• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi dan Gedung Workshop Fumigasi dan X-Ray di Balai Uji Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian, Bekasi dari bulan November 2013 hingga Juni 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fumigan fosfin cair (ECO2FUME® ; CYTEC Australia), bunga potong krisan, imago T. parvispinus,

buncis, polen, madu, tissue, disposable masker dan kertas label. Alat-alat yang digunakan meliputi nozzle gun, selang penyalur, selang monitor, alat ukur deteksi kebocoran gas (Dräger Pac 7000) , alat ukur konsentrasi gas (Dräger X-am 7000), SCBA (self contained breathing apparatus) (Dräger), kipas angin, timbangan digital, kotak fumigasi kedap udara, mikroskop stereo, mikroskop compound, thermometer, hand counter, dissecting set, kotak perbanyakan serangga, nampan plastik, tabung plastik dan kuas.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam 5 tahap, yaitu: (1) Koleksi dan identifikasi serangga uji; (2) Perbanyakan (rearing) T. parvispinus; (3) Uji pendahuluan dengan 2 tahap untuk menentukan batasan kisaran waktu dan konsentrasi yang diperlukan dalam fumigasi fosfin cair terhadap T. parvispinus; (4) Uji lanjut aplikasi fosfin cair dengan beberapa konsentrasi dan waktu papar tertentu terhadap T. parvispinus dan (5) Uji validasi konsentrasi dan waktu papar yang paling efektif dan pengaruhnya terhadap kualitas bunga potong krisan.

Koleksi dan Identifikasi Serangga Uji

Perbanyakan dilakukan dengan cara mengumpulkan thrips yang terdapat pada tanaman krisan dan bunga potong krisan di lapangan, dengan cara mengambil daun dan bunga yang terserang thrips kemudian dikumpulkan dalam suatu wadah untuk dibawa ke laboratorium. Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap thrips yang didapatkan untuk memastikan bahwa serangga yang akan diuji adalah T. parvispinus. Identifikasi dilakukan berdasarkan kunci yang dibuat oleh Sartiami dan Mound (2013).

Perbanyakan T. parvispinus

Metode perbanyakan T. parvispinus dilakukan berdasarkan Helen dan Glenys (2009) dengan sedikit modifikasi pada pakan yaitu pergantian pakan mentimun dengan buncis. Imago thrips dipelihara dalam kotak plastik perbanyakan (22cm x 22cm x 22cm) yang bagian samping dipasangi kain kassa dan bagian atas ditutup dengan menggunakan clingwrap. Di dalam kotak

14

perbanyakan ditempatkan polen, madu, gulungan kapas basah dan pakan berupa buncis. Selain itu ditempatkan juga kertas saring yang ditutup dengan ram kawat sebagai tempat untuk menyimpan buncis. Pada setiap kotak perbanyakan ditempatkan sebanyak 60 thrips betina dan 10 thrips jantan dan dibiarkan kawin untuk menghasilkan telur, nimfa, pupa dan imago.

Gambar 4 Kotak perbanyakan T. parvispinus a. Diagram kotak perbanyakan tampak samping b. Diagram kotak perbanyakan tampak atas c. Kotak perbanyakan tampak samping d. Kotak perbanyakan tampak atas

(Helen dan Glenys 2009)

Keterangan : c = buncis, cw = clingwrap, h = madu, m = ram kawat, p = pollen, pc = vial berisi kapas basah, pt = kertas saring, rb = perekat, s = jendela dengan lapisan kain, w = gulungan kapas basah.

Pelaksanaan fumigasi fosfin cair

Tahap awal dalam pelaksanaan fumigasi adalah proses persiapan yang meliputi penyiapan serangga uji dan pemeriksaan alat keselamatan fumigasi, alat ukur konsentrasi gas, dan alat deteksi kebocoran. Bagan tata letak susunan pemasangan alat fumigasi disajikan pada gambar 5. Setelah siap, dilakukan penghitungan dosis atau jumlah fumigan yang digunakan untuk masing-masing konsentrasi. Menurut Barantan (2013) dosis dan konsentrasi dari fosfin cair dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dosis (kg) = 14.000 (ppm) perlakuan i konsentras x ) (m fumigasi kotak Volume 3

15

dengan menggunakan rumus tersebut akan didapatkan dosis yang dibutuhkan untuk mendapatkan konsentrasi sesuai dengan perlakuan yang diinginkan, dimana 1 gram fosfin setara dengan 700 ppm.

Gambar 5 Bagan tata letak susunan pemasangan alat fumigasi

(a) kotak fumigasi kedap gas; (b) wadah berisi T. parvispinus dan buncis sebagai pakan; (c) selang monitor; (d) alat ukur konsentrasi; (e) tabung berisi fosfin cair; (f) selang penyalur gas; (g) alat deteksi kebocoran; dan (h) nozzle gun

Proses pelepasan gas (gassing) untuk setiap perlakuan dilakukan sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Pelepasan gas dilakukan melalui selang penyalur pada tabung fosfin cair yang di bagian ujungnya dipasang nozzle gun untuk pengeluaran fosfin cair dalam jumlah yang diinginkan (gambar 6a). Selanjutnya dilakukan pengukuran konsentrasi fosfin dalam ruang fumigasi menggunakan alat ukur konsentrasi gas fosfin yang dihubungkan ke selang monitor (gambar 6b).

Fumigasi berlangsung setelah pelepasan gas dilakuan sesuai dengan waktu papar yang diinginkan, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran konsentrasi akhir menggunakan alat ukur konsentrasi gas fosfin. Bila konsentrasi mengalami penurunan artinya terjadi kebocoran dalam proses fumigasi sehingga harus dilakukan pengulangan, namun jika konsentrasi fosfin cair yang diukur konstan maka fumigasi dinyatakan berhasil (gambar 6c).

Pada tahap akhir dilakukan proses pembebasan fumigan (aerasi) dari kotak fumigasi yang bertujuan untuk membuang sisa fumigan di dalam kotak fumigasi sampai ambang batas aman (Threshold Limit Value / TLV). Batas aman tercapai

75cm x 75cm x 75cm

15cm x 14cm x 7.5cm

Tinggi : 146cm Diameter : 22cm

16

bila konsentrasi di dalam kotak fumigasi dibawah 0.3 ppm. Dalam melakukan aerasi harus menggunakan alat keselamatan diri sesuai standar (gambar 6d).

Gambar 6 Tahap urutan pelaksanaan perlakuan fumigasi a. Pelepasan gas (gassing);

b. Pengamatan konsentrasi awal; c. Pengamatan konsentrasi akhir;

d. Proses pembuangan gas fosfin (aerasi) Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan dalam 2 tahap untuk menentukan kisaran waktu papar minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan perlakuan fumigasi dengan kombinasi konsentrasi fosfin cair. Pada tahap pertama konsentrasi fosfin cair yang digunakan terdiri dari 5 taraf konsentrasi yaitu 0, 200, 250, 300, dan 350 ppm dengan waktu papar 1, 3, 6, 9, 12, 15, dan 18 jam dengan 3 ulangan. Serangga uji yang digunakan sebanyak 25 ekor imago T. parvispinus pada setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas T. parvispinus pada 1 jam setelah waktu papar untuk tiap perlakuan.

Pada uji pendahuluan tahap kedua dilakukan 5 perlakuan konsentrasi yang lebih rendah dan diduga dapat menyebabkan mortalitas T. parvispinus sebesar kurang dari 100% yaitu 175, 125, 75, 25, dan 0 ppm dengan waktu papar 1 jam. Hasil uji pendahuluan ini dijadikan sebagai dasar dalam menentukan waktu papar dan konsentrasi perlakuan yang digunakan pada uji lanjut.

17

Uji Lanjut Aplikasi Fosfin Cair pada T. parvispinus

Uji lanjut dilakukan terhadap imago T. parvispinus yang dilakukan pada wadah plastik dan kotak fumigasi yang sama pada uji pendahuluan. Pada uji lanjut dilakukan 3 perlakuan waktu papar (1, 3, dan 6 jam) dan 9 perlakuan konsentrasi fosfin cair (200, 175, 150, 125, 100, 75, 50, 25, dan 0 ppm). Tiap perlakuan diulang 3 kali di tiap gelas plastik yang diisi 25 ekor imago T. parvispinus.

Seluruh tahapan pengujian baik uji pendahuluan maupun uji lanjut dilakukan pada wadah plastik yang berisi buncis sebagai pakan dan ditempatkan dalam kotak fumigasi (fumigation chamber) dengan ukuran 0.75m x 0.75m x 0.75m. Uji Validasi dan Pengaruh pada Bunga Potong Krisan

Uji validasi dilakukan pada kombinasi waktu papar dan konsentrasi dengan hasil terbaik pada uji lanjut dan ditambah 1 perlakuan konsentrasi di atasnya untuk memperkirakan kemungkinan adanya penyerapan gas fosfin cair oleh bunga potong. Pada uji validasi dan pengaruh terhadap kualitas bunga potong ini dilakukan 4 perlakuan konsentrasi (250, 200, 175, dan 0 ppm) pada 3 waktu papar (1, 3, dan 6 jam) dengan 3 ulangan. Perlakuan diujikan pada masing-masing 1 ikat bunga potong krisan (terdiri dari 10 bunga potong) dan pada setiap ikat bunga diinfestasikan 25 ekor imago T. parvispinus. Bunga potong ditempatkan pada kotak kertas yang ditutup kain kassa. Setelah aplikasi fosfin cair, dilakukan pengamatan terhadap mortalitas T. parvispinus dan kualitas bunga potong krisan. Bunga potong yang telah difumigasi ditempatkan dalam ember yang berisi air dan pengamatan dilakukan pada 1, 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan (JSP) untuk penurunan kualitas bunga khususnya layu dan bercak. Pengamatan dilakukan secara visual dengan teknik skoring. Skor kerusakan bunga diamati pada bagian yang layu dan terdapat bercak berdasarkan Smith (1989), sebagai berikut:

0 = tidak terjadi kerusakan ( bunga sehat) 1 = kerusakan 1- 25 % (bunga layu sebagian)

2 = kerusakan 26 - 50 % ( bunga layu sebagian hingga setengahnya) 3 = kerusakan 51 - 75 % (bunga layu hampir seluruhnya)

4 = kerusakan 76 - 100 % (bunga layu seluruhnya hingga mati) Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Tukey dengan tingkat kesalahan 5%. Pengolahan data menggunakan program statistik Minitab 16 dan program POLOPLUSuntuk analisis probit.

Dokumen terkait