Evaluation System) - Analisiskelayakan usahatani Terpilihnya komoditas unggulan tiap kecamatan Kesesuaian lahan komoditas unggulan 3 Menyusun peta pewilayahan komoditas unggulan yang mempunyai prospek dan peluang pasar - Keluaran dari tujuan 2 - Pertimbangan : Keluaran dari tujuan 1 Keluaran dari tujuan 2 Data kelerengan Peta Pewilayahan Komoditas Unggulan skala 1:50.000 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan kerja seperti terlihat pada Gambar 2 yaitu :

1. Analisis komoditas unggulan 2. Evaluasi kesesuaian lahan

Gambar 2 Diagram Alir Penelitian

Analisis Contoh Tanah Basisdata : Site Horizon (SH), Soil Sample Analysis,

Mapping Unit DescriptionMUD)

Sifat morfologi tanah

Pertimbangan - Analisis kelayakan finansial - Kelas Kesesuaian lahan PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS Evaluasi kesesuaian lahan :

Matching antara LUR, LC menggunakan ALES

KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS UNGGULAN Pengamatan lapang

Pengamatan sifat-sifat tanah

Pengambilan contoh tanah

Pengumpulan datasosial ekonomi

Data Pendukung Luas tanam Produksi Analisis Komoditas unggulan : Analisis LQ Shift Share Analysis (SSA) Komoditas Unggulan

 Peta satuan lahan

( BBSDLP ) Peta Satuan Lahan

(sebagai peta kerja)

 Overlay peta satuan

lahan dengan peta

RTRW kabupaten

Peta RTRW

Kabupaten

 Kawasan budidaya

Analisis Komoditas Unggulan

Analisis komoditas unggulan pertanian dilakukan dengan cara analisis LQ menggunakandata luas areal tanam (Lampiran 3) dan analisis Shift Share menggunakan data produksi (Lampiran 4 dan 6).

Rumus LQ adalah sebagai berikut :

dimana :

Rumus SSA adalah sebagai berikut :

SSA = X…(t1) - 1 + Xi (t1) - X…(t1) + Xij (t1) - Xi (t1) X…(t0) Xi (t0) X…(t0) Xij (t0) Xi (t0) (a) (b) (c) di mana :

Komoditas unggul jika komoditas yang memiliki nilai LQ> 1 dan memiliki nilai Shift Share> 0.

LQij = XXij / Xi

.j / X..

Xij = Luas areal tanam komoditas tertentu (i) di suatu kecamatan (j)

Xi = Total luas areal tanam (i) komoditas tertentu di kabupaten

X.j = Total luas areal tanam seluruh komoditas di suatu kecamatan (j)

X.. = Total luas panen seluruh komoditas di kabupaten

LQ > 1 : Sektor basis artinya terjadi konsentrasi komoditas di kabupaten (i) secara relatif dibandingkan dengan tingkat kabupaten atau terjadi pemusatan aktivitas komoditas tertentu di kecamatan (i)

LQ = 1 : Maka kabupaten (i) tersebut mempunyai pangsa aktivitas komoditas yang setara dengan pangsa total

LQ < 1 : Sektor non basis, artinyakomoditas „i‟ disuatu wilayahtidakdapat memenuhikebutuhan sendiri sehinggaperlu pasokan dari luar

Semakin tinggi nilai LQ sektordisuatu wilayah, semakin tinggipotensi keunggulan sektor tersebut

a = Komponen regional share

b = Komponen proportional shift

c = Komponen differential shift

X.. = Nilai total aktifitas wilayah secara agregat X.i = Nilai total aktivitas tertentu di unit wilayah ke-i Xij = Nilai di wilayah ke-I dan aktivitas ke-j

t1 = Titik tahun akhir t0 = Titik tahun awal

Penilaian Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan

Tahapan evaluasi kesesuaian lahan adalah sebagai berikut : 1). Menentukan satuan lahan

Sebelum melakukan evaluasi kesesuaian lahan, dilakukan dulu analisis satuan lahan dari Peta Satuan Lahan Skala 1 ; 50.000 (BBSDLP, 2012) yang akan digunakan sebagai dasar dalam penilaian kesesuaian lahan. Satuan lahan dibentuk berdasarkan pola berulang dari landform, jenis tanah dan penggunaan lahan. Analisis satuan lahan menggunakan pendekatan landform sebagai dasar pembeda utama dalam delineasi satuan lahan. Satuan landform mengacu pada pedoman Klasifikasi Landform No. 5 versi 3.0 oleh Marsoedi et al.,(1997). Setelah itu dilakukan pemisahan yang masuk dalam kawasan budidaya dan kawasan lindung dengan cara mengoverlay peta satuan lahan dengan peta RTRW kabupaten. Satuan lahan yang dievaluasi kesesuaian lahannya adalah satuan lahan yang termasuk dalam kawasan budidaya dan berada di kecamatan yang mempunyai komoditas unggulan. Setelah itu menentukan titik pengamatan pada satuan lahan yang ada di kawasan budidaya tersebut.

2). Pengumpulan data lapang

Pengumpulan data lapang terdiri dari data karakteristik lahan dan data yang diperlukan untuk analisis kelayakan usahatani. Pengumpulan data karakteristik lahan tanah meliputi kedalaman tanah, tekstur, pH tanah, drainase tanah, kemiringan lereng dan erosi tanah. Karakteristik lahan yang tidak dapat diukur di lapang dilakukan pengambilan contoh tanah dari pewakil tiap satuan lahanpada kedalaman 0 – 20 cmdan20 – 40 cm untuk analisis di laboratorium. Karakteristik lahan yang dianalisis adalah tekstur (Pipet), pH (H2O), bahan organic(Walkey and Black), N total(Kjeldahl), P2O5(Bray I), K2O (HCl 25%), KTK dan KB(NH4OAc 1N, pH 7). Cara pengamatan sifat-sifat tanah berpedoman pada buku Guidelines for Soil Profile Description (FAO, 1990).

Pengumpulandataekonomi dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner kepada petanitanaman pangan dan petani tanaman tahunan (Lampiran 1 dan 2). Teknik sampling dilaksanakan secara purposive samplingmemilih dengan sengaja dengan pertimbangan tertentu karena keterbatasan dana dan wilayah yang sulit dijangkau.Wawancara dilakukan kepada80 responden yang terdiri dari 20 orang di setiap kecamatan yang diteliti. Data ekonomi yang dikumpulkan adalah data jenis usahatani, luas areal, biaya produksi, harga jual,tingkat upah tenaga kerja. Data sosial yang dikumpulkan adalah jumlah penduduk, tingkat pendidikan danumur.

Petani tanaman panganyang diwawancarai adalah petani yang usahataninya banyak dijumpai di lapangan.Petani untuk tanaman tahunan yang diwawancarai adalah petani dengan usahatani 8 tahun untuk kopi dan lada, 25 tahun untuk komoditas kakao, dan 30 tahun untuk komoditas cengkeh dan kelapa.

3). Evaluasi kesesuaian lahan

Evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kesesuaian lahan fisik. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan fisik berpedoman pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Djaenuddin et al., 2011) yang dimodifikasi terutama terkait dengan kualitas dan karakteristik lahan (Lampiran 27 sampai 39). Parameter yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini pada Tabel 2. Tabel 2.Kriteria Digunakan dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan

Evaluasi kesesuaian lahan secara fisik dilakukan dengan cara membandingkan kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan tumbuh (land use requirements) terhadap komoditas unggulan hasil analisis LQ dan SSA. Proses penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan program ALES (Automated Land Evaluation System) mengikuti “Petunjuk Teknis

Pengoperasian Program ALES” (Hendrisman et al., 2000).

Data karakteristik lahan disusun dalam spreadsheet menggunakan program excel, selanjutnya disusun menjadi basis data evaluasi lahan SDPLE (Soil Data Processing for Land Evaluation), lalu dimasukan ke dalam program ALES. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk masing-masing komoditas unggulan akan diperoleh secara otomatis dalam bentuk data tabular.

Lahan-lahan yang sesuai selanjutnya perlu diketahui tingkat kelayakan usahataninya untuk berbagai komoditas unggulan. Untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani dari masing-masing komoditas unggulan diperlukan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan indikator ekonomi yang terdiriRevenue Cost Ratio(R/C) untuk komoditas unggulan tanaman pangan,Benefit cost ratio (B/C),Net present value (NPV) danInternal Rate of Return (IRR) untuk komoditas unggulan tanaman tahunan/perkebunan.

a). Benefit Cost Rasio dan Revenue Cost Ratio(R/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) dan Revenue Cost Ratio(R/C) merupakan nilai pendapatan sekarang dibagi oleh nilai biayanya.

No Kualitas lahan Karakteristik lahan

1. Temperatur (tc) : temperatur rata-rata tahunan

2. Ketersediaan air (wa) : curah hujan (tahunan dan curah hujan pada masa pertumbuhan), kelembaban udara dan zona agroklimat (Oldeman)

3. Media perakaran (rc) : drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah

4. Retensi hara (nr) : KTK tanah, KB, pH dan C-organik 5. Hara tersedia (na) : N Total, P2O5 dan K2O

6. Tingkat bahaya erosi : Lereng

BR/C ratio = Total penerimaan Total Biaya

b). Net Present Value

Net Present Value (NPV) merupakan nilai pendapatan akhir usaha dikurangi nilai biaya. NPV merupakan nilai uang sekarang yang didapat sebagai hasil usaha suatu komoditas pada luasan tertentu selama waktu penggunaan lahan tersebut bukan per tahun pembukuan seperti pada gross margin.

NPV = Nilai Pendapatan Akhir – Nilai biaya c). Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) adalah besarnya potongan (penyusutan) agar nilai pendapatan sekarang sama dengan nilai biaya sekarang. Kalau IRR lebih tinggi dari bunga bank, maka komoditas dan/atau komoditas yang diusahakan akan menguntungkan. Secara matematis IRR adalah discount rate (bunga) di mana NPV bernilai positif. IRR merupakan positif resiko keuangan dari suatu komoditas yang diusahakan, makin tinggi IRR resiko makin berkurang, karena pendapatan keuntungan akan lebih pasti.

Berdasarkan cara memprediksi matriks dan indikatorkelayakan usahatani tersebut di atas, maka sebelumnya harus memprediksi kemampuan produksi untuk masing-masing kelas kesesuaian lahanyang mengacu kepada Petunjuk FAO (1983). Asumsi tersebut adalah untuk kelas kesesuaian lahan S1 kemampuan produksinya mencapai 100 - 80% dari produksi optimal, untuk kelas kesesuaian lahan S2 kemampuan produksinya antara 80% - 60%, untuk kelas kesesuaian lahan S3kemampuan produksinya antara 60% -25%, dan untuk kelas kesesuaian lahan N kemampuan produksinya antara mencapai <25% (Hendrisman, 2005). Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian

Pewilayahan komoditas pertanian disusun berdasarkan kesesuaian lahan secara fisik dan ekonomi komoditas unggulan wilayah. Penentuan pembagian pewilayahan komoditas memiliki beberapa pertimbangan yang digunakan yaitu : 1. Pola tanam yang umumnya dilakukan petani merupakan sistem tumpangsari

dan tumpang gilir.

2. Berdasarkan pengelompokan komoditas unggulan di masing-masing kecamatan.

3. Pewilayahan komoditas berdasarkan hasil kesesuaian lahan secara fisik dan analisis kelayakan finansial usahatani.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka pewilayahan komoditas unggulan pertanian di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatanterdiri dari tiga pewilayahan yaitu sistem pertanian lahan basah (PS), sistem pertanian lahan kering tanaman pangan (TP) dan sistem pertanian lahan kering tanaman tahunan (TT), matriks penyusunan pewilayahan komoditas di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks Penyusunan Pewilayahan Komoditas di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

4 GAMBARAN UMUMKABUPATEN

Dokumen terkait