Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Tembakau
Deli (BPTD) PTP Nusantara II Sampali, dengan ketinggian tempat ±25 m di atas
permukaan laut. Penelitian dilaksanakan bulan Maret 2011 sampai dengan Juni
2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit tembakau deli
varietas F1-45, kompos, pasir, media PDA, alkohol 70%, clorox 0,2%, aquades,
media jagung, kapas, biakan murni Trichoderma sp., Gliocladium sp.,
Phytium spp., tanah, air, polibeg, dan bahan pendukung lainnya.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, tabung
reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, autoclave, jarum ose, jarum kait, objek glass,
timbangan, shaker, mikroskop, lampu bunsen, oven, label nama, alat tulis, gembor
dan bahan pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) non
faktorial. Perlakuan yang digunakan adalah dosis jamur agens antagonis yaitu:
F0 : Kontrol (Tanaman sehat)
F1 : Pemberian jamur Pythium spp.
F2 : Trichoderma sp. + media jagung6 gr / bibit
F3 : Trichoderma sp. + media jagung 12 gr/bibit
F5 : Trichoderma sp. + media jagung 24 gr/bibit
F6 : Gliocladium sp. + media jagung 6 gr/bibit
F7 : Gliocladium sp. + media jagung12 gr/bibit
F8 : Gliocladium sp. +media jagung 18 gr/bibit
F9 : Gliocladium sp. + media jagung24 gr/bibit
Banyaknya ulangan yang akan dilakukan adalah :
(t-1) (r-1) ≥ 15 (10-1) (r-1) ≥ 15 9 r ≥ 24 r ≥ 2,6 r ≥ 3
Banyak ulangan adalah : 3
Jumlah Petak : 10 x 3 = 30 petak
Jumlah tanaman dalam 1 petak : 5 tanaman
Jumlah tanaman keseluruhan : 30 x 5 = 150 tanaman
Model linier yang digunakan adalah ;
Yij = µ + πi + βj +∑ij Dimana
Yij = Nilai pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan taraf ke-I dari faktor I dan taraf ke-j pada faktor II
µ = Nilai tengah umum
πi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor II
∑ij = Pengaruh galat ke dua pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari faktor II.
Pelaksanaan Penelitian Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan untuk menentukan wilayah atau lokasi
penelitian yang berada di kebun percobaan BPTD PTPN II Sampali.
Penyediaan agens antagonis
Jamur antagonis Trichoderma sp.dan Gliocladium sp. diperoleh dari isolat
tanah tanaman tembakau yang sehat. Kemudian tanah disebar pada media PDA
dan diinkubasi selama 1 minggu. Pengamatan secara visual dilakukan terhadap
jamur yang tumbuh. Jamur yang memiliki ciri-ciri seperti jamur Trichoderma sp.
dan Gliocladium sp. yaitu berwarna hijau muda sampai hijau tua dipisahkan dan
dibiakan pada media PDA yang baru. Setelah didapat biakan murni selanjutnya
dilakukan identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi
(Domsch et al., 1980)
Perbanyakan agens antagonis
Perbanyakan agens antagonis dilakukan dengan menggunakan media
jagung. Jagung dibersihkan dan dikukus dengan menggunakan dandang
(1/2 matang) atau selama 30 menit mulai dari keluar uap. Hamparkan jagung yang
telah dikukus di atas nampak/baki sampai dingin, kemudian masukkan masing-
masing ke dalam kantong plastik tahan panas sesuai dengan perlakuan. Setelah itu
media disterilkan dalam 30 menit. Biakan murni agens antagonis diinokulasikan
dengan menggunakan cork borer pada media jagung. Diaduk hingga rata
kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 10 – 15 hari. Setelah itu jamur
Penyediaan Pythium spp.
Sumber inokulum diambil dari tanaman tembakau yang terserang
Pythium spp. Bagian yang terinfeksi seperti akar dibersihkan dengan air steril, lalu
dipotong-potong (0,5 cm). Setelah itu disterilkan dengan klorox 1% selama lebih
kurang 3 menit dan dibilas 2-3 kali dengan air steril. Selanjutnya potongan
tersebut ditanam dalam media PDA dan diinkubasi pada temperatur kamar selama
1 minggu, setelah miselium Pythium spp. tumbuh, diisolasi kembali untuk
mendapatkan biakan murni. Biakan yang digunakan adalah biakan yang berumur
2 minggu atau lebih (Supeno, 1999).
Pengujian secara In-Vivo Persiapan Pembibitan
Persemaian dibuat di bedengan dengan ukuran 1 x 6 m dengan arah Utara-
Selatan. Naungan pembibitan dengan arah Timur-Barat dan tinggi tiang sebelah
timur 100 cm dan sebelah Barat 80 cm.
Sebelum benih disemaikan telah dilakukan perendaman terlebih dahulu
selama ± 72-98 jam sampai benih pecah dan melunak.
Persiapan media tanam
Tanah top soil, pasir dan kompos yang akan digunakan (5:3:2) diayak
terlebih dahulu. Diletakkan pada tempat yang terlindung. Media campuran
tersebut kemudian disterilkan (sterilisasi uap panas) dengan cara memanaskannya
(mengkukus) pada suhu ±105ºC, selama ± 30 menit. Media yang telah dipanaskan
dikeluarkan dari kukusan lalu dikering-anginkan di atas alas plastik di ruangan
Aplikasi Jamur Phytium spp.
Inokulasi jamur Pythium spp. dilakukan dengan cara menyemprot suspensi
Pythium spp. di atas permukaan tanah sebanyak 30 ml (Rachmawaty et al., 1995).
Dibiarkan selama 1 minggu dengan ditutupi plastik yang bertujuan untuk
menghindari kontaminan dan menjaga kelembaban tetap tinggi
(Santoso et al.,1999).
Aplikasi agens antagonis
Pengaplikasian agens antagonis dilakukan 1 minggu setelah inokulasi
Pythium spp. Aplikasi dilakukan dengan menaburkan substrat jagung sebagai
media perbanyakan agens antagonis selama 1 minggu sebelum penanaman.
Penanaman
Penanaman benih yang telah disemaikan selama 2 minggu, dilakukan
penanaman ke dalam polibeg 1 minggu setelah aplikasi agens antagonis dengan
menanam bibit satu persatu ke dalam polibeg dengan tanah yang telah disterilkan.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Penyiangan
gulma dilakukan sekali seminggu.
Pengendalian hama dilakukan apabila pada tanaman tembakau terserang
hama, dengan menggunakan insektisida berbahan aktif delta metrin 0,5 cc/l.
Peubah Pengamatan Periode Inkubasi
Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mengamati kapan tanaman
tembakau pertama kali menunjukkan gejala serangan Pythium spp. pada setiap
Persentase serangan (PS) (%)
Pengamatan dilakukan dengan mengamati tanaman tembakau yang
terserang jamur Pythium spp. Pengamatan dilakukan sebanyak 6 kali dengan
interval waktu 3 hari dalam waktu 3 minggu setelah penanaman ke dalam polibeg
(Deptan, 2005). Persentase kerusakan dihitung dengan menggunakan rumus :
P = a X 100% a + b
Dimana :
P = Persentase serangan
a = Jumlah tanaman yang terserang b = Jumlah tanaman yang sehat (Abbott, 1925).
Intensitas Serangan (IS) Jamur Pythium spp.
Pengamatan intensitas serangan Pythium spp. dilakukan pada saat tanaman
berumur 40-45 hari setelah tanam. Hal ini dilakukan karena pada tanaman umur
40-45 bibit tembakau dipindah tanamkan ke lapangan. Phytium spp. adalah
penyakit pembuluh dan bersifat sistemik.
Pada umur 40-45 hari setelah semai, tanaman dibongkar dan akar dicuci
dengan air mengalir. Kemudian dihitung intensitas serangan rebah semai atau
busuk pangkal akar.
Menurut Townsensd dan Hueberger (1948) intensitas serangan rebah
semai (Pythium spp.) dihitung dengan menggunakan rumus :
IS = ∑ (n x V) X 100% (N x Z)
Dimana:
IS = Intensitas serangan
n = Jumlah tanaman pada setiap skoring
V = Nilai skoring serangan penyakit tiap individu tanaman. Z = Nilai tertinggi kategori kerusakan
N = Jumlah tanaman yang diamati
Skala serangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Skala 0 = Tanaman sehat Skala 1 = 1-25 % busuk Skala 2 = 26-50 % busuk Skala 3 = 51-75% busuk Skala 4 = ≥ 75 % busuk
Skala 5 = Busuk total dan tidak bisa hidup lagi.
Persentase berdasarkan parahnya kerusakan pada setiap tanaman yang
diamati, kemudian dimasukkan sesuai dengan rumus di atas.
Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman
Pengambilan data jumlah daun dan tinggi tanaman dilakukan pada akhir
pengamatan dengan menghitung jumlah daun tanaman tembakau dan mengukur
tinggi tanaman.
Pengujian secara In-Vitro
Uji Antagonisme Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. terhadap Pythium spp. Uji antagonisme dilakukan dengan cara menanam koloni biakan murni
Trichoderma sp., Gliocladium sp., dan Pythium spp. dalam satu cawan petri yang
berdiameter 9 cm. Setelah itu diberi tanda dengan bulatan 0,5 cm pada dua tempat
yang berhadapan dengan jarak 1 cm dari pinggir di dasar petridish. Kemudian
diambil koloni jamur dengan alat cork diameter 5 mm dan ditanam pada
jamur tersebut pada 24 jam, 48 jam dan 72 jam dan seterusnya setelah inokulasi
(Syahnen, 2006).
1 cm
Gambar 11. Uji Antagonisme Trichoderma sp. terhadap Phytium spp.
Keterangan :
X = Jamur Trichoderma sp.
Y = Jamur Pythium spp.
Persentase Zona Penghambat Pertumbuhan
Pengamatan persentase zona penghambat pertumbuhan ini dilakukan
setiap hari selama 4 hari. Persentase zona penghambat pertumbuhan ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
P = r1-r2 x 100% r1
Keterangan:
P = Persentase zona penghambat pertumbuhan
r1 = Jari-jari koloni Pythium spp.
r2 = Jari-jari koloni jamur antagonis
R2 R1